Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sepupuku Sayang (CoPasEdit dari Tetangga)

Pecah Utak

Pertapa Semprot
Daftar
18 Oct 2014
Post
5.260
Like diterima
14.621
Lokasi
Serenity
Bimabet
-------------------------------------

Just Share..!

-------------------------------------


Salam Semprot.
Mohon mangap kalo Nubi 'kembali mengotori' di sini.

Nubi cuma pingin menghibur.. berbagi cerita yang sempat Nubi save dan edit..
serta yang Nubi anggap 'asyik n layak' dishare di Forum Tercinta ini..
plus sekalian Nubi belajar posting..

Sayangnya.. hingga kini Nubi ga tau siapa 'Maestro' penulisnya.
So.. Untuk Penulis Asli Cerita.. -Siapapun itu..- Nubi juga mohon mangap.. telah menyebarkan karyanya tanpa izin.
Bukan kenapa-napa.. cuman lantaran emang Nubi ga tau siapa yang nulis.
Juga karena ‘keterbatasan’ Nubi berselancar di dunia maya belaka, yang ‘menghambat‘.

Sebab.. menurut Nubi.. sayang rasanya kalo sebuah ‘Karya yang Bagus’ ga dishare atau dinikmati di ‘Tempat yang Bagus’ juga.
Mudah-mudahan.. dengan share ini.. siapa tau Nubi jadi bisa kenalan dengan penulis aslinya. Haha..

Lagian juga.. "Sebuah karya yang telah dipublikasikan.. adalah milik audiens..!
plus.. telah memiliki 'ruh-nya' sendiri”.

–Menyitir pernyataan Rendra– Hehe..
------------------

O ya.. sedikit PESAN NUBI buat Brada+Sista.. ALL SEMPROTERS..
baik SR –Silent Readers..– .. AR –Active Readers..– .. apalagi yang bergelar SUHU.
Jika berkenan ‘untuk berkomentar..’ Plis.. Jangan OOT..!
Apalagi yang berkesan menyerang TS tanpa alasan.

Belajarlah untuk lebih santun dan ga OOT dalam ‘menyampaikan suatu pendapat’ pada suatu Thread di FORUM ini..
alias TIDAK OUT OF TOPIC (Cukup Fokus Pada Cerita dan atau Teknik Penulisan serta yang berhubungan dengan hal tersebut saja).
Sebab.. sudah ada THREAD KHUSUS-nya masing-masing..!

Ga ada samasekali ‘kepentingan atau keuntungan pribadi’ yang Nubi dapat dari nge-posting CerPan yang menyertakan nama seorang almarhum Penyair Besar, Penyair Sedang atau Penyair Kecil..!
(Kok jadi Kayak Ukuran baju.. ya..? S, M, L.. LL, XL, XXLL.. hehe..) Apalagi yang berbentuk Materi.

Niat Nubi murni ‘sekedar sharing’ dan menghibur doang..!
Jadi.. Nubi TEKANKEN.. Nubi bukan plagiat..!

Kalo.. sekiranya.. jika.. andai.. umpama..
Ada yang Ga Suka dengan ATURAN memposting CerPan CoPas..
–meskipun sudah diedit dan dirapikan–
Silakan LAPORKAN ke Thread PELAPORAN. Udah tersedia dan ada Thread KHUSUS-nya, kok.

Plus.. sekalian bisa buat permohonan ke Om Momod dan Om Satpam supaya poin ke-4 dalam ATURAN atau RULES pemostingan..
(seperti di bawah ini..) diganti atau dihapuskan saja.

Untuk cerita yang copy paste dari website luar, jangan asal copy paste saja tapi liat dulu dan perbaiki bagian-bagian yang memang perlu diperbaiki, ditambah/dikurangi.
Dan tidak perlu menaruh link website cerita itu berasal !
Anda cukup bilang "cerita ini copy paste dari website/forum tetangga".


Dengan alasan: Ga suka.. atau apaan kek. Whatever.

O ya.. terakhir:
So.. kalo masih ngeyel dan OOT ga karu-karuan..
Nubi saranin agar ngebuat aja BLOG, WEB atau SITUS sendiri.

Supaya Anda bisa bebas sebebasnya menikmati sendiri.. nulis sendiri.. posting sendiri.. baca sendiri.. komen sendiri.. balas komen sendiri.. dan Coli sendiri.. apapun itu.

Akhirnya.. met nge-reread aja dah, buat yang udah pernah baca..!
Semoga terhibur. Adios.


------------------------------
 
---------------------------------------------------------------

Kisah ini
berawal sewaktu aku masih kuliah di Kota M.. sekitar 8 tahun lalu.. dan sekarang umurku sudah 29 tahun dan masih membujang.
Kisah ini adalah benar-benar nyata dan bukan fiktif. Semua nama dalam kisah ini adalah nama samaran.

Setelah menamatkan SMA di kota kelahiranku.. aku –Erick– melanjutkan pendidikanku di salahsatu PT negeri di Kota M.
Awalnya aku tinggal sendiri – kost..– di suatu tempat yang agak jauh dari kampus tempat aku kuliah..
karena hanya di tempat itu aku mendapatkan rumah kost yang relatif lebih murah dari tempat yang lain.

Setelah kuliah selama hampir setahun.. aku berlibur kembali ke kota kelahiranku.
Selama liburan tersebut.. aku dikenalkan oleh keluargaku dengan salah seorang saudara sepupuku yang ternyata juga tinggal di Kota M tempat aku kuliah.
Namun karena tidak saling kenal baik.. walaupun masih saudara dekat.. kami saling tidak mengetahui kalau kami berada satu kota selama ini.

Saudara sepupu ini.. sebut saja kak Rini.. sebelum menikah dengan Mas Tanto.. lahir dan besar di kota Jakarta bersama orangtuanya.. keluarga Tante Ade.
Selama 2 tahun pernikahannya dan menetap di kota M.. kak Rini belum dikaruniai anak.. mungkin disebabkan karena kesibukan mereka berdua..
kak Rini yang seorang karyawan bank swasta dan Mas Tanto yang seorang dosen.

Saat perkenalan itu Rini telah berusia 26 tahun.. 5 tahun lebih tua dariku.. dan Mas Tanto berusia 34 Tahun.
Keberadaan kak Rini di kota kelahiranku dalam rangka mengunjungi kakek dan neneknya yang juga masih saudara dengan nenekku.

Selama liburan kami.. aku lebih banyak menemani kak Rini keliling kota dan antar jemput mengunjungi keluarga yang lain..
Mas Tanto tidak datang menemani berlibur.

“Dik Erick rencana balik ke Kota M.. kapan..?”
Tanya kak Rini sewaktu aku mengantarnya pulang ke rumah neneknya dari belakang sadel boncengan motor milik kakakku.
“Mungkin seminggu lagi..” Jawabku sambil mencoba merasakan sentuhan payudaranya di punggungku.

Perlu pembaca ketahui.. dengan tinggi sekitar 168 cm dan berat ideal.. ukuran dada 34B dengan wajah cantik dan manis serta kulit putih mulus..
yang ditumbuhi bulu-bulu halus sensasional.. membuat aku tidak merasa bosan dan capek menemani kakak sepupuku yang cantik ini keliling kota..
atau mengantarnya menemani ke mana saja dia pergi.

“Kalau begitu.. pulangnya dengan saya saja.. ya..!?” Katanya seperti berbisik di telingaku karena derasnya angin karena laju kendaraan.
“Terserah kakak aja deh..” kataku menyepakati ‘perjanjian’ itu.
-------

Seminggu setelah itu.. kami pun berangkat pulang bersama naik kapal laut ke Kota M selama satu hari satu malam perjalanan.
Rencananya.. setiba di Kota M.. aku akan diperkenalkan ke suaminya dan sekalian mengajak aku tinggal bersama mereka..
– selama ini mereka hanya tinggal berdua di kompleks perumahan..– karena rumah mereka masih cukup besar untuk ditempati hanya berdua saja.

Singkat cerita.. aku pun diperkenalkan ke Mas Tanto yang mau menerimaku dengan senang hati..
aku pun mengemasi semua barangku dari tempat kostku ke rumah mereka. Dan di sinilah awalnya cerita petualangan seksku dengan kak Rini.

Sebagai wanita cantik dan menarik.. aku pikir semua lelaki akan terpesona oleh daya tarik sensual saudara sepupuku ini.
Akupun merasakannya sejak pertama kenalan.. menemaninya selama liburan berkeliling kota..
terlebih selama perjalanan dengan kapal laut kembali ke Kota M.

Masih teringat waktu pertamakali berjabatan tangan.. dengan senyum manisnya dia memperkenalkan diri.
Wajahnya mirip dengan salahsatu penyiar acara kriminal di salah satu stasiun TV swasta.

Aku merasakan sentuhan lembut jemarinya waktu aku memegang tangannya..
sentuhan sensasional di kulitku ketika bersentuhan dengan tangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus..

Aroma tubuh dan rambutnya waktu berjalan berdampingan.. juga embusan nafasnya kalau berbicara padaku..
yang kadang-kadang terlalu dekat dengan wajahku.. pokoknya semua sensasi yang dimilikinya membuat aku berdebar dan membuat aku konak.

Aku tak tau.. – pada waktu itu..– apakah hal itu disengaja atau tidak..
– setelah beberapa tahun.. aku tau ternyata itu dia sengaja untuk memancing responku.. menurut pengakuannya..–

Yang jelas selama liburan aku belum berani menunjukkan reaksiku. Nanti, setelah kejadian di atas kapal laut yang membawa kami ke Kota M
.. baru aku berani menunjukkan ‘keberanianku’ pada kak Rini.. walau dengan jantung dag dig dug..

Di atas kapal laut yang sesak karena penumpang yang banyak.. kami mendapatkan tempat yang lumayan ’strategis’..
walaupun itu bukan tempat yang telah kami bayar untuk perjalanan kami.

Bersama dengan beberapa penumpang lain.. –yang agak lanjut usia dengan kebanyakan wanita..–
kami menempati sebuah sudut ruang kapal yang agak panas.. hal itu membuat kami kegerahan.

Menjelang tidur malam.. kak Rini dengan memakai kemeja yang di dalamnya dilapisi kaos oblong tanpa lengan dengan celana jins..
terlihat mulai mengatur tempat untuk tidur di sudut merapat ke dinding ruang..
sedangkan aku dengan kaos oblong juga dan celana pendek selutut.. berada di antara kak Rini dengan penumpang lain.

Sebelum tidur kak Rini membaca sebuah majalah dan aku mengisi TTS.
Setelah membaca majalah kak Rini sudah tak tahan lagi kantuknya dan tertidur.. sedangkan aku melanjutkan mengisi TTS dan membaca majalah.
Tak lama sesudahnya lampu di ruangan itu dipadamkan.. mungkin karena penumpang lainpun sudah ingin memejamkan mata..

Walaupun masih ada lampu yang menyala di tengah ruangan.. tapi tidak cukup untuk menerangi tempat aku membaca majalah..
akupun bersandar sambil duduk berusaha untuk tidur.

Tapi karena udara yang agak panas dan menggerahkan.. mataku susah terpejam.
Kak Rini pun bangun dan melepas kemejanya.. –tinggal kaos oblong..– dan kemejanya itu dipakai untuk menyelimuti badannya sambil tidur.

Sewaktu kak Rini melepas kemejanya dengan jarak sekitar 15 cm dari hidungku..
aku bisa merasakan aroma tubuhnya yang terpancar dari ketiaknya sewaktu lengannya bergerak melepas kemejanya.

Aroma itu campuran aroma keringat dan sisa parfumnya..
dan itu membuatku benar-benar melayang membayangkan aroma tubuh yang sensasional seperti itu.
Dan di ketiaknya yang putih aku sempat melihat secara samar rambut halus hitam yang semakin membuatku ingin merasakan langsung aroma ketiaknya.

Hmm.. tak sadar aku memperbaiki posisi ‘junior’ di celana pendekku.. dan hal itu terlihat oleh kak Rini.
“Belum tidur.. Rick..?” Tanyanya berbisik sebelum berbaring di sampingku.
“Belum nih, duluan aja..” jawabku sambil menatap matanya.

Kak Rini pun akhirnya berbaring dengan memiringkan badannya ke arahku.. sehingga kepalanya dengan pahaku hanya berjarak sekian senti.
Akupun terus berusaha tidur sambil duduk karena mataku belum mau terpejam.

Embusan nafasnya terasa menggelitik paha kiriku bagian luar..
dan mungkin saja Rini tau kalau penisku lagi tegang karena celana pendekku di sekitar penisku agak menonjol berdiri.

Setelah capek duduk dan mataku terasa mulai berat dengan angin laut yang mulai bertiup sepoi-sepoi.. akupun berbaring di sisi kak Rini.
Saat aku mengambil posisi baring.. kak Rini memberiku sedikit ruang sambil mengangkat lengan kanannya..
dan lagi-lagi tercium aroma tubuh yang makin membuatku tegang.

Walaupun aku masih berbaring terlentang dan kak Rini sedikit condong ke arahku..
aku bisa merasakan bahwa kepalaku tepat berada di bawah ketiaknya.. karena aku merasakan lengan kak Rini ada di atas kepalaku.

Kantukku pun langsung hilang karena ‘posisi’ yang menguntungkan ini..
aku bisa mengarahkan mukaku ke arah kak Rini dan ketiaknya sudah pasti ada di mukaku.
Aku coba untuk diam.. namun rangsangan yang timbul dari aroma tubuh kak Rini yang perlahan mulai tercium membuat aku gelisah.

Lama setelah itu.. sewaktu aku merasakan nafas kak Rini yang beraturan menerpa wajahku..
baru aku perlahan-lahan mengarahkan wajahku ke bawah ketiaknya dan ..
Hmm.. aroma itu benar-benar membuat aku makin tak beraturan untuk bernafas..
antara rasa senang.. takut kak Rini marah dan rangsangan yang terus membuat jantungku berdebar.

Dengan jarak cuma sekitar 3 - 4 cm antara hidungku dan ketiak putih itu kak Rini pasti bisa merasakan kegelisahanku..
tapi mungkin dia sudah nyenyak sampai tidak merasakan embusan nafas dan sentuhan ujung lidahku di ketiaknya.

Ketika aku sudah tak tahan lagi.. dengan jantung berdegup kencang perlahan aku mengambil jaket tebalku.. untuk
menutupi celanaku yang semakin menonjol karena desakan penisku – +15 cm..– sambil memiringkan badan ke arah kak Rini..
sehingga penisku merapat di paha kak Rini yang berbalut jeans dengan hidungku dan bibirku yang telah menempel di ketiaknya.

Aku mencoba menahan nafasku yang memburu sambil melanjutkan jilatanku yang makin berani ke arah pangkal payudaranya.
Semua itu aku lakukan dengan sangat hati-hati.. takut membangunkan kak Rini..
dan dia nampaknya masih seperti semula dengan nafas yang masih beraturan.

Dengan perlahan aku membuka kancing tarik celanaku.. menyampingkan CD-ku lalu kutarik penis yang sudah sangat tegang keluar.
Meski hanya kepala penis dan sebagian batangnya yang bisa keluar dari celanaku..
aku elus-eluskan di paha kak Rini sampai aku merasa ada cairan bening keluar..
–cairan lubrikasi, bukan sperma yang kental– dan menempel di celana jeansnya.
Mungkin aku akan terus menggesek-gesekkan kepala penisku sampai aku ejakulasi.. kalau saja kak Rini tidak bergerak sedikit menjauh dari tubuhku.

Kejadian itu berakhir sampai di situ.. dan sewaktu bangun kak Rini tidak bicara soal tersebut.. cuma ada sedikit ada rasa canggung di antara kami..
sampai kami turun dari kapal dan tiba di rumah.
--------

Sejak tinggal bersama kak Rini dan suaminya aku mencoba untuk 'menjadi adik yang baik..'
Aku coba membuang semua pikiran jorok di kepalaku tentang kak Rini..
dan mencoba menghindari kak Rini dengan banyak beraktivitas di kampus atau di luar rumah.

Sampai suatu saat.. Mas Tanto mengambil Tugas Belajar ke Filipina selama 1 tahun.
Empat bulan setelah tinggal di rumah kak Rini.. Mas Tanto berencana akan berangkat ke Filipina..
dan selama itu aku mencoba menjaga jarak dengan kak Rini.. walaupun dia tetap baik dan ramah kepadaku.

Kalau tidak ada kegiatan di kampus atau di tempat lain.. aku banyak berkurung diri di kamar..
dan kamipun bertiga cukup sibuk dengan urusan masing-masing.. sehingga hanya waktu-waktu tertentu saja..
–Sabtu/Minggu..– baru ketemu atau kumpul bersama.

Usahaku untuk menghindari berdekatan dengan kak Rini adalah untuk membantu menghilangkan pesona sensualitasnya..
yang sering aku rasakan kalau berada di dekatnya.

Dan hal ini juga didukung karena kak Rini sering berangkat pagi dan pulang kerja sore..
–aku biasanya yang paling akhir meninggalkan rumah..– dan paling lambat tiba di rumah.

Satu-satunya yang paling sering menggodaku adalah pakaian-pakain kotor.. –terutama pakaian dalam kak Rini–
yang baru habis dipakainya yang ditumpuk dalam keranjang pakaian di dekat kamar mandi.

Seringkali saat bangun pagi jam 08.00.. –kuliah agak siang– aku ‘memeriksa’ pakaian-pakaian tersebut –saat mereka telah berangkat kerja..–
Aku sering mendapati pakaian kerjanya yang kemarin dan pakaian tidurnya semalam masih menyisakan aroma tubuh dan parfumnya..

Terlebih lagi celana dalamnya menyisakan cairan vaginanya yang harum..
–belakangan aku tahu vaginanya memang harum saat aku mengoralnya..– dan sering aku ciumin dan jilati sambil beronani.

Karena fantasi tersebut akan sampai sering menumpahkan spermaku di celana dalamnya atau pakaian kerjanya.. –tiap Sabtu baru dicuci–..
dan sewaktu pertamakali memuncratkan spermaku di CD-nya aku takut kak Rini tahu dan memarahiku.

Tapi sewaktu dia mencucinya pada hari Sabtu dia sepertinya tidak tau..
atau pura-pura tidak tau kalau spermaku sudah bercampur dengan sisa-sisa cairan vaginanya.. –kadang cairan vaginanya masih basah..–

Dan setelah Mas Tanto memberi tahu rencananya untuk ke Filipina lantas menyuruhku untuk menjaga kak Rini..
maka di rumah aku semakin.. akhh.. berdebar-debar.
Inilah awal yang menjadikan aku tau kalau kak Rini ternyata memiliki hasrat dan gairah seks yang tinggi serta mengajariku fantasi-fantasi bercinta.

Hubungan kami ini telah berlangsung sampai 8 tahun dan kami sepertinya orang yang masih pacaran walaupun dia telah bersuami.
Satu hal lagi.. adalah kesukaanku mengintip aktivitas kak Rini bila berada di rumah.

Kalau malam hari saat tidur dengan suaminya.. aku sering mendengar erangan-erangan bercinta mereka.
Bahkan aku pernah onani di depan kamarnya yang aku buka sedikit pintunya..
dan aku melihat kak Rini lagi tidur di kamarnya dengan pakaian tipis dan seksi.. –saat itu suaminya belum pulang dari kantornya..–

Lalu berapakali kejadian-kejadian tak terduga yang membuat aku sakit kepala bila membayangkannya..
karena ingin segera merasakan bercinta dengan kak Rini.

Tiba saatnya Mas Tanto berangkat ke Filipina.. aku dan kak Rini mengantarnya ke Bandara..
selanjutnya kak Rini langsung berangkat ke kantornya sedangkan aku balik ke rumah..
karena hari itu aku tidak ada perkuliahan atau kegiatan lainnya di luar rumah.

Setiba di rumah aku langsung memeriksa keranjang tempat pakaian kotor kak Rini.
Di situ aku mendapati beberapa potong celana dalam dan BH kak Rini dan daster yang dipakainya semalam.
Seperti biasa.. aku mulai menciumi celana dalam kak Rini yang meninggalkan sedikit cairan vaginanya..
sambil mulai membayangkan aku menciumi vagina kak Rini sambil mulai beronani.

Aku buka semua pakaianku dan memakai celana dalam kak Rini yang lain sambil meremas-remas penisku di dalam celana dalam itu.
Ketika asyik beronani.. tiba-tiba telepon berdering.. ternyata dari kak Rini yang menanyakan apakah aku telah tiba di rumah atau belum.
Aku berusaha untuk mengajaknya bicara lama di telepon sambil terus meremas penisku.. membayangkan sedang bercinta dengannya.

Suaraku kedengaran parau karena rangsangan yang timbul.. tetapi kututpi dengan berusaha mengajak bercanda kak Rini..
“Jam berapa baliknya nanti kak Rin..?” Tanyaku..
“Seperti biasalah.. kenapa emang..!? Kangen ya sama aku..?” Balasnya bercanda..

“Nggak kok.. cuman mau menjalankan tugas dengan baik.. menjaga dan mengantar jemput kakak..” jawabku dengan suara gugup..
karena aku semakin terangsang mendengar suara lembut kak Rini..

“Kamu kenapa..? kok suaramu parau begitu..!?”
Aku cuma menjawab.. “Masih ngantuk nih.. habis bangun pagi-pagi nganterin Mas Tanto..” kataku bohong.. dan..
“Akhh..” Aku mencapai klimaks.

“Udahan dong.. aku mau tidur lagi.. nanti aja aku jemput..” Kataku kelelahan karena karena spermaku telah tertumpah di celana dalam kak Rini..
“Ya deh.. aku tunggu.. awas kalau nggak jemput..” Katanya mengakhiri pembicaraan kami.

Segera kusimpan kembali celana dalam kak Rini di keranjang cucian..
Aku benar-benar puas onani kali ini.. karena baru kali ini aku onani disertai dengan mengobrol dengan kak Rini.. walaupun hanya di telepon.

Setelah kejadian itu selama dua minggu pertama keberangkatan suaminya ke luar negeri tidak ada kejadian istimewa yang terjadi.
Aku hanya sesekali onani karena aku sering berada di luar rumah..
–kalau sore atau malam baru balik ke rumah– dan mengantar jemput kak Rini kalau aku tidak ada kegiatan.

Setelah mengantar atau menjemput kak Rini.. aku biasanya melanjutkan kegiatanku di kampus atau di luar rumah..
dan kalau balik ke rumah aku sering mendapati kak Rini telah tidur di dalam kamarnya.. sehingga kami tidak sempat ngobrol.

Sampai pada suatu malam.. ketika aku pulang dari kegiatan dengan teman-teman kampusku selama tiga hari..
–praktis aku tidak bisa menemani dan bertemu kak Rini– di luar kota.

Setelah menyimpan motor di garasi samping rumah aku lihat lampu ruang tengah masih menyala..
kulihat kak Rini menonton acara tv sambil tiduran di sofa.

Rasa kangen makin menjadi-jadi setelah tiga hari tak bertemu dan melihat kak Rini mengenakan dasternya yang menurutku sangat seksi.
Dasternya berwarna kuning tua.. –serasi dengan kulitnya yang mulus..– dengan lengan yang agak pendek dengan lubang lengan yang agak besar..
sehingga aku bisa melihat tali BH nya yang berwarna putih dari ketiaknya.

Aku memeluk ringan.. –sudah biasa..– namun kali ini aku sedikit nakal dengan memberi ciuman tipis di telinganya.. –aku belum berani sun bibir–
“Baik-baik aja kan kak..?” Sapaku sambil merapat ke tubuhnya sambil memegang bahunya.
“Iya nih.. cuman agak kesepian sendiri..” jawabnya sambil tersenyum manis.

“Kan Mas Tanto baru dua minggu lebih perginya..?” Kataku menggoda.
“Iihh.. kamu bisa aja.. awas ya aku laporin ke Mas kalau kamu nggak jagain aku selama tiga hari..!” Jawabnya sambil mengancam dan mencubit pinggangku..

“Kan cuman tiga hari.. tapi nggak lagi kok.. sudah selesai kegiatannya..” kataku mencoba menetralisir suasana yang sudah mulai membuat aku ngeres.
“Ok deh.. tapi mandi sana.. bau tuh..” katanya mengejek aku.

Aku lantas mandi dan mengisi perut yang sudah daritadi minta diisi.
Sambil makan.. aku membayangkan bagaimana rasanya kalau aku bercinta dengannya malam ini.
Membayangkan itu.. aku makin tambah gelisah dan aku cepat-cepat menghabiskan makananku dan menemani kak Rini menonton acara tv.

Dengan memakai kaos oblong dan celana karet pendek aku menemani kak Rini menonton sambil duduk di karpet..
dan bersandar di sofa tepat di samping kak Rini.
Sambil menonton.. kami bercerita apa saja.. dan tak lama kemudian kak Rini berdiri dan berjalan ke kamar mandi ingin buang air.

Sewaktu melewatiku dasternya tampak transparan walaupun sekilas.. hingga aku sempat juga mencium aroma tubuhnya yang wangi.
Hal itu membuat aku memperbaiki letak penisku.. –waktu kak Rini sudah di kamar mandi..–
karena aku malu kalau kak Rini tau aku sedang ‘horny’ karena celana pendek yang aku kenakan sedikit ketat.

Setelah keluar dari kamar mandi kak Rini pun ikutan duduk di karpet di sampingku..
malah dia tengkurap sambil membelakangiku dan memeluk bantal duduk.

Aku semakin bebas melihat buah pantatnya yang bagus.. sedikit pahanya yang mulus dengan betisnya yang indah yang ditaburi bulu-bulu halus yang rapi.
Sungguh pemandangan yang membuat aku makin konak.. sehingga aku tidak konsen lagi dengan acara tv ataupun obrolan kami.

Sambil ngobrol dan bercanda.. kak Rini sering mengejek atau meledek aku hingga aku tak sadar menepuk betisnya yang indah dan mulus.
Setelah menepuk.. aku tidak menarik kembali tanganku.. tapi kubiarkan terparkir di betisnya sambil sesekali mengusapnya.

Jantungku makin dag dig dug.. aku gelisah.. karena baru kali ini selama aku tinggal dengannya bisa berdekatan sambil mengelus betisnya.
Kejadian di atas kapal laut yang aku coba lupakan terkenang kembali.

Penisku makin tegang dan terciplak jelas di celana pendekku.. karena aku tidak memakai celana dalam lagi di dalamnya..
–aku memang jarang memakai celana dalam kalau di rumah..–

Untuk menutupinya.. aku meminta bantal duduk yang lain yang berada di depan kak Rini.
“Tolongin bantalnya dong kak..” Sambil menunjuk bantal di depannya..
“Ambil aja sendiri.. malas amat seh bergerak..” katanya mengejekku.

Tanpa meminta lagi.. aku langsung bergerak mengambilnya.. tetapi aku harus melewati tubuhnya dan mau tak mau aku menindih pantatnya yang indah.
“Yang ini aja deh..” kataku sambil merebut bantal yang ada di pelukannya.

Tapi karena dia mempertahankannya.. akupun tertarik ke arah tubuhnya..
sehingga sekarang aku menindihnya dari atas.. sedangkan dia masih tetap tengkurap.

Sambil mempertahankan bantalnya.. buah pantatnya yang sudah aku tindih juga turut bergoyang menambah ketegangan penisku.
Dengan posisi seperti ini akupun bebas menciumi rambutnya yang harum.. sambil tangan dan lengan kami bersentuhan.
Sungguh posisi yang paling mengasyikkan.. dan aku pun akhirnya tetap berada di atas tubuhnya..

“Iihh.. kakak pelit..!”
“Biarin..!” katanya sambil tetap menatap layar tv.
Pandanganku tertutupi oleh sebagian rambutnya yang sebahu.. aku pun makin berani menciumi rambutnya.. perlahan mulai memegangi tangannya.

Jantungku berdegup kencang.. aku tahu kak Rini mengetahuinya.. tapi ketakutanku dikalahkan oleh nafsuku..
Tanganku mulai berani menyibak dan mengelus rambutnya..

“Kakak harum..” kataku tanpa disengaja karena sensasi yang ditimbulkan oleh suasana seperti ini..
“Biarin.. kamu aja yang bau.. wwek..!” Katanya mengejekku.

Setelah menyibak rambutnya.. kuberanikan mencium tengkuknya.. kak Rini tampak kaget walaupun sesaat..
tetapi dia tetap mengarahkan pandangannya ke layar tv walaupun aku tahu dia tidak konsen lagi dengan acara tv.

Melihat dia tidak protes aku semakin berani menciumi telinganya.. terus bolak balik ke lehernya..
“Kulit kakak muluss..” Kataku dengan gugup..
“Sshh.. biarin..” Jawabnya sedikit mendesah.

Mendapat respon demikian aku makin agresif.. kugoyang pinggulku agar penisku bisa lebih merasakan buah pantatnya..
sambil tanganku perlahan-lahan mulai menyusup ke arah ketiaknya.

Telapak tanganku pelan masuk melalui lubang ketiak dasternya.. mencoba mengusap pangkal payudaranya.
Sampai saat itu.. aku masih takut kalau kak Rini jadi marah karena ‘kenakalanku’.

Akan tetapi.. karena dorongan nafsu yang makin menjadi.. aku beranikan saja untuk menarik bawah dasternya..
sambil mengusap paha luarnya dengan tanganku yang satu.. sedangkan tangan yang lain tetap meraba-raba payudaranya.
Aku tak peduli lagi kalau dia marah.. karena sensasi yang tercipta benar-benar membuat penisku tak sabaran lagi.

Dengan dibantu kakiku.. aku coba merenggangkan pahanya.. setelah dasternya mulai sedikit demi sedikt tergeser ke atas pinggangnya..
sampai tampak celana dalam kak Rini yang berwarna putih.

Sepertinya ga ada respon negatif dari kak Rini.. dia diam saja.. malah cenderung penurut ketika aku menarik dasternya ke atas..
dengan mengangkat pantatnya sedikit.. sehingga penisku jadi makin menempel keras di buah pantatnya yang montok.

Sampai di sini aku masih mengelus-elus pahanya dengan lembut..
sementara tangan yang satu sudah kian berani menyelusupkan satu jari ke dalam mangkuk BH-nya sambil menekan lembut payudara kak Rini.

Aku juga mulai menciumi punggungnya yang sedikit terbuka di bagian atasnya.. terus ke bawah ke arah tali BH-nya.
Kugigit daster dan tali BH-nya bagian belakang lalu kutarik dan kulepas.. sehingga berbunyi clepak..
–bunyi tali BH mengenai kulitnya–.. dan kuulangi beberapakali.

“Hmm.. sakkitt..” rengeknya manja sambil menundukkan kepalanya ke bantal sambil menikmati permainanku..?
“Biarin..!” Balasku.. dan kami sama-sama tertawa.

Aku pun makin berani menarik celana dalam kak Rini ke bawah.. sambil aku mencoba mencium pipinya.
“Kamu nakaall..” Manjanya yang membuat aku makin bernafsu.

Aku tarik tanganku yang mengelus-elus payudaranya dan menarik wajahnya..
sehingga aku dapat mencium bibirnya.. walaupun hanya sebentar dan dengan agak susah.

Karenanya aku makin bernafsu dan ingin sekali menciumi bibirnya yang seksi.. aku bangun dan segera menarik celana dalam kak Rini sampai ke lutut.
Lalu aku membalikkan badannya dengan sedikit kasar.. sehingga sekarang posisi tubuh kak Rini terlentang di hadapanku..
dengan dasternya yang sudah terangkat sampai ke perut serta celana dalam sampai lutut.. memperlihatkan rimbunan bulu-bulu halus di selangkangannya.

“Kamu mau ngapain..!?” Katanya agak panik dan sedikit terkejut. Tapi aku segera menindihnya dan memegang wajahnya..
lantas segera mencium bibirnya yang di atasnya ditumbuhi bulu-bulu halus seperti seperti kumis tipis.

Kak Rini merespon mencoba berontak dengan memalingkan wajahnya.. tetapi karena aku telah memegang mukanya..
akhirnya bibirnyapun berhasil aku lumat dengan sedikit menarik dagunya.. sehingga bibirnya terbuka.

Kak Rini pasif saja mulanya.. tapi setelah aku jilati bibirnya.. dia pun mulai membuka mulutnya dan mendesah..
“Ahh.. jangan Rick..!”
Tapi aku terus mencium.. menjilat sampai kak Rini pun berani membalas goyangan lidahku di dalam rongga mulutnya.

Lama kami bermain lidah.. saling menjilat disertai desahan nafas kami dan bunyi ‘plok’ saat bibir kami terlepas untuk menarik nafas..
kemudian melanjutkan saling kulum dengan ganasnya.

Perlahan tanganku meraih kedua tangannya dan menaruhnya di atas karpet di bagian atas kepala kak Rini sambil terus berciuman.
Aku kembali menciumi lehernya.. bahunya dan dadanya. Kak Rini hanya mendesah tanpa berbicara.. “Akhh.. sshh..!!”

Aku makin melancarkan ciumanku.. kali ini ke ketiaknya yang putih.. –bulu-bulunya tidak selebat waktu di atas kapal laut–.. aku ciumin dan aku jilati..
“Akhh.. geli sayang..” Desahnya lalu menggigit bibirnya..
–itulah kata sayang yang pertama ditujukan padaku..– sambil kepalanya bergoyang kiri-kanan menikmati rangsangan yang aku berikan.

Aroma tubuhnya yang sensasional dan sensasi bulu-bulu ketiaknya membuat aku makin terangsang.. tanpa permisi aku segera meremas payudaranya..
Kak Rini memelototi aku.. katanya.. “Sshh.. pelan-pelan.. sakit..!”

Aku pun segera memintanya untuk melepaskan dasternya agar aku bisa membuka BH-nya.. tapi dia merengek manja..
“Nggak mauu..” katanya pura-pura cemberut..
tapi aku segera mencopot celana dalamnya dan segera kubenamkan wajahku di vaginanya yang penuh dengan bulu-bulu halus menggairahkan.

“Kamu mau ngapain..!?” Tanyanya bingung.. Ga kujawab.. aku terus saja mencoba menguak pahanya dengan kedua tanganku..
lalu mulai menjilati vaginanya yang ternyata sudah mulai basah oleh cairan vaginanya.

“Jangan ahh.. kan bau tuh.. sshh..” Protesnya sambil mendesah menahan nikmat..
tapi aku justru merasakan aroma vagina yang membuat perasaan tidak karuan.
“Asyik kok kak.. punyanya kakak harum.. ya..?” kataku memuji karena memang harum.

Aku jilati bibir vaginanya yang menonjol.. clitorisnya.. dan dengan bantuan jari menguak vaginanya..
kutusukkan lidahku ke dalam lobang vaginanya.. sehingga kak Rini mengerang tak karuan.. “Ohh.. uuhh..”

Tiba-tiba aku merasa vaginanya menegang dan pahanya dirapatkan menjepit kepalaku.. dan aku mencium aroma vaginanya yang makin tajam..
diiringi lidahku merasakan cairan bening dari dalam lubang vaginanya. Ternyata kak Rini sudah orgasme.

Dia lantas mendorong kepalaku hingga terangkat dari vaginanya.. tangannya langsung menutupi lepitan vaginanya..
lalu tangan satunya mengambil celana dalamnya yang tergeletak di sampingnya..
untuk kemudian ia gunakan menutupi liang vaginanya dengan celana dalamnya itu.. berbaring membelakangiku sambil mengatur nafasnya yang memburu.

Aku kecewa karena tidak sempat menjilati cairan vaginanya yang harum.. –aroma bunga..–
Aku coba mendekatinya lagi sambil melepaskan celanaku.

Ketika aku coba menyentuh vaginanya dari belakang dia berkata.. “Sudah dong Rick..!”
Aku coba mengerti.. mungkin kak Rini malu kalau cairan vaginanya aku jilati.
Juga mungkin perasaannya yang bersalah telah orgasme di hadapan adik sepupunya sendiri.

Aku hanya memeluknya dari belakang sambil menempelkan penisku yang sudah ngeras habis di belahan pantatnya..
lalu aku belai-belai rambutnya.. mencoba menghiburnya karena aku sendiri belum mencapai klimaks.

“Kamu jahat.. ngerangsang aku sampai aku orgasme..” Katanya sewaktu aku sudah mulai menggesek-gesekkan penisku di belahan pantatnya.
Aku hanya diam.. karena aku makin terangsang ingin segera memasukkan penisku ke vaginanya.

Ketika aku makin kencang menggesekkan penisku yang mulai basah oleh sisa cairan vaginanya sementara kak Rini tetap diam saja..
aku lantas memutar tubuhnya.. sehingga dia kembali terlentang.. segera kembali kurenggangkan pahanya..

Tetapi untuk kali ini kak Rini menolak sambil menarikku dan berkata sambil membelai-belai wajahku..
“Jangan sayang.. aku takut hamil selama Mas Tanto nggak ada di sini..” Katanya memohon pengertianku.

“Tapi kak.. aku dah nggak tahan lagi..” Protesku.
“Di dubur aja kak kalau nggak mau di vaginanya kakak..?” lanjutku.
“Sakit sayang.. lagian nanti berbekas..” katanya memohon.

“Kalau gitu kakak oral aja..!” kataku sambil menyodorkan penisku ke mukanya.
Dia tampak kaget melihat penisku yang agak besar walaupun panjangnya cuman sekitar 15cm.
“Oke.. tapi kalau udah mau keluar bilang ya.. aku belum pernah nelan spermanya Mas Tanto..” katanya sambil duduk dan membuka daster dan BH-nya.

Aku terpesona melihat bentuk payudara yang indah.. –punya pacarku saja yang dulunya aku bilang bagus masih kalah sama punyanya kak Rini–..
sampai aku tidak tahan untuk tidak meremasnya..
“Tete kakak bagus..” Pujiku. Kak Rini hanya tersentum manis..

“Kalau udah mau keluar.. gesekin aja di sini ya..” katanya sambil menunjuk ke payudaranya.. lalu dia memegang penisku dan mulai mengulumnya..
“Ssruupphh..” Bunyi kulumannya di kepala penisku yang agak besar sambil melumurinya dengan air liurnya.

“Punyamu besar dan agak panjang dari Mas Tanto..” ujarnya di sela-sela slomotan bibirnya di penisku.
Tak terlalu kuhiraukan lagi kata-katanya di sela hisapannya itu.. karena aku sendiri sudah merasa terbang ke langit ke tujuh.

Posisi kami awalnya sama-sama berlutut.. kak Rini mengulum penisku sambil tangannya meremas-remas buah pantatku..
dan sesekali menyentuh lubang anusku.. semuanya itu menambah rangsangannya.

Aku memperhatikan kulit kak Rini yang benar-bener mulus dari punggungnya sampai ke pinggangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus..
bentuk pantatnya yang indah dan payudaranya yang menggelitik pahaku sambil mulutnya mengulum penisku..
“Akhh.. kak.. duduk dong..” kataku sambil berdiri karena rangsangan yang dia berikan semakin memacu gairahku.

Kak Rini lantas duduk sementara aku berdiri.. lalu dia kembali memasukkan penisku ke mulutnya.
Kali ini aku yang menggoyang pantatku ke depan ke belakang.. lidahnya menahan kepala penisku setiap pantatku kudorong ke depan..
sambil tangannya memeluk kedua pahaku.

Beberapa menit kemudian aku sudah mulai merasakan desakan air maniku yang mau keluar..
Aku pun menarik keluar penisku.. tapi karena hisapan yang kuat dari mulut kak Rini aku pun mendorongnya..
rupanya dia mengerti kalau aku sudah mau klimaks..

Kak Rini segera berbaring dan memegang penisku.. lalu diarahkan ke payudaranya lalu menjepit..
aku disuruhnya untuk menggesek-gesekkannya sambil meremas payudaranya.. sampai..
“Akhh.. kakkh.. aku mau keluar..!” Kataku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.

Dan.. cret.. cret.. crett.. crett.. banyak sekali air maniku yang muncrat di dada dan leher kak Rini.. bahkan ada yang sampai mengenai mukanya.
“Akhh.. kakak nikmat bangett..!” Jeritku sambil tetap meremas payudaranya.

“Bersihin dong Rick.. sperma kamu banyak tuh..” Katanya sambil menyodorkan dasternya.
Aku pun mulai mengelap sisa-sisa spermaku di payudaranya.. leher dan mukanya. Lalu aku ciumin bibirnya..

“Makasih Rick.. kamu puasin aku malam ini..” katanya perlahan.
“Kamu hebat.. pintar ngerangsang aku..” bisiknya lagi malu-malu.

“Dan mulai sekarang.. kamu nggak usah lagi tumpahin spermamu di celana dalam kakak yang udah kotor.. capek nyucinya tauk.. hehe..” godanya.
Jderr..! “Jadi kakak tahu kalau aku sering tumpahin spermaku di celana dalamnya kakak..?” tanyaku malu..
“Iyalah. Tapi nggak papa kok.. kakak suka.. aku juga sering ciumin celana dalam kamu kok.. cuman kamu nggak tau kan..? Hehhe..”

Lalu katanya lagi.. “Sejak dari pertama kenal kakak sudah tertarik sama kamu, tapi kakak sembunyiin.. kamu aja yang agak berani..
terutama di atas kapal laut dulu..” katanya lagi.. mengejutkanku.

Jadinya malam itu kami lanjutkan bercerita tentang kejadian-kejadian yang kami alami selama ini yang sama-sama kami rahasiakan..
semuanya dibongkar dengan jelas.. dan sambil bercerita kami selingi dengan saling cium.. melumat bibir.. saling raba dan berpelukan.

Kami tertidur sambil berpelukan dengan telanjang di ruang itu setelah aku membuat kak Rini orgasme sekali lagi.. walaupun dengan jari-jari tanganku..
–itu permintaannya sendiri..–
Walaupun aku sebenarnya ingin merasakan vagina kak Rini. Ahhh..
------------------------
 
Terakhir diubah:
------------------------------------------------

Setelah kejadian malam itu akhirnya aku dan kak Rini sering ‘bercinta’..
Pada mulanya kak Rini belum mau aku memasukkan penisku ke vaginanya..
karena takut kalau-kalau dia hamil saat suaminya ada di luar negeri.

Tapi.. akibat sudah terbiasa merasakan langsung dan kapan saja jika ada kesempatan..
pada suatukali yang menjadi puncak obsesiku serta awal perselingkuhan kami benar-benar terjadi.
Kami bercinta dengan penetrasi penisku ke vagina kak Rini.

Ceritanya begini: Suatu malam.. kira-kira 2 bulan setelah kejadian ‘malam pertama’ kami.
Aku kembali menemaninya nonton TV di malam berhujan saat mas Tanto masih tugas di Filipina.

Malam itu kak Rini seksi sekali.. dia memakai kaos ketat warna putih dan celana pendek warna krem.
Aku sebenernya sudah sering melihat dia berpakaian seperti ini sebelumnya.. tapi entah kenapa aku merasa berbeda kali ini.
Lebih memancing nafsuku.. menguji imanku.

Setelah menaruh minuman di meja.. kak Rini lalu duduk di karpet tebal di depan TV.. bersandar pada sofa panjang yang aku duduki.
Kaki-kaki mulusnya diluruskan.. kaki kanan menimpa kaki kiri.. siku tangan kanannya bertelekan di bantalan sofa.

Kak Rini mengambil remote control.. lalu memainkan channel berpindah-pindah.
Aku cuma tersenyum memandang ke arah kak Rini yang kutebak tengah ‘kepingin’ alias horny..
akibat lama tak tersentuh mas Tanto.

Sebenernya aku sedikit kecewa dia pilih duduk di situ.. tapi pikiran itu segera sirna..
karena aku sibuk memperhatikan paha putihnya yang terpampang lebar karena celananya tertarik ke atas saat dia duduk.

Ditambah dari kaus tipisnya.. aku dapat melihat bayangan bra yang dikenakannya.
Penisku terasa mulai menegang karena memandang wanita minim pakaian ini.
Tapi sayang kak Rini sepertinya canggung sekali malam ini.

Aku mulai menggodanya dengan menanyakan kabar mas Tanto.
“Hm.. eh.. kak.. apa kabar mas Tanto..?”

“Masih sibuk.. Rick. Tadi dia baru saja nelpon.. kok..”
Ujar kak Rini sambil tetap dengan kegiatannya memencet-mencet remote TV.

“Oo.. dingin.. dong..” selorohku lagi.
“Ah.. nggak tuh.. Kakak bisa mandi air hangat.. tauk..”
Katanya pura-pura tak mengerti ke mana arah pembicaraan yang agak menyerempet itu.

Aku merasa dia langsung membelokkan arah pembicaraan ke hal yang lain.
Wah gawat nih.. pikirku.. bisa gagal menuntaskan hasrat di malam berhujan seperti ini.. sepertinya kak Rini takut mendahului.

Hingga satu kak Rini cuma terdiam.. sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yang lain.
Kesempatan itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya dengan sedikit diplomasi.

Dari atas sofa aku pegang kedua bahunya sambil aku elus perlahan.
"Kak.." kataku perlahan.
“Hmm.. kenapa.. Rick..?” sambut kak Rini sambil menghela nafas ringan.

Sambil menundukkan kepala aku bergeser lagi mengangkangi kak Rini yang kini ada di pangkuangku.. tapi dia berada di lantai.
Kudorong sedikit punggungnya.. kukecup ubun-ubunnya dari belakang atas.
Lalu kuselipkan kedua tanganku di kedua belah ketiak kak Rini yang kini mulus tanpa bulu itu.

"Naik ke sini.. Kak..” kataku lagi sambil menariknya setengah berdiri untuk duduk di sofa bersamaku.
Kak Rini mengikuti tarikan tanganku.. dengan sedikit erangan yang aku tak tau apa artinya.
Kak Rini duduk di sofa di hadapanku.. aku jadi seperti sedang memangkunya.

Perlahan aku cium bahunya.. kak Rini menunduk.
Aku tau sebenarnya kak Rini mau.. cuma aku tak tau kenapa karena kali ini seperti ragu ketika aku menyentuhnya.

Kak Rini terduduk di antara selangkanganku yang kubuka lebar.. dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku..
sambil aku memeluknya dari belakang.
Aku pegang kedua pipinya dari belakang.. aku angkat dan membuatnya menoleh ke kiri agar aku melihat wajahnya.

Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat wajahnya seperti anak kecil yang sedang cemas.
Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil.. wajahnya sedikit menurun ketegangannya.

Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Kak Rini cuma mendesah..
Tetapi kedua tangannya mulai meremas pahaku kiri-kanan seperti menahan sesuatu sambil menutup mata.

Kami jadi seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran.
Kak Rini bersikap seperti cemas kepadaku malam ini.. padahal aku sudah tak sabar lagi untuk menyetubuhinya kali ini.

Sambil memeluknya dari belakang.. sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih bersih.
Kak Rini cuma mampu melenguh pelan sambil sekali-sekali menciumi tanganku yang memeluknya.

Perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya.. kak Rini mulai duduk makin gelisah.
Apalagi saat aku meremas payudaranya.. tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku.

Tangan kananku aku selipkan masuk ke dalam celana dalamnya.
Perlahan aku elus garis vaginanya.. terasa perlahan cairan vaginanya mulai membanjir.

Tangan kiriku masuk ke sebalik kaos yang dikenakannya.. langsung meremas payudaranya yang masih dibaluti bra tipis.
Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk vaginanya.. terasa vaginanya berdenyut-denyut hebat.

Aku kecup bibirnya sekali.. belum ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan.
Yang ketigakalinya aku cium bibirnya agak lama.

Kak Rini sudah mulai panas.. dia membalas ciumanku yang berangsur liar.
Aku beranikan memasukkan lidahku ke mulutnya.. dia menyambut dengan liar..
bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.

Saat ciumanku semakin liar.. tak lupa tanganku mulai berkerja.
Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang masih kencang.. kemudian dari situ aku elus punggungnya.

Setelah itu aku mengelus perutnya.. terasa perutnya rata tanpa lemak. “Uugghhh.. Rickk..” erangan kak Rini makin kencang.
Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Tangan kananku terus mengikuti garis celana dalamnya..
Sampai pada paha luar dan mengelus hingga meremasnya..

Sementara tangan kiri kususupkan masuk dari bagian pinggang karet celana dalamnya..
Dan terus merambah ke paha dalam.. berlanjut mengelus pantat.. kemudian aku remas-remas pantatnya.

Kak Rini menggerinjal halus. “Uughh.. ehhmm.. ooh.. Rick melenguh kecil saat aku meremas pantatnya.
Aku meremas payudaranya.. walaupun masih dari luar kaos.

Tapi karena kaosnya tipis dan Branya adalah model bra yang tipis tanpa kawat..
aku dapat dengan mudah meremas-remas kedua payudara yang telah sering aku nikmati tersebut.

Kali ini kak Rini melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumanku.
Aku loloskan tanganku ke dalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang.
Tapi kak Rini sepertinya telah terbebas dari rasa cemasnya.. bertindak lebih.. dia membuka kaos sekaligus branya.

Melihat dia membuka kaos.. aku ikut membuka kaosku. Sementara penisku yang telah keras.. kutekan ke belahan pantatnya.
Sambil aku membuka kaos.. kak Rini menata bantal sofa yang ukurannya besar di ujung sofa kemudian dia bersandar di situ dengan pasrah.

Selesai membuka kaos.. aku posisikan tubuhku di sebelah luar sofa.. aku kembali menciumnya..
Kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu.
Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Juga kadang-kadang kujilat lehernya.. hingga membuat dia bergetar beberapa saat.

Ciuman aku turunkan ke arah payudara kanannya.
Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan pentilnya.

Kemudian aku jilat memutar mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil.
Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama.

Sepertinya kak Rini mulai tidak sabar.. kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku ke arah payudaranya yang bebas.
“Engghhh.. eksplor lagi yang ini.. Rick..” erang kak Rini.

Aku mengerti.. kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar pentilnya.
Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan ke lehernya.. sesekali aku jilat lehernya.

Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Di situ aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya.
Sesekali pentilnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi. “Duuhh.. Erickkk.. please..” rintihan kak Rini terdengar ragu.

Tak kupedulikan erang serupa keluhannya. Aku menyusupkan tanganku ke dalam celana dalamnya.
Langsung terasa olehku lipatan vagina yang diselimuti bulu-bulu halus.. sudah sangat basah di sana.

Ciumanku turun lagi ke perutnya yang rata tersebut. Di situ aku baru sadar.. ternyata pinggul Kak Rini memang sangat bagus.
Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir.

Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya. Selanjutnya gerakan aku balik.. aku cium betisnya..
kemudian aku cium pahanya.. selanjutnya dengan perlahan aku kecup vaginanya.

“Kamu mau ngapain..?” Tanyanya tegang.. tapi aku terus saja mencoba menguak pahanya dengan kedua tanganku..
lalu mulai menjilati vaginanya yang ternyata sudah mulai basah oleh cairan vaginanya.

“Jangan lagi ahh.. kan bau tuh.. sshh..” Protesnya sambil mendesah menahan nikmat.
Aku tatap wajah kak Rini dari antara selangkangannya.. wajahnya terlihat tegang seperti menunggu hal selanjutnya yang aku kerjakan.
Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi.

Dengan menggunakan jariku.. aku sibak bulu halus jembutnya.. sehingga vaginanya terlihat jelas..
Perlahan aku jilat bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. “Auugghhh.. Erricckkk..!” rintihan kak Rini kali ini penuh ketegangan.

Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya.
Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku isap perlahan.

Serangan aku tingkatkan. Perlahan kembali aku elus-elus dan sesekali kuremas paha dalamnya.
Kak Rini mulai kelojotan menerima seranganku. Kak Rini belum terbuka celananya.. memang tak terburu-buru.

Namun beberapa saat berselang rupanya ia mulai tidak sabar.. lantas membalikkan badannya..
lantas menciumku dengan ganas.. sedangkan tangannya menyerbu celanaku.. berusaha untuk mengeluarkan penisku..

Aku turunkan celana dan segera melorot lepas dari pinggangku..
sehingga kak Rini bisa menarik penisku keluar dan mulai mengelus-elusnya.

Aku juga langsung meloloskan celana pendeknya.
Sekarang kami tinggal menyisakan celana dalamdi tubuh masing-masing. Belum sama-sama telanjang.

Lalu kubisikkan di telinga kak Rini di sela-sela lumatan pada payudaranya.
“Kalau kakak berdandan seksi seperti ini untuk aku pasti aku tak akan pergi tidur dan membiarkan kakak sendirian..”
“Ah.. Erick.. kamu hanya coba menghibur aku.. kan..?” desah kak Rini makin tak beraturan.

Kak Rini menyandarkan kepalanya di bahuku sambil mendesah seperti berbisik.
“Sepertinya kita jadi gila malam ini.. Rick.. oohh..”
“Ehhmm.. uuhh.. tak apalah.. kak.. aku sudah lama kepingin seperti ini..” desisku.

Lenganku bergerak menyusup dari ketiak dan mendekap bahu kak Rini lalu merengkuhnya lebih merapat lagi.
“Aku tak tahu lagi bagaimana rasaku saat ini.. uugghh.. tapi ini terasa sangat indah bagiku..”
Erang kak Rini makin mengeratkan pelukannya.

Tangannya bergerak ke bawah menyusup ke CD-ku dan singgah pada penisku.
Tangan kiriku bergerak ke buah dada kak Rini dan meremasnya dengan lembut..
hingga membuat putingnya mencuat menusuk lembut telapak tanganku.

Terus kumainkan kedua daging kenyal tersebut bergantian.. sambil mulutku memagut mulut kak Rini hingga terengah bersama.
Aku seperti mimpi malam ini dalam keadaan seperti ini dengan kak Rini, sepupuku tersayang.

Tangan kananku merambat ke perut dan menuju vaginanya yang ternyata sudah terasa sangat basah oleh gairah.
Aku bisa mendengar lenguhan lirih kak Rini saat menciumnya.

Kak Rini mulai menggerakkan pinggulnya.. dan lengannya bergerak meraih tubuhku kian erat..
Lalu memeluk kepalaku agar kedua bibir kami melumat semakin merapat.

Aku berharap kak Rini tak akan menolakku malam ini..
Dan mungkin saat ini adalah kesempatan terbaik untuk mewujudkan impianku selama ini.

Sebelah tanganku masih bergerak turun ke bawah.. menelusuri kulit perut kak Rini yang lembut..
untuk menyentuh tepian vagina berbulu halusnya.

Kedua pahanya yang masih merapat erat menahan gerakan jemariku.
Jemariku terus menggerayangi perut bagian bawahnya disertai lidahku yang menari dalam mulut kak Rini.

Akhirnya kedua paha kak Rini melemas dan mulai bergerak membuka.
Jemariku langsung bergerak turun ke arah kelentitnya.

Begitu kelentitnya tersentuh jemariku.. kedua paha kak Rini membuka semakin lebar. Blass..
Kak Rini memberikan ruang seutuhnya padaku untuk berbuat sekehendak hati terhadap daerah paling rahasia dari tubuhnya itu.

Yeaahh..!! teriakku dalam hati. Langsung saja jemariku melesak masuk ke dalam.
Kini vagina kak Rini menjadi teramat sangat basah.
Dia sedang berada dalam lingkaran perasaan yang membuatnya kesulitan untuk menahan gejolak dari dirinya.

Sementara itu.. aku yang sedang mengeksplorasi tubuhnya semakin tak karuan pingin segera menyatukan tubuh.
Nafasnya kudengar semakin memburu cepat.. saat dia merasa tubuhnya makin tak dapat dikontrolnya untuk menerima segala rangsanganku.

Kak Rini rebah dengan kedua belah paha dengan pelan makin terpentang lebar.. saat jemariku bergerak keluar-masuk di vaginanya.
Kini dia berada di perbatasan dari puncak kenikmatannya saat dengan tiba-tiba aku menghentikan aksiku.
Kedua matanya yang semula terpejam rapat langsung terbuka menatap.. begitu aku berhenti.

Aku sedang menarik celana dalam kak Rini.. membuka pakaian terakhir yang menutupi tubuhnya.
Batang penisku mengacung dengan tegak dan keras.. saat aku setengah berjongkok menurunkan CD-nya ke bawah.

Kak Rini melenguh pendek sambil sedikit mengangkat pantatnya..
seolah memberi jalan memudahkanku melepas benda terakhir yang menutupi tubuhnya itu.

Batang penisku yang telah memuai.. menegang dan membesar segera menyundul paha dalamnya.
“Stop.. Rick..! Apa yang kamu lakukan..?” Panik kedengarannya.

“Aku akan membahagiakan kakak malam ini.
Pikirkan saja betapa jauh lebih baiknya perasaan kita berdua setelah semua kejadian yang kita lakukan sebelumnya..”

“Jangan lakukan.. please. Aku takut.. dan kalau ini terjadi mungkin kita berdua tak akan bisa menghentikannya..
Jangan sayang.. aku takut hamil selama Mas Tanto nggak ada di sini..” katanya memohon pengertianku.

“Tapi kak .. aku dah nggak tahan lagi..” protesku.
“Aku tak mungkin berhenti sekarang.. kak. Kakak tau kan.. aku sudah sangat lama menginginkan itu.. kak..?”

Agak ragu kak Rini merapatkan kedua pahanya untuk mencegahku.
Aku kini cuma memandang kak Rini dengan tatapan sayu alias Mupeng.

Ayolah Kak.. buka untukku.. aku tau kak Rini pasti menginginkan juga seperti aku..! Teriakku dalam hati.

Tanpa menunggu jawaban kak Rini.. aku melanjutkan aksiku merangsang kak Rini.
Kutundukkan kepala.. mencium sebuah puting payudara kak Rini lagi.. lalu berpindah ke mulutnya.

Kak Rini dengan setengah ragu membuka mulut lagi untukku.. meski seperti terpaksa.
Aku menghentikan ciumanku.. lalu berbisik pada kak Rini..

“Bukalah untukku.. kak.. pease..!” mohonku dengan mesra.
Kak Rini terdiam.. matanya cuman menatapku.. tatapan lembut dan sendu.

“Kak.. Aku sudah sangat ingin merasakan vagina kakak benar-benar meremas erat penisku saat kumasuki.. please kak.. ya..?”
Rengekku seperti menghiba..

Tanpa menunggu jawaban kak Rini yang kulihat akan menjawab.. langsung saja kembali kulumat bibirnya.
Aku tau.. sebenarnya kak Rini memang menginginkan batang penisku memasuki tubuhnya.

Cuman masalah waktu saja. Mungkin lantaran perang batinnya dan sudah terlalu lama kak Rini tidak disetubuhi sesuai dambaannya.
Saat ini ada seseorang yang ingin memuaskan dia seperti apa yang diinginkannya.

Perlahan sekali.. akhirnya kak Rini membuka pahanya.
Sebelah pahanya masih berada di atas sofa dan sebelahnya lagi ditariknya ke atas tubuhnya.

Ketika itu tanganku bergerak ke belakang ke bulatan bokongnya..
lalu mulai menggoyangkan seluruh tubuhku menggesek tubuh kak Rini yang bugil..

Terutama pada bagian selangkangan di mana kepala penisku..
yang sedang tegang-tegangnya tengah menekan gundukan bukit indah vaginanya.

Aku segera menggerakkan pinggulku secara memutar..
sambil menggesek-gesekkan batang penisku di permukaan bibir vagina kak Rini..
Tak lupa sesekali pula kutekan-tekan pada belahan vagina yang kian membasah licin.

Kak Rini ikut-ikutan menggelinjang kegelian.. beberapakali kepala penisku yang tegang 'salah sasaran'..
menyerempet-nyerempet.. memasuki belahan bibir vagina kak Rini.

Ya.. sebenarnya aku telah tak sabar untuk menembus liang vaginanya.
Lalu kuremaskan kedua tanganku yang sudah mendekap dua bongkahan pantat kak Rini.. sehingga pinggulnya terangkat.

Ketika itu juga Aku bergerak ke depan dan.. Slleeeepp.. bleshh..
“Ouugghhh..!!”
"Errgghhh.."

Kami mengerang hampir bersamaan ketika kepala penisku menyeruak..
membelah lepitan bibir vagina kak Rini yang selama ini begitu kudambakan.

Akhirnya.. batang penisku dengan sendirinya menemukan jalan masuknya ke liang nikmat.
Dengan perlahan dan penuh peraaan kudorong maju... slebb.. kutarik dengan cepat.. maju lagi perlahan.. slebb..

Kudengar kak Rini merintih dan mengerang.. dan aku tau bukannya erang kesakitan.. sambil mendekap erat tubuhku.
“Ouuggghhh.. Rick.. ugghh..!” Erangnya seperti terlepas dari beban yang maha berat.

“Uhhh..oohh.. kakk.. nikmat banget.. kkaakkk..” erangku tak kalah penuh nikmat menimpali rintihan nikmat kak Rini.
Ahh.. betapa empuk vagina kak Rini kurasakan. Penisku seperti memasuki daging hangat selembut beludru.

“Sssshhhh..” kembali dia melenguh penuh nikmat.
Tak dapat kugambarkan dengan kata-kata.. betapa purna kenikmatan yang sedang kurasa saat ini.

Kak Rini akhirnya melingkarkan kedua pahanya pada pinggangku dan tumitnya menancap erat pada pantatku..
untuk menariknya masuk semakin dalam ke vaginanya.

Perlahan aku mulai mengisi vagina kak Rini yang kurasakan begitu sempit dan menjepit.
Nikmatnya melebihi apapun yang pernah kurasakan bercumbu dengan kak Rini selama ini.
Setiap kocokanku membawa kami berdua semakin tinggi dan bertambah tinggi.

Tak menunggu lebih lama aku mulai menyentakkan penis kerasku seutuhnya hingga ke dasar vagina kak Rini.
Aku menghentak dengan sangat keras.. tapi mungkin itulah yang didambakan kak Rini selama ini.. siapa tau.. ya ga..?

Setiapkali Aku menarik keluar batang penisku kedua kaki menahannya..
seakan ingin segara melesakkannya ke dalam vaginanya kembali.

Ughhh.. Terasa bibir vaginanya ikut terbenam setiapkali Penisku kuenjot masuk.
“Arghh.. oughh.. oohh.. Rick..” erangnya.

Maka terdengarlah bunyi ‘plak’ setiapkali aku menghujamkan penisku di liang vaginanya.
Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku..
karena kak Rini mengangkat pinggulnya setiapkali aku menggenjot penisku masuk.

“Erriiickk.. akkk.. u uddaaah mau.. uuughh..” erangnya lagi. Aku malah sudah tak mampu lagi menjawab..
Sebab makin nikmat kurasakan penisku diremas-remas vagina kak Rini ketika menghujamkan penisku.

Orgasme di dalam vagina kak Rini mulai tercapai.. terasa olehku cairan hangat menyembur dari dalam vagina kak Rini.
“Ohhh.. Uuughh.. hmm..” Erangan kak Rini makin membuatku bersemangat menggenjot penisku di vaginanya yang telah membanjir.

Sebenarnya tak membutuhkan waktu yang lama bagi kami untuk meraih akhir.
Tetapi aku tak ingin mimpiku yang selama ini kuinginkan cepat berlalu..

Jadi aku mencoba memberikan persetubuhan yang lembut namun cepat..
keras tetapi penuh perasaan.. meski agak sedikit kasar pada kak Riniku tersayang.

Lalu aku mulai kian gencar mengenjotkan penisku keluar-masuk vagina indah kak Rini.
Clebb-clebb-clebb-clobb-clobb-cleebb-clekk-clekk-crekk-crekk-crekk-crekk..

Sesekali klitorisnya tergesek Penisku ketika aku mengenjotkan Penis memasuki liang vaginanya yang telah basah.
Kak Rini terengah-engah karena nikmatnya. "Nghhh.. ohh.. ohh.. ohh.. unghh.."

Aku pun juga mendesah setiapkali aku mendorong penis masuk ke belahan nikmat kak Rini itu..
“Ohh.. Kaakk.. ini ya namanya bersenggama..?” bisikku di telinga kak Rini.

Kak Rini tak menjawab.. hanya erangan penuh nikmat.. serta dekapannya yang kudengar dan kurasakan..
“Ouugg.. aahh.. ehhmm.. sshh.. Rickkk.. Ohh..” desahnya.

Vaginanya peret sekali.. terasa lagi empotannya..“Eerrgghh.. oouhh.. enak banget.. Kakkk..”
Erangku di sela hujaman batang penisku di liang hangat vagina kak Rini.

Tangannya menyusup ke punggungku.. lalu kaki kak Rini sambil terus mengenjotkan Penisku keluar-masuk vagina kak Rini.
Kak Rini terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan.

Tapi tiba-tiba kak Rini menjadi sangat liar..
tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya ke kanan-ke kiri dengan liar.. seakan kocokanku tidak cukup.

Wah.. begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya.. jadi super liar. Pikirku di tengah kocokan penisku di liang vaginanya.

Kak Rini berteriak-teriak penuh nikmat.. sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan penisku.
Tapi tiba-tiba tubuh kak Rini menegang sambil berteriak kencang..
“Oughhh.. aghhh..!” Serr... serr.. serrr.. serrr... Terasa cairan menyemprot dari dalam vaginanya.. dia orgasme hebat.

Tak lama kemudian badannya terasa sangat lemas.. dia memandangku dengan mata sayu dan senyum kecil.
Srrrr.. srrr.. srrr.. Di vaginanya terasa sangat basah.. aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar.

Kembali kukocok perlahan karena aku belum apa-apa.. tapi sepertinya orgasme kak Rini tadi begitu hebat..
sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti di awang-awang.

Akhirnya aku hentikan kocokanku dan aku cabut penisku yang masih tegang perkasa dari vaginanya..
karena kak Rini terlihat semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk.

"Kak.. dilanjutin di kamar aja.. yuk.." ajakku.
Kak Rini cuma mengangguk.. “Tapi di kamarmu aja.. Rick.. ya..” desahnya lemas.

Mungkin kak Rini ngerasa ga nyaman ‘selingkuh di kamarnya’. Hehehehe.. Biar ajalah.. kupikir.
------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd