Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA STAGE

STAGE-1: PENYELAMAT?



Anton yang kini berjalan sambil membawa kantung belanjaan terlihat seperti zombie, rambutnya acak-acakan dan bajunya lusuh penuh dengan noda. Lagi-lagi ia terjebak disituasi yang sangat merugikan dirinya karena Anton kembali menjadi samsak hidup. Saat bel sekolah berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran telah usai membuat semua siswa yang memang sudah tidak fokus menerima pelajaran menjadi bersemangat kembali. Namun berbeda dengan Anton yang sedari tadi hanya memikirkan cara untuk menghindari Doni dan kawan-kawannya yang pasti sudah menunggu dirinya di tempat tongkrongan mereka yang searah dengan jalan pulang yang biasa dia lewati. Ia hanya duduk di kursinya sambil mengemasi buku-buku pelajarannya sambil menunggu semua murid yang ada di kelasnya keluar. Anton coba mengingat-ingat apakah ada jalan yang bisa ia lewati untuk menuju rumahnya.

Cukup lama Anton berpikir hingga akhirnya ia ingat bahwa ada jalan untuk menuju rumahnya tanpa melewati Doni cs yang memang setiap pulang sekolah selalu nongkrong di warkop yang juga menjadi basecamp mereka. Jaraknya lumayan jauh memang dari jalan yang biasa ia lalui, namun demi keselamatannya Anton lebih memilih hal itu. Setelah merasa bahwa sekolah mungkin sudah sangat sepi Anton akhirnya memnatapkan hatinya dan menyambar tas punggung berwarna hitam. Ia berlari menuju tangga dan melihat semua kelas yang ia lewati sudah kosong. Sesampainya di parkiran ia hampir saja bertemu dengan salah satu teman Doni namun untungnya ia cepat mengambil tindakan dengan bersembunyi di balik sebuah bak sampah yang cukup besar. Setelah melihat Lino pergi dengan motor kawasaki ninjanya Anton keluar dari tempat persembunyiannya dan sedikit berlari menuju gerbang sekolah yang hanya tersisa Pak Satpam yang sedang duduk sambil menghisap sebatang rokok.

“ Sore Pak!” ucap Anton ramah dan Pak Satpam itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Setelah ia berjalan cukup jauh dari sekolahannya, Anton harus melewati sebuah gang dulu untuk memotong jalan agar ia bisa sampai di perumahan tempat ia tinggal. Gang itu sangat sepi karena memang bukan menjadi tempat yang di gunakan sebagai jalan utama dan hanya orang-orang tertentu saja yang tau bahwa gang yang sekarang Anton lewati ini terhubung dengan perumahan Kalibata. Sesampainya Anton di persimpangan antara jalan yang mengarah ke jalan buntu dan jalan pulang kerumahnya, Anton tak sengaja mendengar suara seseorang yang meminta tolong dari arah jalan buntu itu. Anton yang penasaran hendak melangkahkan kakinya menuju jalan buntu itu, namun kakinya tiba-tiba berhenti saat otaknya mulai berpikir bahwa itu adalah tindakan yang berbahaya.

“Hahhhhh! Percuma saja kalau ujung-ujungnya malah aku yang nanti akan di pukuli, ya kalau cuman babak belur. Kalau sampai bertemu preman yang gak segan buat ngebunuh orang Hiiiiiiii.... serem,” ucap Anton dalam hati.

Ia kemudian membalikkan badannya dan berjalan kearah jalan pulang dan baru beberapa langkah ia berjalan suara minta tolong itu terdengar lagi dan kini semakin jelas bahwa itu adalah suara seorang gadis. Terdiam cukup lama sambil berpikir apakah ia akan mendatangi sumber suara itu atau pura-pura tidak mendengarnya, akhirnya Anton tak tahan dan memutuskan untuk mendatangi sumber suara itu dan melihat situasi. Jika memungkinkan ia akan membantu orang itu dan jika tidak ia akan kabur seolah-olah ia tak melihat apapun nanti. Dengan perlahan Anton berjalan merapatkan tubuhnya ke tembok tinggi yang ada di samping kanannya, sekitar dua puluh meter ia melihat sebuah pos yang terlihat tak terpakai lagi dan beberapa orang yang bergerombol. Orang-orang tersebut menggunakan baju seragam sekolah dari SMA Swasta yang jaraknya memang tak jauh dari jalan ini, tepatnya ada di seberang gang yang di masuki Anton.

Disitu terdapat lima orang cowok dan satu orang cewek yang kondisi pakaiannya setengah terbuka dan tampak sedang menagis pasrah saat tangan dan kakinya di pegangi oleh dua orang bertubuh lebih besar darinya dan satu orang lagi menjamah tubuhnya yang kini hanya menggunakan rok dan bertelanjang dada. Anton yang melihat hal itu merasa kasihan dan hendak menolong cewek itu, ia kemudian melihat ada sebuah botol kaca yang tergeletak di dekatnya. Dia ambil botol itu dan melemparkannya ke salah satu orang yang sedang berdiri membelakangi Anton sambil mereka dengan smartphone miliknya. Lemparan Anton tepat mengenaik kepala cowok itu yang langsung kesakitan dan memegangi kepalanya.

“ANJINNGGGGGGG!!!!”

“HEY SIAPA LU, KELUAR BANGSAATTTT.” Ucap cowok yang memegang Hp tadi dan berjalan ke arah tempat Anton bersembunyi.

Melihat orang yang ia lempar menggunakan botol tadi mendekat, Anton mengambil ancang-ancang sambil merasakan kakinya yang gemetar hebat. Jantungnya berdegup dengan cepat seakan-akan ia sedang lari sejauh satu kilometer, kemudian ia langsung berlari menerjang orang itu saat jarak mereka semakin dekat. Dengan sikunya Anton menghantam batang hidung cowok berpotongan rambut ala Jungkok BTS itu dan membuat ia berguling-guling di tanah sambil memegangi hidungnya yang kini mengeluarkan darah.

Teman-temannya yang melihat hal itu langsung berlari ke arah Anton dan melepaskan gadis yang ingin mereka perkosa tadi. Salah seorang dari mereka yang berperawakan paling besar mencoba untuk melayangkan tinjunya pada Anton, untungnya Anton bisa mengelak dengan membungkukkan tubuhnya dan menabrakan bahu kanannya ke arah perut pria itu dan menegakkan tubuhnya. Seketika adegan dari pegulat-pegulat profesional saat berlaga terlihat karena tubuh cowok itu terangkat dan punggungnya terhempas cukup keras ke kerasnya aspal jalan yang memang tidak rata.

“Akkkkhhhhh ANJINGGGGGGGGGGGGG.” Umpat cowok itu saat merasakan sakit di punggungnya.

Anton berbalik dan hendak menendang kepala cowok berbadan besar itu, namun sayang ia lupa bahwa jumlah orang yang ia lawan saat ini lebih banyak. Seketika bogem mentah mendarat mulus ke rahang sebelah kiri Anton dan membuatnya seketika limbung dan terjatuh ke aspal. Dua orang yang tersisa tadi langsung menghujami Anton dengan tendangan bertubi-tubi dan sampai membuat Anton hampir kehilangan kesadaran.

Tiba-tiba Anton melihat sesosok orang yang menggunakan Hoddie abu-abu yang berlari menerjang salah satu orang yang sedang memukuli dirinya dan beberapa saat kemudian Anton kehilangan kesadarannya.

*******



Pov Yayan

Tiba-tiba gue merasakan kaki gue di genggam dengan sangat kuat dan kaki gue tiba-tiba di tarik dan ngebuat gue terpelanting beberapa centimeter dari tempat gue berdiri. Muka ganteng gue yang kaya artis K-pop ini terpaksa merasakan kerasnya aspal yang menggores tiap inci wajah ganteng gue. Gue kaget karena gue ngerasa kayak ngelawan orang lain. Saat gue balik badan dan mau berdiri, gue liat si Jamal yang badannya lebih besar dari gue terpelanting karena muka die kena tendang dan saking kerasnya sampe badan Jalam ngebentur tembok.

“Anjing nih cowok berhoddie gila juga,” ucap gue sambil mencoba buat berdiri.

Gue sempat ngeliat dua temen gue si Ujang dan Tomo yang tadi kena serang bocah ingusan itu mulai bangkit. Gue kemudian berlari ke arah cowok berhoddie itu terus gue terjang sambil gue layangin satu bogem mentah andalan gue yang bisanya bikin orang langsung K.O. Tapi orang berhoddie ini lebih lincah dari yang gue kira, ia langsung menghindari bogem mentah gue terus dia narik tangan gue dan secepat kilat dia hantam bagian siku gue sampai tangan kanan gue bengkok.

“AKKKHHHH ANJINGGGG SAKIIT BANGGGSSS....”

Buggghhhhh.... muka gue langsung kena bogem yang rasanya kek muka gue di hantam pake palu godam. Rasa nyeri di tangan kanan gue membuat gue cuman bisa berbaring di aspal sambil megangin tangan gue yang kini udah mati rasa dan akhirnya gue gak sadar dan gak bisa liat apa-apa.

******

Pov Jamal.

Setelah ngerasain tendangan yang keras banget di wajah gue, gue duduk sebentar sambil pura-pura pingsan buat ngilangin rasa sakit yang gue rasain di sekujur badan gue. Gue liat gimana mudahnya cowok berhoddie itu ngepatahin tangan kanan Yayan yang bahkan lebih gede dari tangan cowok itu. Dari belakang si Ujang berhasil ngerangkul cowok itu dan ngunci leher dia, tapi dengan tenaga yang luar biasa cowok itu berhasil ngelepasin kuncian dari Ujang dengan cara ngehantam hidung Ujang dengan belakang kepalanya. Cowok itu tanpa membuang-buang waktu langsung berbalik dan nonjok hidung Ujang lagi sampe bikin kepala ujang tersentak ke belakang. Cowok itu kemudian langsung narik kerah baju Ujang dan narik sambil melayangakan bogem mentah lagi ke hidung Ujang sampe hidung Ujang bengkok ke arah kiri. Kemudian kejadian yang bikin gue merinding terjadi, cowok berhoddie itu kemudian ngerangkul leher Ujang dan kemudian ia pelintir leher Ujang sampe kepala Ujang menghadap kebelakang dengan sudut 180 derajat. Bunyi krakkk dari tulang yang patah kedengeran sampe teling gue.

“Anjingggg nih orang niat ngebunuh gue,” ucap gue lalu gue coba berdiri dan lari.

Namun gue ngerasa ada sesuatu dari arah belakang gue mendekat dengan kecepatan tinggi, saat gue berbalik dan pengen ngeliat apa itu. Seketika rasa sakit menyebar di muka gue dan gak kerasa badan gue melayang jatuh ke aspal, terus gue ngeliat telapak sepatu yang kini ngehantam muka gue berulang kali sampe gue ngerasa kebas di sekujur wajah gue. Rasa darah mendominasi di mulut gue dan kini mulai masuk ke hidung gue dan membuat gue susah bernafas. Telapak kaki itu terus ngehantam muka gue sampe gue gak bisa ngerasain apa-apa lagi.

******

Kemudian cowok berhoddie itu melihat kearah Tomo yang kini gemetaran, cowok itu kemudian berjalan mendekati Tomo yang diam mematung karena memang dari mereka berempat cuman dia yang pengalaman berantemnya paling dikit. Cowok berhoddie itu melayangkan tendangan telak ke arah wajah Tomo dan kemudian menginjak batang leher Tomo yang kini terbaring di jalan aspal gang buntu tersebut. Cowok berhoddie itu terus menginjak batang leher Tomo sampai badan Tomo bergetar dan kemudian lemas secara perlahan.

Cowok itu kemudian memandangi cewek tadi yang kini menatapnya ngeri, sambil tersenyum cowok berhoddie itu kemudian berlari menghampiri cewek itu lalu mengulurkan tangannya.

“Kamu nggak papa?” tanya Pria berhoddie itu sambil melihat ke arah name tag yang terpasang di dada kanan baju sekolah cewek itu yang kondisinya sudah setengah terbuka dari arah perut.

“Nnnngggaa...... ngggaakkk papa,” ucap Rara terbata-bata.

Cowok berhoddie itu lalu mengenggam tangan Rara kemudian cowok itu menariknya sehingga badan Rara tertarik mendekat ketubuh cowok berhoddie itu dan dengan cepat ia merangkul leher Rara dengan tangan kanannya sehingga menekan leher Rara. Rara yang merasakan bahwa ia mulai susah bernafas mencoba melepaskan rangkulan tangan berotot dari cowok berhoddie itu dengan sisa tenaga yang ada ia mencoba memukul-mukul wajah cowok berhoddie itu namun bukannya melemah rangkulan tangan cowok itu malah semakin kuat dan membuat mata Rara melotot dan urat-urat di sekitar wajahnya mulai bermunculan.

Cowok berhoddie itu hanya tersenyum manis sambil melihat wajah Rara yang kini mulai memerah karena tak bisa bernafas. Ia merasakan tubuh Rara mulai bergetar hingga akhirnya ia merasakan badan Rara yang lemas dan tak bergerak lagi. Setelah merasa yakin bahwa Rara sudah benar-benar mati, pria itu lalu meninggalkan mereka semua dan berlari menuju rumahnya yang memang tak terlalu jauh dari gang sempit ini. Sesampainya di rumah ia langsung menuju garasi mobilnya dan dengan mobil CRV putihnya ia menuju gang buntu tadi. Dengan perlahan satu-persatu dari tubuh mereka berlima berhasil cowok itu masukkan ke dalam mobilnya dan kemudian melaju menuju rumahnya.

*******



Kini Anton telah sampai di rumahnya dan melempar jaket hoddie berserta seragamnya ke arah mesin cuci kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah selesai membersihkan tubuhnya dari kotoran-kotoran itu, ia kemudian berbaring di dalam kamarnya sambil menikmati udara dingin yang keluar dari AC yang ada di kamarnya. Sambil berbaring Anton melihat layar Smartphonenya dan kemudian menghubungi seseorang.

“Haloo..... ini aku, aku butuh bantuan.”

*******

Satu persatu tubuh dari lima orang yang ia habisi tadi ia gendong menuju basement rumahnya yang memang sudah biasa menjadi tempatnya mengeksekusi korban-korbannya. Dan saat membawa tubuh Yayan ia merasakan bahwa Yayan masih hidup, sambil tersenyum ia membawa tubuh Yayan dan mendudukkannya di sebuh kursi yang sudah ia rancang khusus. Tangan dan kaki Yayan ia ikat agar Yayan tak bisa bergerak dan kemudian ia meninggalkan Yayan untuk mengambil satu tubuh lagi yaitu tubuh Rara yang ternyata juga masih hidup dan itu membuat cowok berhoddie itu semakin terlihat senang walaupun ia kesal karena ia salah mengira bahwa Rara tadi sudah mati. Bimo yang kini melihat ada tiga tubuh yang sudah terbujur kaku mulai menarik tubuh Ujang dan meletakkannya di atas meja yang biasa digunakan oleh penjual daging untuk memotong daging. Dengan sebuah pisau yang ukurannya cukup besar, Bimo memotong langan tangan kanan Ujang. Setelah itu ia memotong bagian kelamin Ujang berserta dua buah bijinya dan meletakkannya di sambil pergelangan tangan Ujang yang ia potong tadi. Setelah itu ia menyayat permukaan kulit perut Ujang secara vertikal dan mengeluarkan semua isi perutnya serta organ-organ dalamnya seperti usus, ginjal, lambung dan hati Ujang. Bimo lalu mengambil selang air dan menyirami tubuh bagian dalam milik Ujang dari darah yang masih menempel disitu. Karena merasa sudah tak memerlukan bagian tubuh Ujang lagi. Bimo memasukkan tubuh Ujang ke dalam sebuah lemari es berserta tubuh Jamal dan Tomo.

Bimo kembali ke meja tempat ia meletakkan bagian tubuh Ujang tadi dan mulai menguliti bagian tangan ujang, Bimo membagi tiga bagian dari masing-masing tangan Ujang lalu mengambil bagian lengan Ujang dan membersihkannya dari darah dan kemudian berjalan ke arah sebuah meja memasak yang berada di ujung ruangan ini. Ia kemudian mengambil lengan bagian kanan Ujang tadi dan memotongnya menjadi tiga bagian lagi setelah itu ia lalu mengikat masing-masing bagian itu menggunakan tali. Setelahnya Bimo mengambil tepung bumbu dan menaburkannya di piring serta tak lupa ia menaburkan sedikit irisan daun bawang pada tepung bumbu tadi. Bimo lalu melumuri potongan daging tadi menggunakan tepung dan sesekali memukul-mukul potongan daging itu agar tepungnya bisa semakin meresap ke dalam serat daging dan tak lupa ia menaburkan sedikit black paper ke bagian-bagian dari potongan daging tersebut.

Ia mengambil wajan dan memanaskannya sebentar sebelum ia meletakkan tiga sendok margarin kedalam wajan yang sudah panas. Kemudian ia memasukkan tiga potongan daging itu dan menggorengnya sampai berwarna sedikit kecoklatan, setelah merasa cukup Bimo lalu menuangkan seperempat botol anggur putih kedalam wajan dan membiarkannya selama tiga menit. Kemudian Bimo mulai memotong sayur-sayuran seperti wortel, daun bawang dan kentang yang semuanya ia masukkan kedalam sebuah panci kukusan. Kemudian ia meletakkan potongan daging yang telah setengah matang dan menuangkan kuah dari anggur putih dan margarin tadi kedalam panci kukusan dan memasukkannya ke dalam microwave selama satu jam.

*******

Perlahan Rara dan Yayan tersadar dan melihat kondisi mereka yang terikat di sebuah ruangan yang sangat asing bagi mereka berdua, bau darah yang tadi tercium oleh hidung mereka berubah menjadi bau harum yang sangat menggugah perut mereka berdua. Kemudian mereka melihat ke arah depan mereka dan terkejut setelah menyadari bahwa yang ada di depan mereka adalah orang berhoddie tadi yang kini sedang asyik memasak sambil memunggungi mereka.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd