Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 18



“Eh kalian berdua pada mau kemana?” satu seruan lembut terdengar di belakang, dari arah rumah utama saat aku berjalan lebih dulu menuju ke mobil Innova putih milik pak Pandu. Sedangkan Azizah, adik iparku berjalan di belakangku.

Aku menoleh.

Rupanya Nira, kakak iparku itu yang memanggil.

“Mau ke metro superindo, kak” Azizah yang jawab.

“Oalah kalo gitu kakak ikut ya, pengen beli sesuatu juga nih, mana bang Anton udah molor. Hadeh”

Ahhh! Alhamdulillah, terima kasih Nira, engkau telah menyelamatkan hidupku dari sang betina predator ini. Tepok jidat. Tapi, jika boleh jujur sih, bohong banget rasanya jika aku harus menolak tegas ajakan Azizah adik iparku ini untuk pergi berduaan saja dengannya. Apalagi istriku benar-benar tak beradab malah membiarkan adiknya pergi dengan suaminya.

Andai ia tahu kejadian yang sebenarnya kala itu, mungkin saja bukan hanya melarang, dia bakal berubah menjadi sang pengekeksekusi mati terpidana mati - it’s me, telah siap dengan katananya yang telah di hunuskan dari sarungnya. Halah! Aku kayaknya kebanyakan berimaginasi gak jelas deh.

“Eh kak, mau beli apa, biar Zizah yang beliin.”

Waduh! Bener-bener nih betina, keliatan banget kalo lagi ngebet banget minta di siram tanamannya yang sepertinya sedang gersang-gersangnya.

“Gak ah, ntar salah beli lagi… dah aja kakak ikut aja. Gak apa-apa kan Ar?” Nira malah bertanya padaku.

Tentu saja aku mengiyakan, karena aku juga tak memiliki alasan yang jelas buat menolaknya, “Iya gak apa-apa, kalo mau ikut hayo”

Begitu mendengar ucapanku barusan, aku melirik ke arah Aziah. Dari matanya karena sebagian wajahnya telah di tutupi khimar, tampak jelas jika di balik khimarnya, ekspresinya sedang cemberut.

“Ya udah, wait aku ambil dompet di dalem rumah dulu” ujar Nira.

Di saat wanita itu masuk ke rumah, Azizah langsung menatapku penuh kemurkaan. “Ihh kak Ar, gak peka amat sih jadi cowok” gumamnya, lebih ke berbisik. Ku respon dia hanya dengan cengegesan saja.







Jadilah aku kini membawa dua akhwat bercadar dalam mobil meninggalkan rumah.

Sayangnya, mereka berdua malah duduk di belakang, di jok tengah, membiarkan aku hanya duduk sendiri di depan, di belakang kemudi. Hadeh!

Di mobil, karena kebetulan Azizah duduknya di sisi kiri, jadinya dari spion tengah aku dengan mudah melihat sorot matanya yang masih seakan ngambek atas keputusanku karena telah membiarkan kakak sulungnya itu untuk ikut bersama kami.

Sedangkan Nira selama di perjalanan, hanya diam saja. Seakan-akan ia menjaga sikap di dekatku.

Seperti yang ku ceritakan juga pada kalian, jangan berharap, akan adanya kejadian aneh-aneh dengan kakak iparku ini. Karena mustahil, amat sangat mustahil buat ku taklukkan. Apalagi mengingat betapa tertutupnya sekarang dia, jangankan sekarang, dulu saja, sebelum ia menggunakan khimar sebagai pertanda jika ia telah membentengi dirinya dari hal-hal yang gak benar, dari pengaruh yang negatif di luar sana, pun sama seperti sikapnya yang sekarang. Banyak diamnya, tidak terlalu terbuka, tidak seterbuka adik bontotnya ini.

Apalagi padaku. Bukan terbuka lagi, melainkan udah terbuka segala-galanya, sudah terbukti juga, jika kehamilannya itu adalah akibat ulah si kodir sialan di bawah sana yang sesekalil masih menggeliat karena ingatan pada bagaimana liarnya sang betina akhwat bercadar ini saat menerima tusukan mautnya kala itu.

Tak banyak hal yang bisa ku ceritakan pada kalian selama perjalanan ini. Apalagi di saat kakak beradik ini bercerita, aku memilih untuk diam saja.

Hingga…..



“Eh Ar, kita ke Lotte dulu bentar ya” begitu ujar Nira saat di depan sana, tampak billboard wholesaler yang di maksud.

“Oh ya udah” aku pun lantas memberikan lampu sein kiri untuk meminta jalan di sisi kiri, biar lebih mudah untuk masuk ke dalam wholesaler yang ku maksudkan itu.

Setibanya di parkiran yang kebetulan tampak lumayan sepi, apalagi saat ini masih suasana lebaran juga, akhirnya Nira keluar dari mobil. Aku sih berharap ia mengajak Azizah untuk ikut bersamanya, namun nyatanya hal itu tak terjadi.

Nira keluar dari mobil tanpa mengajak adiknya….

Alhasil, tinggallah aku berdua dengan Azizah di mobil yang mesinnya masih ku onkan. Biar AC tetap nyala, tapi kaca agak sedikit ku turunkan se senti biar sirkulasi udara jadi bagus dan tidak bikin kami kehabisan oksigen di dalam mobil.

Beberapa jenak, kami memilih diam.

Hingga, aku yang tak tahan dengan acara diam-diaman ini pada akhirnya ingin mengatakan sesuatu, namun urung terjadi, hanya kaget saja atas aksi adik iparku ini yang tiba-tiba melompat ke depan, dan langsung duduk di jok sampingku.

“Ih jahat banget sama bini nya sendiri”

“Lah?”

“Iya, kan adek pengen ajakin kak Ar berdua aja, biar ayah dedek di dalam sana bisa nengokin juga dedeknya”

Waduh!

“Zah, ini seriusan. Anak kamu adalah…” belum juga ku selesaikan ucapanku, Azizah menyela.

“Iya, emang anak siapa lagi? Wong bang Rafiq udah jarang nyentuh adek sekarang kak... itupun sepulang Zizah dari Semarang, bang Rafiq nyentuh pun pas Zizah nyadar kalo lagi berbadan dua.”

Aku tak tahu, harus senang atau mau marah akibat kecerobohan kami kala itu.

Aku kemudian mengusap wajah, “Jadi gimana ke depannya, dek?”

“Gimana apanya kak?” balas Azizah sembari menatapku.

“Anak kita?”

“Yah gak gimana-gimana, toh, sesuai kesepakatan kita kala itu, jika aku beneran hamil hasil dari benihnya kak Ar. Maka aku bakal mempertahanin anak kita. Tapi, rahasia ini akan kita jaga bersama, jangan sampai orang lain mengetahuinya. Serta, jika nanti anak kita udah besar dan mulai paham akan kehidupan, barulah Azizah bakal ngaku siapa ayah kandungnya yang sebenarnya”

Fiuh! Aku menarik nafas dalam-dalam.

“Kak. Sumpah, adek kangen banget”

Sembari berucap, tubuhnya menyondong ke arahku. Dan jenak berikutnya, ku biarkan wanita ini memelukku, mengeluarkan semua kerinduannya terhadapku. Tak lama aku pun membalas pelukannya.

Baru juga beberapa detik kami berpelukan, tiba-tiba Azizah mendorongku. Matanya menatapku tajam dan seolah tidak bersahabat. Tanpa bicara dia langsung bergerak tanpa bisa ku cegah untuk menyentuh kemaluanku di balik celana pendek yang ku kenakan saat ini.

Masih syok dengan kejadian ini, tiba-tiba entah bagaimana caranya, penisku sudah terbebas dan kini sudah berada di genggamannya.

“Ahhh dek, kamu nekad banget” Bisikku. Mana, kaca riben mobil ini bener-bener mendukung untuk asyik masyuk di dalam mobil. Gelap banget bro.

“Biarin” cetusnya lagi.

“Ntar Nira bakal datang dan memergoki loh” aku masih berusaha untuk menolak, tapi penolakanku ini hanya berupa omongan, bukan mengambil tindakan seperti menjauhkan adik iparku dari jangkauannya terhadap penisku.

“Kalo kak Nira belanja tuh pasti lama banget. Aku kenal banget tabiatnya kok kak” kemudian hanya menyampirkan sekedarnya, khimar penutup wajahnya, kini Azizah segera memasukkan batangku ke mulutnya. Tetapi tidak sampai sedetik dia melepaskannya, tapi tangannya masih aktif mengurutnya. “Uhhh kangen banget ama ini kak. Sumpah” saat ia melepaskan penisku, khimarnya kembali menutup wajahnya.



Jadi kalian bisa bayangkan bukan, bagaimana sensasi nya saat ini, akhwat bercadar tanpa membuka cadarnya, serta masih berkerudung lengkap dengan gamisnya sedang bermain dengan tongkat saktiku? Wahh! Sudahlah bro, jangan tanyakan lagi bagaimana perasaanku saat ini. Dag dig dug ser. Satu sisi ku ingin benar-benar menikmati service dari adik iparku ini, di satu sisi juga, khawatir dan takut juga menjalar ke dalam sana, takut apabila sewaktu-waktu kakak iparku bisa saja datang dan memergoki ulah kami berdua.

“I… iya tapi gak gini juga kali dek. Ini mah di tempat umum” ujarku. Yang anehnya aku seakan membiarkan penisku di mainin adik iparaku ini.



Tepok jidat mode on...

“Pototnya adek bakay nyigsa kak al kalena sudah bialin adek kayak gini” ujarnya yang tak jelas itu, karena sedang mengulum kembali penisku. Slurp! Slurp!

“Ahhh Zah, ahhh kamu ini bener-bener” hanya itu responku. Selain merasakan rasa nikmat yang teramat sangat, aku juga masih sesekali was-was dan melihat dari semua spion yang ada. Kali-kali kakak iparku sudah selesai berbelanja dan berjalan ke arah mobil. Jadi aku bisa dengan sigap menghentikan perbuatan adik iparku ini.

“Akkhhh…… dek…..”

Tiba-tiba Azizah menggigit kepala senjataku dengan gemas dan agak keras. Terang saja aku sakit. Untungnya tidak sampai teriak.

“Rasain…… siapa suruh sudah buat adek hamil”

“Awww….. sakit, dek sumpah…..”

Azizah menggigit kepala batangku sambil mencubit batang yang tidak masuk ke mulutnya.

“Biarin…… biar mampus nih kontol sialan” Lalu dengan gemas Azizah mencabut sehelai rambut kemaluanku.

“Akkhhh.… Azizah.… Sakit tau.…”

“Bodo amat..… padahal tadi adek udah siap biar dedek di dalam sana bisa di tengokin ayahnya, eh ayahnya malah sepertinya gak pengen nengokin anaknya. Ihhhh dasar penjahat kelamin, berani menghamili tapi gak berani bertanggung jawab”

“Aduh maaf… tadi kakak malah bingung mau menolak Nira untuk ikut dek. Sungguh”

Ah. Aku menjadi dilema.

“Tapi, emangnya kamu mau kakak bertanggung jawab?”

“Bukan gitu…. ihhhhhh” tiba-tiba Azizah mencubit lagi batang kemaluanku dengan gemasnya.

“Auuh sakit dek”

“Awas loh yah, penis ini hanya bisa masuk ke dua wanita. Adek dan kak Azita. Gak boleh ada wanita lain yang bisa ngerasainnya. Paham?”

“Iya dek iya.”

“Awas sampai adek tahu kalo kakak mencari wanita lain buat memuaskan penis sialan ini, bakal Azizah aduin ke keluarga. Biar sekalian hancur deh”

“Iya iya dek. Kamu dan kakakmu aja buat kakak udah cukup. Udah bisa bikin kakak puas. Ohhhhh”

Setelah berkata begitu, dan ku akhiri dengan desahan karena Azizah tiba-tiba kembali menyingkap khimarnya dan kembali memasukkan lagi senjataku kedalam mulutnya.

Tidak sepenuhnya masuk...

Untuk beberapa saat dia mendiamkannya di dalam mulutnya, hingga kemudian dia mulai mengulum dan menyedot batangku dengan tempo cepat.

Nikmatnya tak terperi. Tapi di sela rasa nikmat yang merasukiku, ada sedikit yang mengganjal di dalam kepalaku, karena Azizah juga sudah pintar ngomong vulgar. Wow. Adik iparku ini mengalami kemajuan.

“Hegggg….. Gkhhokhh…. Srrrlllppphhh.....” perpaduan liur dan batangku dalam mulutnya. Sesekali dia menatapku dan mengedipkan sebelah matanya lalu kembali mengulum batangku. Di keluarkannya batangku lalu digenggamnya.

Dijilatinya sekujur batangku lalu dimasukkannya lagi ke dalam mulutnya yang mungil. Liurnya meluber membasahi sudut bibirnya dan turun ke dagunya yang mungil dan putih. Sungguh sebuah pemandangan yang luar biasa.

“Ahh dek kalo udah gini, harus bisa di tuntasin sampai akhir loh. Ohhhh” aku di buat merem melek, sumpah bro.

Aku gemas. Ku raih kepalanya yang berkerudung, lalu kugerakkan kepalanya. Kedua tangannya membelai kedua pahaku yang sedikit mengangkang di bawah wajahnya.

Wow. Azizah memperlakukan batangku dengan luar biasa. Ku lihat ke bawah rupanya salah satu tangannya kini telah meremas sendiri dadanya di balik gamis yang masih di kenakannya. Libidoku semakin meledak. Ingin rasanya kuhajar selangkangan adik iparku ini sekarang juga.



“Ssshhhh…. Azizaaahhhh…. Ohhhhh……”

Racauku hampir tak tertahan. Ku gerak-gerakkan pantatku ikutan naik turun mengikuti ritme kuluman mulut mungilnya, karena orgasmeku sepertinya akan segera datang, padahal belum sepuluh menit Azizah mengerjai batangku.

Azizah semakin semangat mengulum batangku.

Malah jari-jarinya yang lentik menggelitik bijiku dan rasanya sangat nikmat. Ku pejamkan mataku dan kunikmati setiap hisapan dan sedotan mulutnya. Hampir saja orgasmeku meledak ketika tiba-tiba Azizah melepaskan mulutnya, membiarkanku gelinjangan tak jelas karena baru saja ingin memuncratkan spermaku, dan ketika aku membuka mata, aku melihat wanita ini malah langsung bersandar di jok nya.

Anjir. Ini seriusan berhenti?

“Kok berhenti dek?” protesku padanya.

“Biarin, biar kakak menderita deh. Hihihihi”

“Enak aja…. sekarang giliran kakak” baru juga ingin ku serang adik iparku ini, dari ekor mataku yang secara tak sengaja, sempat melihat ke spion tengah, dan detik itu juga, aku langsung di landa kepanikan. “Waduh…. Nira berjalan ke sini”

“Waduh…. kok bisa sih” sialan, malah ngomong gitu.

Sejurus kemudian.

Kami berdua langsung grasak grusuk untuk memisahkan diri. Adik iparku langsung melompat ke belakang, dan duduk dengan baik di tempatnya yang semula. Sedangkan aku, langsung memasukkan penisku di dalam celana, serta menarik resletingnya ke atas.

Hadehhhh…..

Nyaris saja ketahuan.

“Maaf ya, gak lama kan nunggunya” begitu ujar Nira saat baru saja membuka pintu mobil di sisi kanan tengah. Aku bahkan sampai menahan nafas biar gak ketahuan kalo lagi ngos-ngosan.

“Gak kok” padahal aku ngarepnya kamu lama aja di dalam sana, Nir. Biar ku selesaikan adikmu ini yang jahilnya gak ketulungan, biar bisa ku lesakkan penisku di dalam vagina adik bungsumu ini. Fiuhhh! Untung saja, kalimat lanjutannya, hanya terucap dalam hati.

“Iya gak lama kok kak. Bentar doank” itu balasan Azizah. Ia sempat melirikku dari pantulan kaca spion tengah. Tatapannya itu loh, bener-bener bikin aku semakin gemas padanya. Awas kamu Zizah. Tunggu pembalasanku nanti. Kembali aku membantin saat menerima kerlingan matanya yang menggoda, yang seakan-akan mengejekku.

“Jadi udah kan? Mau lanjut lagi gak?” aku akhirnya bertanya pada Nira setelah mampu menguasai diri ini.

“Yuk jalan aja” balas Nira sembari menaruh belanjaannya di belakang dengan hanya menaruhnya begitu saja dari depan, dari posisinya duduk, karena kebetulan kresek belanjaannya berukuran kecil, itu artinyanya belanjanya gak banyak.

Dan yah, pada akhirnya ku jalankan kembali mobil, dengan perasaan yang…..



Amat sangat ‘Kentang’ saudara-saudara. Hadehhhh!

Kalo sudah seperti ini, aku bakal di buat uring-uringan nih selama di sini. Aku harus bisa sesegera mungkin menumpahkan spermaku, entah dengan cara apa dan bagaimana, mungkin saja meminta istriku nanti untuk segera melayani birahiku yang lagi tinggi-tingginya ini.

Dan itu wajib. Tak boleh ia menolakku…..

Titik, tidak pake koma, bro!

Aku takut, jika api birahi yang terbakar sangat ini tidak segera di redakan, di padamkan, malah bakal kembali memangsa korban ‘Salah Sasaran’ lagi seperti kejadian pertama. Ahhh, sial.



BERSAMBUNG CHAPTER 19
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd