Ke mana pun angin berhembus menuntun langkahku
Memahat takdir hidupku di sini
Masih tertinggal wangi yang sempat engkau titipkan
Mengharumi kisah hidupku ini
Meski kuterbang jauh melintasi sang waktu
Ke mana pun angin berhembus, ku pasti akan kembali
Kulukiskan indah wajahmu di hamparan awan
Biar tak jemu kupandangi selalu
Kubiarkan semua cintamu membius jiwaku
Yang memaksaku merindukan dirimu
Meski langit memikatku dengan sejuta senyum
Aku takkan tergoyahkan, aku pasti akan kembali
Aku paaaaaaaasti akaaaaan kembali
Alunan lagu band lokal kesayanganku yang menemaniku selama perjalanan ke Rumah sakit. Walau band lawas tapi lagu-lagunya bermutu. Bukan lagu mengeja dan tetap berkualitas walau sudah usang. Akhirnya aku sampai di rumah sakit ini, aku segera melangkah menuju resepsionis menanyakan dimana dian berada. Sedikit ingatanku kembali ketika pertama kali bertemu dengan mbak erlina, ya disini ditempat ini. setelah aku mendapatkan informasi, aku segera menuju ke lantai. Ah, seperti biasa aku menggunakan tangga entah kenapa aku mungkin memang orang ****** tapi mau bagaimana lagi naik tangga lebih enak kelihatannya. Bisa menyapa orang ketika bertemu, begitukan dasarnya orang-orang di negara tempatku tinggal. Negara yang selalu ramah... ya begitu pula orang-orang yang berada didalamnya.
Hingga akhirnya aku berada dilantai dimana dian berada, aku lihat tante wardani yang sedang berjalan membelakangiku berbelok. Aku berlari ke arah tante wardani dan tiba-tiba saja sebuah tangan halus menarik tanganku. Aku terhenti sejenak, kulihat ke arah tangan itu menarikku.
bisa kita bicara sebentar ucap perempuan tersebut
eh... mbak itu bikin kaget saja, ada apa mbak? ucapku
hanya ingin berbicara saja... di ruanganku, sebentar ucapnya
iya mbak dokteeeeeeeer ucapku mengikutinya keruangannya
Tertulis sebuah ruang dokter bertuliskan , Dr. Ara, simple tidak ada lengkapnya. Aku masuk dan sesaat setelah pintu tertutup mbak ara kemudian berbalik. Tiba-tiba saja memelukku dengan sangat erat.
terima kasih ar... terima kasih banyak... ucap mbak ara
iya mbak sama-sama, jadi yang mau dibicarakan apa? ucapku
Cuma pengen peluk kamu saja, rasanya hatiku bahagia ketika mendengar orang-orang itu telah kaku disana ucapnya
peluk aku, sekali ini saja... ucapnya
haaassssh... okay ucapku langsung kupeluk tubuhnya
kamu ndak mau hadiah? ucap mbak ara
mbak tahu wanita yang tertembak? ucapku
heem... balasnya
mbak pengen aku merasakan bersalah? ucapku
tidak... ucap mbak ara, mengangkat tubuhnya dan memandangku tapi kedua tangannya masih memeluk pinggangku
baiklah... aku tahu, Dian Rahmawati Sukoco ya? Dia sangat beruntung mendapatkan lelaki sepertimu ar ucap mbak ara
eh... kenapa ada nama pak koco sekarang? Kapan dikasihnya? bathinku
ya.. ucapku membenarkan walau sebenarnya aku tidak tahu darimana nama sukoco berasal
aku tidak akan mengangganggumu tapi berikan aku ciuman perpisahan... ucap mbak ara yang tiba-tiba saja memeluk pinggangku lebih erat, matanya memandangku tajam
mbaaaak... dian ada disini... ucapku
aku tidak akan melepaskan tanganku sebelum kamu memberikannya. Tak peduli... ruangan ini sering dimasuki oleh perawat-perawat yang menemuiku jika kamu tidak memberikannya, mereka akan tahu aku memelukmu disini... ucap mbak ara, mau bagaimana lagi?
Aku daratkan bibirku di bibirnya, mbak ara memiintaku menciumnya dengan melumat bibirnya. Akhirnya aku berciuman dengan mbak ara, lama sekali berciuman mungkin ada sekitar 10 menitan. Walau dedek arya akku tahu bangun tetap saja dia melemas lagi karena otakku memikirkan dian.
terima kasih... ar... ucapnya sembari melepas ciumannya
sama-sama mbak... boleh aku pergi sekarang? ucapku, mbak ara mengangguk
Ketika aku membuka pintu hendak keluar...
Ar, terima kasih banyak seandainya saja aku tidak bertemu denganmu, mungkin semuanya sudah menjadi hilang... ucapnya
sama-sama mbak, dan terima kasih mau menolong warga saat aku KKN ucapku
iya... oh iya, dia ada diruang VVIP. Disana aku sudah tulis namanya di pintu kamarnya... ucap mbak ara
oh oke siap ucapku
kamu ndak tanya nama yang aku tulis disana? ucap mbak ara
eh, emang ditulis apa? ucapku
Aryas Love ucap mbak ara, aku malu wajahku sedikit memerah
yeeee dokter galak ternyata romantis juga ya he he he ucapku
Aku memandang mbak ara sejenak, pandangan kami bertemu. Mungkin kami berdua teringat ketika kami pertama kali bertemu di rumah sakit ini..
hi hi hi he he he he... he.... he.... ha ha ha ha ha ha ha ha tawa kami bersama
Setelah pertemuan dengan mbak ara, aku ke kamar mandi sebentar. Mencuci mulutku agar tak tercium bau mbak ara he he. Selepas keluar dari kamar mandi, aku berjalan menuju ruang VVIP, ketika aku melangkah. Tiba-tiba seseorang memanggilku...
Ar... panggil lelaki itu
eh... kamu nton, aku kira siapa? ucapku
Anton kemudian mengajakku ke atap gedung, ah dunhill...
nihhh.... ucap anton melempar sesuatu kearahku, sebuah kotak dan aku buka sebuah botol kecil dan sebuah suntikan
apa ini? ucapku
dasar, kamu ndak lulus SD apa, baca tuh keterangannya, goblol! ucap anton
iya pak komandan... ucapku, aku langsung membacanya
masih bisa bergerak ndak? ucapku
masih tapi terbatas, kalau dikasih itu ya lemes terus, walaupun mereka sehat. Gerakannya pun tidak akan seperti ketika mereka sembuh. Intinya lemas terus lah... ucap anton
darimana? ucapku
si dokter cantik anaknya pak medita... ucapnya, ah mbak ara.
dimana mereka? ucapku
lantai bawah kamar dian, masih terkapar... ucap anton
nton, makasih banyak ya... ucapku
makasih... makasih, emang sini ngasih apa ke kamu? suuuudaaaaaahlaaaaaaah... ucapnya
oiya kayaknya koplak bakal jarang kumpul ar... ucap anton
lho lho lho... ada apa? ucapku
aku sudah melamar anti, dan dia sekarnag tinggal bersamaku. Kemarin aku sempat bertemu dengan karyo, hermawan dan udin. Mereka juga sudah melamat pasangannya dan mungkin yang lain juga. Tinggal kamu... ucapnya, aku hanya tersenyum mendengar kebahagiaan ini.
aku akan menyusul... tapi.... ucapku
tapi apa? ucap anton
koplak masih ada kan? ucapku
ha ha ha ha... masih ada tapi hanya jarang kumpul. Kalau aku, tahu sendirilah bagaimana aku dhadapan anti.. ucap anton menunjuk hidungnya sendiri
aku juga nton, kayaknya harus berdiplomasi jauh-jauh hari kalau mau kumpul. Sekarang aku sudah tinggal bersama dian... ssssssssssshhh aaaaaaashhhhhhhhhh... tapi aku harap kita masih tetap menjadi satu ucapku
satu ya tetap, tapi kalau dulu kita bisa dari jam 12 malam sampai jam 12 malam lagi sekarang.... paling 30 menit sudah disuruh pulang ha ha ha ha ucap anton
Aku dan antoon tertawa bersama, ngakak habis tak habis-habisnya aku berhenti tertawa. Jika di lihat lagi koplak memang sangat mencintai pasangannya. Sampai-sampai diberi label suami takut istri, tapi bukan berarti takut yang sebenarnya. Takut kalau sudah tidak ada yang mengendalikan emosi mereka, karena hanya pasangan mereka saja yang bisa. Aku dan anton kemudian berjalan menuju ke kamar ayah dan om nico. Tepat didepan kamar yang dijaga oleh dua petugas...
masuk saja... ucap anton, aku mengangguk dan kemudian masuk ke dalam kamar ini. kulihat dua orang memandangku tajam yng terbaring lemas karena perban dan juga kayu-kayu penyangga pada tangan, kaki dan lehernya. aku hanya tersenyum... melangkah menuju ke arah mereka...
Apa kabar? Bagaimana rasanya? ucapku sembari berdiri ditengah-tengah mereka
bajinganhhh kamu ucap ayah
dasar bajingan ucap om nico
lho... lho kok malah aku? Bukannya kalian? ucapku
masih ingat ini? ucapku sembari melepas kalung dileherku
kamu.... ucap ayah
ingat tidak, kan pernah aku perlihatkan ke kalian ucapku, mereka terdiam
aku mencari mereka, mereka yang selalu merindukan aku. Aku menemukan mereka, dan mereka hidup berbalik sangat berbalik dengan kehidupan kalian. Kalian bisa hidup enak, makan enak, tidur di kasur empuk... hmmmmm... tapi tahu tidak kalau mereka tinggal dirumah yang peyot, makan juga tidak teratur, tidur saja di ranjang dengan kasur papan kayu... ucapku
tahu tidak? ucapku, mereka terdiam
TAHU TIDAK! SIAPA YANG BAJINGAN! MEREKA ITU YANG BUAT KALIAN JADI ORANG HEBAT! TAHU TIDAK! seketika emosiku meledak
eh... kamu searusnya tidak melakukan ini kepada ka... ucap ayah
tidak seharusnya? Aku sudah berjanji kepada mereka, janji harus ditepati dan aku akan membuat kalian lebih menderita dari yang mereka rasakan... ucapku, aku mendekati mereka dan duduk disamping ayahku
lho ndak bisa gerak ya? ucapku
ergh sialan kamu... ucap ayah, yang semua tangannya tampak berbalut dengan perban dan juga kayu penyangga
kakek wicak itu orangnya bijaksana lho yah, bahkan dalam keterasingannya pun mereka masih tetap dianggap sebagai orang nomor satu di banyu biru dan banyu abang, begitu pula nenek mahesawati. Mereka pindah karena memang sudah tidak ingin melihatmu lagi datang, mereka sudah tidak punya apa-apa lagi. Warga tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka juga hidup sederhana, mereka tetap membantu kakek dan nenek dalam hal makanan dan lain sebagainya. Bahkan tanpa dibayarpun wara melayani mereka bak raja dan ratu didaerah itu. hmmm... pasangan yang serasi tapi sayang... kamu malah jadi bajingan! ucapku
kamu tidak menceritakan mereka mmmmm.... ucap ayahku dan kututup mulutnya dengan tanganku
dan ayah tahu, kamu juga hei jangan sok ndak denger! Kamu juga di besarkan oleh mereka ucapku sembari menendang tempatnya berbaring
arghh... jangan kamu tendang dasar sialan! ucap om nico
kamu itu yang sialan, sebut sembarang orang sialan. Dasar bajingan! ucapku menedang kembali, dia mengaduh kesakitan karena sedikit saja goncangan tubuh mereka merasakan sakit
Oh iya lupa aku mau melanjutkan dongengku... kupandangi ayah
dan ayah tahu, ketika aku datang... mereka menceritakan semuanya, dan kalung ini disimpan ole nenek diberikan kepadaku agar aku bisa menunjukannya ke ayah... anaknya dan juga teman anaknya yang sekarang terbaring lemas... lanjutku sembari memegang kalung nenek dan aku perlihatkan tepat di wajah ayah, lalu aku berdiri dtengah-tengah mereka dan membelakangi mereka
oh ya, kalian berpikir tidak kalau aku hanya akan datang dan diam begitu saja? ucapku, tak ada jawaban
aku tidak akan membiarkan kalian bisa berdiri tegak lagi... ucapku
Aku membuka kotak yang diberikan anton, seperti seorang dokter aku memasukan jarum suntik ke botol itu. aku mendekati infus ayah, ayah berteriak-teriak minta tolong.
percuma yang jaga diluar sana itu temanku ucapku sembari menyuntikan cairan itu di infus ayah
Aku ambil lagi cairan itu dengan menggunakan jarum suntik, dan aku mendekati om nico. Kusuntikan cairan itu ke infus om nico.
well... selamat menikmati akhir hidup kalian, dan aku beritahu... sekalipun kalian mencoba bunuh diri tak akan aku biarkan, aku akan membuat kalian tetap hidup, dan menderita lebih dari kakek dan nenek ucapku dan berbalik
Teriakan bajingan, segala macam umpatan terdengar keras... aku hanya tersenyum... sembari mengangkat kedua tanganku...
lebih keras lagi... ucapku yang membelakangi mereka sembari mengakat kedua tangan bak seorang musisi yang mengatur orkestranya
ha ha ha ha ha... tawaku
Aku kemudian diam... aku berbalik dan memandang ayah... yang wajahnya terlihat marah...
terima kasih telah mendatangkan aku ke dunia ini... karena kamu ada aku, karena aku adalah pemberhentimu... terima kasih... ucapku tersenyum dan melangkah keluar
sudah? ucap anton
sudah... dan aku berharap aku masih bisa mengawasi mereka, aku tidak ingin mereka bunuh diri. Mereka harus lebih menderita dariemua orang yang mereka hancurkan... ucapku dengan tatapan tajam
celeng! Wajahmu jangan serius gitu kenapa, nakut-nakutin saja! ucapku
eh... he he he terbawa suasana wan (awan kinton sebutan anton)... balasku
wes lek dang, bojomu njalok kelon kae lho (dah cepat, istrimu minta kelon itu lho) ucap anton
ah.. yah... segera aku berlari menuju lantai atas,
ketika itu berlari aku melihat tante war hendak masuk ke dalam lift. Aku berteriak memanggilnya dan tante war melihatku. Dia menunjuk-nunjuk ke jalan yang mengaarah ke kamar dian sambil tersenyum bahagia.
DIAN SUDAH MENUNGGUMU ucap tante war dan pintu lift tertutup
Aku memandang jalan itu kembali, dan aku melangkah ke arah kamar dian. langkah itu seperti meumbuhkan bunga diantaranya. Langkahku semakin cepat dan berlari hingga aku berada didepan pintu yang bertuliskan Aryas Love. Aku tersenyum sejenak...
Didalam sini ya....
Haruskah aku mengetuk pintu?...
Haruskah aku membukanya langsung?...
Kenapa rasanya lebih berat daripada bimbingan skripsi yah?...
Lho... kok tiba-tiba ada bunga tumbuh di pinggiran pintu?...
Adakah yang menanam bibir bunga disini?...
Kenapa gemetar sekali rasanya tubuh ini?...
Tidak dingin, tapi tubuhku kaku...
---
Malam hari (hari 1)
Setelah aku dibawa oleh ambulan aku dimasukan kedalam ruang perawatan. Aku hanya ditemani ibuku saja, mbak asih mmm tante asih juga terlihat disini bersama dengan kedua nenek arya beserta kedua tantenya yang lebih muda dariku. Tapi hanya sebentar saja mereka bersamaku dan langsung pamitan untuk pulang kerumah. Kini hanya aku dan ibuku saja diruangan ini. Ibu sudah mendapatkan perawatan seharusnya juga berbaring di tempat tidur, tapi ibu bersikeras untuk bersamaku. Wajarlah aku jarang sekali bertemu dengan ibu, walau tubuhku banyak berubah ibu tetap saja mengenaliku. Aku berbaring dikasur dengan tanganku dibalut oleh perban, untung saja ndak di infus.
ma... ucapku melihat ibu sedang menyiapkan minuman untukku
iya ada apa dha ucapnya
kok dha, dian maaaaa... ucapku
eh maaf, kan kebiasaan sayang ucap ibu
mama kok tahu kalau aku anak mama, secara aku kan dah ndak dekil kaya dulu lagi? ucapku
hmmm... kamu mau operasi plastikpun mama bakalan tahu. Suatu saat nanti kamu akan tahu ketika kamu menjadi seorang ibu ucap ibuku
hmmm... mama so sweet deh, sini mah tidur sama dian. anak mama yang cantik ini ucapku
bukan cantik tapi manis dan cantik sekali... ucap ibu
iya mama juga cantik hi hi hi ucapku
Mama kemudian duduk disebalhku...
ma, tidur sama dian ya... dian lma banget ndak bobo sama mama ucapku
iya sayang, iya tapi nanti kalau sudah ndak ada perawat yang datang yah ucap ibuku
Kleek...
hai yan.. ucap seorang perempuan, aku sedikit terkejut tapi kemudian tersenyum kepadanya. Ibu langsung turun dari tempat tidurku dan berdiri disampingku.
hai er mmm mbak erlina... ucapku
ih pakai mbak segala, wong umurnya juga hampir sama kok ucap erlina
ndak papalah secara kan kamu... ucapku tersenyum dan erlina mengerti itu
iya deh, tapi kamu ndak papa kalau... ucapku
ndak papa, malahan seneng kan punya saudara lagi... ucapku
lho kalian sudah saling kenal? ucap ibuku
sudah, ini kan kakak angkatnya ary... ucapku
ooowalah... tante ndak tahu... ucap ibuku
erlina tante... ucap erlina
iya, ini tante ibunya dian, panggil saja tante war, lengkapnya wardani ucap ibuku
tante cantik ya sama kaya anaknya... ucap erlina
bisa saja kamu mbak, mbak kan juga cantik ucapku memuji erlina, kami semua tertawa bersama
ini obat diminum ya yan, biar lukamu cepet kering dan juga cepet sembuhnya ucap erlina
heem, tapi kan lukanya ndak dalem-dalem banget kan? ucapku
ndak, kamu tertembak pada bagian bahu untungnya saja anton cepat mengelurakan peluru kamu jadi ndak perlu operasi. Sebenarnya ya ndak boleh, pasti sakit banget. Tapi kalau dilihat dari robekannya kelihatannya anton sudah ahli dalam membedah, robekannya teratur dan bagus ucap erlina, tidak mungkin aku mengatakan kepada erlina siapa anton
ndak tahu juga mbak... tapi terima kasih sudah merawatku ucapku
iya sama-sama, dah istirahat ya biar lekas sembuh ucap erlina
Erlina pun berpamitan kepada ibuku, dan keluar dari kamar. ibu kemudian berbaring disamping kirkuku. Aku memiringkan tubuhku ke kiri agar aku bisa berhadapan dengan ibu, tahu sendiri kan kalau bahu kananku tertembak jadi tidak mungkin aku tindih dengan tubuhku. Ibu mengelus wajahku, elusan yang sangt aku rindukan selama ini. Elusan-elusan lembut ibu membuatku mengantuk, tiba-tiba dalam khayalanku, membuat susuku mengeras sendiri ketika teringat seorang lelaki yang selalu aku minta untuk selalu mengelus susuku ketika hendak tidur. Aku tersenyum sendiri dalam tidurku...
Hari-2
Aku bangun siang sekali, kulihat matahari dari jendela tampak sudah menyala-menyala. Kulihat jam dinding dalam kamar ini menunjukan pukul 10 pagi. Tak kudapati ibu disampingku, kulihat sekeliling juga tak ada ibu. beberapa saat kemudian ibu masuk dengan membawa handuk kecil.
mama dari mana? ucapku
tadi minta handuk kecil buat mambasuh tubuh kamu. jadi kamu ndak usah mandi dulu ya ucap ibuku
nanti kan bau, apa mama ndak kangen mandiin aku? godaku
yeee kangen sih kangen tapi... ucap ibuku
tapi apa ma? aku heran
tapi nanti arya ndak ada kerjaan kalau kamu sudah mandi ucap ibuku
iiih masa aku disuruh mandi bareng sama arya ucapku, ibu melihatku dengan pandangan yang bagaiman gitu...
iiih mama lihatnya gitu deh... iya, dian sudah sama arya... tapi jangan di omongin, dian kan malu ucapku
siapa yang maksud ke situ? Maksudnya arya yang ngater ke kamar mandi, terus kamu dimandiin sama susternya gitu. Ketahuan ya... ucap ibuku, membuatku malu sendiri sudah mengakuinya dihadapan ibu
huh paling ibu juga sudah tahu... ucapku, sembari pipi kanan dan kiriku menggelembung
sudah ndak usah dibahas lagi, masalah tahu atau tidak... ya mama kan tahu, secara mama kan ibu kamu... terserah kamu sayang yang penting kamu bahagia, ibu senang ucap ibuku, langsung aku peluk
Aku bercanda dengan mama, dan kemudian tubuhku dibasuhnya. Lucu juga ya, bagaimana nanti kalau mas mandiin aku pasti hiiii... digituin. Tapi itunya gede banget, kemarin saja sakit banget. Aaaaaa... aduh gimana ini... tapi tapi... aaaaaaaaa.... kangeeeeeeennn....
lagi mikirin apa? Wajahnya kok memerah gitu hayoooo ucap ibuku
rahasia weeeeek... ucapku, ibu hanya tersenyum kepadaku
kemarin kamu olesi apa sayang kok orangnya langsung K.O ucap ibu
Aku kemudian menceritakan pertemuanku dengan ibu diah, ibu arya. dari situ aku cerita panjang lear mengenai pertemuanku. Dan disitulah ibu arya mengolesi bagian-bagian sensitifku agar aku tetap terjaga. Ibu Diah juga telah memberitahukan kepadaku kalau cukup dbasuh dengan air saja sudah hilang. Setelah cerita itu, ibu menjutkan membersihkan semua bagian tubuhku hingga benar-benar bersih. Teringat ketika aku masih kecil.
Setelah semua bersih, ibu memakaikan pakaianku kembali. Pakaian lengan panjang yang longgar, membuatku teringat akan kaos panjang yang aku minta paksa dari mahasiswaku. Kalau dulu aku ngebet banget dapat kaos darinya, tapi aneh juga ya kenapa aku harus ngebet banget? Jadi tambah maluuu... apalagi huh! Memang mahasiswa nyebelin masa sama dosennya sendiri mengkritik pakaian yang dikenakannya, pikirannya mesum banget! Tapi benar juga... aaaa pokoknya kamu salah, salah, salah dasar cowok nyebelin!
Setelah bergulat dengan perasaanku sendiri, perasaanku kembali menjadi tenang, entah apakah karena esok aku akan bertemu dengannya. Sudah terlalu rindu aku dibuatnya. Pokoknya kalau besok ketemu, mau aku... erghhh... kangen bangeeeeeeeet. Cepetan datang, eh jangan aku belum mandi, datang saja nanti mandiin aku, eh tapi aku maluuuuuu... dasar cowok nyebeliiiiin!....
kangen nih yeee ucap ibuku, menggugah lamunanku
uh apaa sih mama, godain dian terus ucapku, setelah membalas ibu, pandanganku menjadi sedikit kososng melamun lagi
ngalamun lagi dah kangen berat ya? berapa kilo? canda ibu kembali
eh... mama! Jangan godain dian terus kenapa sih uuuuh ucapku sembari nganmbek
hmm... ternyata anak mama ini kalau ngambek cantik juga ya? pantesan, si bocah SMP itu terseret-seret...goda ibuku
mamaaaaaaa.... ucapku semakin ngambek
secara kan dah berapa hari ndak ketemu sama ehem ehemnya ucap ibu, mendekatiku dan mencubit kedua pipiku
heem... banget ma... ucapku
iiih wajahnya merah banget... ucap ibuk sembari memelukku dari samping. Aku tersipu malu sekali dihadapan ibu, bagaimana ya kabar cowok nyebelin itu!
ma... ucapku, tiba-tiba teringat akan papa
ya... balas ibuku
ndak pengen ketemu sama papa? ucapku
Ibu menghelas nafas panjang dan memandangku...
iya nanti sayang kalau arya sudah datang ya ucapnya aku tersenyum
iya ma, temui saja. papa pasti bahagia ketemu sama mama lagi.. bujukku
mama ndak yakin nak, setelah semua yang terjadi. Walau sebenarnya itu semua... ahh... tidak usah dilanjutkan saja mama, tidak kuat kalau harus mengingat masa lalu... biarkan besok ketika bertemu, papamu mau menerima mama atau tidak ucap ibuku
yakin deh ma, pasti mau ketemu kok kembali aku meyakinkan ibuku
Hari ini aku lalui dengan bercanda bareng ibuku, mengenang masa-masa indah ketika kami tinggal bersama. ya indah, kalau bajingan itu pas ndak datang kerumah tapi kalau pas datang seperti neraka. Untung dia sekarang sudah tertangkap. Hingga malam hari, erlina datang kemudian erlina meminta waktu kepada ibu agar bisa berbicara kepadaku.
ada apa mbak? ucapku, yang duduk diatas tempat tidurku
sebenarnya ndak papa sih Cuma pengen ngobrol saja... ucapnya
wajahnya jangan gitu dong mbak, ada yang mbak pikirkan? ucapku
eh... anu itu... gimana ya yan ngomongnya, susah ucapnya, aku wanita dia juga wanita. Wanita memiliki perasaan yang mungkin seorang lelaki tidak pernah mengetahuinya. Aku merasa dia ingin mengakui sesuatu tetapi takut mengungkapkannya, mungkin aku harus memulainya terlebih dahulu agar suasana tidak canggung seperti ini.
mbak... arya sudah cerita semuanya, yang terpenting harapanku cuma satu mbak. Biarkan aku yang menjadi satu-satunya untuk dia ucapku, membuatnya sedikit terkejut dengan ucapanku
haaaaaasssssh... erlina menghela nafas panjang
ternyata dia sudah cerita ya? padahal aku dulu memintanya merahasiakannya, maaf yan... sebenarnya aku ingin mengakui semuanya disini bukan untuk merusak hubungan kalian hanya saja aku merasa bersalah kepadamu, hanya itu... kita sama-sama wanita, dan aku juga pasti akan merasakan sakit jika pasanganku melakukan hal yang sama, maka dari itu disini aku hanya ingin minta maaf dan aku pastikan aku akan menjadi kakak perempuannya seperti kakak kandungnya sendiri. aku tidak ingin ketika kelak kamu mengetahuinya kamu akan membencinya, karena semua adalah kesalahanku ucap erlina berdiri di depan ranjangku
sudah mbak... harapanku ya itu tadi, tak masalah mbak tetap menjad kakak perempuannya. Hanya itu tadi mbak... ucapku
iya yan, pasti... ucapnya tersenyum dan mendekatiku dari samping. Dengan hati-hati aku dipeluknya.
maafkan aku yan, maaf aku tidak akan lagi memperlakukannya seperti dulu. Aku tidak tahu yan sungguh aku tidak tahu jika kamu sangat mengharapkannya, aku juga telah menghianati pacarku sendiri. mulai sekarang dan seterusnya aku akan membahagiakan alan kekasihku, aku harap kamu uga membahagiakan adikku. Hiks hiks.... ucapnya menangis
iya mbak... hiks... akupun ikut menangis, dia melepaskan pelukanku
kalau dia sampai menyakitimu, bilang aku ya... biar aku hajar dia ucapnya, sembari memngusap air matanya
iya... ucapku yang ikut menangis
Kami berpelukan kembali...
oh iya, jadi mau kan jadi kakak iparku ucapku
heem... punya adik ipar cantik seneng juga ucap erlina
Kami kemudian berpisah dan selang beberap saat ibu kembali. Ibu tersenyum kepadaku, dan mengatakan kepadaku kalau aku lebih kuat darinya. Aku membalas ibuku, kalau dia lebih kuat dariku. Canda tawa kami bersama, hingga mengantuk dan ibu tidur bersamaku kembali.
hati kamu besar juga ya nak ucap ibu sayup-sayup aku dengar
itu semua ibu yang mengajari... ucapku yang kemudian tertidur dalam pelukannya
Hari-3
mama, datangilah papa ucapku sekembalinya ibu dari luar kamarku
tapi arya belum datang sayang ucapnya
sudahlah bu, hari ini dia pasti datang ucapku
kamu yakin? ucapnya
heem ibu tenang saja, arya tidak pernah ingkar janji ucapku
baiklah kalau begitu, ibu mandi dulu ya ucapnya
oia bu, nanti kalau ada taksi diluar rumah sakit bilang sama supir taksinya untuk memanggilkan pak wan, gitu ya bu. Itu langganan taksiku sama arya ucapku, ibu mengangguk
Setelah beberapa saat ibu mandi, kemudian aku dan ibu mengobrol sejenak. Aku kuatkan hati ibuku agar mau bertemu dengan ayah. Ya, bertemu dengan suaminya walau dia bukan ayahku secara biologis aku akan menganggapnya sebagai ayah kandungku. Setelah lama mengobrol kesana kemari ibu akhirnya meninggalkanku, peluk dan cium darinya membuatku kembali tegar menunggunya. Selepas ibu pergi, aku sendirian didalam kamar. Sejenak aku merasakan rindu yang sulit diobati, ugh jengkel banget sama cowok nyebelin itu huh!
Selang beberapa saat aku merasakan akan kehadiran seseorang didepan pintu kamar rawatku...
Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja mengatakan kepadaku ada seseorang diluar sana...
Apakah seseorang yang aku tunggu...
Mataku terus tertuju pada pintu itu...
Dadaku berdegup dengan kencang...
Kenapa seperti ini rasanya?...
Ah...