begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 583
- Like diterima
- 10.084
SUDAH hampir satu tahun saya berolahraga jalan pagi. Hanya keliling kompleks saja.
Umur saya 50 tahun, istri saya berumur 47 tahun. Secara seksual, saya belum mengalami kemunduran libido. Saya dengan istri masih suka melakukan hubungan intim, paling sedikit 2 kali seminggu.
Istri saya bertubuh gemuk. Berat badan saya hanya 60 kilogram, sedangkan istri saya berat badannya 110 kilogram dan sewaktu berhubungan intim, ia selalu minta di atas.
Mungkin karena ia gemuk, saat saya ejakulasi, sperma saya tidak sampai mencapai rahimnya, tetapi dengan ia berada di posisi di atas, otomatis rahimnya menindih penis saya, sehingga sewaktu penis saya keluar air mani tembakannya langsung menuju ke rahimnya telak.
Pada suatu pagi, pulang jalan pagi perut saya lapar. Di belakang gang rumah saya terdapat seorang wanita yang berjualan nasi di depan rumahnya yang hanya digelar di atas meja.
"Coba lihat saja ke sana..." suruh istri saya. "Orang bilang makanan enak."
Sayapun berjalan kaki ke sana. Wanita berumur sekitar 40 tahun ini tidak hanya berjualan nasi, tetapi banyak macam kue dan aneka gorengan digelar di atas meja jualannya.
Saya membeli 2 bungkus mie goreng dan 2 bungkus bihun goreng plus pisang goreng, tempe goreng dan bakwan sayur.
Ternyata istri saya memuji makanannya. "Bener Pah, enak..."
Anak-anak saya juga memuji. Ujung-ujungnya saya bakal balik ke sana besok pagi, batin saya.
Maka itu sebelum pergi keluar jalan pagi, saya siapkan dulu duit di kantong celana olahraga saya.
Satu dua tiga kali beli, sayapun terlibat obrolan dengannya. Saya mendengar para tetangganya memanggil ia Bu Nung.
Katanya pada saya, suaminya sudah meninggal. Suaminya meninggal mendadak karena serangan jantung. Maka itu untuk menghidupi keluarganya, ia berjualan.
Anaknya 3 orang. Yang besar, cewek, sekolah di SMP. Anak yang kedua dan ketiga masih di SD.
"Dulu kawin terlambat..." kata Bu Nung pada saya. "Saya umur 25 tahun baru kawin, maka itu anak saya masih kecil-kecil, baru SMP, baru SD." suaranya seperti mengeluh.
"Bu Nung masih bersyukur, jualan laku..." jawab saya menghibur. "Kalau perlu tambah modal, bilangin aja pada saya..."
"Cukup segini sajalah, Pak Budi... capee..eekkk... kalau kebanyakan..."
"Iya sih, he.. he.." jawab saya. "Capek kalau kebanyakan memang..."
"Ah.. Pak Budi, pagi-pagi sudah ngajak ngomong begituan..."
Hujan gerimis, istri saya juga masih ngidam dengan mie goreng Bu Nung. Sambil membawa payung, terpaksa saya jalan juga demi istri tercinta meski badannya over size, tetapi rongga vaginanya tetap nikmat buat penis saya.
Bu Nung pindah jualan di teras rumahnya. Sesampai saya di depan meja jualan Bu Nung, saya melihat seorang laki-laki yang baru selesai makan keluar dari ruang tamu Bu Nung dan membayar.
"Pak Budi mau makan di sini... nanti selesai makan baru dibungkus bawa pulang untuk Ibu, ya...?" tawar Bu Nung.
"Ya... bolehlah," jawab saya sekenanya, istri saya hanya sendirian di rumah, beli tidak banyak hanya sebungkus mie goreng gara-gara ia ngidam.
Saya segera masuk ke ruang tamu Bu Nung dan duduk. Duduk saya menghadap keluar.
Hujan gerimis masih berlangsung, tetapi pandangan mata saya saat saya duduk di kursi rotan ruang tamunya tidak sengaja tertuju pada pantat Bu Nung yang berada di depan saya, meski pantat Bu Nung tidak montok membulat, tetapi terlihat bayangan segitiga celana dalamnya yang membuat darah saya berdesir melihatnya.
Tidak sampai 3 menit Bu Nung sudah membawa masuk pesanan saya yaitu bihun goreng ke ruang tamunya.
"Pak Budi pengen minum teh anget, atau kopi...?"
"Terserah Bu Nung aja deh..." jawab saya. "Apa yang Bu Nung hidangkan, saya suka."
Bu Nung pun berjalan ke dapur. Belum 4 langkah, saya segera beranjak bangun dari tempat duduk saya.
Umur saya 50 tahun, istri saya berumur 47 tahun. Secara seksual, saya belum mengalami kemunduran libido. Saya dengan istri masih suka melakukan hubungan intim, paling sedikit 2 kali seminggu.
Istri saya bertubuh gemuk. Berat badan saya hanya 60 kilogram, sedangkan istri saya berat badannya 110 kilogram dan sewaktu berhubungan intim, ia selalu minta di atas.
Mungkin karena ia gemuk, saat saya ejakulasi, sperma saya tidak sampai mencapai rahimnya, tetapi dengan ia berada di posisi di atas, otomatis rahimnya menindih penis saya, sehingga sewaktu penis saya keluar air mani tembakannya langsung menuju ke rahimnya telak.
Pada suatu pagi, pulang jalan pagi perut saya lapar. Di belakang gang rumah saya terdapat seorang wanita yang berjualan nasi di depan rumahnya yang hanya digelar di atas meja.
"Coba lihat saja ke sana..." suruh istri saya. "Orang bilang makanan enak."
Sayapun berjalan kaki ke sana. Wanita berumur sekitar 40 tahun ini tidak hanya berjualan nasi, tetapi banyak macam kue dan aneka gorengan digelar di atas meja jualannya.
Saya membeli 2 bungkus mie goreng dan 2 bungkus bihun goreng plus pisang goreng, tempe goreng dan bakwan sayur.
Ternyata istri saya memuji makanannya. "Bener Pah, enak..."
Anak-anak saya juga memuji. Ujung-ujungnya saya bakal balik ke sana besok pagi, batin saya.
Maka itu sebelum pergi keluar jalan pagi, saya siapkan dulu duit di kantong celana olahraga saya.
Satu dua tiga kali beli, sayapun terlibat obrolan dengannya. Saya mendengar para tetangganya memanggil ia Bu Nung.
Katanya pada saya, suaminya sudah meninggal. Suaminya meninggal mendadak karena serangan jantung. Maka itu untuk menghidupi keluarganya, ia berjualan.
Anaknya 3 orang. Yang besar, cewek, sekolah di SMP. Anak yang kedua dan ketiga masih di SD.
"Dulu kawin terlambat..." kata Bu Nung pada saya. "Saya umur 25 tahun baru kawin, maka itu anak saya masih kecil-kecil, baru SMP, baru SD." suaranya seperti mengeluh.
"Bu Nung masih bersyukur, jualan laku..." jawab saya menghibur. "Kalau perlu tambah modal, bilangin aja pada saya..."
"Cukup segini sajalah, Pak Budi... capee..eekkk... kalau kebanyakan..."
"Iya sih, he.. he.." jawab saya. "Capek kalau kebanyakan memang..."
"Ah.. Pak Budi, pagi-pagi sudah ngajak ngomong begituan..."
Hujan gerimis, istri saya juga masih ngidam dengan mie goreng Bu Nung. Sambil membawa payung, terpaksa saya jalan juga demi istri tercinta meski badannya over size, tetapi rongga vaginanya tetap nikmat buat penis saya.
Bu Nung pindah jualan di teras rumahnya. Sesampai saya di depan meja jualan Bu Nung, saya melihat seorang laki-laki yang baru selesai makan keluar dari ruang tamu Bu Nung dan membayar.
"Pak Budi mau makan di sini... nanti selesai makan baru dibungkus bawa pulang untuk Ibu, ya...?" tawar Bu Nung.
"Ya... bolehlah," jawab saya sekenanya, istri saya hanya sendirian di rumah, beli tidak banyak hanya sebungkus mie goreng gara-gara ia ngidam.
Saya segera masuk ke ruang tamu Bu Nung dan duduk. Duduk saya menghadap keluar.
Hujan gerimis masih berlangsung, tetapi pandangan mata saya saat saya duduk di kursi rotan ruang tamunya tidak sengaja tertuju pada pantat Bu Nung yang berada di depan saya, meski pantat Bu Nung tidak montok membulat, tetapi terlihat bayangan segitiga celana dalamnya yang membuat darah saya berdesir melihatnya.
Tidak sampai 3 menit Bu Nung sudah membawa masuk pesanan saya yaitu bihun goreng ke ruang tamunya.
"Pak Budi pengen minum teh anget, atau kopi...?"
"Terserah Bu Nung aja deh..." jawab saya. "Apa yang Bu Nung hidangkan, saya suka."
Bu Nung pun berjalan ke dapur. Belum 4 langkah, saya segera beranjak bangun dari tempat duduk saya.