Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

Setuju...
Copas pun, klo jujur nyebutin sbg copas buat ane sih msh appreciate, apalagi ini tulisan suhu jelas² @Phat-Phat ini bukan copas dr Ipar-ipar nya suhu Tomame...

Lanjutkan suhu @Phat-Phat ...kutunggu selalu update cerita ini...
mungkin kurang jauh ...bacaannya jadi dianggap copas copas saja ....pdhal gaya suhu tomame, dan suhu phat-phat klo pun mirip mirip sah sah saja, ..masingmasing memang punya kesukaan sendiri2 ...
 
CHAPTER 15



Tiga bulan sudah berlalu dari kejadian di Semarang bersama Azizah.

Ah, tidak usah kuceritakan bagaimana serunya kebersamaanku dengan Azizah selama beberapa hari disana, kawan. Sudahlah, bahkan untuk menceritakan kejadian setelahnya itu, aku malah tak sanggup lagi.

Intinya....

Kami berdua sampai mengambil hotel lain buat menghabiskan kebersamaan kami sepulang dari kegiatan kantor masing-masing. Kadang aku lebih dulu tiba, kadang pula ia lebih dulu ke hotel yang kami pesan sendiri.

Aku sampai di tanya oleh anak-anak, karena sehabis meeting aku langsung menghilang. Aku hanya beralasan aku kebetulan di ajak sodara untuk nginap di rumahnya.

Mengenai bagaimana cara mengatur waktu di saat istriku ingin melakukan video call? Ataukah suami Azizah yang ingin menelfon?

Hohoho, aku tak perlu jelasin mengenai hal ini bukan? Pasti, para pelakon perselingkuhan hakiki punya seribu cara untuk menanganinya. Sama seperti aku dan adik iparku. Kalo bukan aku yang keluar kamar, pasti ia yang langsung keluar kamar di saat salah satu dari pasangan kami ingin melepas kangen dengan video call. Setelah itu, maka aku dan adik iparku akan bersama lagi, bersetubuh lagi dan lagi.

That’s it.

Kalian pasti sudah bisa menebak sejak tadi, apa yang terjadi selanjutnya di kamar yang kami sewa sendiri, yang penuh kenangan itu, bukan?

Jadilah apa yang terjadi, dan terjadilah hal-hal yang kami inginkan. Dan kini tiga bulan sudah kenangan itu berlalu.

Jadwal keberangkatanku lebih dulu dari adik iparku ini, dua hari lebih cepat darinya.

Di saat aku berpamitan padanya, benar-benar seperti sepasang kekasih yang akan terpisah oleh jarak.

Aku masih ingat dengan betul kejadian tersebut…..

Baiklah...

Kan ku ceritakan kejadian kali terakhir kebersamaanku dengannya.

...

...

...



“Kak….”

“Ya dek?”

“Makasih ya, makasih, sudah memberikan pengalaman yang sangat berarti buat Azizah” ujarnya sembari memelukku. Rasa-rasanya pelukannya ini tak ingin ia lepaskan. Kelihatan juga dengan jelas bagaimana ekspresinya yang sarat akan ketidak-ikhlasan melepasku. Mengembalikanku ke pelukan kakak kembarnya, Azita.

“Sama-sama, kakak juga berterima kasih banyak-banyak, karena sudah memberikan kenikmatan yang tak akan pernah kakak lupakan seumur hidup kakak”

Kami terdiam….

Lama juga kami terdiam, saling bermain pada pikiran kami masing-masing.

Hingga, Azizah kembali lebih dulu berucap, “Kak, apakah bakal terulang lagi?”

“Hmm, belum tahu dek. Yang jelas, kakak tidak mau, kejadian ini justru akan menghancurkan kehidupan kiita masing-masing ke depannya, kamu paham kan maksud kakak?”

“Paham kak” dia bergumam. Ada desah dan gusar di nadanya.

“Jadi, bersikaplah yang sewajarnya, jika memang takdir mempertemukan kita kembali, maka mungkin saja kita akan mengulanginya lagi dan lagi”

“Kakak emang masih pengen ngelakuin ini ama Azizah?”

“Wah jangan di tanya dek, kalo mau di tanya sih, maunya kakak, kamu dan kakakmu, Azita jadi istri kakak aja. Hahaha kakak mau deh poligami.”

“Ihhh dasar”

“Intinya begitulah…. apapun nanti yang terjadi setelah hari ini, aku, kamu, harus bisa memastikan semuanya aman. Harus bisa menjaga keutuhan rumah tangga kita masing-masing.”

“Iya kak, insha Allah, setelah hari ini, Azizah akan bertaubat dan kembali ke jalan yang semestinya.”

“Trus kalo ada kesempatan kayak gini lagi, hayoo?”

“Ya khilaf lagi. Hihihi”

“Dasar kamu” ku cubit hidungnya dengan gemas. Sembari mengecup keningnya dengan penuh kelembutan.

Setelah beberapa lama kami mengobrol, saling memadu kasih, akhirnya di saat aku sempat melihat jam pada arojiku, sepertinya kami memang harus memungkasi kebersamaan kami saat ini juga.



“Dek, sepertinya kakak harus berangkat sekarang”

“Iya kak”

“Kamu gak apa-apa kan kakak tinggal sekarang?”

“Apa-apa sih, cuma gak masalah kak, intinya, jangan pernah diami Azizah lagi kayak dulu loh ya. Awas”

“Iya, setelah ini, kakak akan menjadi lelakimu yang kedua setelah si si Rafiq”

“Iya harus. Kakak adalah lelaki keduaku”

“Sama, kamu juga wanita kedua kakak”

Dan yah, akhirnya aku pun mau tak mau harus benar-benar memungkasi kemesraan kami dengan memberikan tanganku untuk di salim olehnya, setelah itu, aku pun menyempatkan untuk mengecup keningnya.

“Dek, kakak akan selalu merindukanmu.”

“Sama kak, adek juga akan selalu merindukan kakak”

Setelah ku peluk sekali lagi tubuh adik iparku, aku pun menghaturkan ucapan, “Assalamualaikum, kakak pamit ya”

Dan ia pun membalas dengan, “Wa’alaikumlsalam, keep contact ya…. dan satu lagi, semoga adek berhasil hamil dari benih kakak” sembari berucap, sembari tangannya mengusap-ngusap perutnya sendiri.

“Waduh?”

“Kenapa, emang gak mau?”

“Bukan gak mau… tapi, apa iya kamu mau hamil anak dariku?”

“Mau pake banget”

“Kamu ini….”

“Hehehe dah sana, katanya udah mau berangkat, malah di ajakin ngobrol” ujar Azizah selanjutnya sembari melambaikan tangannya seperti mengusirku untuk segera keluar dari kamar hotel ini.

Aku tidak mengindahkannya, aku malah maju mendekatinya.

“Eh kak?”

Aku lantas memeluknya, erat. Amat sangat erat, seraya membisiknya, “Jika kamu bener hamil anak dari kakak, pinta kakak cuma satu, rawatlah dia dengan baik, jadikan dia sebagai anak yang baik yang tak akan mengikuti jejak orang tuanya yang tak akan pernah bersama, tak akan pernah bersatu selamanya….”

Dalam rengkuhanku, kepala adik iparku yang belum bertutupkan kerudung ini, mengangguk.

“Dan satulagi pinta kakak, meski di kemudian hari kamu enggan memberitahunya jika ayah kandungnya sebetulnya kakak, insha Allah kakak ikhlas. Asal, pinta kakak cuma satu, rahasia ini akan kita jaga dengan baik sampai ajal memanggil”

Sekali lagi adik iparku ini mengangguk dalam rengkuhanku. Begitu ku kendurkan pelukanku, aku tiba-tiba mendapatkan wajahnya sendu, sepasang matanya menitihkan air mata.

Ku sentuh pipinya. “Kenapa kamu nangis?”

“Gak tau kak. Hiks… hiks, sedih aja”

“Kamu jangan nangis, kakak tidak akan kemana-mana kok. Kakak hanya pulang ke Azita aja, tapi jika kamu ingin menghubungi kakak, kakak akan siap kapanpun kamu ingin mengobrol.”

“Iya kak. Hiks… tapi gak tau kenapa ihhhh, kok malah makin mewek sih” sambil berbicara sambil di tengadahkannya kepalanya ke atas. Aku bisa merasakan bagaimana gejolak perasaannya saat ini.

Karena aku juga sama beratnya dengannya untuk saling melepaskan saat ini.

Aku pun lantas kembali memeluknya, membiarkannya menangis di dalam pelukanku.



Beberapa jenak kemudian....



Setelah selesai, setelah ku pastikan ia tak lagi menangis. Maka aku pun melepaskan pelukanku.

“Jadi, kakak bisa pamit sekarang?”

“Bisa kak”

“Kamu gak bakal nangis lagi kan?”

“Gak tahu. Namanya cewek kak, kalo hatinya lagi gak enak, pasti ujung-ujungnya bakal nangis juga”

“Kalo begitu, mending hari ini kamu ikutan check out aja dan kembali ke hotel yang pertama, biar kamu ada temannya selama kakak tinggal”

“Iya kak, nanti di liat” balasnya lagi.

Dan yah! Pada akhirnya, karena memang waktu juga sudah amat sangat mepet, aku pun kembali berpamitan padanya dengan berucap salam, dan ia membalas, sebelum benar-benar ia melepasku, ia meminta untuk di kecup bibirnya sekali lagi.

Ahhhh! Jadi baper kan bro?

….

….

….

Well! Begitulah yang terjadi di detik-detik terakhir aku berpisah dengan adik iparku yang tersayang itu.

Kata orang, cinta dan nafsu adalah dua variable yang hanya berbeda sebenang saja. Dalam cinta ada nafsu, tapi, jika nafsu tanpa cinta hambar juga rasanya. Kayak makan sayur tanpa garam.

Itulah yang ku rasakan saat ini pada adik iparku ini. Yang pasti jatah yang kuberikan kepada Azita, istriku, tidak pernah berkurang baik kuantitas maupun kualitasnya. Meski rasa ini sudah terbelah menjadi dua. Bukan sepenuhnya milik istriku lagi, melainkan telah di bagi beberapa bagian buat kembarannya.

Intinya….

Kenangan waktu di Semarang, bagiku mustahil untuk terlupa. Tapi, untuk sekedar menepisnya di saat kerinduan mendera, cukup mampu ku lakukan. Karena memang, bertepatan juga waktu yang tidak memungkinkan untuk mengenang kejadian tersebut.

Lagi masuk bulan ‘Ramadhan’ bro!

Apalagi, selama sebulan ini, kami sekeluarga lebih memfokuskan pada pelaksanaan bulan suci ramdhan, jadi mengenai hal-hal yang mesum aku pribadi mengenyampingaknnya. Intinya hubunganku dengan adik iparku ini, kembali baik-baik saja. Kami kembali saling menyapa di chat grup. Tapi, tak ada yang tahu satupun, jika aku dan Azizah sampai saat ini, masih sering telfonan untuk sekedar melepas rindu.

Bohong rasanya kalo tak ada rasa rindu di dalam sana.

Bohong rasanya kalo aku ingin melupakannya.

Jadi, kalian bisa paham kan, bagaimana ku jalani hari-hariku setelah kepulanganku dari Semarang?



============================





Seminggu lagi, umat muslim akan merayakan hari besar lebaran. Dan sore itu, di saat kami sekeluarga - bertiga dengan Intan putriku, sedangkan adiknya masih berumur 3 bulanan di dalam kandungan ibunya, melaksanakan buka puasa bersama, istriku tiba-tiba mengatakan sesuatu yang langsung membangkitkan gelora yang sulit untuk ku bendung.

“Ayah…. lebaran nanti, kita ke Bandung juga kan?”

“Hmm, gak jadi ke Jakarta ya?” balasku, karena memang keluargaku sendiri ada di Jakarta, bukan di Bandung.

“Hmm kesana aja sih, cuma banyakan harinya di Bandung. Ya ya ya ya please. Apalagi kak Nira juga ama lakinya lebaran di Bandung.”

Nira itu kakak tertua istriku. Sepertinya aku juga sudah menceritakan pada kalian di awal, koreksi jika aku salah. Atau aku lupa menceritakannya.

“Ohhh jadi pada ngumpul dong semua di sana?” ujarku selanjutnya.

“Iya”

“Oke lah. Jadi mungkin besok ayah akan pesan tiket aja biar dapatnya murah”

“Tapi, bakal di tanggung ama perusahaan kan?”

“Iya kalo tiketnya ke Jakarta bukan dirrect ke Bandung”

“Iya kita tetap ke Jakarta tetap ke rumah mamah papah di sana, tapi mungkin dua harian aja kita di sana. Btw ayah dapat cuti berapa hari nanti?”

“10 hari rencananya”

“Asyiiiikkkkkk, kalo gitu bisa seminggu donk kita di Bandung”

“Ho oh….”



Tanpa istriku sadari, jantungku mulai kembali membunyikan genderang yang cukup keras di dalam sana.

Tak dapat ku bayangkan apa yang bakal terjadi nantinya bersama adiknya selama di sana.



Ahhh Sial....



Si Kodir sialan mengeras di bawah sana.




BERSAMBUNG CHAPTER 16
 
Mohon saran dan kritiknya ya hu. Biar semangat updatenya.

Makin semangat lagi jikalau ada suhu yang sekiranya bisa berbagi udud dan kopi sachetan ama ane. hahay
Japri yak....

Gak maksa loh ya.

Dan terima kasih buat para suhu yang amat sangat baik, yang juga telah membagikan udud dan kopi sachetannya ke ane kemarenan itu.

Salam
Jangan Lupa Bahagia
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd