Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

Bimabet
CHAPTER 21



Begitu mobil ku parkir, aku diam saja. Sekedar hanya pancingan doang sih sebenarnya.

Rupanya.... Azizah menangkap mata umpan pada pancinganku ini, dan sepertinya ia mengerti, malah sangat mengerti maksudku. Kini tangannya menyelusup masuk dan mengocok si kodir brekele dengan cepat.

Nikmat banget sih sebenarnya. Dan sebenarnya pula, aku masih enggan buat berhenti dari kegiatan kocok mengocoknya itu. Cuma sekarang bukan saatnya menikmati hanya sekedar kocokan semata. Saat ini waktunya buat memberinya pembalasan.

Maka dari itu, segera saja ku tarik lengan Azizah keluar dari dalam celana. Dan ku geser posisiku ke samping, setelahnya ku tarik tuas di jok samping agar posisi jok adik iparku ini langsung terjatuh ke bawah, membuat posisinya ikut kebawah, dan kini ia sudah rebahan. Telah siap buat ku geranyangi tubuhnya malam ini.

“Kak Ar ihhhh, Hhhhhh… Apa-apaan sih kak?”

Tanpa mengindahkan protesnya, aku lantas menaikkan gamis terusannya ke atas, dan menunjukkan celana dalamnya. Sedangkan hijab beserta khimarnya ku biarkan saja di situ tanpa ingin menanggalkannya. Sepertinya asyik nih, menyetubuhi akhwat bercadar dengan penampilan lengkapnya seperti ini. Birahiku semakin terbakar, mengingat imaginasiku semakin dan semakin liar saja.

Sejurus kemudian, ku tarik dengan cepat celana dalamnya. Aku berpindah ke samping dengan melangkahi consule box di tengah-tengah. Memang agak sempit sih tempatnya, tapi tidak mengurangi kecepatan gerakanku untuk menaklukkan akhwat ini.

Setelah berada di atasnya, ku tarik mengangkang sepasang pahanya, lalu ku turunkan sedikit celana pendek berbahan spandekku ini, hingga keluar lah ‘penisku yang ku beri nama Kodir’.

Dia senang bernganu-nganu, sambil bergoyang-goyang.

Kodir.... guk guk guk.

Mengacung.... guk guk guk.

Ayo kita kentu.

Loh he? Kok malah nyanyi lagu anjing kecil sih? Hahaha, oke skip.



Selanjutnya, kutempelkan penisku yang telah tegang maksimal di bibir vaginanya. “Ada permintaan terakhir sebelum ku hajar memekmu, adik iparku sayang?” tanyaku menggeram.

Azizah malah lantas menatapku dengan tatapan penuh kehasuan ingin di hajar, sembari menggigit bibir bawahnya. Suasana yang singkat ini sangat didominasi oleh birahi. Dapat ku lihat lendir yang mengkilap dan mengintip dari celah garis kelaminnya.

“Hajar ajaahhhhhh memek adik iparmu ini kak…. gak usah banyak ngom…… Aaaakkhhh……”



Zlebb….!!!



Ku tancapkan sesegera mungkin batangku sebelum Azizah menyelesaikan kata-katanya. Matanya melotot memandangku dan bibirnya tergigit. Aku tidak peduli apakah vaginanya sudah licin atau belum. Yang aku tahu, aku telah dilecehkan dari siang hingga malam ini, dan aku punya dendam yang harus diselesaikan. Segera ku serang Azizah dengan cepat.

“Oohhhhh…. Ahhh…. Ahhh…… Ahhhh….. akhirnya…. ohhh akhirnya, adek bisa lagi ngerasain kontol kakak……”

Azizah meracau seiring genjotanku dengan cepat. Misi ini adalah misi balas dendam, bukan misi bercinta atau misi memuaskan. Aku tidak berniat orgasme kali ini, karena tujuanku hanya satu, yaitu Azizah harus tahu rasanya disiksa oleh birahi yang tak terpuaskan. Ku arahkan jempol dan telunjuk kananku di vaginanya yang semakin becek. Perlahan ku pilin klitorinya dengan gerakan memutar.

Azizah melengkung dan melolong,



“Aaaaooookkkhhhh…. Arrrrhhhgggg…… Mantthaaapppp……. kakakkkkshhhh…. Ooohhhhhh”

Bentuk pakaiannya semakin tidak karuan. Ku percepat genjotanku seiring himpitan celah vaginanya yang semakin kencang. Azizah melilitkan kakinya di pinggangku pertanda orgasmenya akan datang. Luar biasa, padahal belum dua menit aku menggarapnya. Mulutnya menganga dan matanya terpejam rapat tanda jika ia sedang berada di ambang gerbang orgasmenya. Ku pilin lagi klitorisnya kali ini disertai cubitan ringan.

“Kakkkshhh Arrrrr…… Aku mau dapppetttthhhh……”

Azizah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kencang. Dan ketika tubuhnya mulai tersentak, dengan cepat ku cabut senjataku.



Plop

“Kaaaaakkkkkkkkkkkkkshhhhh…. Ahhhhhhhhh….!!!!!!”

“Ahhhhh.... Ahhhhhhhhhhh..... nyangkutttttttshhh” Tubuh Azizah menggelepar-gelepar seperti cacing kepanasan. Kalian bisa membayangkan bukan, bagaimana kondisi adik iparku ini, di saat sedikit lagi, nyaris mencapai orgasmenya, tiba-tiba aku menghentikan. Malah parahnya, aku mencabut kemaluanku dari liang basahnya itu.

Bukan hanya itu saja....

Aku pun segera bangkit dan langsung melompat ke samping, ke jok kemudi, di iringi tatapan nafsu, tubuh yang masih menggelepar adik iparku ini.

Tapi, aku mengacuhkan.

Rasakan pembalasanku.

Dengan santai ku masukkan penisku dan menarik celanaku.



Beres.



“Ayo kita lanjut…. Ntar mereka bakal curiga kalo kita lama-lama di sini” kataku melirik ke Azizah. Namun entah mengapa mukanya begitu menakutkan. Nafsunya yang hampir meledak tertahan di ubun-ubunnya. Dia seakan-akan ingin melahapku hidup-hidup. Tapi sekali lagi aku cuek saja menanggapi tatapan amarahnya itu.

“Bangkek kamu, kak…. bangsadh kamu kak”

“Hush. Kamu ini, bercadar tapi mulutnya malah kayak habis ngunyah cabe sebaskom. Haha” kelakarku.

Tapi rupanya, aku belum siap di saat serangan tiba-tiba datang dari adik iparku ini. Tangannya secepat kilat menurunkan celanaku beserta celana dalamku hingga penisku yang masih tegang mencuat keluar.

Bukan hanya itu saja, seakan tercucuk hidungku seperti kerbau saja, tak mampu melakukan apa-apa, tiba-tiba Azizah sudah berpindah melewati consule box dan segera memposisikan dirinya di atasku sembari mengangkang.

“Wow…. apaan nih…” seruku kaget karena tidak menyangka aksi adik iparku ini sangatlah cepat dan bringas.

Secepat kilat Azizah menunggangiku dan mengarahkan celahnya ke senjataku yang memang masih menegang maksimal. Tanpa banyak suara langsung ditekannya pantatnya turun.

“Oooohhhhhh……….. kaaakkk” desah Azizah sambil menggigit bibir bawahnya seiring merengseknya batangku ke dalam celahnya yang telah sangat becek.

Azizah menggoyang-goyangkan pantatnya dengan liar di atas tubuhku. Karena tempatku saat ini amatlah sangat sempit, pada akhirnya tangan kananku dengan sendirinya bergerak untuk menarik tuas, agar jok ke belakang, serta langsung terebahkan ke belakang beserta tubuhku.

Mau tidak mau perasaan dendam tadi berubah menjadi perasaan nikmat. Aku mengaku kalah pada syahwat yang menguasai kami malam ini.

Azizah terus bergerak sambil terus meracau. Ku telusupkan tanganku ke dalam gamisnya. Dadanya masih tertutupkan Bra. Aku sengaja tidak membuka branya, hanya menyampirkan begitu saja hingga jariku bebas untuk melakukan apa saja di dalam sana.

Ku plintir kedua putingnya hingga Azizah kelojotan. Dia orgasme.

“Arrrrhhhhh…. Aaaakkkkhhhhh……. akhirnyyaaaaaaa Dapppeettthhhhhhhh juga…. Ooohhhhh…..”

Azizah tumbang di atas tubuhku tapi tetap menggoyangkan pantatnya. Goyangannya sangat nikmat hingga ku rasa orgasme yang tadi tidak ku impikan kini semakin mendekat. Ku peluk tubuhnya lalu ku sodok dengan gerakan sangat cepat dari bawah.

“Aaahhhhhhh………. Ennnaakkkkhhhhh…….”

Suara tungkai dan paha kami yang beradu kencang memenuhi kabin dalam mobil.

Aku juga sangat menikmati penampilan wanita yang menunggangiku ini. Karena wajahnya hanya menunjukkan di bagian mata saja, serta kepalanya masih berkerudung, membuat sensasi yang berbeda dan baru kali pertama ini ku rasakan kenikmatannya yang benar-benar amat sangatlah dahsyat.

Azizah menjambak rambutku tetapi itu tidak membuatku mengendurkan kecepatanku. Ku konsentrasikan pernafasanku di dada dengan tempo pernafasan yang cepat. Cara ini bisa mempermudahku orgasme.

“Arrrrhhhhh…. Uuuuuuuggghhhhhh…. kakkkshhh adekkk mau dapppettt lagggiiiiihhh……”



Namun…..

Bangkeeee....

Siallll....

Tiba-tiba saja semuanya berhenti senyap di saat dari kejauhan sana, aku melihat adanya cahaya yang ku tebak adalah senter. Itu artinya ada orang yang bakal melewati mobil ini. Apalagi jika mereka menyenter ke arah mobil, sudah pasti persetubuhanku ini bakal ketahuan oleh mereka.

Dengan sigap dan secara spontan, aku memaksa agar Azizah melepaskanku. “Ada orang di depan sana dek. Buruan ke samping” begitu ujarku.

Dan mau tak mau, Azizah pun segera mengikuti perintahku. Melompat secepat kilat ke samping, lalu memperbaiki gamisnya yang sempat aut-autan.

Ahhhhhh….

Lagi-lagi aku gagal orgasme malam ini.

Dan setelah semuanya beres, serta orang-orang yang mengenakan senter mulai mendekat, mulai mengarahkan cahaya senternya ke arah mobil, akupun menjalankan mobil dan serta menyalakan lampu, hinga lampu mobil dan lampu senter saling beradu. Itu artinya, pandangan mereka akan silau dan tak akan mampu mengenali siapa orang yang berada di dalam.

Ku jalankan sesegera mungkin mobil untuk secepatnya meninggalkan tempat ini.

Azizah di sebelahku, hanya nyengir saja, ahhh, dia mah enak, udah orgasme meski hanya sekali saja. Lah aku? Gagal maning… gagal maning.

Harapanku cuma satu. Aku tak boleh lagi ceroboh seperti tadi, biar kejadian salah sasaran tak akan terjadi untuk kali ketiga.

“Hampir saja ketahuan ya kak”

“I… iya” balasku masih mencoba meredakan birahiku.

“Maaf ya. Kakak belum ya?”

“Iya, tapi gak usah di pikirkan”

“Hehehe, iya deh. Tapi, kalo kakak mau lanjutkan hayo. Mau dimana, adek bakal ikut.”

Aku menggelengkan kepala, “Gak usah dek. Ini adalah peringatan buat kita. Jika kita berdua masih nekat maka percayalah, akan ada kejadian yang tak akan kita kira nantinya, atau mungkin saja, kita berdua bakal ketangkep sedang asyik masyuk ama warga. Kalo sudah begitu, kita gak bakal bisa lari dari amukan keluarga juga bukan?”

“Iya sih kak”

“Makanya, kamu itu jangan pernah mancing-mancing lagi deh. Kan bukannya di telfon, kamu sudah ingetin kakak buat jangan berbuat aneh-aneh selama di sini, lah, justru kamu sendiri yang melanggarnya, kamu sendiri yang sejak siang tadi memancing kakak buat melakukan hal tersebut”

“Habisnya. Hihihi, adek gak tahan pengen ngerasain di setubuhin ama kakak lagi, ayah kandung anakku di dalam sana.”

“Fiuh. Iya sih, sejujurnya kakak juga kangen pengen gituan terus ama kamu, tapi kan, emang kondisinya lagi tidak memungkinkan banget”

“Hmm, kak, kalo kakak mau, besok kita keluar pagi-pagi yuk. Cari alasan apa kek biar kita shorttime aja. Gimana?”

“Kamu ini. Bener-bener deh liar banget” ujarku yang masih fokus menyetir, sembari tangan kiriku lantas mengusap kepala berkerudungnya itu.

“Hanya sama kakak aja Azizah kayak gini, sumpah Demi Allah. Bahkan ke bang Rafiq aja Azizah gak kayak gini” balasnya menunduk. Aku merasa bersalah telah mengatakan hal itu padanya.

Maka aku semakin mengusap kepala adik iparku ini seraya mengatakan, “Iya dek. Kakak percaya, dan alhamdulillah, serta terima kasih, karena sudah seperti ini ke kakak”

“Iya kak. Karena Azizah sayang banget ma kak Ar”

“Sama”

Azizah lantas melepaskan tanganku, dan menoleh menatapku. “Kakak mencintai Zizah?”

Aku mengangguk. “Sangat mencintaimu”

“Kak. Kalo kita nikah sirih gimana?”



Waduh!



“Gila kamu… janganlah. Entar ketahuan malah tambah parah dek”

“Hehe, dari pada kita berzinah melulu kayak gini, kan nikah sirih buat menjauhkan kita berdua dari perbuatan zinah”

“Kalo mau jauh dari zinah, yah harus berhenti melakukan kegilaan ini, dek” balasku.

“Emang kakak ikhlas menghentikan ini semua?”

Aku lantas menoleh sebentar padanya, entah mengapa, secara spontan kepalaku menggeleng. “Kakak gak mau menghentikannya. Kakak mencintaimu” ungkapku dengan sungguh-sungguh.

“Makasih banyak kakak. Sudah jujur ke adek”

“Jadi menurut kakak, mending kita kayak gini dulu, sampai nanti. Kita juga gak tahu kedepannya kayak gimana kan?”

“Iya sih”

Kami saling senyum, saling bersitatap sesekali, kemudian tangannya ku raih untuk ku genggam dan kembali fokus buat nyetir.

Tak lama kemudian, adik iparku tiba-tiba bersuara.

“Btw, awas loh yah. Kalo kakak sampai apa-apain kak Nira gara-gara kejadian kirim foto penis kakak. Haha”

“Aish di bahas lagi”

“Habisnya kakak ceroboh sih.”

“Kamu dan sudari kembarmu itu sama. Sama-sama biang kerok. Coba aja kamu gak usilin kakak siang tadi di lotte mart, serta kakakmu si Azita juga tidak menolak ajakan ngewe dari kakak sejak kemarin, pasti gak bakal ada kejadian kayak tadi”

“Yah maaf deh. Gak sengaja” balas adik iparku lagi sambil terdengar cengengesannya dari balik khimarnya.

“Apanya yang gak sengaja.”

Dan akhirnya kami berdua tertawa bersamaan, sesaat sebelum tempat beli martabak dan beberapa pesanan lainnya sudah tampak di depan sana.







Azizah lah yang turun buat beli semua pesanan. Sedangkan aku hanya menunggu di mobil sambil bermain game pada ponseku.

“Udah?” tanyaku saat Azizah sudah kembali dan membawa beberapa kantongan kresek.

“Udah tuh” balasnya sembari menunjukkan belanjaannya padaku.

Baru juga ingin ku jalankan mobil, tiba-tiba ponselku bergetar.

Ada pesan masuk.

Rupanya pesan WA dari istriku.

“Kok lama banget beli makannya ayah? Udah lapar nih”

Tepok jidat. Dengan cepat ku balas pesan istriku. “Sabar napa bun... ini baru kelar, udah mau jalan pulang”

Selesai itu ku taruh HP ku kembali di samping begitu aja.

“Siapa kak?” tanya Azizah.

“Azita. Nanyain kok lama banget”

“Untung tadi kita gak lanjut ngewe ya. Hahaha, kalo ladenin nafsu kak Ar, gak bakal cepat. Bakal makin lama lagi kita pulangnya” balas Azizah.

“Iya sih”

“Tapi… uh emang bener-bener kak Ar perkasa banget. Kalah jauh ama suami adek. Jadi pengen tukar suami aja ama kak Azita”

“Dasar ngawur. Kakak yang gak mau istri kakak jadi ama Rafiq. Enak aja”

“Hahahaha…. Tapi, untuk setubuhi istri Rafiq, tentu saja keharusan bagiku juga” ku lanjutkan ucapanku, sembari tersenyum dan mengecup kening wanita ini dengan penuh sayang.

“Trus kalo istri kakak di setubuhi ama suami adek, gimana?”

“Gak. Kakak gak mau. Maklum, ego laki-laki lebih tinggi dari ego perempuan, dek”

“Dasar. Mau menang sendiri”

“Biarin….”

“Tapi… kalo….” belum juga adik iparku melanjutkan ucapannya, aku menyela.

“Jauhkan pemikiranmu buat tukar pasangan, atau sejenisnya. Kakak tidak mau berbagi wanita kakak dengan laki-laki lain. Titik. Bahkan nih yah, kalo kakak punya kemampuan, kakak bakal meminta kamu dari tangan Rafiq biar jadi bini kakak juga, tapi kan itu mustahil terjadi.”

“Iya sih kak. Yahh begitulah laki-laki”

“Sama dengan Rafiq. Mana mau dia, kalo bininya ada yang setubuhi. Kalo dia sampai tahu apa yang kita perbuat, mungkin saja dia bakal ambil samurai lalu membelah dua tubuh kita berdua. Hahahaha”

Akhirnya adik iparku tertawa mendengar candaan recehku barusan.

“Yuk ah… kita lanjut jalan” kataku saat kami berhenti tertawa.

“Ya udah ayo kak”

Akhirnya aku pun menjalankan mobil pulang ke rumah dengan perasaan yang sekali lagi kembali ‘Kentang’. tepok jidat. Satu niatan tercipta dalam pikiran ini, malam ini, aku harus menuntaskan birahiku. Aku harus keluarkan spermaku, entah dengan bantuan istri atau dengan tanganku sendiri. Pokoknya aku harus dan harus mengeluarkannya malam ini juga. Titik.



BERSAMBUNG CHAPTER 22
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd