Chapter 1:
The Fall of Cocky Republic
NNGGGGGUUUUUUUUUUNNNGGGGGG....................
Sirine tanda serangan udara meraung-raung memecahkan kesunyian malam di Surabaya. Malam itu hal yang tak terbayangkan akan segera terjadi. Hampir semua orang mematung, shock, tidak pernah menyangka mereka akan mendengar suara itu sepanjang hidupnya. Peringatan baru saja masuk dari Allied Pacific Central Command di Hawaii, satelit dan radar mereka mendeteksi peluncuran balistik dari china daratan. TV yang selalu dipenuhi berita memilukan tentang perang dipotong oleh pemberitaan darurat bertulis
PERINGATAN SERANGAN NUKLIR
(BUKAN SIMULASI)
POTENSI TARGET: KEPULAUAN SERIBU
POTENSI DAERAH BERDAMPAK: SELURUH PULAU JAWA-MADURA, SELATAN SUMATRA, BARAT BALI.
BERLINDUNG SEKARANG!!!
-----------------
“RRINNN...... IRIN...... BANGUN AYO KITA BERLINDUNG SEKARANG!!”
Irin, ABG manis 16 tahun itu terbangun. Di lihatnya ada rasa takut yang amat sangat terpampang di tatapan ibu angkatnya itu. Bersama mereka berlari menuju mobil, disana ayahnya dan sopir sudah menunggu. Mobil dikebut menuju bunker khusus orabg kaya bernomor 10-09 yang sudah dia pesan tempatnya, namun belum sampai setengah jalan mobil mereka terjebak macet. Merasa sudah tidak ada waktu lagi, Febrian mengajak keluarganya berlari ke sebuah bunker yang lebih kecil yang ada di dekat sana. Saat akan masuk, mereka dihentikan oleh 2 orang tentara bersenjata lengkap.
“STOP, mana kartu ID anda?”
“INI, sudahkan? Biarkan kami Masuk!!” bentak Febrian
“tempat keluarga anda bukan disini! Bunker 10-09 masih satu kilo lagi!”
“HEH.... JANGAN MAIN-MAIN YA!!! SAYA INI PENGACARA TERKENAL DI NEGERI INI!!”
“TIDAK BISA PAK!! BAPAK TIDAK TERDAFTAR DI BUNKER INI!!”
“HEH KAMU MINTA SAYA BAYAR BERAPA, AYO.... KAMU MINTA BERAPA? BERAPAPUN JUGA SAYA BAYAR!!!”
“PERCUMA BAPAK!!! UANG TIDAK AKAN MENYELAMATKAN KELUARGA BAPAK SEKARANG!! SEMUA ADA PROTOKOLNYA!!”
Melihat perdebatan yang makin memanas, Sandra, ibu Irin memotong perdebatan itu dengan tangisan lirih.
“Tolong pak... tolong.... cukup anak saya.... tolong pak selamatkan dia.. hiks... hiks...”
Kedua prajurit itu tampak iba, tiba-tiba mereka mendapat panggilan melalui radio, sepertinya dari atasan mereka. Setelah itu mereka memeriksa identitas Irin melalui alat pindai iris mata. Data-data identitas tertera di monitor, entah apa isinya.
“baiklah, anak ibu boleh masuk..” kedua prajurit itu berubah pikiran
“Ibu sama Ayah gimana?” tanya Irin cemas dan panik
“Tenang. Kami akan cari cara ke bunker 10-09. Kamu masuklah sekarang” jawab Febrian, berusaha tenang
“Jaga diri ya nak...” ucap sandra bergetar berusaha menahan tangisnya.
Irin memeluk erat kedua orang tuanya, seakan mengerti mereka tidak akan bertemu lagi.
“OK... waktunya habis” ucap salah satu tentara.
Salah satu tentara menarik tangan Irin dan mengajaknya berlari menuju pintu bunker. Sesampainya disana ternyata mereka mulai melakukan proses penutupan.
“TUNGGU .... TUNGGU.... INI ADA SATU LAGI”
Pintu baja seberat 20 ton itu hampir tertutup, hanya meninggalkan celah yang sangat sempit. Kedua prajurit itu mendahulukan Irin yang seorang warga sipil itu masuk terlebih dahulu. Namun celah itu begitu sempit, tubuh sintal Irin tetap sulit untuk masuk. Tiba-tiba momen yang penuh kepanikan itu terpotong oleh cahaya putih yang amat terang dari arah barat, gelap malam berganti menjadi lebih terang daripada siang, diikuti oleh suara dentuman keras.
BBBBUUUUUUMMMMM............
Kedua prajurit itu tahu, dentuman itu tanda bom nuklir sedang melepaskan energi maha dahsyatnya. Mereka tahu sudah terlambat untuk mereka berdua. Dengan segera salah satu prajurit menendang keras-keras tubuh Irin. Irin yang kesakitan terjatuh dibalik pintu. Para prajurit didalam segera menekan tombol Emergency Closed untuk segera menutup gerbang. Sesaat sebelum pintu tertutup Irin dapat melihat mushroom cloud membumbung tinggi, ledakan di sekitar Jakarta begitu besar hingga terlihat sampai Surabaya. Sebuah pemandangan yang akan membuat hati siapapun hancur lebur. KKLLLAAKK.... suara gerbang tertutup rapat. Segalanya berganti gelap sunyi.
----------------
Tahun 2028, ekskalasi antara Block Barat dan Timur selama perang dingin telah mencapai puncaknya. Block timur (Red Forces) yang berhaluan komunis merasa tidak sabar lagi untuk menggasak seluruh dunia, membuatnya bertekuk lutut dalam faham komunis. Segalanya dimulai dari sekawanan teroris Kuba dengan bimbingan intelijen RRC dan Soviet berhasil meledakkan Micro Nuklir di pusat Manhattan, New York. Membunuh ratusan ribu jiwa. US yang marah besar berbalik membom nuklir Kuba, menjadikannya sebuah pulau radioaktif tak berpenghuni. Maka dimulailah perang maha dahsyat itu, The Great War, perang yang akan mengakhiri segala perang.
Dia Asia republik komunis china mulai melaksakan ambisinya, menyerang negara-negara di asia timur dan tenggara. Vietnam, thailand, filipina, dll semua jatuh satu persatu ke dalam kuasa RRC yang di suport penuh Soviet. Hingga akhirnya tibalah giliran Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk dikuasai. Namun meski musuh telah diambang pintu, para pemimpin negeri itu tetap tenang-tenang saja. Dengan sombongnya menolak bantuan kekuatan dari Sekutu Blok barat (Allied Forces).
“Kita ini negara non-blok, RRC ga bakal berani kesini, emang mau tambah musuh?”
“Kalo sampe berani injak kaki disini, kita bambu runcing aja. Heheheh....”
“Kalo diserang ya kita gerilya dong.”
Kira-kira seperti itulah pikiran yang muncul dikalangan rakyat negara itu. Mereka tidak sadar bahwa yang mereka hadapi itu sebuah kekuatan besar dunia, dengan sumber daya melimpah dan memiliki teknologi nuklir, mereka juga tidak begitu segan untuk menggunakannya.
Satu persatu Sumatra, Kalimantan, sulawesi, papua direbut. Kini untuk mempertahankan keutuhan negara dan melindungi rakyatnya, mereka sudah tidak mampu. Kini terjepit oleh serangan Red Forces, walaupun sangat terlambat, akhirnya dengan sangat terpaksa pemerintah RIS menerima perjanjian Allied Forces agar dibantu. Karena daya tawar RIS sudah jatuh, isi perjanjian itu sangat buruk dan terkesan menjatuhkan harga diri RIS, namun apa daya segalanya perlu dilakukan demi menyelamatkan rakyat.
Berkat bantuan militer Allied forces (terutama Australia), RIS berhasil mempertahankan Jawa dan Bali. Dengan darah dan air mata sisa-sisa militer RIS dan Allied berhasil mematahkan serangan amfibi RRC di selat sunda. Menghadapi pertahanan alot dari RIS dan Allied, para pemimpin Red Forces mengambil keputusan: Jawa khususnya Jakarta akan dijadikan kelinci percobaan senjata baru mereka, rudal nuklir balistik jarak jauh mereka yang baru,
Katyusha. Malam itu, 26 Desember 2032, Katyusha meluncur dari Silo RRC di Guangxi. Membelah langit malam mengantarkan kematian pada rakyat RIS yang sebenarnya telah patah semangatnya. Awal dari akhir sebuah negara sok kuat di katulistiwa.
--------------
pada kecewa karena ga ada esek-esek ya??
tenang aja, sekarang ane masih membangun pondasi cerita dulu. bagian yang agan tunggu-tunggu ada di Chapter selanjutnya.
Buat pembaca setia tulisan ane: apa kalian menyadari sesuatu?
Next Chapter: Bunker of Hell