Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sanggupkah Aku Menjaganya? (Kisah Nyata)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
#

Hari sudah beranjak senja ketika aku memacu mobil ku menuju rumah. Hari ini begitu menyenangkan tapi begitu melelahkan. Aku akhirnya bisa menyelesaikan tugas akhirku, tetapi memang sangat lelah karena sidang hari ini harus mundur dari jadwal sebelumnya. Bukankah menunggu itu melelahkan? Apalagi menunggu untuk hal kita takutkan.

Handphoneku kembali berdering saat lampu lalu lintas menyala hijau, demi keselamatan aku harus mengabaikannya. Aku tau pasti, seseorang diujung telepon sana pasti khawatir dengan sidang tugas akhirku hari ini. Sengaja aku tidak mengabarkannya karena aku ingin memberi kejutan. Walaupun sebenarnya aku tidak tega, tapi bukankah kita harus tega dengan orang lain untuk bisa mendapatkan kebahagiaan kita?

Selepas magrib aku sampai dirumah. Keadaan sekitar rumah masih sepi karena baru saja selesai kumandang adzan magrib. Sebagian warga komplek beringsut menuju masjid dekat rumahku, sebagian lain berjibaku dengan lelahnya kegiatan hari ini, sebagian lain terlena dengan kenikmatan dunia yang fana. Aku? Aku bersyukur atas nikmat-Nya untuk hari ini. Tapi, tidak serta merta aku menjadi religius. Aku masih nyaman menikmati masa muda ku yang penuh warna, sedikit dosa dan tidak seberapa dalam beribadah. Menurutku, setiap orang punya caranya sendiri untuk menjadi baik.

“didi, kamu kemana aja sih? Dari tadi mama telpon susah amat!” suara ibu langsung menyambut ku saat aku membuka pintu rumah.
“kan Didi lagi di jalan mah, masa mau angkat telpon? Nanti kalo Didi kecelakaan gimana? Kalo meninggal gimana?” aku membalas tidak kalah heboh.
“kan mama penasaran sama sidang kamu. Gimana hasilnya?” cecar ibu saat aku baru saja mendaratkan pantatku di kursi meja makan.

Yang ditanya hanya fokus pada gelas berisi air dingin yang ada di tangannya.

“ahhh. Sabar dong, ma. Haus banget tau, tadi gak sempet beli minum” ucapku sambil mencoba melepas hijabku.
“duh yah, jadi hasilnya gimana?” mama masih saja penasaran
“cumlaude ma” kata ku singkat
“Didi, anak mamah hebat. Terus gimana tadi sidangnya?” mama mulai memasang telinga untuk mendengarkan ceritaku tentang hari ini.

Segar sekali rasanya, setelah melewati seharian penuh kegiatan yang menguras fisik dan mental, setelah ditahan mama dan papa untuk cerita soal sidang tugas akhirku, kini aku sudah bersiap untuk tidur. Badan sudah bersih, perut sudah kenyang, tinggal memanjakan tubuh dengan berisitirahat. Aku terbayang dengan hari esok, hari yang bebas, hari yang tanpa beban, hari yang berat sekaligus akan lebih melelahkan ketimbang aku menjadi mahasiswa.
Hidup adalah sebuah perjalanan. Ketika kita berhasil menaklukan satu tantangan, maka akan ada tantangan lagi didepan kita. Tantangan bukan untuk dipikirkan, tapi dijalankan. Semua sudah ada jalannya, tinggal kita ikhlas menjalaninya.

Jam menunjukan pukul 11 malam saat aku terburu ke kamar mandi untuk buang air kecil. Saat kembali ke kamar aku tersadar akan sesuatu

Ardi

Aku melihat handphone, ternyata ada 23 pesan handphoneku. Semua dari ardi yang menanyakan keadaanku. Dia terakhir online satu jam yang lalu. Aku memilih egois, aku lanjutkan mimpi indahku untuk siap menyongsong status baruku esok pagi, pengangguran.

"maaf sayang, aku ketiduran, cape banget. Kamu besok bisa ke rumah aku?"

Aku sempatkan membalas pesan dari Ardi sebelum melanjutkan kembali tidurku. Aku sengaja tidak menunggu balasan dari Ardi, terlalu lelah badanku jika harus menunggu balasannya. Biarlah besok akan aku layani semua rasa penasarannya.

Aku bangun dengan keadaan bingung, rumah dalam keadaan sepi. Entah kemana penghuni rumah. Jam menunjukan pukul 8 pagi. Betapa tega mereka membiarkan aku tertidur atau lebih tepatnya pingsan sampai sesiang ini. Saat aku sedang mengumpulkan nyawa, aku dikagetkan dengan dering handphoneku.

Ardi

“ya hallo sayang” jawabku sambil mulai mengelilingi rumah
“kok mendadak? Yaudah kalo gitu. Nanti kabarin aja kalo udah nyampe” suaraku meninggi

Selang 10 menit, Ardi sampai di rumahku. Aku yang sedang membuat sarapan nasi goreng langsung menuju ke depan pintu. Benar saja, Ardi datang dengan rapih. Kadang sifatnya yang tepat waktu membuat ku kesal. Kadang aku berfikir, apakah Ardi benar orang Indonesia? Misalnya saat aku memintanya untuk mengatar ke rumah Farah jam 10, dia sudah stand by sejak jam setengah 9.

Dari pada ditungguin, mending nunggu. Jadi bisa marah-marah sama yang ditungguin kalo lama.

Itu adalah pembelaan yang dia selalu lakukan saat aku protes dengan kedatangannya yang selalu lebih awal dari waktu janjiannya. Terkadang dia datang saat aku sedang tidak siap, contohnya pagi ini. Aku masih baju tidur berbentuk tangtop dengan tali kecil dan celana pendek sebatas paha saat dia berada didapur menemaniku memasak nasi goreng. Ini bukan bermaksud untuk menggodanya, meskipun sudah sekitar satu bulan atau bakan dua bulan kita tidak saling bercumbu. Ya memang kebiasaanku untuk tidur dengan menggunakan pakaian yang cukup minim.

Dapur dirumahku terbilang nyaman. Letaknya di belakang ruang keluarga dan langsung menghadap ke taman yang ada di belakang rumah. Jadi ruang keluarga kami tidak perlu tambahan kipas atau pendingin udara. Selalu ada oksigen yang berasal dari taman yang ada di belakang rumah ku.

Aku kembali melanjutkan acara memasakku sambil terus menceritakan proses sidang tugas akhirku kemarin. Meskipun aku harus membelakangi nya tapi dia tetap nyaman dan atusias mendengar ceritaku. Sebenarnya aku aga risih karena pasti bagian punggungku bagian atas bisa terlihat olehnya. Dan seperti biasa, karena datang dengan mendadak jadi aku saat ini masih braless alias dia bisa melihat puting payudaraku yang sedikit menyembul dari baju tidur berbahan sutera ini. Kenapa harus merasa risih padahal dia sudah pernah melihat seluruh tubuhku? Bedanya aku saat ini bukan untuk menggodanya, itu. Hey kawan, bahkan perempuan jalang pun tidak sudi disebut jalang jika bukan dengan pelanggannya.

Aku bergabung bersama Ardi sambil menyantap nasi goreng yang masih hangat. Bukan sesuatu yang special sebenarnya, tapi ketika kamu melihat orang yang kamu cinta tidak protes saat mendapati mu tidak dengan make up dalam kondisi baru saja bangun dari tidurnya, menurutku itu sebuah kebahagiaan. Betapa pasanganmu menerimamu apa adanya, bukan bagaimana dadanya.

Sambil terus asik mengobrol tiba-tiba,

“sayang itu dibenerin, kamu lagian bukan pake baju” katanya sambil menunjuk pada baju tidurku yang ternyata memberi ruang pada sebagian payudaraku untuk terlihat dan menampakan belahannya.
“ya kamu datengnya cepet amat, kan kata aku juga nanti dikabarin” kataku sambil berusaha memperbaiki bajuku. Aku menaikan bagian depannya.
“ya maaf, lagian kamu lama balesnya. Yaudah aku langsung kesini aja.” Belanya
“kan udah aku bilang aku cape banget, huhu” jawabku sambil memoyongan bibirku.

Karena bagian depannya yang ku paksakan untuk menutup dada, ternyata tali baju tidur ku malah melorot ke samping karena licin. Alhasil pundakku sebelah kanan bisa terlihat jelas.

“sayang ganti baju dulu sana, udah gak pake bh, kalo aku perkosa gimana, bikin nasfsu aja pagi-pagi” katanya sambil mencoba memalingkan muka saat tau tali bajuku tersingkap.
“hahah, tanggung sayang. Lagian kaya berani aja merkosa aku. Aku bukain celananya aja gak mau, apalagi merkosa” balasku sambil menaikan kembali tali bajuku
“haha, iya sih. Tapi kan kita udah lama juga ya. Jadi pengen nenen” jawabnya dengan langsung tertawa keras.

Aku acuh meninggalkannya. Ada rasa yang tiba-tiba muncul. Kata perkosa dan nenen perlahan membawaku pada kenangan kenikmatan saat lidahnya menari diputing payudaraku. Sensasi lidahnya pada klitorisku perlahan membuat birahiku naik. Haruskah kita melakukannya sekarang?

Setelah aku membereskan piring dan bekas memasakku, aku mengambil minum dari kulkas dan kembali duduk di meja makan.

“sayang, udah ih sana mandi terus kita berangkat” ucapnya saat aku terlihat mengulur waktu
“iya sabar sih, tapi aku mau minta tolong dulu” kataku membalas perintahnya
“tolong apaan yang?”katanya serius
“coba deh kamu geserin kursi kamu, biar gak rapet sama meja makan” kataku mulai beranjak beridiri menuju ke samping kursinya.

Setelah dia menggeser duduknya, ada sedikit ruang untuk aku kewat didepannya.

“aku mau inta tolong, perkosa aku dong” kataku sambil aku duduk dipangkuannya dengan menghadapnya.
“haha, ih serius sayang udah sana mandi” katanya masih mengelak nafsu yang ku tau sudah menguasai dirinya.
“dasar munafik kamu yang” aku langsung mencium bibirnya.

Kami langsung berciuman. Aku suka sekali posisi seperti ini. Aku berada diatas dan seperti otoriter. Tangannya mulai meremas payudaraku yang masih terbungkus baju tidurku. Karena berbahan sutera jadi setiap remasannya begitu terasa. Sesekali dia mencubit putingku.

Kami melepas ciuman kami. Saling bertatapan. Mata kami buram, tertutup oleh nafsu.

“boleh aku dari dalem?”tanyanya sambil meremas payudaraku dari luar.
“gak boleh” jawabku singkat.
“dih kenapa yang?” tanyanya sambil sesekali mencium payudaraku dari balik baju.

Aku langsung membuka baju tidurku. Aku buang bajunya ke lantai. Seketika payudaraku terlihat jelas. Payudara putih dengan pembuluh darah yang terlihat karena putihnya kulitku. Dengan puting yang kecil dan agak merah muda membuat siapa saja akan tergoda.

“gak boleh dari dalem, langsung aja sayang”

#
 
Sejauh ini mantul ...

Masih belum ketebak arah ceritanya
I'm penasaran hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd