Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story of Adelaide (Indo-Australi)

Semoga masalah di RL suhu cepat selesai, semoga cepat ada lanjutannya
 
ninggalin jejak dulu .... btw akhirnya putus ya suhu dengan si bule , soalnya suhu bilang wife marah besar ketika tahu kisah ini
 
Sumpah gue jarang komen, tp untuk yg thread ini gua akuin juara banget! Salam semoga mau lanjutin cerita ya suhu curi2 waktu laaa hehe
 
:tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan:
Terimakasih suhu
Baru kali ini nemu cerita dengan suasana baru :semangat:

MOHON UNTUM TERUS DILANJUTKAN HU :ampun:
 
It was such a great ending hu! Ane ikut kebawa suasana diendingnya, jadi keinget sama mantan hu hahaha. Btw, semangat hu di rl. Semoga wife cepat baikan lagi:haha::haha:
 
Selamat malam suhu semua. Masalah rumah tangga sudah mereda, nih. Tapi hasilnya ane ga bisa ngasih mulustrasi karena kemaren ketauan wife lagi ngubek2 fb cari Teh L n the gang...

Eniwei, betul ane putus sama Adelaide di akhir cerita, 2x malah putusnya. Alasan sama kisah gimana ceritanya ane putus bisa disimak terus aja hu... Mudah2an masih pd trtarik soalnya kisahnya, buat ane, cukup menyayat perasaan kalo dipikir haha

Oke lanjut

15-Diawet-Awet

Sebelum berlanjut, sekadar info saja kalau saya ini Muslim. Dengan sama sekali tidak ada niatan untuk merendahkan Islam dengan kelakuan saya yang jauh dari baik, saya bilang begini untuk memberi gambaran soal apa yang akan terjadi pada saya dan Adelaide nanti.

Oke, jadi saya mulai pacaran dengan Adelaide beberapa minggu sebelum dia ulang tahun ke-20. Saya mulai banyak tahu soal Adelaide. Dia lahir di Australia ibu asal negara sana dan Bapak kelahiran Indonesia. Dia tinggal di sana sampai tingkat sekolah dasar, barulah dibawa orang tuanya ke Indonesia.

Selama tinggal di Australia, Bapaknya menceritakan soal budaya ketimuran Indonesia yang majemuk, sopan, ramah, santun dan lain-lain. Pokoknya yang bagus-baguslah. Di Australia, dia sempat minder karena tampilannya yang tidak sepenuhnya Australia. Karena diajak bicara dengan bahasa Indonesia di rumah, logat Australianya pun tipis. Jadi, ketika dibawa pulang ke Indonesia, dia punya banyak harapan dan bayangan kalau negara ini akan jauh lebih menyenangkan. Tapi, Indonesia, terutama tempat kami tinggal, tidak jauh berbeda dengan Australia.

Bahkan lebih parah.

Orang buang sampah sembarangan, merokok, meludah di mana saja. Dibilang lebih ramah, tidak juga. Apalagi ketika dia beranjak remaja, di SMA-nya banyak anak geng motor yang dia sebut begundal-begundal kecil.

Kesan seperti itu berlanjut hingga kuliah, terlebih ketika dia bergabung di Teater Underground. Dia merasa Indonesia sama hancurnya dengan Australia. Tapi, ketika dia lihat saya yang cupu dan lugu (cuih), dia tertarik. Karena dari sekian banyak orang yang dia temui, baru saya yang belum pernah ngapa-ngapain.

"Eh, tahunya lu ML juga. Emang kalo orang baik ditaro di lingkungan enggak baik lama-lama hancur juga," kata Adelaide.

Saya diam saja. Sedikit malu tapi saya ingat kalau Adelaide pun sudah pernah ML, di usia 13 tahun malah. Waktu saya damprat dja begitu, jawabannya mencengangkan.

"Sori, ya. Gue baru pernah ciuman aja. ML belum. Cowok-cowok di sini enggak ada yang worthy keperawanan gue."

Oh.

Eh, tunggu dulu.

"Berarti lu bohong sama gue!" suara saya langsung meninggi waktu Adelaide keceplosan mengaku dia masih perawan. "Lu, kan, bilang ke gue udah pernah ML. Sering lagi. Sampe mau ngajarin gue posisi missionaries."

Muka Adelaide langsung berubah pink. Malu dia. Setelah dipaksa, akhirnya dia mengaku kalau dia bohong karena pengin tampak lebih tinggi derajatnya dari saya.

Si Kampret Setengah Bule itu sok jago ternyata. Dia sama cupunya sama saya. Lalu saya ingat isi diary yang saya baca. Adelaide menulis kalau dia rela ML sama saya.

"Itu seriusan?" tanya saya.

Adelaide diam lama. "Sempat mikir gitu. Tapi enggak tahu...."

Saya yakin kalau SSI saya di ON-kan, dia pasti mau. Tapi, anehnya, setelah kami jadian, kesangean saya ke Adelaide menurun drastis. Kalau dulu selalu horny cuma lihat dia, sekarang kalau kami ciuman bukan horny, tapi nyaman.

Saya dan Adelaide selalu berciuman di setiap ada kesempatan. Di rumahnya kalau lagi tidak ada orang, di rumah saya kalau lagi sepi, di bioskop, di taksi waktu pulang dari bioskop kemalaman, di tempat makan kalau tidak ada yang lihat, di parkiran motor. Pokoknya sering sekali.

Bibir Adelaide penuh dan tebal, jadi kalau ciuman, bibir saya habis dilumat dia. Bibir Adelaide beda dari Hana, Teh L, Mega dan Sabrina. Rasanya manis. Kalau dipikir lagi sebenarnya tidak berasa, tapi buat saya rasa bibir Adelaide terasa lebih enak. Dari sekian banyak cewek yang saya cium, hidung Adelaide yang paling mancung jadi kadang kalau terlalu menempel suka jadi kagok.

Cara dia mencium pun paling beda dari yang lain. Dia senang ngemut. Kalau sudah ciuman pakai lidah, Adelaide suka menyeruput lidah saya dalam-dalam. Kadang-kadang bibir bawah saya yang diemut. Itu sensasinya saya suka sekali. Sampai sekarang.

Saya baru horny sama Adelaide ketika suatu hari kami baru pulang menontom bioskop. Kami terguyur hujan karena pulang pakai motor. Sesampainya di rumah Adelaide, hujan tambah besar dan jalanan banjir. Keluarganya belum ada yang pulang dan waktu itu bibi yang membantu di rumah Adelaide sibuk di belakang, entah sedang apa.

Saya terpaksa menunggu hujan reda di rumahnya. Sambil mengobrol di ruang tamu, kami minum cokelat panas sambil berciuman. Waktu itu, saya yang burungnya berdiri untuk pertama kali ketika ciuman dengan Adelaide, memberanikan diri memegang dadanya. Ukurannya lebih kecil dari payudara Teh L. Tapi lebih tidak kencang. Payudara Adelaide seperti balon air yang ringan. Kemudian, Adelaide memegang penis saya yang tegang. Kadar ciuman kami menjadi lebih tinggi.

Lidah ketemu lidah, gigi beradu, dan bibir saling melumat. Tangan saya meremas dada Adelaide lebih keras dan tangan Adelaide mengelus-ngelus penis saya lebih kencang.

Adelaide menarik wajahnya dan dengan pipi yang merona, dia melihat saya sambil bilang, "Mau lihat?"

Saya diam. Adelaide menganggap itu jawaban iya dan dia menarik kausnya ke atas dada. Branya warna putih. Saya yang maju habis itu. Saya angkat branya ke atas dan melihat payudara kirinya. Sumpah, sampai saat itu, payudara Adelaide adalah payudara paling paripurna yang pernah saya lihat.

Selain ukurannya yang saya suka, puting dan areolanya pun pas. Putingnya sudah berdiri tegak dan saya sudah tidak tahan. Saya lumatlah putingnya dengan bibir. Badan Adelaide bergetar ketika lidah saya mengenai putingnya. Kedua tangannya mencengkeram bagian belakang kepala saya dengan keras.

Lalu, Adelaide bangun dan menaikkan tubuhnya ke pangkuan saya. Kami ciuman lagi. Tangan saya bergerak liar menyatroni seluruh tubuh Adelaide, sementara dia fokus menghabiskan setiap inci dari bibir saya.

Ketika saya mencoba membuka kausnya sampai lepas dari badan Adelaide, dia menyetop saya.

"Belum siap."

Sumpah, waktu itu wajah Adelaide yang malu-malu tapi mau bikin saya meleleh. Nafsu birahi saya yang menggebu-menggebu berubah jadi nafsu untuk menafkahi.

Kami pelukan lama habis itu sebelum saya harus pamit pulang. Di atas motor, sebelum saya menggas buat pulang, Adelaide bilang, "Nanti, ya, kalau waktu sama tempatnya pas."

Saya jadi ingat soal "mood" untuk ML yang saya pelajari di teater. Kalau tidak ada mood ya tidak akan ML. Saya memaklumi. Toh, saya juga tidak buru-buru mau memerawani Adelaide. Sebaliknya, kalau saya memang ditakdirkan buat terus-terusan berpasangan dengan Adelaide, saya bakal awet-awet keperawanan dia sampai malam pertama.
 
Bimabet
Hmm...
Ada cerita pacarannya juga ternyata...
Baca dari awal... ML melulu dalam
Hubungan yang tak jelas...

Mantab...
Lanjut....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd