JAKARTA CITY RHAPSODY
RHAPSODY IN THE CLUB – PART 2
------------------------------
“Ngapain minta maaf? Join aja”
Gue masih mematung. Gue ga sadar gue ada di mana. Kepala gue muter karena pengaruh alkohol dan excitement bareng Alfa sama tadi bercampur aduk dengan pemandangan yang gue liat di depan mata gue.
Tamara, yang sehari-harinya biasa gue liat sebagai selebgram yang seksi dan elegan, sekarang lagi duduk bersimpuh di lantai, Cuma make tank top dan celana dalam, sambil nge-blowjob tiga cowok sekaligus. Dan cowoknya ngambil video dia. Ketiga cowok itu kayaknya udah biasa dengan tingkah laku ini, dan Tamara keliatan luwes banget.
Tangannya sibuk, dan mulutnya sibuk. Dengan bergantian dia melayani cowok-cowok itu satu-satu, bahkan ada yang barengan. Ngilu rasanya liat Tamara ternyata binal banget, dan gak jarang dia iseng ngebentur-benturin kepala kemaluan cowok-cowok itu, yang bikin mereka kesel.
“Lo pikir gue gay apa gila…”
“Haha, gue kira kalian sering bugil bareng jadi nafsu satu sama lain…”
Tamara tampak nikmatin ini, gak jarang dia agak kesedak dengan aksi-aksi deep throat. Suara batuknya yang terpaksa, dan liur yang menetes-netes ke lantai dan ke badannya tampaknya bikin cowok-cowok ini makin semangat.
Gue Cuma bisa melongo dalam kondisi bugil di atas pangkuan Alfa. Gue bahkan ga sadar Alfa melukin gue di dalam selimut ini, dan gue bisa ngerasain penisnya tegak dengan sempurna di bawah sana. Gue nelen ludah lagi ketika gue ngeliat cowok-cowok itu udah pada bugil semua. Tamara terus-terusan asik mengulum, menjilati, dan nyiumin punya mereka.
“Siapa nama lo?” Reggie bangkit, dia ngebuka bajunya pelan-pelan.
“Eh?”
“Dia pengen kenalan sama lo….” Bisik Alfa dengan lembut di telinga gue, yang bikin gue merinding disko karena suasana yang super aneh ini. Ngebayangin dipake dua cowok ganteng mungkin gue pernah, tapi ngeliat Tamara mau digangbang cowok, ini aneh banget rasanya.
“A.. Anu…. Amel…”
“Oh, halo Amel… Kalo bingung lo nonton aja ya, haha…” Reggie ketawa sambil megangin penisnya sendiri, dan dia bergabung sama cowok-cowok itu.
“Suck it..” perintahnya ke Tamara.
“Mana sini…” Tamara ngebuka mulutnya lebar-lebar, dan dia langsung masukin penis Reggie ke mulutnya. Seorang cowok berlutut di belakang tubuh Tamara, dan mulai fondling her breast, dengan agak kasar dan penuh nafsu.
“Tar rusak tetek cewek lo digituin”
“Gapapa, kalo disini kan dia cewek kita semua” canda Reggie, sambil ketawa kecil.
“Kamu gak takut aku isepin kontol mereka di belakang kamu?” Tamara ketawa nakal sambil ngeluarin kemaluan Reggie dari mulutnya. Reggie mukul-mukulin penisnya di muka Tamara.
“Kalo itu kejadian, jangan lupa kirim foto” bales Reggie, gak kalah nakalnya.
Gue masih bingung. Cewek yang follower IG nya sampe jutaan itu lagi sibuk sama empat cowok sekaligus.
“Sini, aku jadi iri sama mereka” Reggie megang kepala Tamara. Dia agak maksa Tamara buat nge-deep throat kemaluannya. Tamara nurut, dia nahan nafas, sambil sibuk tangannya kanan kiri masturbasiin dua cowok lain, dan cowok yang dibelakangnya lagi nyingkap tanktopnya, sambil mainin putingnya dia, dan sedikit ngeraba daerah kewanitaannya.
Gue melongo, pusing. Gila. Apa-apaan ini. Gue pikir hal kayak gini Cuma bisa kejadian di film bokep, atau di orang-orang sakit yang nyewa pelacur buat muasin hasrat seks rame-rame mereka. Gue ga nyangka Tamara, sang selebgram bener-bener nikmatin adegan group sex ini.
“Eh, kalo kamu ga nyaman, kamu boleh pulang…. Tapi…”
“Tapi.. Tapi apa??” Gue bingung banget sumpah.
“Kayaknya agak waste kalo lo ngelewatin malam ini, ya gak?”
“Maksudnya?”
“Kita lanjutin, kita biarin mereka, kita berdua selesain urusan kita, oke?” bisik Alfa dengan nada yang bikin gue horny dengan anehnya. This is weird. Tangannya mendadak nakal, megang-megang organ seks sekuder gue, dan gue rasanya lemes. Kayak pengen pasrah gitu tapi bingung.
“Wah, lanjut dia”
“Ntar kita join boleh?”
“Enak aja, dia bukan Tamara, tau” tawa Alfa.
Alfa pelan-pelan ngebuka selimut yang nutupin tubuh gue. Dia nyiumin badan gue dengan lembut, dan gue kayaknya bakal hanyut. Tenggelam. Rasanya aneh, diliatin banyak orang, dalam kondisi kayak gini. Dalam kondisi ada cowok yang lagi nyium-nyium badan lo dan megangin payudara lo.
Aneh banget.
“Kamu gak mau badan kamu berisi dikit kayak Amel gitu?” tanya Reggie, tentunya dengan nada jahil.
“Daripada kamu berisik mending kamu entotin aku sekarang” bales Tamara.
“Lo mesti sering-sering minum sperma Tam, biar berat badannya naik” ledek salah satu dari mereka.
“Haha… Mendingan lo semua hamilin gue…”
“Gue keluar di pantat lo mana bisa hamil, bego”
“Eh, lo masih rajin minum morning after pill kan? Gue jadi rada khawatir kalo lo hamil….”
“Ya iya lah bego…”
Gila. Pembicaraan macam apa ini? Kalau Amyra ada disini, udah pingsan dia. Diopname dia. Langsung panas dingin pasti. Dan gue mendadak kaget karena Alfa bikin gue tidur telentang di kasur. Dia ada di atas badan gue sambil ngejilatin payudara gue, dan ngeremes-remes kecil dengan gagahnya.
“Nnnhh… Ahh…” Gue mengerang kecil, tangan gue terkulai di samping, bingung mau ngapain, sumpah. Kondisinya aneh banget. Gue takut kalo gue yang mulai gerak, atau akting nakal, mereka jadi nafsu sama gue, dan gue dipake rame-rame sama mereka.
“Eh, mumpung belom lanjut, boleh ikutan?”
“Gila lo, minggir sana” kesal Alfa dengan nada gusar. Aku Cuma bisa meringis sambil merintih kecil, karena ini sebenarnya menakutkan untukku.
“Gila, emang gue kurang ya buat elo?” Tamara sekarang sudah berdiri, dia membuka tank top dan celana dalamnya, dan dengan kondisi bugil, berjalan ke arah kasur yang sama, dan melempar badannya di kasur.
“Lobang lo Cuma tiga, kita berempat”
“Berlima kalo Alfa mau nganggurin cewek itu, hahahaha”
“Udah ah, sini semua.. Buruan” bentak Tamara dengan nada yang benar-benar binal. “Sayang, jilatin punyaku dong…”
“Gak usah pake disuruh itu sih…” Reggie bergerak, dan langsung memegang paha Tamara, sambil menjilatin area kewanitaannya dengan ganas. Cowok-cowok yang lain mendekat, dan Tamara langsung meladeni mereka semua.
“Hnnnh….”
“Konsentrasi dong….”
“Berisik…”
“Lo ga usah ngomong, mending nyepongin gue”
Pemandangan ini gila. Aku sedang digerayangi Alfa, dan di sebelahku ada Tamara, yang sedang sibuk diserbu empat orang lelaki. Tangannya masih sibuk dengan gerakan masturbasi, mulutnya penuh dengan alat kelamin, dan bagian privatnya sedang dijilati. Suara yang keluar dari mulutnya begitu seksi, dan begitu menggairahkan. Entah apa yang ada di kepala para followernya, jika mereka tahu begini kelakuan Tamara off-camera.
“Aah..” Gue mengerang. Alfa megang tangan gue, kepalanya terus menjelajah ke bawah. Dia menciumi perut gue, dan lari terus ke pangkal paha. “Ssshh…” Gila, gila banget ini. “Nnn…”
Lidah Alfa main-main disana. Aku menggelinjang kecil. Rasanya geli banget. Aku meringis, sambil menutup mataku, di telingaku suara desahan Tamara mulai terdengar.
Dia telentang di sampingku, dan rupanya Reggie sudah mulai menggaulinya. Reggie menggenggam pahanya, tangan Tamara sibuk dengan penis di kanan kiri, dan mulutnya mengulum penis dengan gerakan yang tampaknya terlatih.
“Jangan buru-buru keluar ya…”
“Ntar lah, ngeluarinnya, abis ini siapa?”
“Lo duluan aja, gue masih enak di sepongin ini…”
“Gantian dong, gue dari tadi diseponginnya gak selama kalian…”
“Alah, kalo komplen, itu aja si Amel suruh nyepong elo”
“Woi, have some respect lah, dia kan bukan perek…” Alfa tampak gusar.
“Tapi kalo kalian butuh bantuan, kita siap kok”
“Hahahaha”
“Shut up and fuck me hard…” Tamara mengeluarkan penis itu dari mulutnya. Mereka bertukar posisi. Reggie tak lama menggauli Tamara. Orang lain sekarang yang melakukannya.
“Gue ga suka posisi ini”
“Pindahin”
“Eh, emangnya gue perabotan”
Mereka membopong Tamara. Sekarang, posisi Tamara duduk di atas seorang lelaki. Tanpa diminta dia menggerakkan pantatnya naik turun. Cowok yang tadi protes karena jarang di blow job kini menyodorkan penisnya ke Tamara, dan Tamara tentu langsung menyambutnya.
“Nnnh….”
“Tuh, nganggur pantatnya” tawa Reggie, yang tampaknya sedang menuju ke arah coffee table untuk mengambil handphonenya.
“Gue anal ya” tawa seorang lelaki.
“Mmnnm…”
“Ngomong apa sih bangsat”
“Sssh… Ga sabaran banget sih… AH!” Tamara berteriak kecil, saat penis lelaki itu masuk ke dalam lubang anusnya.
“Hei, gak usah liatin mereka” Bisik alfa, sambil mendadak menciumku dengan lembut, dan…
“Nn..” kemaluannya yang terbungkus pengaman masuk dengan perlahan ke dalam diriku. Perutku rasanya berputar-putar. Sensasi nikmat itu menjalar ke tubuhku.
“Wow, bagus banget pemandangannya” Reggie langsung mengambil foto kami semua.
“Fuck!” Tamara mengumpat saat mulutnya menganggur. Pria yang tadi tampaknya sudah puas dengan adegan blow job. “Lo ga bisa sabaran apa, mual gue…”
“Resiko di anal kan mual” Lelaki yang menyodomi Tamara, memainkan payudaranya dari belakang, dan dia bergerak dengan ganasnya.
“Agak sakit, gila…”
“Gak haus?”
“Eh? Ahh. Uhukk…” Aku terbatuk kecil ketika Reggie menuangkan wine langsung ke mulutku. Cairan merah itu masuk mendadak ke tenggorokanku, aku tersedak dan wine-nya tumpah-tumpah ke kasur.
“Reg, gila lo!” Alfa tampak kesal, walau dia sedang menggauliku dengan lembut.
“Biar seru”
Gila. Kepalaku berputar-putar.
“Gantian nih…” Lelaki yang menyodomi Tamara menyudahi kegiatannya, dia langsung berpindah ke depan Tamara, sambil menyodorkan penisnya ke mulut Tamara. Tamara langsung mengulumnya. Aku meringis, Tamara tanpa jijik langsung beraksi dengan penis yang baru saja keluar dari lubang pantatnya.
“Ah!” Alfa bergeser sedikit. Dia memposisikan dirinya duduk di kasur. Gue hilang arah. Gue gak berdaya. Penisnya Alfa masih ada di dalam badan gue, dan sekarang dia gerak lagi, perlahan. Dia menerima botol wine dari Reggie, dan meminumnya sedikit.
“Mau?”
“Nnn…” Aku menerima botol wine dari Alfa, dan meminumnya langsung dari botol. Agak banyak. Ini gila. Sepertinya gue butuh anestesi dalam bentuk minuman keras.
“Hei”
“Eh?”
Tamara ternyata sudah tidak berada dalam posisi yang tadi. Dia mendekatiku, dan wajahnya ada di sebelah Alfa.
“Lo cantik ya” tawa Tamara. “Gue pengen nyium elo”
“Tam, gila deh” Alfa tampak keberatan.
“Diem lo, biasanya lo yang paling semangat kalo lagi ngewein gue, sekarang giliran ada cewek baru aja, sok jaim” kesal Tamara. “Sini”
Tamara memegang pipiku dan dia mencium bibir gue dengan lembut.
FUCK.
Ini kali pertamanya gue dicium cewek. Rasanya aneh. Aneh banget.
“Nnh..” Dia mengerang kecil sambil nyium gue. Ternyata ada yang nyodok dia dari belakang. Ini posisinya udah pada aneh semua gue ga tau mesti ngapain lagi. Bahkan ada yang grepe-grepe Tamara entah dari sisi mana. Dan gilanya, Reggie masih terus ngambil foto.
Udah muter-muter dunia gue malam ini. Gak tau bakal gimana.
“Fuck…. Lo pindah lobang?” Tamara ngelepasin ciumannya dari bibir gue. Dia menyambar botol wine di tanganku, sambil menenggak botol itu dengan ganas. Kayaknya dia kosongin deh botolnya. “Udah lepas” Tamara beringsut sambil ngejatuhin botol itu ke lantai.
Reggie duduk di sebalah Alfa, sambil senyum-senyum ngeliatin gue. Tamara mulai duduk di pangkuan Reggie, sambil berusaha masukin penis Reggie ke dalam tubuhnya. Entah lobang yang mana.
“Ngapain kamu ngeliatin dia terus”
“Emang ga boleh?”
“Kamu penasaran ya pengen ngentotin dia….” Goda Tamara, sambil bergerak dengan pelan di atas pangkuan Reggie. Dia memunggungi badan kekasihnya.
“Guys, language…” Alfa tampak gusar, tapi dia terus berkonsentrasi menggagahiku. Dia membanting kecil tubuhku ke atas kasur, dan berpindah ke posisi misionaris lagi.
“Language?” tawa Tamara. Dia menggenggam penis lelaki lain. “Amel.. Cowok baru lo tuh paling suka nembak di muka gue…. Dan ngapain kalian berdua kayak gitu kalo ga mau join…. I run this night… Enak aja…”
Fuck? Selama ini gue kira Reggie yang bertindak sebagai konduktor adegan seks gila ini. Ternyata Tamara.
“Eh, Gak ada yang mau nih?” Reggie menegur pria lain yang entah kenapa dari tadi terus-terusan melihat ke arahku sambil masturbasi.
“Mau apaan…”
“Memeknya masih bisa…”
“Itu udah sama lo bego”
“Guys, still a room for one…” tegur Tamara. “Come on… Kalian pernah kan masukin dua sekaligus ke memek gue?”
“Ah?” gue refleks kaget. Gila. Ini semua melebihi imajinasi gue. Melebihi semua kenakalan fiksi yang suka gue ceritain sama Amyra.
“Dan si Amel nganggur tuh tangan sama mulutnya… Alfa, you have to share” kesal Tamara, sambil menerima satu penis lagi di dalam lubang kewanitaannya. “Gimana rasanya Reg, kontol kamu kegesek sama kontol cowok lain…..”
“Berisik, gue lagi konsen nih biar ga ilfil….”
Gue ngeliat Tamara sedang menghandle dua penis sekaligus di area privatnya. Sedangkan ada dua lelaki yang tak kukenali ini menghampiriku dan Alfa.
“Malam Amel, sini gue bantu”
“Gak, jangan…”
“Ssshh.. Turutin aja, tar Tamara ngambek” tawa satunya lagi. Gue bingung. Ada penis di kanan kiri gue, sementara Alfa yang dari tadi kayak berusaha ngelindungin gue kalah sama Tamara.
“Kalo dia ga mau, suruh pulang aja” kesal Tamara.
“Sini dibantu” Tangan gue mereka raih, dan gue lemes aja gitu. Badan gue kayak otomatis, nyoliin mereka berdua. Fuck, gue di gangbang.
“Gak disepong? Hahaha”
Gue bingung, gak tau harus apa. Tangan kanan dan kiri gue gerak sendiri. Alfa makin asyik ngegagahin gue. Dan yang gue takutin kejadian. Alfa mendadak keluar dari badan gue. Dan yang ada di hadapan gue orang lain. Reggie.
“Kata cewek gue, gue disuruh ngentotin elu” tawa Reggie, sambil mendekat.
“Jangan.. ah.. AHH!”
Fuck, penisnya Reggie lebih gede dari Alfa. Gue ga kuasa nolak. Shit. Gue di gangbang. Gue di gangbang. Ini aneh banget.
Di mata gue, sekarang alfa dan satu cowok lain lagi sedang having sex sama Tamara. Tamara menungging, dan Alfa ngegagahin dia dari belakang. Sedangkan cowok satu lagi sibuk di mulut Tamara. Gue gak bisa ngapa-ngapain. Badan gue kayak ada di dalam satu state takut, awkward, malu, keenakan, pengen kabur, penasaran, dan entah apa.
Reggie tampak bangga bisa having sex sama gue. Guenya ga tau mesti apa. Badan ini udah autopilot aja. Alkohol tambah suasana panas tambah dominasi Tamara, gue jadi bulan-bulanan.
“Kalo ada yang mau make pantat si Amel, tahan diri ya, jangan sampe anak orang lo bikin mencret” tawa Tamara. Gila. Posisinya udah ganti lagi. Alfa dan satu cowok itu lagi nge-double penetration Tamara. Gak jelas apakah mereka make lubang yang beda, atau satu lubang dua cowok. Gak ngerti lagi. Tamara tampak keenakan, sambil menatap binal ke arah gue.
“Fuck… Kon… Dom..” Gue meringis. “Mmmnnggg…” Ada penis yang disodorin, rada maksa ke gue untuk disepongin. Gila. Kok jadi gini. Reggie gak pake kondom sekarang.
“Dah, jangan sampe keluar dalem nih...” tawa Reggie. Dia narik penisnya dari badan gue, dan gantian, cowok lain yang masuk ke dalam diri gue.
“Ahh.. Ahh..” Gue gak tau kenapa. Sensasi ini campur aduk. Gue kayaknya bentar lagi orgasme. Badan gue menggelinjang gak karuan, dikeroyok sama tiga cowok. Gue gak tau gue diapain lagi. Posisi gue dirubah. Gue duduk di atas cowok ini, sambil nyepongin kanan kiri. Fuck. Gue berasa kayak pecun yang lagi digilir.
Entah kenapa muka orang-orang yang gue kenal muncul di kepala gue. Gak tau kenapa. Pusing. Semua bikin gue pusing. Mereka gantian ngegagahin gue, megang-megang badan gue, ngisep payudara gue, mainin semua yang mereka bisa mainin.
Gue dibolak balik, sama kayak Tamara. Kita berdua bergumul dengan lima cowok, ganti-gantian. Tangan dan mulut kita berdua sibuk, dan Tamara, lubang pantatnya pun sibuk. Dunia gue kayak jungkir balik. Tamara terus-terusan keliatan bernafsu banget. DIa kayak punya tenaga yang luar biasa besarnya ngeladenin semua orang ini. Sementara gue ga bisa. Gue gak kuat.
“Nnn.. Nnn..”
“Mau keluar tuh si Amel”
“Guys, inget jangan keluarin di dalem dia, jangan bablas” tegur Tamara, yang kayaknya lagi asyik digaulin di lubang belakangnya sambil jilat-jilat penis dua orang cowok.
Posisinya kayak gini sekarang. Gue telentang. Ada cowok yang gak tau siapa, dengan ganasnya make gue. Kaki gue dia peluk. Dia gerak kenceng banget, kayak mau merkosa gue. Lidah gue lagi ngejilatin penis cowok, ntah siapa. Mata gue udah agak kabur.
Mendadak Alfa, dateng dan mainin payudara gue. Dia ngejilat sambil berusaha nyuruh tangan gue ngocokin dia.
“Tembak di muka gue” Tamara ternyata sekarang udah duduk di lantai, dan seorang cowok lagi masturbasi di depan mukanya.
“Nnng!” Fuck. Sperma nya banyak banget, muncrat di muka Tamara yang berkulit sawo matang.
“Aaaahh!!!” Gue menegang. Badan gue kayak mau berontak. Sensasinya sumpah aneh banget. Gue belom pernah orgasme segila ini. Badan gue menggelinjang, rasanya kayak mau meledak. Butuh beberapa saat untuk gue ngerasa segila ini.
“Guys, shoot us” Tamara merayap ke arah gue yang habis orgasme, dengan muka penuh sperma, dan tanpa aba-aba langsung meluk dan nyium gue. Gue kaget. Mendadak muka kami berdua mendapatkan kejutan. Sperma hangat yang begitu banyak seperti muncrat bersamaan ke muka kami berdua. Gue gak bisa nafas. Tamara masih meluk gue erat dan nyium gue dengan panas banget.
“Cheese” Fuck. Reggie moto kita berdua berlumur sperma kayak gini. Gue ga tau rasanya kayak apa sekarang. Udah pengen pingsan. Sperma lima laki-laki ngebasahin muka gue dan Tamara.
“Belum selesai buat gue” Tamara ketawa ringan dan dia bangkit. Gue gak tau mau ngapain, tapi gue mual. Gue terhuyung gak puguh, mencoba berdiri, mencoba muntah di kamar mandi. Alfa dengan sigap nangkap badan gue, dan dia memapah gue.
“Eh, lo gapapa?”
“Nnn? Gue mau muntah, gue ga kuat…”
“Kayaknya jangan dulu deh…”
“Gimana?”
“Iya, jangan dulu…” Alfa meringis. Mata gue panas. Kayaknya kemasukan sperma.
“Gak bisa, gue udah ga tahan….”
“Well..”
Gue mencoba melepaskan diri dari Alfa. Dengan terhuyung gue ke arah kamar mandi, yang pintunya kebuka. Kemana mereka semua? Apa mandi bareng atau…. Fuck…
Tamara duduk berlutut di area shower, sambil masturbasi dengan sebuah dildo kecil. Tiga orang cowok ngelilingin dia, nyiram dia dengan pipis mereka. Reggie dengan smartphonenya asik merekam kejadian itu.
Fuck, gue mual banget ngeliatnya. Mendadak mata gue berkunang-kunang. Ini dia. Kesadaran gue bakal ilang.
Sekarang.
Gue mual.
Fuck.
Badan gue jatoh.
Dan dunia pun mulai gelap.
------------------------------
BERSAMBUNG