Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MY LOVE JOURNEY 2 (Boski Storys)

D 805 KI

Calon Suhu Semprot
Daftar
12 Jul 2016
Post
2.680
Like diterima
5.174
Lokasi
Gelombang 805 FS
Bimabet
Hi.. Semua


Masih di Gelombang 805 FS
Gelombang Para Bapers




Sudah Terlalu Lama Ane Kagak buat Cerita

Dan Seperti Janji Ane

Untuk Buat Lanjutan MLJ



Sebetulnya Gak Ada Hubungannya Dengan Cerita Sebelumnya

Hanya Saja Ane Lebih menyoroti Sosok Sahabat Dari Tokoh MLJ sebelumnya



Tapi Sebelumnya Ane Minta Maaf Jikalau Sentuhan Tulisannya Jauh Berbeda Dengan

Yang Pertama

Alasannya Untuk Sementara Penulis Yang Seharusnya Buat Ini Cerita

Gak Ada Waktu Untuk Menggarap Cerita Ini

Bukan Berarti Tak terlibat!!!

Hanya saja Kesibukan Dia Yang Tak bisa

Berkecimpung Langsung,

Untung Saja Ada Sahabat Yang Lain Yang Ikut Andil Dalam

Proses Pembuatan MLJ 2


Siapakah Itu?

Haha… Penasaran Kan ?

Kalo Para Bapers Jeli Pasti Akan Ada Bagian Sentuhan Sentuhan Tulisannya Dia

Yang Akan Menunjuk Jati Dirinya

Dan Pastinya Para Bapers Akan Tau Siapa dia




Oh Yah.. Hampir Lupa Karena Terbentur Oleh Peraturan Tentang Batas Usia

Sebelumnya Ane Mo Bilang Di Cerita Ini Bakalan Minim SS

Meskipun Ada Bukan Sang Tokoh Utama Yang Berperan

Untuk Selanjutnya Kita Lihat Saja Nanti











Akhir Kata

Mohon Maaf Atas Segala Kekurangan Dan Ketidakpuasannya,

Dan Semoga Cerita Ini Bisa Diterima Oleh

Semuanya





















Stay Cool n Lovely


Jangan Lupa

KEEP SMILE

Dan Terus Pantengin Di

Gelombang 805 FS

Gelombang Para Bapers











NB :

Cerita Ini Hanyalah Fiktif Dan Khayalan Belaka, Segala Kesamaan Nama, Tempat, Instansi, Atau Hal-hal Lainnya, Adalah Kebetulan Semata
Yang Tak Disengaja








 
Terakhir diubah:
My Love Journey 2 – Boski Storys






Prolog.



Jarak antara cobaan dan anugerah memang tipis, aku sendiri tidak bisa membedakannya. Aku tidak tahu, apakah pengalaman-pengalaman pahit yang menimpa hidupku memang adalah sebuah cobaan atau sebuah anugerah yang harus aku syukuri.



Begtulah.. aku telah gagal dalam rumah tangga. Setelah aku menjalin hidup berkeluarga, pernikahanku hanya bisa bertahan 1 tahun. Istriku meninggalkanku dan pergi dengan selingkuhannya. Ia meninggalkan aku dan putriku yang baru berumur 4 bulan. Tak cukup sampai di situ, tak lama berselang aku pun dipecat dari pekerjaan gara-gara fitnah yang disebarkan oleh selingkuhan istriku; ia menuduh bahwa aku telah menggelapkan uang perusahaan.



Apakah peristiwa pahit ini merupakan karma karena aku telah menyakiti dua hati perempuan? Apakah ini karma karena aku dianggap penjahat wanita? Ataukah cobaan agar aku bisa lebih dewasa dan bisa menata diri secara lebih baik? Ataukah malah anugerah yang harus aku syukuri karena aku masih diberi kesempatan untuk merasakan pahitnya hidup sehingga aku bisa berjuang untuk meraih kembali kebahagiaanku?



Aku masih belum tahu. Namun semua pengalaman hidupku, kisah kelamku, akan kujadikan pelajaran demi meraih cita dan bahagia dengan semua orang yang amat kusayangi dalam hidupku.



Ya. Inilah lika-liku perjalanan hidupku untuk meraih bahagia, yang aku tuangkan dalam

"MY LOVE JOURNEY 2 - BOSKI STORY’S"









I N D E K S

Prolog (hal. 1)

Chapter 1

1.1 (hal. 1)
1.2 (hal. 6)
1.3 (hal. 10)
1.4 (hal. 12)
1.5 (hal. 15)
1.6 (hal. 18)
1.7 (hal. 20)
1.8 (hal. 22)
1.9 (hal. 29)
1.10 (Update... Seperti Harap Sabar He..he.. he!!)









oo0oo
 
Terakhir diubah:
My Love Journey 2 – Boski Storys






CHAPTER 1.1








Di pagi hari yang cerah, seorang bocah berseragam SMP bersiul senang sambil menggendong tas ranselnya. Ia menyusuri jalanan yang semakin ramai oleh orang yang berlalu lalang, sesekali tubuhnya bergerak layaknya seorang pemain basket, tak peduli pada pandangan orang-orang sekitarnya.



Setibanya di depan gerbang sekolah SMP Harapan Pertiwi, tiba-tiba sebuah suara menegurnya, “Ooiii boss, lu malah santai-santai aja, yang lain dah pada masuk, lu malah begaya kayak orang gila.” ujar pedagang cilok yang sangat mengenal sosok bocah itu.



“SANTE AJA AJA MANG.., PALINGAN JUGA GURU YANG NUNGGUIN GUE. HAHAHA.” jawabnya sambil terus melenggang ke arah pintu gerbang yang sudah tertutup sambil mengacungkan jempolnya ke tukang cilok.



“Met pagi Pak Ujang, bukain gerbangnya dong.” ujar bocah itu sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang sedang memegang sebungkus rokok pada satpam sekolah yang sedang duduk diposnya.



“Aduh Boski kalo gini terus bapak bisa-bisa dipecat karena tiap hari harus bukain pintu gerbang buat kamu yang terlambat.” dumel satpam sambil beranjak dan membukakan pintu, lalu bocah itu pun masuk.



“Bapak tuh gak habis pikir, pasti aja setiap hari kamu terlambat sekolah!!” ujar satpam sambil mengambil bungkus rokok dari tangan bocah itu.



“Hihi, biasa pak ada urusan.. lagian kan udah gue bayar ama tuh rokok!!” cuek si bocah.



“Iya tapi kalo terus-terusan gini bapak bisa ketauan dan dipecat, entar anak bini bapak mau dikasih makan apa?!!” gerutuya.



“Tenang aja pak, kalo bapak dipecat gue bakar nih sekolah biar semua pada nganggur haha… Dah akh gue mo langsung ke kelas.” candanya, sedangkan pak satpam hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan bocah bengal itu.



Bocah itu menyusuri pinggir bangunan sekolah dengan sedikit mengendap-endap. Setibanya di depan ruangan guru, ia mengintip ke dalam dan terlihat Bu Halimah guru fisika yang juga wali kelasnya sedang berbincang dengan orangtua murid. Di sampingnya duduk seorang siswi yang tak ia kenal.



Ia bernafas lega karena salah satu guru dan juga sebagai tantenya yang sering memberinya hukuman atas keterlambatannya masih berada di kantor guru. Ia pun melangkah menuju kelas sambil bergumam senang, “Haha.. berarti Tante Halimah akan terlambat masuk kelas dan aku tidak akan ketahuan terlambat.. asseeeekk.” Dengan perasaan senang bocah itu pun langsung melenggang tanpa beban.



Nama siswa itu adalah Rizki Dinata, bocah berumur 15 tahun dan duduk di kelas 3 SMP. Ia adalah anak bungsu dari Rangga Dinata (39 th) dan Ratnawati (36 th). Rangga, ayah Rizki adalah seorang perwira dari salah satu angkatan bersenjata di negeri ini. Sudah tak aneh jika Rizki dididik dengan sedikit keras ala militer oleh ayahnya. Sifat bengal Rizki muncul semenjak Rangga sering bepergian dinas ke luar kota sehingga membuat Rizki sedikit kurang perhatian dari ayahnya.



Saking bengalnya, Rizki sudah sering mendapat hukuman dari pihak sekolah. Tak jarang pula walikelasnya memanggil Ratna ibunya untuk melaporkan kelakuan Rizki selama berada di sekolah.



Di kalangan teman-temannya, Rizki terkenal sebagai siswa yang iseng, terutama pada siswi perempuan. Ia juga dikenal sebagai atlet karate yang sangat mahir berkelahi sehingga tak satu pun teman-temannya yang berani melawan. Rizki memang menekuni beladiri karate sejak kelas 3 SD dan sampai sekarang masih aktif latihan, dan sudah mengenakan bersabuk biru.



Sesampainya di depan kelasnya, suasana ruangan terdengar sepi. “Nah loh, kok sepi, kan Tante Halimah kagak ngajar?” gumam Rizki, dengan perlahan ia membuka pintu dan mengintip kearah meja guru.



“Kok Pak Zul..!! Ngapain dia ngajar, kan jadwalnya baru entar siang. Brengsek bikin ill feel aja, jadi males masuk!!” timbangnya.



Pak Zulkanaen yang terkenal dengan panggilan Pak Zul adalah guru matematika yang sangat galak. Ia sedang asik mengajar. Saat melihat Pak Zul sedang berdiri memunggungi arah pintu, secara perlahan Rizki mencoba mengendap masuk ke dalam kelas. Teman-temannya yang sedari tadi sudah tahu akan kedatangan Rizki, berusaha menaha tawa dan ada pula yang memberi semangat pada Rizki melalui kode tangan.



“Ssstttt!” telunjuk Rizki mengisyaratkan pada yang lainnya agar jangan ribut, sekali-kali ia menengok ke arah Pak Zul yang masih menerangkan materi sambil membelakanginya.



Rizki sangat girang ketika ia hampir tiba di tempat duduknya tanpa ketahuan, senyumnya menyeringai penuh kemenangan. Namun saat tinggal satu langkah lagi…



Swuuuiiiiiinggggg…… pletaaaaaak…!!!



Penghapus papan tulis melayang dan telak mengenai jidat Rizki.



“Waaadooowww…” jerit Rizki sambil mengelus jidatnya menahan sakit, dan seluruh kelas pun tertawa terbahak melihat kejadian tersebut.



Rizki pun menoleh kearah datangnya penghapus melayang, terlihat sosok Pak Zul sedang bertolak pinggang dengan mata yang melotot seakan mau meloncat.



“Riizzzkii.. ke depan kamu!” dengan nada keras.



“Hadeeuuuh… ada bahan disuruh cuci WC ini mah.” gerutu Rizki lalu berjalan ke depan dengan cengengesan.



“Dari mana kamu, sudah datang terlambat, masuk diam-diam lagi.. kamu tuh mau jadi apa?” sentak Pak Zul.



“Anuuu pak… saya eeuuuu.” Rizki mencoba menjelaskan sambil mencoba membalas pelototan Pak Zul.



“Aduuuhh Pak, matanya sampe mau loncat gitu… Rizki kan gak akan kabur hehe.” sedikit cengengesan merasa risih diperhatiakan sedemikian rupa, sontak teman sekelasnya kembali tergelak tertawa.



“Sudah sudah… kalian diam.. dan kamu Rizki apa alasanmu datang terlambat?” bentak Pak Zul lagi.



“Gini Pak.. sebenernya saya itu udah bangun pagi.. saya tuh anak rajin Pak.. Sesudah bangun saya tak lupa membereskan tempat tidur Pak.. ini asli Pak bukan saduran lagu.. nah udah beresin tempat tidur saya langsung mandi Pak.. dan juga tak lupa gosok gigi, nih pak liat gigi saya putih kan.” Rizki menjelaskan sambil mempraktekan dengan gaya tengil, membuat yang lain hanya tertawa tanpa suara. Pak Zul makin menahan nafas menahan emosinya meliat gaya tengil si Rizki.



“Nah sesudah mandi saya tuh buru-buru makan.” lanjutnya.



“Buahaha bugil dong selagi makan.” celetuk Nono teman sebangkunya, membuat kelas kembali riuh.



“Eehhh bukan begitu Pak. Saya makan emang udah bersalin dan mengenakan pakaian. Nah, sesudah itu saya pergi ke sekolah, tapi pas di jalan saya ingat Pak, ternyata saya lupa bawa tas, jadi saya balik lagi hehehe.” kembali cengengesan.



Pak Zul masih diam tak menanggapi tapi kepalanya mengeleng-geleng melihat kelakuan si Rizki.



“Jadi aja saya kembali ke rumah untuk ngambil tas Pak… terus saya pergi lagi eehhhh… Bu Mus tetangga saya datang dan ngejar saya sambil terengah-engah, dia ngabarin bahwa si Ciko kucing kesayangannya dah ngelahirin 4 ekor, kepaksa deh saya nengokin dulu si Ciko, dan ternyata emang lucu deh Pak… Nah pas nengokin si Ciko ehhh Bu Mus nyuguhin gorengan ama teh manis, kan ga enak Pak kalo gak dimakan… dah disuguhin itu rezeki dan aku gak bisa nolak.. jadi aku yah ngopi dulu. Itulah alasannya saya terlambat!!”



“Eh kok Bapak ngajar jam pertama sih bukannya harusnya Bu halimah dulu?”dengan lagak kepedean Rizki menyudahi alasannya datang terlambat, Pak zul hanya mengeleng-gelengkan kepala mendengar alasan tak masuk akal si Rizki.



“Untuk masalah saya mengajar pertama atau terakhir itu terserah saya, kamu disini hanya belajar… dan sekarang bapak gak mau tahu tentang kucing beranak… atau nenek kamu beranak… yang jelas kamu sudah datang terlambat dan kamu sudah tahu hukumannya bagi siswa yang datang terlambat.. sekarang mana PR kamu yang kemaren?” sedikit geram atas pertanyaan Rizki.



“Duh pak tadi waktu nengokin si Ciko, buku PR-nya sobek ama lakinya si Ciko yang cemburu ke saya gara-gara saya nengokin.” kembali memberi alasan yang gak masuk akal.



“Huahahahaha….” kembali riuh tawa memenuhi seisi kelas.



“Riiizzzkkiii berdiri dan angkat satu kaki kamu di sana, selama saya mengajar!!!” akhirnya Pak Zul tak bisa lagi menahan amarahnya.



“Lah pak, gak bisa gitu dong, aku kan sudah jadi siswa baik yang selalu mengamalkan Pancasila dalam hidup saya.” dengan gaya yang tengil menolak menerima hukuman.

“Kamuuu tuh yah..” Pak Jul merasa gemas tangannya sudah tak kuasa ingin menjitak si Rizki



Tok.. tok…



Tiba tiba Bu Halimah masuk ke dalam kelas dengan diikuti oleh seorang siswi yang tadi Rizki lihat di ruang guru.



“Maaf pak, saya mengganggu. Saya minta waktunya sebentar..” salam Bu Halimah pada Pak Zul, sambil melirik ke arah Rizki yang sedang berdiri di depan kelas.



“Rizki kamu bikin masalah lagi.. yah?” tanya Bu Halimah sambil memicingkan matanya penuh curiga.



“Anu Bu.. tadi kucing..!!” Rizki mencoba menjelaskan.



“Rizzzkii…!!!” akhirnya Pak Zul sudah tak tahan mendengar jawaban konyol Rizki, lalu dijewernya telinga Rizki. Teman sekelasnya pun kembali tertawa.



“Sudah.. sudah.. semua diam.. Rizki kamu sudah berdiri di sana.. “ Bu Halimah mencoba mengendalikan anak didiknya.



“Nah.. kita kedatangan siswi baru, dia pindahan dari seberang pulau dan sekarang menjadi kawan baru kalian disini. Ayo Ra perkenalkan diri kamu.” lanjut Bu Halimah memperkenalkan siswi baru yang sudah berdiri di sampingnya.



“Perkenalkan, saya Rara Syahmandini Anggoro, panggil saja Rara. Saya pindahan dari SMP Kabut Putih, saya pindah sekolah karena mengikuti ayah saya yang pindah tugas ke kota ini. Senang bisa bertemu dengan kalian semua.” ujar siswi yang bernama Rara tersebut.



Rizki yang berdiri disamping Rara lalu memperhatikan Rara dari ujung kepala hingga ujung kaki.



Di mata Rizki, Rara adalah seorang gadis tomboy dan hal itu terlihat dari cara berpakaiannya, juga rambut sebahunya yang dibiarkan acak acakan. Rara mengenakan kameja sekolah yang bagian lengannya dilipat dan di lengannya pun terlihat memakai gelang dan kalung yang tak lazim layaknya seorang wanita, malah terkesan seperti anak funk. Kameja putih yang dikeluarkan dan rok yang diatas lutut, memakai sepatu boot hitam bermerek DrM menambah kesan cuek. Ditambah gaya berdirinya yang terlihat santai jauh dikatakan feminim.



“Bu, apa gak salah, ini cewek atau cowok kok ibu nerima siswa ini?” celetuk Rizki setelah meneliti penampilan Rara di sampingnya.



“Maksud lu apaan..?” ujar gadis itu, ia merasa tersinggung atas ucapan Rizki.



“Maksud gue, lu tuh keliatannya bukan cewek. Noh boobs lu kok rata gitu sih..” dengan santai sambil menunjuk ke arah dada a Rara yang memang tak terlihat tonjolannya.



“Luuuuu..!!” Rara merasa kesal dengan tangan terkepal.



“Rizki kamu tuh gak ada sopan-sopannya… Sudah kamu ikut ibu ke ruang guru, dan kamu Rara silahkan kamu cari tempat duduk yang kosong!! Pak Zul silahkan lanjutkan mengajarnya saya pamit dulu.” bentak Bu Halimah lalu berpamitan dan pergi keluar kelas.



“Yaa nasib, padahal kan cuma ngasih pendapat aja.” ujar Rizki pasrah menerima hukuman akan diberikan oleh Bu Halimah.

Setelah Rizki dan bu Halimah Pergi,

“Rara ku duduk dibangku itu,” Pak Zul menunjuk kearah bangku yang tadi ditempati oleh Rizki, memang bangku di sekolah ini tak seperti bangku sekolah lainnya satu meja berdua, para siswa duduk disebuah kursi yang sudah ada mejanya

“Tapi pak ini kan tempatnya Riz..” Yoyo sedikit menolak,

“Maksud kamu..?” sedikit mengintimidasi melototi Yoyo

“ya pak..” Yoyo pun hanya bisa pasrah lalu memindahkan tas Rizki ke bangku belakang yang masih kosong tak terisi

Rara pun langsung duduk, dalam pikirannya tertuju pada Rizki, bagi rara entah apa yang hukuman yang akan diterima Rizki dan Rara tak pedulikan itu, tapi bagi Rara pernyataan Rizki tadi adalah genderang perang untuk dirinya.



Lanjut kebawah









Karena kelebihan patok ane bagi dua aja hihi
 
Terakhir diubah:
Rara

“Duh pengen cepet-cepet sampe sekolah baru,” ujar Rara, gadis manis dengan penampilan ala anak underground. Penampilannya terlihat lebih macho, jauh dari kata seksi, untuk gadis remaja seusianya.



Rara Syahmandini Anggoro gadis yang sudah seminggu pindah dari ibukota, dan tinggal di kota ini karena mengikuti ayahnya yang berpindah tugas. Ia adalah anak semata wayang dari Aryo Dwi Anggoro (39 th), ibunya telah lama meninggal saat melahirkan diri Rara. Sepeninggal ibunya, Aryo tidak menikah lagi hingga saat ini, ia mencurahkan waktu dan tenaganya untuk membesarkan Rara seorang diri. Orang tua Aryo, atau kakek-neneknya Rara, sering menganjurkan supaya Aryo menikah lagi agar ada yang merawat Rara, namun entah kenapa Aryo selalu saja menolak. Maka daripada itu, setiap Aryo berpindah tugas, Rara pasti terus mengikutinya, seperti hal sekarang.



Sedari kecil Rara memang menyukai musik beraliran cadas metal, CD grup metal luar negeri sampai lokal dia koleksi. Hobby Rara mempengaruhi gaya penampilannya, sampai-sampai kamar tidurnya pun penuh dengan poster band idolanya. Tak jarang Aryo kesal karena penampilan Rara, ia sering menegur anaknya agar berpakaian seperti gadis pada umumnya. Tapi Rara selalu membantah, bahkan ketika ia kesal karena mendengarkan nasihat ayahnya ia akan menyetel musik metal sekeras mungkin.



Selain penyuka aliran musik cadas, Rara pun penyuka olah raga taekwondo, dan kini sudah bersabuk hijau strip. Ia pun sering menjuarai kejuaraan taekwondo baik tingkat kota maupun provinsi.



Mungkin akibat dua hobby yang tak lazim untuk gadis seusia Rara, membuatnya tak tertarik untuk berpacaran, padahal sudah banyak laki-laki seusianya yang menyatakan perasaan mereka, namun selalu ditolak mentah-mentah.



“Ra, papah harap di sekolah baru nanti kamu mengurangi jadwal nonton konser. Kamu tuh seharusnya udah berdandan ala gadis remaja lainnya. Papah pengen liat kamu kayak anak gadis lainnya yang lagi kasmaran bersolek untuk arjunanya.” ujar Arya sambil menyetir mobil.



“Ah papah, basi akh ngomongin itu terus. Denger, ya Pah, Rara tuh sekolah mau belajar bukan mau cari pacar.. lagian papah ni aneh sih nyuruh-nyuruh Rara pacaran, entar Rara bunting tau rasa.” jawab Rara dengan ketus, ia tak suka dengan sikap papahnya.



“Diih kamu ngomongnya kemana aja.. bukan gitu, ayah juga gak mau kamu bergaul yang gak bener apalagi kalau sampe ngelakuin seks bebas. Tapi apa salahnya sih kalo ayah pengen liat kamu dandan cantik. Yang lain mah sibuk perawatan kulit dan pengen terlihat cantik, lah ini putri papah yang cantik malah gak ada peduli-pedulinya. Liat sekarang kulit kamu hitam kebakar gara-gara keseringan nonton konser.” Aryo masih terus mengomel. Rara yang sudah kesal atas omelan papahnya langsung menyalakan tape mobil dengan keras.



“Raaaa… Raaaaa..!!” teriak Aryo yang juga merasa kesal, tapi tak dapat menghentikan aksi Rara, ia hanya bisa mendumel dalam hati.



Tak terasa mereka pun sudah sampai di sekolah baru, mereka pun turun dan langsung menuju ke ruang TU untuk melapor.



“Selamat pagi bu, maaf mengganggu, saya mau menghadap Bu Halimah, bisakah saya menemui beliau?” ujar Aryo di depan petugas TU.



“Ooh Bu Halimah, silahkan pak, bapak langsung sana menuju ke ruangan guru, kebetulan beliau tak mengajar saat ini!!” jawab petugas TU sambil menunjuk ruangan guru.



“Ohh yah makasih bu. Mari..!!” pamit Aryo dan mereka berdua pun berjalan menuju ruangan yang ditunjukan oleh petugas tersebut.



Tok tok tok..!!!



“Masuk.” terdengar suara lembut dari dalam ruangan.



“Selamat pagi bu, saya mau menemuin Bu Halimah..?” sapa Aryo.



“Ya, dengan saya sendiri, bapak siapa yah..?” jawab wanita setengah baya di hadapan Aryo.



“Oh dengan ibu sendiri, perkenalkan saya Aryo oran tua murid dari Rara, siswa pindahan yang akan jadi murid kelas ibu!! Ssttt Ra.. sini!!” jaawab Aryo, lalu memanggil Rara yang asik mengamati sekolah barunya.



“Iyaaa.” jawab Rara.



“Perkenalkan bu, saya Rara, Rara Syahmandini Anggoro, murid bari dikelas ibu.” Rara memperkenalkan diri.



“Oalah ini toh murid baru yang akan masuk, sini.. sini masuk.” ujar Bu Halimah, mempersilahkan masuk.



Aryo pun langsung duduk, sementara Rara duduk disamping Bu Halimah. Sekilas Rara melihat sesosok siswa yang mengintip ke dalam ruangan.



“Gimana kira kira kamu suka dengan sekolah ini?” tanya Bu Halimah.



“Hmmm untuk sementara sih aku suka, bu… keliatannya adem.” jawab Rara, memang lingkungan sekolah ini sangat asri dan teduh, di sekeliling lapangan dan halaman banyak ditanami pepohonan dan juga banyak taman yang terawat.



“Syukurlah kalo kamu suka.” jawab Bu Halimah.



“Saya pribadi mengucapkan terima kasih, sebab putri saya sudah diterima di sini, mohon bimbingannya untuk Rara!” ujar Aryo.



“Sudah semestinya pak, kita sebagai guru mesti membimbing muridnya.” jawab Hu Halimah.



“Baiklah bu, saya tidak bisa lama karena saya musti langsung ke kantor, selebihnya saya serahkan ke ibu, dan jika ada sesuatu yang kurang tentang Rara, ibu bisa menghubungi saya.” Aryo berpamitan lalu menyerahkan kartu namanya.



“Baik pak.” jawab bu Halimah singkat, lalu Aryo berjabat tangan dan pergi meninggalkan Rara dan Bu Halimah.



“Nah sekarang kamu ibu antar ke kelas.” Bu halimah pun berdiri dan langsung menggandeng Rara untuk diantarkan ke kelas barunya.



Mereka pun menyelusuri lorong koridor sekolah, kadang Bu Halimah menerangkan seluk-beluk sekolah, dan sesekali Rara bertanya pada Bu Halimah tentang sekolah ini.



Hingga mereka tiba di kelas yang dituju, terdengar oleh Rara suara riuh dari dalam kelas, hal tersebut sangat berbeda dengan kelas lain yang cukup hening. Bu Halimah seperti tahu apa yang terjadi dalam kelas tersebut, dengan segera ia bergegas mendahului Rara. Rara pun terpaksa mengikutinya.



Tok..tok…



Bu Halimah mengetuk dan langsung membuka pintu lalu masuk ke dalam, Rara hanya berdiri di pintu, dirinya melihat sesosok siswa yang sedang berdiri dengan satu kaki di depan kelas.



“Lah itu kalo gak salah siswa yang tadi ngintip, kenapa dia?” Rara yang mengenali wajah siswa yang sedang terkena hukuman.



“Maaf Pak, saya minta waktunya sebentar..” salam Bu halimah pada guru yang sedang mengajar.



“Rizki kamu bikin masalah lagi.. yah?” lanjut Bu Halimah sambil memicingkan matanya penuh curiga pada siswa tersebut.



“ Anu Bu.. tadi kucing..!!” jawab siswa itu dengan gaya konyol.



“Rizzzkii…!!!” guru yang memberi hukuman membentak keras diikuti gelak tawa siswa lainnya.



“Sudah.. sudah.. semua diam.. Rizki kamu berdiri disana..” Bu Halimah mencoba mengendalikan anak didiknya.



“Nah kita kedatangan siswi baru, dia pindahan dari seberang pulau dan sekarang menjadi kawan baru kalian disini. Ayo Ra perkenalkan diri.” lanjut Bu Halimah sambil melambaikan tangannya agar Rara mendekat padanya untuk memperkenalkan diri.



“Perkenalkan, saya Rara Syahmandini Anggoro, panggil saja Rara. Saya pindahan dari SMP Kabut Putih, saya pindah sekolah karena mengikuti ayah saya yang pindah tugas ke kota ini. Senang bisa bertemu dengan kalian semua.” ujar Rara.



Siswa yang berdiri di samping Rara lalu memperhatikan Rara dari ujung kepala hingga ujung kaki.



“Mo ngapain si nih kunyuk.. merhatiiin gue segitunya.” Rara merasa risih dan ikut memperhatikan penampilannya sendiri.



“Bu apa gak salah, ini cewek atau cowok kok ibu nerima siswa ini?” celetuk siswa tersebut setelah mengamati Rara.



“Maksud lu apaan..?” Rara merasa tersinggung.



“Maksud gue lu tuh keliatannya bukan cewek, noh boobs lu kok rata gitu sih..” dengan santai sambil menunjuk ke arah dada Rara.



“Luuuuu..!!” Rara yang merasa kesal dengan tangan terkepal hendak memukul.



“Anjiing luu, ngatain toket gue, ngajakin perang nih cowok awas lu.” dalam hati Rara tersinggung menahan amarah.



“Rizki kamu tuh gak ada sopan-sopannya!!! Sudah… kamu ikut ibu ke ruang guru, dan kamu Rara silahkan kamu cari tempat duduk yang kosong!! Pak Zul silahkan lanjutkan mengajarnya saya pamit dulu.” bentak Bu Halimah lalu berpamitan dan pergi keluar kelas.



“Yaa nasib, padahal kan cuma ngasih pendapat aja.” ujar siswa tersebut pasrah menerima hukuman akan diberikan oleh Bu Halimah lalu melangkah keluar.



“Rara kamu duduk dibangku itu.” Pak Zul menunjuk kearah kursi yang kosong, Rara melangkah dengan senyum simpul.



“Tapi pak ini kan tempatnya Riz..” celetuk siswa di sebelah kursi kosong itu.



“Keliatannya nih antek bocah tadi.” gumam Rara.



“Maksud kamu..?” sedikit mengintimidasi guru yang dipanggil Pak Zul melototi siswa tersebut.



“Ya pak..” siswa itu pun hanya bisa pasrah lalu memindahkan tas temannya ke bangku belakang yang masih kosong tak terisi.



Rara pun langsung duduk, yang ada dalam pikirannya hanya satu, yaitu bagaimana caranya ia membalas dendam pada bocah yang tadi menghina salah satu bagian tubuhnya.







Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd