Jono menahan lengan Lusi ketika ia hendak
menolong Ricky. Aduh, Lusi, Ricky baik-baik saja
kok. Dia hanya perlu bernafas dengan baik.
Seharusnya kamu lebih memikirkan keadaanmu
dan juga dia. Dengan menggunakan gerakan
kepalanya, Jono menunjuk ke arah Winda, anak
Lusi dan Ricky yang baru berumur 15 tahun.
Wajah Winda sangat mirip dengan wajah ibunya.
Dari bentuk tubuhnya, Winda terlihat sudah
masuk ke masa remaja dengan perut yang mulai
mengecil dan buah dadanya yang sudah
terbentuk, walau tidak sebesar payudara Lusi.
Jangan bawa-bawa dia ke dalam masalah ini!
teriak Lusi. Ia hanya anak kecil. Melihat dirinya
menjadi topik permasalahan, Winda mulai
menangis. Melihat hal ini, Ricky berniat bangkit
berdiri namun usahanya dipatahkan oleh Dony
dengan mendorong tubuhnya dengan kakinya.
Duduk diam! Kalau kalian semua bekerja sama,
kami tidak akan mencelakai anak itu, kata Dony
dengan penuh kuasa. Dony tahu dalam hatinya
bahwa Winda yang masih muda itu akan menjadi
godaan yang sangat sulit untuk dilewatkan baik
oleh Jono maupun oleh dirinya. Walaupun
demikian, dengan menawarkan sedikit harapan
akan dapat membantunya mengontrol situasi
seperti ini.
Jono mengambil alih kendali. Oke, semuanya
duduk di sofa. Ayo sekarang! Dony, kau
perhatikan mereka.
Setelah itu Jono keluar dari ruangan. Beberapa
saat kemudian ia kembali dengan senyum penuh
kemenangan dan gulungan tali.
Oke, bung. Berdiri! perintahnya.
Ricky berdiri dengan perlahan. Pikirannya
berkecamuk. Jika ia membiarkan dirinya diikat, ia
akan menjadi tak berdaya untuk melindungi
keluarganya. Sementara pikirannya masih
berputar, Ricky melihat Jono mengeluarkan pisau
dari kantong belakang celananya lalu
menjambak rambut Lusi dan menariknya
sehingga ia bangkit berdiri. Dengan gerakan
cepat Jono berputar ke belakang Lusi dan
menaruh mata pisau itu ke lehernya. Tanpa
pernah melepaskan tatapannya ke Ricky, Jono
berkata, Jangan coba-coba jadi jagoan, bung!
Ini sudah diluar kemampuanmu. Satu gerakan
saja bisa mencelakaimu dan juga keluagamu.
Sekarang, tanggalkan bajumu!
Ricky benar-benar tak menyangka mendengar
perintah itu. Ia memang sudah menduga-duga
apa yang bakal terjadi bahkan sudah menerima
kenyataan bahwa kedua binatang ini mungkin
akan memperkosa istrinya. Namun ia tidak
pernah terpikirkan bahwa mereka menginginkan
tubuhnya.
Dony tersenyum. Hal ini adalah trik lama di
penjara. Menelanjangi seseorang akan
membuatnya merasa tak berdaya dan lemah.
Seseorang yang telanjang akan jauh lebih mudah
dikontrol.
Ayo cepat, bung. Aku mau semua bajumu
dilepaskan.
Sementara pikirannya terus berkecamuk, Ricky
mulai membuka satu per satu kancing
kemejanya. Setelah itu ia melepaskan sepatu dan
kaos kaki. Dan yang terakhir ia menanggalkan
celana panjangnya.
Jono mengangguk ke arah celana dalamnya.
Semuanya, bung. Aku mau kau telanjang
seperti saat kamu dilahirkan, katanya dengan
senyum yang lebar.
Tapi
, Ricky menyela sambil menggerakkan
kepalanya ke arah putrinya yang masih berumur
15 tahun itu.
Memangnya kenapa, Pa? ejek Jono. Winda
belum pernah melihat laki-laki yang telanjang?
Aku rasa ia sudah pernah melihatnya!
Menoleh ke Winda, ia bertanya, Bagaimana
Winda? Apakah kamu pernah melihat ular
bermata satu?
Dony menahan tawa. Jono memang benar-benar
keparat. Ia senang mempermalukan mereka.
Pada kenyataannya Winda sudah tidak perawan.
Ia sudah pernah melakukan hubungan seks
beberapa kali dengan pacarnya, Tommy. Sadar
bahwa saat itu bukanlah saat yang tepat untuk
bercerita tentang hal itu baik kepada kedua
narapidana itu maupun kepada kedua orang
tuanya, Winda menggelengkan kepalanya untuk
menjawab: tidak.
Semuanya, Pa. Sekarang! Jono membentak.
Melihat sedikitnya alternatif yang ia miliki, Ricky
menanggalkan celana dalamnya dengan
perlahan. Memang penis Ricky termasuk
berukuran kecil saat berereksi, namun dalam
kondisi seperti ini penisnya bak siput yang
bersembunyi ketakutan.
Melihat hal ini, Jono tertawa terpingkal-pingkal.
Pantas saja sedari tadi dia berusaha untuk
menyembunyikannya.
Jono menengok ke arah Winda dan berkata,
Jangan khawatir, Winda. Hari ini kamu akan
melihat ukuran laki-laki yang sesungguhnya.
Jono menarik sebuah kursi dari ruang makan dan
menaruhnya di tengah-tengah ruangan. Semua
pandangan jatuh pada Jono saat ia mengitari
Ricky. Mungkin aku harus memanggilmu: banci
untuk ukuran penismu yang mepermalukan
kaum laki-laki.
Ditantang seperti itu, Lusi menjawab dengan
pandangan yang membara, Ricky dua kali lebih
laki-laki dari kau. Dan aku menyayanginya
dengan sepenuh hatiku!
Oh, iya, iya, jawab Jono. Lalu ia memerintah
Ricky, Kedua tangan di belakang kepala! Tidak
ada gunanya menyembunyikan penismu!
Merasakan bahwa saat itu adalah
kesempatannya yang terakhir untuk mengambil
alih kekuasaan, Ricky berputar ke kiri. Ricky
merasakan rambutnya dijambak oleh Dony dari
belakang. Jono menonjok perut Ricky dan ia
terbungkuk dan tersungkur kesakitan.
Sementara Ricky masih kesakitan, Jono bergerak
ke belakangnya dan mengamankan kedua
tangannya dengan mengikatnya dengan tali
yang baru dibawanya. Dony dan Jono
mengangkat tubuh Ricky lalu mendudukkannya
ke kursi di tengah-tengah ruangan itu. Jono
kemudian mengikatkan kedua kaki Ricky ke kaki
kursi tersebut, kiri dan kanan.
Dony terkesan betapa cepat semua itu
berlangsung dan kini Ricky telah terikat dan
diamankan. Ricky terlihat sangat memalukan
duduk terikat dengan keadaan telanjang bulat
dengan kedua kakinya mengangkang dan
memperlihatkan penisnya yang kecil terjulur
keluar dari bulu-bulu kemaluannya.
Jono mengedipkan matanya pada Dony lalu
berbalik ke Lusi yang masih duduk di sofa
dengan sorot mata yang penuh ketakutan.
Melihat suaminya terikat dengan kondisi
telanjang seperti itu membuat dirinya dikuasai
oleh keputusasaan. Hanya Tuhan yang tahu apa
rencana kedua narapidana ini atas dirinya dan
keluarganya.
Winda berusaha untuk memalingkan wajahnya
dari ayahnya tetapi ia tak dapat menahan dirinya
untuk mencuri pandang melihat alat kelamin
ayahnya yang walau berukuran kecil namun
terlihat jelas. Winda belum pernah melihat
Tommy dalam keadaan tidak ereksi; Tommy
selalu ereksi saat bersama dengannya. Penis
ayahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan
penis Tommy yang ereksi. Winda tidak tahu
bahwa rasa takut ayahnya dapat mempengaruhi
penisnya.
Jono menjulurkan tangannya ke Lusi. Tanpa
berpikir panjang ia meraihnya. Jono segera
menarik Lusi sehingga ia berdiri di hadapannya.
Kedua matanya tampak berkaca-kaca saat ia
menatap suaminya. Dengan menarik dagunya,
Jono memalingkan wajah Lusi sehingga ia
memandangnya. Sekarang kita akan berkenalan
lebih dalam, katanya. Jono membelai
rambutnya lalu merangkulnya dan mengecup
lehernya dengan lembut.
Ini dia, pikir Lusi, Jono akan membawaku
masuk ke kamar dan memperkosa tubuhku. Ia
akan memperkosaku di atas ranjang
pernikahanku.
Penis suamimu terlihat kecil sekali, Lusi. Dengan
alat sekecil itu, kamu pasti bermasturbasi untuk
mendapat kepuasan. Dengan berbisik di depan
telinganya, Jono bertanya kepada Lusi sekali lagi,
Apakah kamu setiap hari bermasturbasi Lusi?
Tidak. Aku tidak pernah, jawab Lusi.
Omong kosong! jawab Jono sambil mendorong
Lusi dengan kasar.
Cukup sudah! Aku mau lihat kamu telanjang!
Ayo buka semua bajumu!
Lusi baru tersadar. Laki-laki ini tidak berniat
memperkosanya di kamarnya yang tertutup.
Binatang ini berniat memperkosanya di sini, di
ruang tamu tepat di hadapan suami dan
putrinya.
Buka semua bajumu, Lusi dan tunjukkan
bagaimana kamu bermasturbasi.
Lusi menggelengkan kepalanya untuk menolak.
Dengan gerakan yang tiba-tiba, Jono menarik
robek baju Lusi yang menyebabkan kancing-
kancing bajunya beterbangan jatuh. Dalam
keadaan yang masih terkejut Lusi hanya diam
mematung saat Jono memasukkan pisaunya ke
antara buah dadanya lalu memotong BH dengan
satu tarikan.
Saat kedua bukit payudara Lusi tergantung
bebas, Lusi terkesiap, Winda memekik berteriak,
dan Ricky menggeliat-geliat berusaha
melepaskan dirinya dari ikatan. Jono tersenyum
bangga. Buah dada yang indah, Lusi! Dony,
Lusi mempunyai buah dada yang indah, kan?
Sudah jelas itu, jawab Dony. Singkat kata, ia
terlihat luar biasa!
Mari kita lihat bagian tubuhmu yang lain, Lusi.
Tanggalkan rok itu atau kau mau aku
merobeknya juga? perintah Jono.
Tolong, pinta Lusi, dapatkah kita masuk ke
kamar. Aku akan melakukan apa saja yang kalian
perintahkan. Apa saja, asal jangan di sini.
Lusi, sayang, bagaimanapun juga kamu akan
melakukan apa yang kami perintahkan. Tapi
kalau kamu lebih suka melakukannya di kamar,
boleh-boleh saja, jawab Jono.
Lusi sedikit merasa lega. Sudah cukup buruk
harus mengalami perkosaan namun akan lebih
buruk lagi jika harus melakukannya di hadapan
suami dan anaknya.
Jono menoleh ke Winda dan berkata, Winda
sayang, mama kamu mau melakukannya di
dalam kamar. Kamu jadi anak baik yah. Kamu
masuk ke sana dan persiapkan ranjangnya.
Winda tak bergerak. Ia hanya memandangi Lusi
lalu ke Jono.
Winda, jangan membuatku untuk meminta dua
kali. Masuk ke dalam kamar dan persiapkan
ranjangnya.
Winda bangkit berdiri dan dengan terisak ia
menghambur ke dalam kamar.
Dony, Lusi ingin agar pesta ini dipindahkan ke
dalam kamar. Tolong bantu aku untuk
memindahkan Ricky. Oke?
Lusi tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.
Harapannya untuk menyelamatkan harga dirinya
langsung sirna dalam sekejap. Bukan,
maksudku hanya kau dan aku, protes Lusi.
Wah, Lusi, kita kan tidak mau bersikap egois?
Aku yakin semua mau ikut melihat, kata Jono
sambil tersenyum.
Dony, kau mau melihatnya kan?
Dony mengangguk tanda setuju, Tentu saja.
Berjalan menuju Ricky, Jono menatap matanya,
Bagaimana denganmu, bung? Kau mau melihat
istrimu bermain dengan laki-laki tulen, kan?
Dengan berusaha untuk melepaskan diri dari
ikatan, Ricky menggeram, Kalian manusia
keparat! Apa yang telah kami lakukan terhadap
kalian? Lepaskan kami. Silakan bermalam di sini,
lalu pergi setelah kalian siap. Kami tidak akan
melapor ke polisi. Tapi lepaskan kami.
Wah, bung. Apakah kau dapat memikirkan cara
yang lebih baik untuk melewati malam ini? Tentu
saja tidak! kata Jono, Lusi masuk ke dalam
kamar dan tanggalkan semua bajumu. Dony,
tolong aku dong.
Dengan kepala terkulai lemas, Lusi berjalan
menuju ke kamar. Dony dan Jono menarik kursi
di mana Ricky terikat masuk ke dalam kamar dan
menempatkannya di ujung ranjang.
Bagaimana pemandangan dari sana, bung? Nah
begitu dong, bocah baik. Berhenti meronta-ronta
dan tonton saja.
Seperti yang telah diperintahkan, Winda telah
mempersiapkan ranjang dengan menurunkan
bantal-bantal. Kini ia meringkuk di sudut kamar
sambil terisak tanpa suara.
Lusi berdiri di samping ranjang dengan kedua
tangan di kedua sisi tubuhnya dan payudaranya
bulat menantang.
Perempuan bodoh! seru Jono. Apa kamu tidak
mengerti apa artinya telanjang?
Jono menatap Winda dan melambai kepadanya,
Winda, ayo bantu mama kamu menanggalkan
pakaiannya.
Winda tidak bergerak dan Lusi mulai menangis,
Jangan ganggu dia. Aku akan melakukannya
sendiri.
Lusi melakukan apa yang ia katakan. Lusi
menanggalkan roknya dan kini hanya tertinggal
celana dalamnya. Dalam keadaan telanjang, Lusi
terlihat jauh lebih cantik bahkan jauh di luar
harapan Dony dan Jono.
Ayo tanggalkan celana dalam itu juga, Lusi,
Jono memberi perintah. Setelah menuruti
perintah Jono, Lusi berdiri dalam keadaan
telanjang bulat di hadapan mereka. Wajahnya
bersemu merah karena malu.
Lusi aku suka celana dalam kamu tapi bulu-bulu
kamu terlalu panjang sehingga terlihat kurang
pas.
Mendengar perkataan itu membuat Lusi menjadi
sangat malu bahkan ia berpikir tidak mungkin
untuk bertambah malu dari keadaannya
sekarang. Namun Lusi salah.
Pergi ke WC dan cukur habis bulu-bulu itu. Aku
mau bulu-bulu itu bersih seperti saat kamu
berumur 12 tahun.
Lusi memandang Jono dengan tatapan tak
percaya. Terserah kamu. Jika kamu tidak mau
melakukannya, aku akan melakukannya
untukmu.
Lusi berjalan masuk ke WC dengan lunglai.
Dony, ada baiknya jika kau ikut masuk dan
perhatikan dia. Aku akan berjaga di sini bersama
2 bocah ini, kata Jono.
Pipi Lusi menjadi benar-benar merah saat Dony
mengikutinya masuk ke WC.
Kini perhatian Jono jatuh pada Winda. Ia
mendekati gadis itu dan mulai membelai pipinya.
Dengan suara yang rendah dan pelan sehingga
hanya Winda yang dapat mendengar, Jono
berkata, Tidak perlu takut, sayang. Aku tidak
akan menyakiti kalian. Biar ini menjadi rahasia
kita berdua. Sebenarnya aku hanya ingin
mempermainkan papamu saja.
Jono tersenyum dan melihat Winda menjadi
sedikit lebih rileks.
Sekarang beri tahu aku, gadis secantik kamu
kamu sebenarnya sudah tidak perawan, kan?
Winda merasa senang mendengar pujian Jono.
Laki-laki sepantarannya tidak pernah memuji
kecantikannya. Sebenarnya Winda ingin
menceritakan kebenarannya. Yah, tidak juga
sih, kata Winda sambil menatap ke bawah.
Jono menarik dagunya dan memaksa Winda
untuk menatap matanya. Ini kesempatan buat
kamu untuk merealisasikan fantasimu. Kamu
dapat dengan mudah menyalahkan apa pun
yang terjadi malam ini dengan berkata: Aku
tidak punya pilihan lain. Tidak ada yang akan
dapat menyalahkan kamu atas apa yang kamu
lakukan malam ini. Saat ini aku akan berlaku
kejam terhadap papamu. Dia memerlukan
seseorang yang bisa menenangkan dirinya.
Bagaimana kalau kamu duduk di pangkuannya
sementara aku menyetubuhi mama kamu?
Winda terkejut mendengar perkataan Jono,
namun juga sedikit tergoda. Apakah ia benar-
benar ingin menyaksikan pemerkosaan atas
ibunya? Sebagian dari dirinya menginginkan
untuk menyaksikannya. Membayangkan dirinya
melihat seseorang berhubungan seks secara
langsung dari dekat membuat hatinya gamang.
Lalu masalah ayahnya. Winda mencintai ayahnya
tetapi ia tidak pernah melihatnya dalam keadaan
telanjang terlebih lagi duduk di pangkuannya
saat ayahnya bertelanjang bulat. Lalu mengapa
ia menjadi basah dengan memikirkan semua ini?
Betapa menjijikannya hal itu? Namun demikian
perkataan Jono terus terngiang-ngiang di
telinganya, Apapun yang terjadi malam ini,
kamu dapat dengan mudah memberi alasan:
Aku tidak punya pilihan lain.
Dengan anggukan yang nyaris tidak terlihat,
Winda bangkit berdiri dan menghampiri
ayahnya. Maafkan aku, pa, Winda berbisik
kepada Ricky. Lalu ia duduk di pangkuannya.