Elkintong
Senpai Semprot
Indeks ;
1. Berita Yang tidak menyenangkan
2. Flash Back
3. Bantu Aku Mas
4. Cinta Salah Orang
5. Artha Saskara Kenzie
6. Gairah Sore Hari
7. Hati Yang Terluka
8. Kesan Pertama yang parah
9. New day is ON
10. The Wedding Day
11. MARRIAGE LIFE
12. Kegilaan dalam Pernikahan
13. Dilema
14. Gauri Adara Zanetta
15. Hati tidak punya Nurani
16. Kacaunya sebuah Rumah
17. I want to divorce
18. Mendung yang enggan pergi
19. Player will be player
20. Sabar ada Batas
21. Now you know
22. Penyesalan yang selalu terlambat
23. Should I turn back time
24. Jangan Tanya Mengapa
25. Too good to be true?
26. Jangan Tanya Mengapa
27. Karena aku tulang rusukmu
28. Selamat Ulang Tahun, Hana
29. Awal sebuah Musim yang baru
30. Kiss Me, here
31. Hidup utuh sebagai istri
32. Waktu yang salah
33. Mengetes Ombak
34. Menuai Gelombang
35. Sulitnya Berkata MAAF
36. Pilihan ditanganmu, restu ditangan kami
37. Haruskah Aku memilih
38. Fase Baru di tanah Dewata
39. Matahari di Bentala Lain
40. Tingginya sebuah Ego
41. Harapan tak bertepi
42. From Bali with Love
43. Ikuti Kata Hati
CHAPTER I
Berita yang tidak menyenangkan
Kediaman mewah milik Irwan Sutanto, seorang pengusaha pelayaran hari ini terasa panas dan lebih tidak nyaman dari biasanya. Ruang keluarga yang biasanya sepi, siang ini penuh dengan teriakan dari sang pemilik rumah.
“kamu sudah gila memang, bikin malu saja....” suara kencang Irwan memenuhi ruangan keluarganya yang luas itu
“anak tidak tahu diri kamu.....” tudingnya ke anaknya Hana yang tertunduk di hadapnnya
“Udah dong Pi....kamu dikasih tau marah ngga dikasih tau marah....” jawab istrinya Laura
Emosinya semakin memuncak mendengar bantahan istrinya.
“ngga marah bagaimana??”
Dia kini memandang istrinya
“orangtua gila mana yang ngga marah dengar berita seperti ini???” bentaknya ke istrinya
“ya pasti marah tapi ngga usah bentak seperti itu”
“trus harus bagaimana gue??’
Hana Makaira Sutanto 30 tahun, anaknya yang pertama yang baru kembali dari Australia, yang masih lajang diusia sematang itu, dan sedang menempuh S2nya di sana, kembali bukan dengan hanya dengan gelar Masternya, tapi dengan berita menggemparkan seisi rumahnya, dia sudah berbadan dua dan sudah 3 bulan berjalan.
Bagi Irwan dan Laura, ini bagai tsunami besar yang menimpa keluarganya. Bagaimana tidak? Mereka yang sedang membangun image mereka sebagai keluarga yang diberkati, keluarga yang jadi panutan, karena sama-sama memiliki bisnis yang sedang berjalan maju, anak-anaknya juga cantik-cantik dan ganteng, sekolahnya di luar negeri semua, lalu mendapat berita seperti ini?
“dia ngga mau tanggung jawab?” tanya Irwan
Semua hanya diam saja tidak bisa menjawab saat Irwan bertanya jika yang menghamili Hana bagaimana sikapnya.
“shit banget.....!”
Laura bersuara
“sudah kita coba hubungi, tapi pihak mereka menolak bicara, karena itu tanggungjawab anaknya, jadi mereka serahkan ke anaknya....”
Irwan semakin membara mendengarnya
“ memang sialan tuh Airlangga bajingan itu...... dari awal gue ngga pernah suka ama dia....”
Suasana kembali tegang. Irwan tidak mampu membayangkan jika ada yang bertanya tiba-tiba Hana melahirkan anak tanpa ayahnya. Bisnisnya memang akan berjalan terus, tapi imej yang selama ini dia bangun pasti akan lebur.
Belum lagi Hana akan jadi penerusnya di perusahaannya. Apa kata orang-orang nanti? Apa di kantor ngga jadi gunjingan? Dan jika satu kantor tahu pasti tinggal menunggu waktu rekan-rekan bisnisnya tahu. Mereka mungkin akan diam tapi dia pasti dianggap munafik karena tidak mampu menjaga anaknya sendiri disaat dia sering memuji keluarganya, dan bagaimana bisnisnya dibangun atas restu dan berkat dari Yang Punya Hidup, sehingga keluarganya juga mendapat aliran berkat.
“Trus tu anak gimana?”
Laura menatap Hana, lalu
“Airlangga ngga mau nikah...”
Irwan mendelik
“ngga mau nikah trus anak gue bunting dia ngga mau tanggungjawab???”
Laura kembali hanya bisa terdiam
“dikiranya kita hidup di eropa sana apa bisa hidup ngga pake nikah??”
Hana pun terdiam sambil terisak, bapaknya memang jarang marahin dia, tapi jika sudah marah emosinya suka sukar dikontrol
“Laura, kita ini sudah hidup dalam pelayanan, kita banyak bersaksi bilang bagaimana baiknya Tuhan buat kita, lalu apa kita harus bilang ke orang-orang kalau anak kita hamil diluar nikah?”
Istrinya yang jadi sasaran kemarahannya kini
“ trus sekarang mereka mau hidup semen leven?? Kaya binatang kumpul kebo begitu?? Itu maunya tuh anak bajingan itu?”
Laura hanya bisa menasehatinya agar tenang. Dia juga tidak terima jadi sasaran kemarahan suaminya, karena ini murni diluar kontrolnya sebagai ibu, meski dia sering kunjungi anaknya ke Sidney atau anaknya datang ke Jakarta jika liburan.
“kamu jangan marah-marah dong....ngga akan menyelesaikan masalah”
“emang ngga akan menyelesaikan masalah, tapi sudah parah begini trus lu suruh gue harus tenang?? Harus diam??”
Hana hanya bisa terdiam, dia sangat menyesal pulang ke Indonesia jika sudah begini, jika dia tinggal di Australia dan anaknya lahir disana atau dia mungkin menggugurkan kandungannya, tentu bapaknya tidak akan semarah ini ke dirinya.
Tapi sulit juga, dia gugurin kandungannya ini sudah mulai besar. Dia juga baru menyadari setelah dua kali dia lewat tidak dapat haid, disangkanya dia hanya masuk angin dan mual biasa, hingga bulan ketiga dia tidak mendapat mens, lalu di periksa lewat test pack, lalu ke dokter dan ketahuan jika sudah hamil.
Ibunya yang diberitahu duluan, meski amarah dari ibunya juga diterimanya, namun dia menuruti saran Ibunya untuk berterus terang ke ayahnya, maka itulah lalu dia pulang ke Jakarta, dan akhirnya hanya marah dan kekesalan ayahnya yang dia terima setelah dia memeberitahu apa yang sudah terjadi, setelah sebelumnya dia menyimpan rahasia ini selama seminggu semenjak kedatangannya ke Jakarta.
“sudah bicara dengan Tedy?” tanya Irwan lagi
Tedy Sanjaya ialah orangtua dari Airlangga, pacarnya Hana.
“sudah, tapi lewat asistennya dia, Tedy sendiri menolak berbicara dengan kita”
“kurang ajar memang, dia menganggap rendah kita selama ini.....”
Hana hanya bisa tertunduk, memang selama pacaran dengan Airlangga, dia tidak pernah dikenalkan ke orangtuanya, karena memang orangtuanya kurang menyukai dirinya, sehingga selalu menolak Airlangga jika membawa dirinya bertemu mereka. Namun cintanya ke Airlangga terlalu besar, dia tidak pernah akan berpikir bahwa hubungan mereka akan berakhir, dia hanya ingin tetap bersama dengan Airlangga.
“iya trus ini gimana Pi?”
“kamu bantu mikir dong...jangan tanya gue terus...” bentak suaminya
Laura hanya merenggut kesal. Kesal sekali juga dengan Airlangga yang tidak mau bertanggungjawab, kesal ke anaknya yang tidak bisa menjaga diri, namu lebih kesal lagi ke suaminya yang bukannya cari solusi bersama, malah amarahnya saja yang diumbar.
“ini anak kita Pi....buak anak aku aja....”
“iya... ada masalah begini kamu bilang anak kita... “
Laura marah dan keselnya luar biasa
“ ngga bisa mikir gue sekarang..... anak sudah tua bukannya bantu bisnis orang tua, ngabisin uang dan bikin malu aja kamu....” semburnya ke Hana lagi
Dia lalu berjalan masuk ke kamarnya
“ini akibat kamu terlalu manjain anak kamu....”
Laura benar-benar tidak habis pikir dengan emosi dan marahnya suaminya, jika dia kecewa karena kejadian ini sudah wajar, tapi memarahi dirinya dan anaknya juga tidak akan merubah keadaaan, yang dibutuhkan ialah solusinya seperti apa.
Terakhir diubah: