Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Desa Waringin. (Terjebak kawin kontrak)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Karena ada yang terakhir kopi. Ane up lagi deh khusus malam ini.
Semoga bisa dua part yah...

===

Pagi itu aku di sambut dengan payudara gondal gandul milik bik Sri yang bergerak ke sana kemari seiring pergerakan pemiliknya.

Pagi ini saat aku bangun, Beliau tengah mengepel lantai ruangan tamu dan ruang makan yang membuatku langsung memilih duduk di meja makan sembari menonton suguhan indah itu lagi.

Pagi ini Bu Sri hanya mengenakan daster pendek sebatas paha tanpa bra hingga puting besarnya itu tercetak jelas.

Aku disuguhkan kopi dan satintoples cemilan, sembari menikmati pemandangan itu. Aku membakar satu batang rokok. Bik Sri tanpa risih melakukan kegiatannya. Pergerakan tangan yang tengah mengepel lantai itu membuat payudara tanpa bh bergerak gondal gandul. Santapan nikmat sembari menyesap kopi.

"Aden mau sarapan dulu apa nanti saja?" Tanya bik Sri tanpa menatapku.

"Nanti aja bi, lagian hari ini nggak banyak kegiatan." Jawabku.

Ini hari ketiga aku di rumah dinas ini, dan aku sudah mulai terbiasa dengan apa yang dilakukan bik Sri, hanya saja komandan di bawah sana masih belum terbiasa, karena tiap kali melihat penampilan bik sri membuat komandan selalu tegang.

Beruntung pagi ini aku hanya mengenakan celana boxer tanpa celana dalam dan baju atasan alias bertelanjang dada. jadi saat komandan tegang tidak membuatnya sesak.

Saat bik Sri membelakangi ku dan memeras kain pel, Otomatis tubuhnya yang membungkuk dan membuat daster bagian bawah ikut terangkat karena pantatnya yang besar, di sana aku bisa melihat jika pagi itu bik Sri tidak mengenakan celana dalam.

Sial! Dari posisi ku saat ini aku bisa melihat dengan jelas vagina bik Sri. Vagina dengan bulu jembut yang lebat itu terpampang jelas di mataku. Membuat komandan semakin memberontak di bawah sana.

Gairah pagi hari memang sulit untuk ku kembalikan, bahkan sekarang jangan kananku sudah turun untuk mengelus komandan.

Bodo amat lah! Siapa suruh mancing gairahku. Lagian kesempatan kayak gini jangan disia-siakan lah. Kapan lagi coba. Uh! Bik Sri. Aku pengen ngentot pentil mu bik! Aku pengen jilat memek mu yang tembem itu .....

Aku segera mengeluarkan penisku dari dalam boxer. Sembari membayangkan tubuh indah bik Sri aku mulai mengocok penisku pelan.

Bik sri kembali bergerak ke sana kemari mengepel lantai tanpa memperhatikan ku.

Aku terus mengocok sembari membayangkan penisku yang di jepit diantara belahan payudaranya.

Aku melenguh pelan. Ku hisapnlsgi batang rokokku dengan tatapan yang tak lepas dari tubuh bik Sri.

Kini di mataku bik Sri tengah telanjang bulat, payudaranya yang bebas itu bergerak ke sana kemari. Memeknya yang ditumbuhi bulu lebat terlihat jelas.

Aku membayangkan bik Sri tengah mengangkang di hadapanku, mengobok memeknya dengan jari lentiknya. Dia mendesah pelan, membuat rasa nikmat kini ku rasakan.

Desahan lembut dan indah itu terngiang di kepalaku. Bayangan tubuh montok dengan payudara besar dan puting yang juga besar menari-nari di kepala ku.

Aku mempercepat kocokan. Penisku mulai menegang rasanya aku akan keluar saat ini juga.

"Ahhh.....!" Aku melenguh seringin air mani ku yang muncrat ke lantai di bawah meja.

Aku terdiam sejenak. Menikmati sisa Onami yang baru saja aku dapatkan.

Tak ingin aksiku ketahuan, aku segera memasukkan penisku ke dalam boxer lagi.

Lalu setelahnya bik beri menghadap kearahku seraya bertanya.

"Aden kenapa?"

Aku yang baru sana Onami sembari membayangkan tubuh bik Sri langsung gelagapan. "Eh... Nggak papa kok bi."

"Oh kirain Aden kenapa, bibik pikir Aden manggil bibik tadi..."

Sial! Apa dalam lamunanku tadi aku memanggil namanya? Ku harap tidak, karena jika iya maka betapa malunya aku.

"Ehh enggak kok bik."

"Oalah, ya udah kalo gitu." Ujar bibi sembari membawa ember dan kain pel ke arahku. "Permisi sebentar ya den, mau bibik pel?"

"Oh ... Ehh... Iy... Iya bi!" Aku gelagapan seketika. Ku pikir bibi sudah mengepel lantai di bawah meja.

Aduh! Kalo bibi liat pejuh ku gimana coba.

Karena takut mengangguk aku memilih beranjak. Mendorong kursi yang aku duduki kebelakang dan berdiri tepat di sebelah bik Sri.

Ku lihat bik Sri menatap ke arah selangkangan ku. Lalu terlihat dia tersenyum kecil sebelum kembali mengepel.

Aku segera bergegas ke kamar mandi. Lalu mandi untuk membersihkan diri.

Persetan jika bibik lihat pejuhku. Bodo amat! Salah sendiri pagi-pagi dah buat orang pengen aja!

===

Siang itu aku sibuk dengan pekerjaan dan masih menginput beberapa data di kantor. Tak lama berselang Rudi datang dan duduk di hadpanku.

"Kayaknya kita bakal dalam masalah dit." Ujarnya pelan membuatku mengerutkan kening seketika.

"Kenapa?" Tanyaku heran.

"Bukan cuma lahan aja yang parah, ternyata hasil produksi nggak sampai target."

"Serius?"

Rudi mengangguk. "Hari ini dan kemaren benar-benar di bawah target produksi. Padahal kalo gue lihat-lihat kemaren. Buah setiap area itu setidaknya cukup buat capai target, tapi udah dua hari lewat, belum juga nyentuh target."

"Coba lo liat besok di area, gimana cara pemanen kerja. Tanya juga kira-kira ada hambatan nggak. Kalo semisal emang buah banyak tapi nggak capai target berarti kinerja mereka yang kurang maksimal, dan kalo bener. Coba kita sosialisasi besok."

"Oke deh, besok gue coba cek. Sama ini hasil laporan hari ini." Ujar Rudi.

"Kasih ke Adi dulu biar di kerjain, gue masih ada kerjaan lain."

"Ya udah kalo gitu. Gue cabut yak!"

"Mau ke mana?" Tanyaku.

"Jalan-jalan! Lagian kerjaan gue udah kelar kan?"

Aku hanya mengangguk, diantara kami bertiga Rudi memang memiliki pekerjaan yang lebih ringan. Walau dari segi gaji tetap jauh berbeda. Tapi ya sudahlah, aku kembali fokus dengan pekerjaan ku hingga tak terasa sore datang menjelang.

Aku merentangkan tangan ku. Lalu melihat cangkir kopi yang sudah kosong di tanganku. Segera aku berangak, lalu berjalan pulang untuk meminta bik Sri membuatkan kopi lagi. Karena aku harus kerja dua jam lagi sebelum pekerjaan ku selesai.

"Bik! Bik!" Aku memanggil Bik Sri.

"Iya den, bibi di dalem!" Jawab bibik dari ruang tv.

Aku segera masuk. Dan meminta bibi untuk membuatkan ku kopi. Seperti pagi tadi. Bik Sri masih mengenakan daster pendek itu. Beliau tengah duduk di sofa sembari nonton tv dengan kaki yang selonjoran di atas sofa. Paha mulus itu langsung menyapaku. Melambai seolah minta untuk di elus.

"Buatkan kopi dong bik!" Pintaku.

"Loh. Masih kerja den?"

"Iya bik masih ada kerjaan dilit lagi."

"Tapi udah sore loh den. Nggak besok aja?"

"Gimana ya bi, besok Minggu, waktunya libur. Jadi ya sebisa mungkin dikerjain sekarang."

"Oalah, ya udah kalo gitu. Sebentar bibik buatkan."

Bik sri segera beranjak dari sofa. Lalu mengambil gelas yang ku ulurkan hingga membuat jarak kami sangat dekat. Dari sini aku bisa melihat jelas payudara bik Sri yang tertutup kain daster tipis.

Wangi keringat langsung menguar menyeruak ke dal hidungku. Aku menggeleng pelan untuk menyadarkan diri.

"Sabar-sabar! Inget masih ada kerjaan! Jangan aneh-aneh dulu!" Batinku memberontak.

"Nanti antar ke kantor ya bik!" Ujarku sembari lalu kembali ke dalam kantor.

Aku takut jika terlalu lama berhadapan dengan bok Sri aku tak bisa menahan diri dan malah menyergapnya saat itu juga.

===

Singkat cerita. Hari sudah hampir petang, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan sejam yang lalu bik Sri sudah pamit untuk pulang lebih awal.

Aku segera mengakhiri pekerjaan ku lalu kembali pulang. Segera aku mengambil handuk dan mandi. Lalu setelah siap aku kembali ke kamar untuk memakai baju.

Di sela itu, aku melihat sebuah map yang hampir tiga hari ini tergeletak di atas meja tanpa tersentuh. Map yang kemaren ditanyakan oleh pak Roni saat aku menghubungi beliau.

Kata pak Roni map itu sangat penting dan jangan sampai hilang. Dan karena itu membuat ku merasa penasaran.

Aku segera meraih map itu, dan segera membuka serta membaca isinya.

Surat keterangan serah terima.

Adalah tulisan yang ada di sampul map.

Aku segera membaca isi map tersebut.

===

Surat penyataan dan perjanjian.

Saya atas nama supriyanto alamat desa waringin jaya, kecamatan *** provinsi *** kabupaten Palembang menyatakan.
1. Bahwa saya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun membuat surat ini sebagai bukti perjanjian yang saya buat atas kesaksian pak Roni serta pak RT dan ketua dusun setempat.
2. Bahwa saya sudah menyetujui perjanjian kawin kontrak atas nama Sri Wahyuni yang mana tak lain adalah istri saya selama satu tahun penuh dengan nominal yang sudah di janjikan. Yaitu 10 juta Rupiah.
3. Bahwa saya tidak akan atau menarik surat perjanjian ini sebelum masa kontrak habis. Dan jika saya melakukan itu. Maka saya siap menerima saksi denda sebesar 3x lipat dari yang kontrak.

Ada pun perjanjian yang disetujui antara lain.
1. Menyetujui istri saya yang bernama sri Wahyuni Melakukan kawin kontrak dengan keponakan pak Roni yang bernama Adit Satria Wiguna.
2. Menyetujui dan mewajibkan Sri Wahyuni untuk melayani Adit Satria Wiguna seperti halnya melayani suaminya.
3. Mewajibkan istri saya Sri Wahyuni menuruti semua perkataan Adit Satria Wiguna sebagai suami kontrak.

Adapun tanggung jawab Adit Satria Wiguna sebagai pemilik kontrak diantaranya.
1. Selama kontrak berlaku, diwajibkan Menafkahi Sri Wahyuni sebagaimana mestinya seorang suami menafkahi istri.
2. Mengizinkan Sri Wahyuni untuk melakukan kewajibannya kepada suami. supriyanto seperti biasanya.
3. Memberi uang untuk keluarga Sri Wahyuni sebesar 500rb rupiah setiap bulannya.

Begitu sekiranya kontrak ini di buat atas kesepakatan bersama dan tanpa ada paksaaydari pihak manapun.

Yang mengetahui.

Saksi sah.
Roni Setiawan.

Yang mengajukan.
Supriyanto.

Saksi hukum.
Sugeng Waluyo.
Muhadi.
Sri Handayani.

Yang bertanggung jawab sebagai pemilik kontrak.
Adit Satria Wiguna.

===

Aku tertegun saat melihat isi dari map tersebut, terlebih saat melihat empat materai yang ditandatangani oleh beberapa orang saksi dan salah satunya aku.

What? Serius?

Kenapa gue asal aja tandatangan tanpa membaca isi kontrak tersebut.

Dan apa-apaan ini? Kenapa pak Roni nggak bilang dulu ke aku?

Atau jangan-jangan, ini adalah hadiah yang dia kasih ke aku sebelum aku datang?

Sial!

Ini nggak bercanda kan?

Sumpah! Apa-apaan dengan kontrak kawin kontrak, dan kontrak apa sebenarnya ini!

Tunggu!

Aku membaca isi perjanjian poin 2.
Melayani Adit sebagai Sri melayani suaminya?
Jangan bilang.... What the... Jangan bilang aku bisa ngentot bik Sri semua gue dengan adanya kontrak ini?!

Wah... Wah... Kayaknya aku harus memastikan isi kontrak ini langsung ke pak Supri. Aku nggak bisa asal percaya aja. Apalagi aku berada di desa orang dan langsung main sikat aja. Salah-salah bisa runyam masalahnya!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd