Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Underestimated

Jika Suhu seorang Arga, suhu bakalan milih siapa?

  • Tari Sandra Aryagina

  • Yona Lusiana

  • Fannisa Khairani Pertiwi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Maaf atas keterlambatan updatenya suhu semua.. soalnya makin banyak kerjaan nih.. heheheh

Maafin juga atas ketypoan ane.. maklum, ane berusaha cepat update di sela kesibukan.. maaafff
Gpp hu, kami slalu menantikan dgn setia, utamakan RL dulu dan jgn lupa jaga kesehatannya hu. :jempol:
 
EPISODE 20
--RASA YANG TERPENDAM--



“Kamu gak boleh ketemu sama Arga lagi.”
“Emang kenapa kak?”
“Sekali kakak bilang tidak ya tidak.”
“Tapi kakak harus kasih tau alasannya dong.”
“Udah berani bantah kamu sekarang ya. Aneh kamu sekarang.”
“Kakak yang aneh, kemaren kakak nyuruh teman kakak yang aneh itu buat jagain Tari. Lalu udah mulai percaya sama Arga, tapi sekarang? Kakak Aneh. Tari mau ke kamar dulu.”
“Kamu gak sopan sekarang dek. Sini dulu.”
“Ahhhh… Sakit kaaakkk..”
“Ibaaasss… kamu kenapa sih. Lepasin tangan adik kamu.”
“Hiiikkkkssss… Ibuuu..”
“Udaaahhh.. kamu masuk dulu sana. Bersihkan badan kamu. Ibas. Ibu tunggu kamu di bawah.”


Tari yang baru sampai di rumah setelah bercanda dengan teman kecilnya, Alfian, langsung disambut tidak baik oleh kakaknya, Ibas. Sampai sampai Ibas bertindak tidak seharusnya dengan menarik tangan Tari saat Tari ingin masuk ke kamarnya. Untung saja pertengkaran itu diakhiri dengan kedatangan Ibu mereka yang heran dengan sikap Ibas kepada adiknya. Ini hal pertama kali ia melihat mereka berdua bertengkar. Bahkan sampai sampai Ibas melakukan hal yang bisa dibilang kasar kepada Tari.


“Kamu kenapa nak?”
“Maafkan Ibas bu. Ibas hanya tak ingin Tari memilih lelaki yang salah.”
“Hmmm.. Ibu tau kamu itu sayang sama adek kamu. Sampai kamu gak mau adek kamu salah pilih. Tapi kamu tahu kan, caranya gak harus seperti itu?”
“Iya bu. Ibas salah.”
“Hmmm… Ibu boleh tahu, kenapa kamu bisa bilang kalau Arga bukan orang yang tepat untuk adekmu?”



“Kak Ibas kok sampe segitunya sih cari tahu siapa Arga? Emang udah kebelet ya Tari nya?”
“Hahaha.. gak juga sih Cha. Kan lebih baik dikenali sekarang dibanding rasa nya makin mendalam.”
“Hmmm…”
“Udah kamu makan aja dulu. Kalau udah habis, baru kita mulai ya.”



Sore itu, setelah menunggu kepulangan Icha, Ibas membawa sahabat adeknya tersebut yang memang sudah ia anggap adek sendiri itu pergi makan sambil mencari informasi tentang Arga, orang yang kini sedang dekat dengan Tari, adiknya. Dan segelintir tentang Yona, mantan pacarnya juga mengusik pikirannya juga akan ia Tanya ke Icha yang sekarang menjadi bawahan Yona. apalagi, semenjak pertunangan yang dilakukan tanpa kehadirannya itu, ia tak pernah lagi mengetahui informasi tentang Yona.


“Jadi kak Ibas maunya aku mulai dari mana nih?”
“Yaaa.. kamu ceritain aja apa yang kamu tahu tentang Arga.”
“Arga. Mungkin satu satunya karyawan yang kalem dan tenang pembawaannya kak. Setiap orang yang pernah berinteraksi dengannya pasti juga mengatakan kalau ia adalah pribadi yang ramah. Apalagi ia sangat menghargai yang namanya wanita. Tapi setiap yang aku ketahui, ia paling gak suka akan kebohongan kak. Ya, aku juga termasuk korban yang dijauhinya.”
“Maksud kamu?”
“Ada sesuatu hal yang membuat aku harus terpaksa berbohong kepadanya kak. Dan sampai saat ini, ia enggan untuk berinteraksi denganku. Tapi ini salahku kok kak. Real salah ku.”
“Hmmm.. sampai saat ini cukup menarik sih.”
“Yaaa… harusnya kak Ibas harus ketemu sama dia kalau ingin menilainya secara rinci.”
“Anggap aja aku harus mencari tahu dulu sebelum menemuinya langsung. Dia asli sini?”
“Ya, setahu aku, dia sebelumnya dari Pekanbaru kak.”
“Hmmm.. jadi disini nge kos gitu?”
“Itu yang membuat dia special kak. Salah satu bos kami yang super dingin dan tak pernah baik ke karyawannya malah baik ke mas Arga. Bahkan menurut kabar yang beredar di kantor, mas Arga tinggal dengan beliau. Dan bahkan ada yang menyebutkan beliau menyukai mas Arga. Padahal, selama aku kerja disana, aku belum pernah dengar kalau buk Yona memiliki pasangan.”
“Yonaaa??”
“Kak Ibas kenal buk Yona?”
“Emang mereka punya ikatan darah?”
“Maksud kak Ibas?”
“Sepupuan atau keluarga jauh?”
“Aku bisa jamin kalau mereka gak ada ikatan keluarga kak. Soalnya aku cukup tahu siapa Arga itu dan keyakinan mereka juga berbeda.”
“Trus dimana mereka tinggal?”
“Di apartementnya Buk Yona kak.”



“Belum tentu itu benar kan nak? Kenapa kamu sampai se emosi itu ceritanya?”
“Karena aku gak suka dengan Arga itu Bu.”
“Hmmm.. Gini deh, ibu gak mau aja kamu sampai berprasangka buruk sama orang. Lebih baik kamu cari tahu dulu kebenarannya. Kan belum tahu juga kalau mereka tinggal di apartemen itu hanya berdua.”
“Tapi Bu…”
“Tapi apa nak? Kamu kenal sama atasannya itu?”
“Ibu ingat cewek yang aku ceritakan 2 tahun lalu?”



“Biar bagaimanapun Ayah gak bakalan izinin kamu untuk menikah beda agama. Emang dia mau untuk masuk keyakinan kita?”
“Kita sepakat gak mengganggu keyakinan masing masing yah.”
“Kamu seharusnya sudah tahu alasan ayah tidak mengizinkanmu kan? Dan ingat, kamu pewaris semua perusahaan ayah. Jadi Ayah harap, kamu jangan buat malu ayah. Atau kamu sudah siap untuk ayah yang turun tangan?”
“Tapi yah?”
“Apaaa?? Cinta?? Kalaupun itu cinta, pasti ada yang mengalah. Dan sudah sepantasnya yang mengalah itu perempuan. Bukan kamu.”
“Tapi yah.”
“Jika kamu gak sanggup untuk mencari sendiri. Biar ayah yang turun tangan. Gimana? Itu terserah kamu Bastian. Dan ingat, jangan sampai kamu bawa perempuan itu menemui ayah , ibu maupun adikmu. Jika ayah tahu, pasti kamu akan menerima apa yang seharusnya gak ayah lakukan, Nak. Dan ini terakhir kalinya kita bahas ini. Ayah gak mau ini lagi yang membuat kamu gak fokus untuk bekerja. Ingat, keyakinan nomor satu di keluarga kita.”


Bastian yang memohon ke ayahnya kali ini kembali mendapatkan hasil yang tidak sesuai. Memang, ia tidak menyinggung keyakinan yang berbeda bersama Yona, kekasihnya. Hal itu memang menjadi penghalang pertama kali mereka memulai hubungan. Mulai saat Yona menemaninya menunaikan 5 waktu, Yona terpaksa menebalkan muka melihat ke arah kalung yang berada di lehernya. Dan bahkan pernah Bastian mengalami perasaan mendua disaat perayaan Tahun Baru Yona bersama mama dan kedua adik kembarnya, pada saat itu mereka memakan hal yang tidak seharusnya dimakan oleh seorang muslim seperti Bastian.

Dengan masih terdiam dengan posisi menunduk itu, ia mengingat dan memikirkan gimana kelanjutan hubungan mereka yang memang sudah dibilang sudah lama itu. Apalagi, rasa sayangnya ke Yona mungkin susah untuk ia kubur. Ia masih mengingat, gimana ketulusan Yona dalam hidupnya. Bahkan mahkota yang seharusnya diambil oleh suami Yona kelak, sudah ia ambil di anniversary 1 tahunan mereka.

“Nak, Ibu mungkin gak bisa berbuat banyak. Tapi Ibu hanya mau ngasih saran. Coba kamu rundingkan bersama dia dahulu masalah keyakinan ini. Ibu yakin, kalau ini akan menjadi jalan keluar dari permasalahan ini. Kamu pasti ngerti maksud Ibu nak.”
“Ibu juga tidak mau menemuinya dulu?”
“Bukannya ibu gak mau nak. Tapi, jika ayah sampai tahu, kamu yang akan mendapatkan sanksinya. Dan bahkan perkataan Ibu tak berpengaruh banyak jika hal itu terjadi. kamu pikirkan baik baik kata Ibu ya Nak. Ingat, Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kamu.”
“Iya Bu. Makasih ya Bu.”
“Kaakk.. kakak jangan sedih gituu ya. Maafin Tari gak bisa buat banyak. Tari juga doain kakak kok.”




“Hmmm.. Jadi namanya Yona. dan Arga ini sekarang tinggal bersama Yona?”
“Iya Bu. Dan entah kenapa Bastian ngerasa kalau,”
“Ssssttt… Tapi kalau memang Arga yang menjadi tunangan Yona itu, gak mungkin kan dia akan bekerja sebagai bawahan tunangannya. Coba deh, kamu cari tahu dulu. Jangan berprasangka dulu. Gak baik. Ibu juga akan mencoba mencari tahu lewat Tari. Entah kenapa Ibu masih ngerasa kalau Arga anak yang baik.”



***


“Kok mbak senyum senyum sendiri?”
“Udaahhh.. kamu mandi dulu gih. Ngebut ngebut ya pasti ke Bogornya. Bau asap gitu.”
“Iya mbak. Aku takut mbak kenapa napa.”
“Emang kalau aku kenapa napa. Kamu mau ngapain?”
“Hmmm..”
“Udaaahh.. kamu mandi gih. Mbak mau siapin makan malam.”
“Eh”


Semenjak kedatangannya di rumah Yona, Arga merasakan Yona yang kembali ceria. Berbeda dengan Yona yang sehari tadi seakan menghindar darinya. Bahkan bukan hanya ia yang merasakan hal itu, orang di kantor pun merasakannya sesuai perkataan Enda. Arga yang berhasil membawa kembali Yona sampai apartemen ini kembali bertanya Tanya di kepalanya dengan sikap yang berubah dari Yona. Yona bahkan sudah kembali ceria dan seakan melupakan hal yang semalam. Malah ia merasa bahagia setelah ia cerita ke mamanya.

Apalagi sekarang, Yona melakukan hal yang pertama mungkin dirasakan oleh Arga. Yona mempersiapkan makan malam yang memang sempat mereka beli sepulang dari Bogor tadi. Sebelumnya, selalu Arga yang berinisiatif untuk mengemas makan malam tersebut. Sambil mandi, ia masih mengingat ingat apa yang terjadi dengan Yona. Kembali ia terngiang ngiang kata kata Yona di rumah, di mobil, bahkan mereka sampai di apartemen ini.


TOOKK TOOOKKK TOOKKK

“Gaaa.. kalau udah selesai, mbak tunggu di meja makan ya. makan malamnya udah mbak siapin.”
“Iyaa mbak.”


Kembali pikiran Arga menerawang menerka apa yang ada dijalan pikiran Yona kali ini. Memang kata orang kalau Wanita itu susah dimengerti. Belum lagi saat ia tadi sore sempat ditelpon oleh Rian, sampai akhirnya ia menghubungi Tari sesuai permintaan Rian. Untung saja saat ia menelpon tadi, dilakukan diam diam di pekarangan rumah Yona di Bogor.


KRIIINGGGG

“Halo Mas Rian. Maaf tadi saya lagi bawa vespa jadi gak dengar kalau ada telfon.”
“Iya Gak apa kok. Kamu sibuk ya?”
“Hmmm.. sekarang gak segitu sibuknya sih mas. Ada apa ya?”
“Gini Ga. Kamu bisa ngehandle acara motivasi untuk anak jalanan daerah Grogol gak Sabtu ini?”
“Kan aku…”
“Karena aku percaya kamu bisa. Dan aku juga udah bilang ke Ketua nya kok. Dan mereka menyanggupi. Itung itung ini semacam seleksi bagi anggota baru.”
“Hmmmm…”
“Yaaa.. kan kamu bisa berkolaborasi sama Tari. Mas rasa gak ada kesulitan deh, kalau jika kolaborasi kalian lancar.”
“Hmmm…”
“Emang kenapa?”
“Gak ada kok mas. Saya coba dulu deh mas.”
“Ya udah deh. Tolong kamu beritahu Tari juga ya. Soalnya mas bentar lagi sampai klinik nih. Makasih ya Ga.”



Setelah mendapatkan instruksi dari Rian, membuat kening dari Arga sedikit berkerut memikirkan cara yang baik untuk memulai komunikasi dengan Tari. Semenjak semalam, Tari hanya membalas singkat dan seadanya yang membuat dirinya susah untuk menyambungkan lagi apa yang harus mereka bahas lagi. Bahkan satu huruf capital dua abjad terakhir itu menjadi pesan terakhir komunikasi Tari kepadanya. Sampai akhirnya ia berusaha sekuat tenaga dan keyakinan untuk menelpon Tari.


TUUUUTTTTT….


“Yaaa Haloo..”
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam.”
“Lagi dimana Tar.?”
“Nih di kafe.”
“Udah pulang?”
“Udaahh.”
“Hmmm…”
“Ada apa ya?”
“Eh ini, aku dapat pesan dari mas Rian. Katanya kita harus ada seleksi buat ABRD.”
“Kok pake seleksi seleksi pula sih. Kalau gitu, aku gak jadi ikut deh.”
“Eh.. kok gitu?”
“Yaaa.. gak mau aja.”
“Hmmm…”
“Kenapa?”
“Hmmmm… jika kamu gak ada, trus yang jadi angel di vespa ku gak ada.”
“Emang harus aku ya?”
“Hmmm…”
“Kamu malah ditanya hmmm hmmm aja.”
“Yaaa.. aku sih berharapnya kamu.”
“Kenapa?”
“Yaaa.. aku merasa kalau gak ada kamu gak seru aja. Apalagi kata mas Rian, kita kolaborasi yang klop.”
“Kan kata mas Rian aja. Menurutmu kan belum tentu begitu juga.”
“Hmmm.. alasan aku semakin menarik untuk bergabung sih karena ada kamu.”
“…………….”
“Kok kamu diam?”
“Eh.. gak ada.. ntar lagi aja telpon ya. gak enak, aku lagi sama temanku.”
“Tapi acaranya Sabtu ini lho.”
“Ya udah, besok kita ketemuan aja. Masih ada 1 hari kan.”
“Hmmm.. kalau gitu, aku jemput ya.”
“Okey.”



TOKKK TOOOKKKK

“Gaaaa.. kok lama kali?”
“Iya mbak.. ini aku lagi pake baju kok.”
“Mbak tunggu ya.”


Kembali Yona mengetuk pintu kamar Arga yang sedang memakai pakaian rumahnya. Kembali dia memikirkan pikiran Yona yang sebelumnya teralihkan dengan ingatan tentang Tari. Apalagi, sikap yang dinampakkan Yona kali ini memang beda dari biasanya.


“Kamu mau kopi?”
“Gak usah mbak. Aku gak mau terlambat tidur.”
“Ya udah. Mbak bikinin teh aja ya.”
“Gak usah mbak. Terima kasih.”
“Hmmm.. kamu pasti bertanya Tanya ya, dengan sikap mbak?”
“Hmmm..”
“Kamu ingat kan kata mbak tadi pagi? Mbak gak minta kamu untuk membalas semuanya. Tapi cukup menikmati jika kita diset berduaan. Seperti sekarang ini.”
“Hmmm… kenapa mbak melakukan ini?”
“Karena kamu bukan lagi buat mbak nyaman. Kamu sudah special di hidup mbak. Maaf, sudah membuat kamu khawatir sore tadi. Mbak salah. Tapi setelah mbak pikir pikir, gak seharusnya mbak membuat kamu pusing apalagi bingung jika mbak memang mencintaimu.”
“Maksud mbak?”
“Yaaa.. mbak sekarang menyukaimu Ga.”
“…………”
“Sssssttttt.. mbak udah bilang kan di awal. Mbak gak perlu balasan kamu. Cukup kamu menikmati saat kita berduaan begini.”


Kembali Arga dibuat bingung dengan tingkah laku Yona. apalagi Yona mengatakan semua itu dengan kesan ketulusan ditambah dengan mimic wajah ketulusan seorang wanita. Terpaksa Arga hanya bisa menuruti permintaan Yona tadi, dikarenakan ia tak ingin Yona kembali bersedih sampai melakukan hal merugikan dirinya sendiri. Dimulai dari Yona yang mengambilkan makanan untuk Arga dan membukanya dengan telaten. Dan menuangkan es jeruk yang dibuatnya ke gelas dan disuguhkan ke Arga, membuat Arga hanya bisa terdiam sambil menatap tingkah laku Yona. Yona pun yang menangkap kebimbangan Arga hanya membalas dengan senyuman termanis yang pernah ia berikan kepada lelaki.senyuman yang telah lama tak ia kasih semenjak berpisah terpaksa dengan cinta pertamanya.


“Udaahhh.. dimakan dulu.. nanti aja liatin mbaknya.”
“Eh….”
“Hihihi..”


Terpaksa Arga menyuap makanannya sambil berusaha membiasakan suasana ini. Dengan harapan semakin menikmati dan menyenangkan perasaan Yona. dan ia berfikir, tak salah ia lakukan ini. Dan ini hanya dilakukan kalau hanya berduaan dengan Yona. dan ia tahu Yona orang yang menggenggam perkataannya dan bersikap professional. Dan itu juga dijunjungnya saat ini. Yona yang selalu diam dan menikmati makanan tanpa berbicara juga sudah dipraktekkan oleh Arga sampai saat ini.


“Boleh kan, kalau kita ngomong? Gak keberatan kan?”
“Ehhh….”
“Syukur kan udah mbak kirim tadi lewat doa. Dan asal, makannya gak keburu, mbak rasa gak apa kok.”
“Hmmm…”
“Gak apa kan aku bicara?”


Tak selesai kebingungan Arga saat ini setelah Yona mencabut peraturannya sendiri saat makan, Arga kembali terkejut dengan cara permintaan Yona yang membuat dirinya terdiam. Tangan Yona yang saat ini berada di atas tangan kirinya menyiratkan kalau permintaan ini harus ia penuhi. Ditambah dengan muka pengharapan yang susah membuat pria didepannya ini menolak. Hanya anggukan yang bisa ia balas sampai akhirnya tangan Yona tadi kembali ketempatnya.


“Kamu pintar ya ambil hati Yuni apalagi Yeni.”
“Hmmm.. karena mereka juga kok mbak. Mereka termasuk terbuka denganku.”
“Yaaa.. karena itu aku bilang kalau kamu pandai mengambil hati mereka.”
“Mungkin mereka yang memang begitu mbak.”
“Gak.. aku tahu mereka. Mereka susah dekat dengan orang baru. Apalagi Yuni.”
“Orang yang sedikit pendiam dan harus dipancing dulu baru bicara.”
“Yang ngomong juga gitu kok.”
“Eh…”
“Hihihihi… maaf deh.. tapi aku senang kok. Soalnya, ini orang kedua yang bisa sedekat ini dengan adik kembar ku.”
“Hmmm.. yang pertama Christ?”
“Kok dia sih.. malahan, Yeni pernah ngerjain tuh orang saat ke rumah. Dan gak ada kapok kapoknya.”
“Trus?”
“Hmmm.. Mantanku dulu.”
“Hmmm….”



***


“Tuh cewek tadi siapa Mad?”
“Kok lo tahu?”
“Ya iya lah.. kita kan tadi satu gerbong.”
“Iya ya?”
“Enak ya? bisa aja lo cari cewek.”
“Hehehehe.”
“Udah jadian belum?”
“Hmmm…”
“Hahahahaha… lemah…”


Sepulang dari mengantarkan Tari sampai rumah, Alfian disambut oleh teman satu asalnya sesama dari pulau Celebes. Leo, melihat Alfian yang memang bercanda ria bersama mulai dari stasiun asal sampai stasiun tujuan yang memang jauh dari kata nyaman. Walau dengan berdempet dempet, mereka masih saja bercanda dan tak mempedulikan suasana sekitar. Dan itu yang dilihat dari Leo. Tapi bagi Alfian sendiri, Tari berubah semenjak mendapat telepon yang ia rasa itu dari Arga.


“Siapa?”
“Hmmm.. ada deh.”
“Cowok kamu ya?”
“Emang kalau ini emang cowok aku, kenapa?”
“Yaaa.. gak kenapa napa.”
“Jika memang berjodoh, bakalan aku kenalin kok sama kamu.”



Perkataan Tari setelah mendapat telpon dari Arga membuat Alfian terdiam. Apalagi rasa yang ia pendam selama ini makin terkubur termakan senyuman kebahagian Tari yang beda saat membicarakan sosok penelpon tersebut.


“Yuk pulang. Ntar keburu malam.”
“Katanya tadi mau pulang malam.”
“Yaaa.. gak apa kan kalau aku berubah pikiran?”
“Ya udah. Kebetulan ini udah habis juga.”



Dengan terpaksa, Alfian mengikuti Tari dari belakang yang sudah melangkahkan kaki keluar dari kafe tersebut. Berbeda dengan kedatangannya ke kafe, langkah Tari kini memang lebih cepat dengan senyuman yang tak henti. Dan kini, Alfian hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil menerka nerka siapa penelpon yang telah merubah keberuntungan di harinya ini.

Bahkan sampai stasiun, Alfian hanya mendengar suara Tari yang sedang menelpon dengan penelpon yang keliatannya wanita tersebut. Dan sesekali ia menangkap lirikan mata Tari melihatnya saat ketahuan ia memperhatikan dan mendengarkan apa yang menjadi topic obrolan dari Tari tersebut. Untung saja hal ini berakhir saat menaiki kereta yang memang berdesakan. Dan kembali dengan pertanyaan Tari yang bisa dibilang biasa.



“Kamu tahu gak, kalau yang paling shock kamu pergi itu Icha?”
“Masa iya.?”
“Iyaaaa.. kamu aja yang gak liat saat aku cerita kalau kamu pergi. Dia sampai mau berlari mengejar kamu. Lucu.. hihihiihih”
“Kamu?”
“Aku?? yaaa, awalnya sih kehilangan, tapi karena kamu gak ada balas surat aku lagi, ya aku ngerasa kalau kamu menghilang.”
“Hmmmm.. ituuu…”
“Kamu udah punya cewek ya disanaaa?”



“Eh, malah bengong nih anak.”
“Gaaakkk..”
“Ya udah, gue ke dalam dulu ya. rokok gue udah habis nih.”
“Yaaaa.. sana coliii…”


***

“Kamu kenapa Christ? Siapa yang membuat kamu babak belur begini?”
“Papa udah pulang?”
“Ini anak, ditanya malah Tanya ulang.”
“Ini perlakuan cowok baru Yona Pa.”
“Hahahaha.. bisa bisanya kamu kalah. Gimana kamu ini.”
“Tenang aja Pa. ini hanya kemenangan yang tertunda. Dan bukan hanya Yona yang aku dapatkan Pa. Tapi, Tari juga.”
“Tari?”
“Adiknya Bastian Pa.”
“Masih belum cukup kamu ambil tunangannya?”
“Sampai kapanpun, Christ gak akan biarkan Bastian lebih dari Christ.”
“Hahahaha.. ya udah.. kamu urus saja. Papa ke dalam dulu, capek pulang dari Pekanbaru. Yang dicari malah gak ada.”
“Papa kenapa sih terlalu bersemangat mencari dia?”
“Kalau dia muncul, habis kita.”
“Maksud Papa?”
 
Pertamaxxx dulu baru baca... :haha:

Setelah baca ane makin yakin kalo arga itu type orang yg gak bisa nolak kalo diajak enak :bata: *eh maksudnya gak enakkan buat nolak. :p
 
Terakhir diubah:
hhhmmm....mulai nsngkep....bapsknya chris orang yg dulu make ibunya arga dan ada sesuatu yg diambil dr arga yg mau dipertahankan....
 
kan bener dugaan ane kalo bastian gak tau kalo ternyata christ itu licik kayak setan

nanti kalo misalnya tari sama christ, ayahnya tari kan gak bakalan setuju hu, kan beda agama itu
 
Arga.... satu2nya keturunan pemilik sah perusahaan multinasional yg disembunyikan pasca dikudeta oleh ayahnya christ.
Ya.. ayahnya icha yg didompleng untuk menyembunyikan arga. Tp sayang kelakuannya diluar batas. Tp kesetiannya kepada keluarga besar ********* yg dibantai oleh ayahnya christ membuat dia sadar dan memberikan kunci kebenaran kepada putri semata wayangnya icha....
Akankah arga berhasil menduduki tahta tersebut??? Hanya dalang yg bisa membuktikannya.....


Maaf om @koncoarek hanya hipotesa nubie yg lanzang ini
:ampun::senam2:
 
Pertarungan arga Dan keluarga Chris sementara keluarga yona Dan Tari terjebak Di tengah ... Menarik, lanjooooot
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd