Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terlahir Kembali! (No Sara)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bab 3 – Mengamuk!

Malam.


Jantungku berdetak dengan kuat, namun pelan. Kupingku memanas karena emosiku yang meningkat. Seluruh bulu kudukku berdiri dan hawa dingin menusuk paru-paruku meski tubuhku saat ini sedang memanas.


Indahnya malam ini, terangnya cahaya bulan di pertengahan bulan tahun ini dinodai dengan kejadian di hadapanku saat ini.


“Hmmph-“


Mulut gadis itu dibekap dari belakang dan tubuhnya ditahan dari samping, sedangkan senyum menjijikkan dari pria buncit didepanya benar-benar memuakkan, air matanya turun dengan deras dan berontakannya tampak sia-sia.


“Cantik juga cewek ini.” Senyumnya.


Ketiganya tertawa terbahak-bahak dan pria yang berbadan agak besar itu mengelus pipi cewek yang ketakutan itu.


“Halus dong.” Tawa mereka.


Sial, sial, sial, SIAL!


Kakiku gemetar karena kaget dan takut, sejujurnya aku takut kondisi seperti ini karena sejak dulu aku hanya lari dan menghindar jika kondisiku terancam. Dan sekarang penyakit penakutku kambuh saat dalam situasi seperti ini.


“Kumohhon janga-emm!” Gadis itu menggeleng kuat.


“Boss coba kita lihat dalemnya hehe.” Ucap yang di kanan.


“Bener juga bos, gede gini kan. Pasti sesak.” Timpal satunya.


Seseorang yang dipanggil bos itu menyeringai mesum. Ia kemudian membelai baju santai yang cewek itu kenakan. Gadis cantik itu panik dan berusaha menolak.


Gigi kuning pria itu mengkilat karena cahaya bulan, sedangkan kedua pria lainnya cekikikan senang. Tangan kecoklatan itu mendekati benih kancing kemeja milik perempuan itu.


APA AKU HARUS LARI?


Berteriak mungkin? Aku menoleh mencari seseorang, tidak ada orang di gang seperti ini. Sangat menyedihkan memang, saat fisikku sudah berubah drastis, mentalku masih pengecut seperti dulu. Aku panik sekarang.


Takut? Menyedihkan.


Seketika detik-detik itu melambat, kupingku berdetak semakin keras mengikuti jantungku yang seperti hampir meledak. Hening, hanya suara jantungku saja yang terdengar. Tapi saat itu juga sebuah suara berbisik di kedua telingaku bersamaan.


Lemah.


Suara itu menyesakkan dadaku membuatku kesulitan bernafas karena kebingungan. Suara siapa?



Pengecut! Menyedihkan!


Sebuah senyum terukir dalam kegelapan malam, pandanganku kabur sesaat. Sepertinya aku akan pingsan, tapi bagaimana dengannya? Gadis itu? Diana!


Bukankah kau ingin jadi pahlawan untuk semua orang?’


Deg.


Getaran kakiku berhenti, jantungku melemah dan pikiranku menjadi melayang. Blank. Pahlawan? Aku, ingin jadi pahlawan? Untuk siapa?


Ku gertakan gigiku kuat-kuat tanpa pikir panjang aku berlari sekuat mungkin menuju gadis yang sedang kesulitan itu. Angin segar berembus melewati kulitku yang lembab karena keringatku tadi. Kakiku bergerak cepat dan wajah mesum pria itu semakin jelas terlihat sedikit aku rendahkan badanku mengambil celah bagian bawah dari posisinya. Dalam hitungan detik aku tak sadar sudah sedekat ini dengan tubuhnya, dan sebuah kepalan tinju kuhantamkan pada dagunya dari bawah.


Brugh. Akh!


Tubuh pria itu terpental ke belakang dan menabrak tembok gang yang sedikit sempit dan seketika tak bergerak. Butuh waktu beberapa detik untuk kedua pria lainnya melepaskan tubuh langsing gadis ini dan segera menolong orang buncit itu.


“Pergi dari sini, berengsek!” Teriakku.


Tampak wajah tak suka kedua orang itu menatapku. Ia membopong tubuh tak bertenaga itu sambil mengoceh sesuatu. Darah menetes dari kedua lubang hidungnya. Mereka bergerak keluar dari gang ini. Apakah sudah selesai?


“Bakalan kami bikin mampus lu, bangsat!”


Aku tak mempedulikan kata-katanya, pandanganku beralih ke arah gadis itu yang terduduk sambil menangis, yang ternyata benar dia adalah Diana, gadis yang tadi di warung itu. Saat itu aku mencoba mendekatinya, namun tiba-tiba seseorang pria bertubuh tegap menendang perutku dengan keras, membuat bagian perutku mual dan sangat sakit.


Darimana datangnya? Aku tidak bisa merasakan kehadirannya sama sekali, dan juga kekuatan ini benar-benar kuat dan bertenaga.


“Ughk.”


Aku mencoba melihat ke arah pria itu, tubuhnya benar-benar tegap. Pandanganku sedikit kabur karena sakit yang luar biasa di perutku.


“Bunuh dia, kak! Dia yang sudah memukul kepala si boss.”


Pria besar itu menatapku benci, benar-benar kemarahan yang sangat mengerikan dari kedua bola matanya. Dan dengan mudah nya ia menendang tubuhku menjauh dari Diana yang saat itu kembali di lecehkan oleh orang-orang berengsek itu, sedangkan aku tak melihat seseorang yang dipanggil bos itu di sana.


Aku tak bisa bergerak! Kakiku mati rasa, tanganku gemetar, pandanganku terus-menerus kabur, dan seluruh tubuhku sakit. Telingaku menangkap suara dari samping saat aku menolehkan kepalaku ke kiri. Seseorang memegang balok kayu sambil tersenyum menjijikan.


“Aku akan membunuhmu!” Teriaknya keras.


Dia, ah orang yang aku hajar tadi. Dia bos dari mereka semua, ia mengangkat balok itu tinggi dengan kedua tangannya. Hendak memukul.


“Hahahaha! Mati kau!” Senyumnya.


Brakk.


Kesadaranku.. Memudar, Diana.. Maaf.


Sungguh.. Maafkan aku.


Aku tersadar di sebuah tempat dan gelap setengah tubuhku terendam dalam air yang sangat dingin, pikiranku sibuk merasakan hawa sekitarku yang berubah secara mendadak.


Basah. Becek. Dingin.


Tubuhku seperti menggambang, mati rasa menyelimuti tubuhku. Bahkan menoleh pun aku tak bisa kulakukan.


“Menyerah?”


Tiba-tiba seorang wanita dewasa duduk diatas perutku. Tubuhnya berbalut kulit putih dan mulus, matanya berbentuk seperti mata kucing dengan warna merah menyala dan dia telanjang.


“Hihihi..”


Ia tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangannya, dan kemudian sebuah tatapan menusuk kedua mataku, tubuhku bisa merasakan sakit lagi saat ini tapi hanya bagian wajah saja. Aku bisa merasakan sentuhan lembut nan dingin dari kedua telapak tangannya.


“Kau ingin menjadi seorang pahlawan kan? Berikan tubuhmu, aku akan membuatmu menjadi pahlawan seperti yang sering kau impikan waktu kecil..” Ucapnya melembut seperti berbisik.


Wajahnya makin mendekat hingga akhirnya sebuah ciuman lembut namun dingin menyentuh bibirku.



Aku membuka mataku cepat, nafasku terengah-engah dan kepalaku sakit dan pusing. Pandanganku terfokus pada keempat orang yang tengah memerkosa seorang gadis. Meski rasanya sangat sakit tapi aku seperti mendapat kekuatan yang berlimpah.


“Aahh!”


Kulihat bra merah milik gadis itu terlempar cukup jauh, mataku membulat. Sial benar-benar memalukan, ini tidak bisa dimaafkan!


Marahlah! Tunjukan pada mereka, siapa sebenarnya dirimu!


Aku menggigit bibir bawahku berusaha bangkit. Meskipun hanya sedikit tapi aku bisa merasakan ada energi yang mengalir di dalam diriku. Membuat mata kananku memanas seperti terbakar.


“Hei, urusan kita.. belum selesai.. tau!” Teriakku sedikit patah.


Tubuhku menjadi lebih ringan dari detik ke detik, namun rasa panas memenuhi mata kananku seolah membakar mata dan otakku, aku tidak punya waktu untuk ini.


Binasakan mereka, iblis!


Aku menerjang kearah mereka sambil berteriak keras.


“Aaaaahhhh!”


Aku menghantam salah satu preman bertubuh kurus hingga terpental kemudian menghantam tembok dan pingsan.


“Kau belum mampus juga ternyata hah.”


Sang preman bertubuh besar itu mengarahkan kepalannya ke kepalaku, namun entah kenapa aku bisa melihat gerakannya dengan mudah.


Brug.


Aku menangkisnya dan dengan cepat aku menendang perutnya, membuatnya terhuyung kebelakang. Kesempatan!


“Mati kau!” Teriakku keras.


Aku menerjang dan meninju dengan sekuat tenaga membuat tubuh preman itu terpental cukup jauh dan tak sadarkan diri. Tinggal satu preman lagi, kulihat ia tampak merinding ketakutan. Mataku bertemu dengannya, ia semakin panik.


“I-iblis!”


Ia pun kabur sambil menyeret tubuh bosnya dibantu dengan temannya yang babak belur, namun entah kenapa aku belum puas. Aku ingin menghajar mereka lagi. Tenggorokanku haus.


Bunuh mereka.


Suara itu lagi. Suara yang memenuhi kepalaku. Membuatku pusing tapi justru suara itulah yang membuatku sangat bersemangat.


Kejar mereka. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh.


Tiba-tiba kurasakan tubuhku ada sesuatu yang menghalangiku, tubuhnya sangat erat memelukku. Membuatku kehilangan nafsu membunuhku dan semua menjsdi gelap.


“Cukup-hiks. Kumohon.”


Sangat menenangkan. Dan, semuanya menjadi gelap. Aku kelelahan.

.

Aku terbangun di sebuah ruangan hampa dan gelap, tidak ada apapun disini kecuali warna hitam. Ku coba menggerakkan tubuhku tapi tidak bisa, apa yang sebenarnya terjadi? Seingatku aku melawan tiga orang preman dan kemudian mereka lari lalu aku ... Ah, sial aku tidak ingat.


“Dimas. Nak Dimas.” Suara itu menggema di ruangan hampa ini.


Membuatku mengikuti asal suara itu, tapi tidak ada siapa-siapa. Suara ini berbeda dari yang tadi saat aku berhadapan dengan para preman. Suara ini lebih lembut, bukan bahkan sangat lembut. Suara seorang wanita.


“Siapa disana?” Tanyaku cepat.


Hening.


Tadi ada sekelebat siluet yang lewat. Aku masih terus memutar bola mataku melihat sekeliling, suasana seperti inilah yang membuatku sangat tidak nyaman.


“Kenapa kau berkelahi?”


Aku terkejut, tiba-tiba sebuah sosok putih muncul dihadapanku. Auranya terpancar menenangkan dan lembut.


“Eh?”


“Kok eh? Hihihi.”


“Siapa?”


Dia tersenyum.


“Nggak tau.” Ucapnya dengan nada manja.


Aku masih terus melihat sosok itu, wajahnya manis dan suaranya sangat lembut.


“Aku tanya lagi deh, kenapa berkelahi?”


“Kok tau?”


Dia mengelus kepalaku pelan, rasanya nyaman. Entah kenapa aku seperti ingin tidur dipangkuanya. Aneh? Ini seperti sihir.


“Ya tau dong, hihihi ... Jadi kenapa?”


“Karena mereka ingin memperkosa dia.”


Dia lagi-lagi tersenyum.


“Oh, begitu ...” Ia melirik kesamping.


Jari telunjuknya menunjuk dagu. Ia tampak sedikit gelisah.


“K-kau tidak marah?”


Kenapa aku berkata seperti itu? Mulutku bergerak sendiri.


“Heee? Kenapa marah? Kau sudah melakukan yang terbaik kok. Hehe.” Senyumnya.


Aku hanya diam sambil menunduk, aku masih belum paham siapa dia? Dimana ini? Dan kenapa aku bisa disini? Apa aku sudah mati? Tapi, aku seperti merasa dia adalah orang yang aku kenal.


Ctug!


Aw! Sakit sekali!


“Jangan ngelamun.”


Sebuah centilan terasa di keningku. Dan entah kenapa rasanya bisa sangat sakit.


Cup.


“Eh?”


Dia berlari menjauhiku menuju suatu tempat setelah menciumku ditempat yang sama dengan centilannya tadi.


Ia berbalik dan tersenyum.


“Nak Dimas, tetap percaya dan lindungi semua yang menyayangimu ya!”


“I-iya ...”


“Kami akan selalu me ...”


Aku tidak bisa mendengar lanjutannya namun aku masih bisa melihat gerakan mulutnya dari jauh.


Siluet wanita itu berlari menuju cahaya, dimana ada sosok pria yang tengah bersedekap sambil tersenyum kearahku. Sosoknya besar dan gagah, wajahnya tertutup bayangan tapi senyumnya benar-benar lebar.


Setelah kepergian mereka kurasakan badanku mulai berat dan rasa sakit menyelimuti tubuhku. Aku tersadar.


Aku berusaha membuka mataku perlahan dan hal pertama yang kulihat pertama kali adalah wajah cantik dan putih milik gadis malang itu, yah setelah beberapa saat aku terus memandangi wajahnya, rasanya sangat menyejukkan hatiku.


“Hey.”


“Eh?” Diana tampak terkejut.


Aku merasa tubuhku mulai terasa sangat sakit dibeberapa bagian, Diana dengan polosnya memelukku hingga kurasakan sesuatu yang lembut menekan perutku, ia menangis dengan keras. Ku gerakan tanganku mengusap kepalanya yang berbalut kain halus itu.


“Udah-udah gakpapa, yuk pulang.”


Aku berucap seperti itu bukan karena nggak menikmati kejadian ini, hanya saja sesuatu ada yang tegak di bawah sana dan aku takut ia menyadarinya. Dan setelah melepas pelukannya ia mengangguk. Rasanya benar-benar menenangkan hati, astaga.


Perjalanan pulang berakhir cukup canggung, meski rasa sakit masih menggigiti kulitku, aku tidak merasakan apa-apa lagi selain nyeri itu. Apakah ini kekuatan iblis itu? Untuk apa aku memiliki kekuatan seperti ini.

Aku sengaja meminjamkan kaosku untuknya meski sedikit kebesaran setidaknya tubuh indah dan mulusnya tertutupi dan bra merah sobeknya ia yang bawa, jelas tidak mungkin jika aku yang membawanya. Senyumannya saat berpisah didepan kosannya benar-benar membuatku tentram.


Keesokan harinya.


Secara mendadak, Pak Setyo mendatangiku di kos yang ia sewakan untukku. Dan dengan wajah yang damai ia tersenyum sambil mulai menjelaskan maksud kedatangannya.


“Jadi gini, Nak Dimas. Saya ini bekerja sebagai salah satu pimpinan sebuah instansi pendidikan ternama di kota ini, yaitu Rektorat Universitas Bima Sakti Indonesia atau yang dikenal dengan sebutan UBSI The Red Jacket. Dan, saya masih merasa bersalah karena telah mencelakai anda,-“


Ketika aku hendak menyela pembicaraan. Telunjuknya terangkat setinggi mulutnya.


“-Jadi, untuk itu saya ingin mendaftarkan Nak Dimas ke tempat itu, sebagai mahasiswa biasa tentunya.”



Heeeee? Serius?


Aku? Menjadi mahasiswa?
 
Maaf gak bisa balas satu-satu, yang terpenting saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para suhu dan semproters yang sudah mampir di thread saya. Terima Kasih. Dan juga karena kesibukan real life yang membosankan ini. Semoga bisa update maksimal 1 minggu sekali terhitung dari malam minggu. Sekian. Sukses dan sehat selalu buat semuanya!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd