Setelah pendakian itu, kami memutuskan untuk tidur. Aku hanya memakai celana dalam dan Ardi telanjang. Katanya, ini adalah salah satu impiannya untuk bisa tidur telanjang denganku. Tanpa melihat jam, aku langsung tertidur.
Namun tiba-tiba aku terbangun ketika aku merasakan geli. Rasanya seperti payudaraku ada yang menjilati. Aku membuka mata dan kulihat Ardi sedang sibuk menyedot kedua payudaraku secara bergantian. Kembali aku harus menggelinjang dan nafsuku perlahan mulai bangkit.
Tubuh telanjang Ardi menindihku. Dalam keadaan masih mengantuk sesekali aku mendesah saat giginya beradu gemas pada puting payudaraku.
Perlahan namun pasti lidah Ardi mulai menelusuri setiap lekuk liku tubuhku. Tanpa rasa jijik dijilatinya ketiakku yang bersih mulus, karena aku memang rajin mencabuti bulu ketiakku. Rasanya geli luar biasa diperlakukan seperti itu. Lidahnya yang basah dan panas seolah-olah menggelitik ketiakku. Setelah puas menjilati kedua ketiakku bergantian, lidahnya mulai menelusuri tubuhku bagian samping ke arah bawah. Sekarang pinggangku dijadikannya sasaran jilatannya. Aku semakin tak mampu menahan diri.
Karena bukan hanya itu rangsangan yang diberikannya. Tangannya yang nakal ternyata tak tinggal diam. Ditangkupkannya telapak tangannya yang besar ke bukit kemaluanku masih tertutup celana dalam yang sepertinya sudah mulai lembab. Lalu dengan gerakan lembut diremas-remasnya bukit kemaluanku.
Beberapa saat kemudian sambil bibirnya menjilati perut bagian bawahku, jari jari Ardi mulai bergerak menyusuri celah hangat di antara bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Jarinya bergerak sepanjang celah itu dari atas ke bawah hingga menyentuh lubang analku. Dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kemaluanku jarinya mulai dimasuk-masukkan ke dalam lubang analku hingga lubang analku kurasakan mengedut-ngedut.
Tanpa meminta persetujuan dariku, Ardi membalik posisi tubuhnya. Wajahnya sekarang menghadap ke selangkanganku dan selangkangannya pun dihadapkannya ke wajahku. Sekarang penis Ardi yang sudah sangat keras menggantung di atas wajahku. Uratnya yang seperti tali kelihatan menonjol sepanjang batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan. Tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu mengganjal tepat di bibirku. Rupanya Ardi menginginkan batang kemaluannya kujilati seperti tadi. Aku pun membuka bibirku dan dengan lembut mulai menjilati ujung batang kemaluannya yang mengkilat. Tubuhku pun tersentak dan tanpa sadar pantatku terangkat ke atas saat Ardi mulai menjilati vaginaku. Bibirnya dengan gemas menyedot labia mayoraku lalu disisipkannya lidahnya ke dalam bibir kemaluanku.
Saking gelinya tanpa sadar kedua kakiku menjepit kepalanya untuk lebih menekankan wajahnya ke selangkanganku.
Tubuhku semakin menggeliat liar saat lidah Ardi mulai menggesek-gesek klitorisku yang rasanya membengkak dan berdenyut-denyut seolah mau pecah. Mataku sudah membeliak hampir terbalik. Aku merasa hampir mengalami orgasme lag. Namun saat desakan di bagian bawah perutku hampir meledak tiba-tiba Ardi menjauhkan bibirnya dari selangkanganku. Aku kecewa sekali rasanya. Orgasme yang hampir kuperoleh ternyata menjauh lagi. Ternyata ini memang taktik agar aku penasaran.
Ardi mengubah posisi lagi. Kini wajahnya menghadap ke wajahku lagi. Tubuhnya ditempatkannya di antara kedua pahaku yang memang sudah terbuka lebar. Kemudian bibirnya mencium bibirku dengan lembut. Akupun membalasnya. Lidah kami saling berkutat. Sementara itu tubuh bagian bawah penisnya mulai menekan selangkanganku. Hal ini kurasakan dari tekanan batang kemaluannya yang terjepit bibir keamaluanku, walaupun belum masuk ke dalam liang kemaluanku.
“yang, aku masukin ya” pintanya
Aku tidak menjawab. Hanya angguka tanda persetujuan. Aku gemetar luar biasa ketika merasakan kepala batang batang kemaluan itu mulai menyentuh bibir vaginaku. Lalu dengan perlahan digoyangkanya pantatnya hingga batang kemaluannya mulai menggesek celah bibir kemaluanku. Hal ini berlangsung beberapa saat dengan irama yang teratur seperti pemain biola yang menggesek biolanya dengan khidmat. Ardi lalu memegang penisnya dan dicucukannya ke celah-celah bibir vaginaku yang sudah sangat licin. Dengan pelan didorong pantatnya hingga akhirnya ujung penisitu berhasil menerobos bibir kemaluanku.
Aku menggeliat hebat ketika kepala penis itu mulai menyeruak masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi perlahan namun pasti ada rasa nikmat yang baru kali ini kurasakan mulai mengalahkan perihnya selangkanganku. Perlahan namun pasti Ardi terus menerus mengayunkan pantatnya. Aku merasakan bibir vaginaku mulai melebar, menerim atamu yang selama ini aku nantikan untuk hadir memenuhi rongga hampa itu. Sedikitdemisedikit penis Ardi mulai masu ke dalamnya. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami sesekali berpagutan. Ada rasa perih bercampur nikmat saat panis Ardi mencoba masuk lebih dalam. Perlahan perih itu berganti nikmat yang tentu akan menghasilkan cairan pelicin di liang vaginaku.
“sakit yang?” tanyanya melihatku yang meringis
“enakkhh, pelan aja tapi yanghh” jawabku sambil sedikit mendesah
Perlahan tapi pasti penis itu melesak ke dalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang batang kemaluan Ardi yang cukup besar itu. Ada rasa pedih menghunjam di perut bagian bawahku. Aku merasakan ada sesuatu yang sobek dibawah sana. Apakah itu selaput daraku? Secara reflek air mataku mengalir. Entah akupun bingung. Antara perih dan senang. Melihat aku menangis, Ardi menghentikan gerakannya.
“ehh kenapa yang? Sakit ya?’ tanyanya
“gak apa-apa sayang. Pelan-pelan masukinnya. Perih” jawab ku
“yaudah gak usah dilanjutin yang, kamu kasian kesakitan” Ardi kembali berbicara
“jangaaan, tanggung yang. Coba kamu goyangin pelan-pelan” kataku
Rasanya aneh. Seketika rasa nikmat menggantikan rasa sakit yang tadi menghentakku. Kurasakan batang penisnya mengedut-ngedut dalam jepitan liang vaginaku.
Kemudian dengan perlahan sekali Ardi mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kemaluannya menyusuri setiap inci liang kemaluanku. Perlahan rasa perih itu berubah menjadi nikmat sekali rasanya. Ardi kemudian menurunkan badannya, mengulum payudaraku yang sudah menegang. Cumbuan Ardi cukup ampuh membuatku melupakan rasa perih itu. Semakin Ardi menggoyangkan pinggulnya semakin aku mengeluarkan cairan pelumas pada liang vaginaku.
Kudengar Ardi mendengus tanda birahinya sudah mulai meningkat. Gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam jepitan liang kemaluanku. Aku merasakan betapa batang kemaluanya yang keras sesekali menggesek-gesek klitorisku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kemaluannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Ardi yang menarik batang kemaluannya dengan tidak beraturan
Napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Ardi dengan menggoyang pantatku. Semakin lama, genjotannya semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Benar kata orang, pertemuan antara dua daging ini sungguh nikmat sekali.
Goayangan Ardi sudah semakin leluasa meski masih tak beraturan. Rasa perih yang tadi sempat menguasai vaginaku kini berubah menjadi rasa geli nikmat yang seakan tak berujung. Rasanyaberkali lipat dari jilatan lidah Ardi atau gesekan batangnya di antara bibir vaginaku. Ardi semakin mempercepat goyangnya saat vaginaku rasanya semakin licin.
“aahhhh saayanggghhhh aakkkuuu keluuarhhh” Ardi berkata sambil terbata menahan nikmat
Lima sodokan setelah Ardi berkata demikian penisnya dihujamkan ke dalam vaginaku. Rasanya seperti ada yang menyentuh mulut rahimku. Ku rasakan penisnya berkedut disusul dengan ada cairan hangat yang membanjiri liang kemaluanku.
“oohhhhhhh ohhh ohhhh” Ardi mendesah
Tangannya gemetar menumpu badannya yang tersapu gelombang kenikmatan. Aku agak kecewa sebenarnya karena kenikmatan yang baru saja ku dapatkan ternyata tidak bertahan lama. Tapi aku pernah baca jika laki-laki yang masih perjaka pasti akan cepat orgasme saat pertama kali berhubungan badan. Penisnya belum terbiasa menerima rangsangan dari pasangannya. Tapi aku berharap Ardi tak selemah itu. Sebab saat kami pacaran dulu dia sulit sekali orgasme.
“maaf ya sayang, aku gak tahan jadi aku masukin aja semua” katanya
“gak apa-apa sayang, enak yang? Cepet banget keluarnya?” tanyaku sambil mengelus dadanya
“sumpah yang, rasanya lebih dari paskita pacaran, geli terus basah gitu” jelasnya
“yaudah cabut yang, udah kecil kan lagian” kataku sambil melihat selangkangan kami yang menyatu
Seketika ada cairan keluar dari vaginaku saat penis Ardi keluar. Banyak sekali. Cairan pink yang menandakan diriku sah melepas keperawanannku dengan Ardi. Darah akibat robekan selaput darahku bercampur dengan sperma Ardi.
Setelah pertarungan itu, kami memutuskan kembali tidur. Ada rasa bangga pada diriku karena bisamenjaga keperawananku sampaipadatitik ini. Meski secara fakta kami beberapa kali hampir kecolongan, tapi nyatanya kami sanggup melakukannya. Darah itu menjadi pembuka gerbang naluriku sebagai wanita dewasa. Kini seks bukan lagi hal yang tabu bagiku. Sejujurnya memang sejak dulu aku mendambakannya, namun karena adat ketimuran kami harus menundanya. Aku bangga pada Ardi. Dia sanggup menahan iman meski kadang godaan lebih banyak datang. Dari sisi liarku, ingin sekali aku menjadi muara fantasi seksnya. Aku siap menjadi mainannya, budaknya, pemuas nafsunya.
Setelah kami membereskan sisa pertarungan semalam, kami bergegas menuju toko peralatan rumah. Kami memanfaatkan uang hasil pemberian tamu undangan untuk membeli kebutuhan rumah tangga kami. Meski di bawah sana rasanya masih ada yang mengganjal dan sedikit perih, namun aku bahagian karena aku kini sepenuhnya miliknya. Siang itu kami mengulangi lagi. Mendaki kenikmatan untuk membiasakan kelamin kami dalam menggapai puncak orgasme. Siang itu Ardi tampil lebih perkasa. Dia mampu bertahan saat aku dengan beringasnya menggoyang penis itu di vaginaku dari atas.
“yang, enak banget ya jadi penganten baru haha” katanya sambil membelai rambutku
“hahaha untung kita sabar ya. Kalo kita ngelakuinnya pas pacaran, jadi gak seru kayaya” kataku
“kan katanya aku boleh make kamu kapan aja kan?” tanyanya ragu
“kenapa emang yang? mau tiap hari? Haha” aku menantang
“haha bukan. Aku gak bermaksud apa-apa sih. Cuma aku punya fantasi aja” katanya ragu
“fantasi apaan yang? Aku juga sebenernya ada sih pengen nyoba gitu” kataku malu
“kamu emag punya fantasia apa yang?” Tanya
“gak mau. Kamu dulu” jawabku
“yaudah. kalo kamu gak mau juga gak apa-apa sih. Tapi aku takut” Ardi menahan
“yaudah kasih tau dulu” kataku tegas
“yaudah, maaf ya. Aku pengen banget maen tapi kamu ake kerudung gitu yang. Maaf sih. Tapi aku punya fantasi gitu sih. Jadi kerudungnya dipake tapi bawahnya telanjang” Ardi bersuara
“hahaha kok bisa sih yang kepikiran gitu?” tanyaku penasaran
“ya gak tau yang. Kamu tuh alim tapi kaya doyan gitu sama seks gitu.apalagi kalo aku keluarinyya di muka kamu gitu, duhhh kan jadi ngaceng lagi negbayanginnya haha” katanya menjelaskan
“gak mau kalo dimulut. Apaan kali” aku menjawab
“yaudah sekarang fantasi kamu apaan yang” Ardi penasaran
“haha jangan marah ya. Aku pengen banget kita seharian maen. Jadi telanjang gitu yang seharian. Terus aku juga pengen maen dihalaman belakang rumah kita. Kayanya kalo ngwee di alam liar tuh enak gitu suasannya, duh aku juga jadi mau lagi” kataku malu
“dasar kamu yang. Yaudah gampang deh itu mah. Sekarang mah kita maen yang bisa aja dulu. Masih mau gak? Heheh” Ardi menggoda ku
“ya mau lah yang hahah” kataku bersemangat
“mau apa yang?” Ardi kembali menggoda
“mau kontol Ardi dimasukin ke memek Nadia. Mau dientotin sampe enak. Mau di crot di dalem. Nadia pelayannya Ardi” kataku bermanja
“sumpah yang, aku bikin kamu lemes dah. Sini aku kontolin memek kamu yang enak itu”
TAMAT