Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 12



Baiklah mari kita mulai kembali pertempuran di malam yang panjang dan penuh gelora bersama Azizah adik iparku. Kami kembali saling melumat dalam nafsu yang kembali terbakar setelah sempat mereda. Gairahku semakin menggebu-gebu semakin tinggi kasta syahwatku apalagi setelah ia dengan sadar mengemukakan keinginannya untuk mendapatkan orgasme dengan penisku.

Masih dengan peluh dan penuh gairah, masih dalam posisi saling menyamping, sesekali berhadapan sesekali kembali saling menyentuh-nyentuh, masih saling berguling, saling merangsang.

Karena tak tahan, aku segera membalik tubuh Azizah untuk mengambil alih permainan, hingga dia kini berada di bawah tindihan tubuhku. Aku menggelosor ke bawah dan mulai ku kecup ringan tengkuk di bawah telinganya.

“Ahhhh…. Ahh kak Ar.”

Azizah menjambak rambutku tanda libidonya terlecut dengan tingkahku.

Aroma parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya betul-betul membius pertahanan imanku. Rasa gemas menggeluti pikiran, gemas bercampur birahi tinggi. Andai tubuh sintal adik iparku ini bisa di kunyah, sejak tadi aku mengunyahnya saking gemasnya. Ku kecup rambut-rambut tipis yang tumbuh di sana dan bisa kurasakan tubuh lawan mainku ini menggelinjang dalam siksaan nafsu yang menggelora. Aku tidak mempedulikan rambutku yang dijambak dengan keras olehnya karena aku sedang sibuk di daerah leher dan tengkuk Azizah.

“Ahhh kak. Ahhhh, siksa aku. Siksa adeeeekkkkk….” desahnya bercampur erangan-erangan kecil karena siksaan yang ku berikan padanya. Meski masih berupa kecupan-kecupan ringan, tapi tetap saja berhasil membuat adik iparku ini seperti cacing kepanasan.

Selanjutnya, kecupanku kembali bergerak ke bagian bawah tubuhnya, hingga sampailah bibirku tepat berada di atas dadanya.

Sejujurnya kalo aku ingin mengikuti keinginan syahwatku mungkin saat ini aku akan langsung menuju ke menu utamanya saja, dengan langsung melesakkan penisku di liang senggamanya. Tapi aku masih bisa menahan, aku tidak ingin terburu-buru dalam permainan ini. Aku harus bisa mengendalikan gejolak dalam dadaku sehingga setiap jengkal kenikmatan bersama Azizah bisa kunikmati dengan maksimal.

Setelah puas menatap kesempurnaan sepasang payudara adik iparku ini, sembari menggigit bibirku sendiri saking gemas, maka, wajahku mulai ku dekatkan dengan payudaranya. Ku kecup ringan puting kirinya yang sudah menegang. Ku lakukan itu berkali-kali dan setiap kudaratkan kecupanku, Azizah melenguh pertanda dia menyukainya. Hingga kemudian lidahku perlahan menjulur dan menyapa putting mungil miliknya itu.

“Shhhh…. iiihhhhhhh… kak Arrr” Azizah tidak tahan lagi dan langsung menekan kepalaku ke arah payudaranya. Otomatis mulutku langsung penuh dengan gumpalan kenyal itu. Akhirnya aku mengalah dan memilih menyusu dengan liar. Tangan kiriku tidak tinggal diam dan sudah mengerti tugasnya, memainkan payudara kanan Azizah yang menganggur.

“Kak Arrrr…… Aiihhhhh…. aihhhh….. adeeekkkk benchhiiiihhh kammuuhhh…” Ujar Azizah dalam deraan nafsunya.

Ku rasakan kedua tungkai kakinya membelit pinggangku dengan erat.

“Janganhhhh sampai membekassss kak. Ouhhhhh…….” Azizah mencoba mengingatkanku. Aku mengerti dan meneruskan kegiatanku menyusu di kedua payudaranya secara bergantian.

Sambil menyusu, tanganku tak tinggal diam. Selanjutnya, ku arahkan tanganku membelai perutnya yang rata, ku elus dan ku rasakan setiap kehalusan kulitnya yang terawat baik. Lenturnya leging hitam yang di kenakannya, tidak menghalangi tanganku untuk terus menjelajah ke dalam isi celananya hingga ku rasakan gundukan yang lembab dan hangat di selangkangannya itu.

Sekali lagi efek getar seperti di aliri aliran listrik menderaku saat tanganku ini berhasil menangkup gundukan kelaminnya di balik celana dalamnya di bawah sana. Meski sebelumnya, saat insiden malam itu, aku sempat melihatnya, aku sempat mencucupnya dengan penisku, tapi tetap saja, sensasinya amat sangat dahsyat.

“Dek, kakak minta izin ya? Boleh masuk gak….” Tanyaku dengan maksud bercanda.

Tetapi yang ku dapat malah pelototan matanya yang indah.

Ini anak kalau sudah sange begini jadi menakutkan.

Sejurus kemudian, karena tak adanya larangan darinya, hanya berupa pelototan mata yang tak berarti yang dapat ku simpulkan hanya sebagai ambekan darinya karena merasa malu, maka ku lanjutkan kerja tanganku di bawah sana.

Selanjutnya, mulai ku belai dengan lembut gundukan itu dengan ujung jariku sambil tetap menyusu.

Desahan Azizah sudah mulai seperti teriakan kecil. Toh aku tidak peduli karena kedapnya kamar hotel ini tak akan membuat suaranya terdengar keluar, sehingga ia mau berteriak pun, aku tidak perlu khawatir.

“Arrrh…… bangsat kamuhh kak Ar…… jangan siksaaaaa Zizah kayak gini. Buruaaaannn, bukain aja cepetan……” Azizah kini sedikit membentak.

Aku tahu dan faham kalau iparku ini sudah sange berat.

Nalarnya beserta gengsinya raib entah kemana digantikan oleh syahwat yang harus dituntaskan. Aku menuruti keinginannya. Dengan sekali Tarik, celana panjang leging hitam dan celana dalamnya ku loloskan dan ku lemparkan entah kemana.

Terpampanglah tubuh telanjang bulat iparku dihadapanku. Betapa halus dan sempurna. Vagina yang baru selesai dicukur rapi terbelah indah di depan mataku. Aku tidak tau bahasa apa yang mesti digunakan untuk menggambarkan tubuh Azizah.

Aku masih sibuk mengagumi tubuh telanjangnya, tiba-tiba Azizah bangkit dan merebahkanku di atas ranjang. “Ahhh bukaaa cepat kak” Dengan penuh gelora yang membara, dan berapi-api karena terbakar birahi, ia segera membuka celanaku dengan agak tergesa.

Dan begitu melihat kemaluanku yang berdiri gagah itu, beberapa detik ia terdiam menatapnya dengan ekspresi yang sulit ku gambarkan. Aku gak tau apakah dia terpana atau tidak, atau dia melihat ukuran jumbo atau malah lebih kecil dari milik suaminya.

Aku gak perduli...

Pembuktian harus terjadi dengan cara membuatnya merasakan multi orgasme seperti yang Azita kakaknya yang juga adalah istriku rasakan selama melakukannya denganku.

Sekilas mata Azizah melirikku.

Lalu kemudian, tangannya bergerak perlahan buat menyentuh kemaluanku.

“Kak Ar... ahh, ternyata…. ckckck”

Aku mengernyit, “Kenapa dek?”

Dia menggelengkan kepalanya singkat, “Pantas saja…. masih berasa sampai sekarang efeknya di dalam memekku kak”

“He?”

Dia mengangguk.

“Rasa-rasanya penis kakak malam itu kayak merobek memek adek.”

“Ha? Kamu ini….”

“Se… seriusan kak. Ternyata emang gede bangettt ihhhh”

Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar keluhnya barusan.



Sejurus kemudian...

Azizah segera naik, kaki satunya melewati tubuhku. Yang kini posisinya telah menunggangiku dan mengarahkan miliknya untuk kumasuki.

Busyet tanpa pemanasan dulu kayaknya ini.

Gilaaaa……

“Kak… adek udah gak tahan pengen ngerasainnya lagi… Uuuuhhhhhhhh…… Shhhhhh…….” ujar Azizah lalu di lanjutkan dengan suara desahannya yang sangat lembut ketika dengan perlahan aku memasuki miliknya.

Wow….

Luar biasa.

Licin, Hangat dan sempit.

Aku bahkan memejamkan mata dan menikmati setiap detik pertemuan kelamin kami. Untuk kali kedua aku kembali memasukkan senjataku di liang kenikmatannya tanpa lagi ada embel-embel ketidaksengajaan. Karena yang terjadi, kami sama-sama menyadari, kami sama-sama menginginkan persetubuhan ini terjadi secara sadar. Bahkan sebelum-sebelumnya, bermimpi pun tak pernah terjadi.

Sebenarnya aku masih mau berlama-lama di pemanasan. Aku belum merasakan menjilat dan melumat vaginanya dan sebenarnya aku sangat ingin melakukan itu. Tetapi rupanya Azizah sudah tidak tahan lagi.

Perlahan….

Amat sangat perlahan dan nikmat rasanya, penisku mulai menelusur liang kenikmatan adik iparku ini. Agak sedikit sulit proses masuknya, hingga adik iparku mencoba untuk mengangkat panggulnya ke atas lalu menekannya lebih dalam, dua atau tiga kali ia lakukan hal itu, hingga penisku semakin dan semakin melesak ke dalam liang peranakannya yang belum sama sekali di lolosi oleh jabang bayi.

Hingga di satu waktu…..

Slebh!

“Ahhhhhhhhh meeee…. mentokkkk kak” benar yang di katakan Azizah, aku sendiri bahkan merasakan kepala pionku menyentuh dasar dinding rahimnya di dalam sana. Begitu ku buka mata, aku sempat melilhat batang kemaluanku agak sedikit terlihat hingga ke pangkalnya. Hanya sedikit saja tersisa di luar. Itu artinya, kedalaman liang peranakan adik iparku ini tidak cukup untuk menampung keseluruhan panjang kemaluanku di dalamnya.

“Puaskan dirimu, dek” gumamku penuh kenikmatan.

Tanpa menjawab, adik iparku mulai menggerakkan tubuhnya di atasku, menunggangiku bak kuda jantan yang saling mengejar puncak kemesraan yang sesungguhnya.

“Ahhhh… aahhh… ahhh… ah….” Hanya suara jeritan kecil itu yang terdengar ketika dengan lincahnya dia bergoyang di atas tubuhku.

“Ohh….. kamu nakal, dek…. kamu benar-benar nakal…..” balasku dengan sedikit mengatainya ‘nakal’. Karena memang, saat ini, apa yang ku saksikan di hadapanku adalah sosok yang seharusnya sehari-harinya amat sangatlah tertutup, dan sangat ayu serta bersahaja. Tapi, tak ada yang mengira, apabila sudah di ranjang dan mendapatkan pemeran pria yang bisa mengeluarkan sisi lainnya itu, sosoknya berubah menjadi betina yang amat sangat liar dan nakal.

“Ahhh… ahhh…. gara-gara kamuhhhh kakkkk Arrr….. Ohhh…. ennnakkkhhnyaaaaaa uhhhhh”

Azizah semakin kencang menggoyang pinggulnya di atas tubuhku. Kedua tanganku masih belum mau memegang dadanya karena aku masih menikmati kedua benda itu bergoyang-goyang di depan mataku. Justru tanganku sibuk meremas bongkahan pantatnya.

“Kak Arrrr…… Aduuhhhh……” goyangan Azizah semakin kacau.

Hingga akhirnya, tanganku ditariknya dan ditempelkannya di dadanya.

Segera faham. Azizah ingin tambahan stimulus agar orgasmenya segera tiba. Dengan gemas segera ku cubit kecil kedua putingya lalu ku pilin-pilin dengan jariku.

Terang saja Azizah semakin kelojotan dan akhirnya tak beberapa lama kemudian.



Orgasme keduanya malam ini datang menyapanya.

“Uhhhhh…. Shhhhhh…” Azizah meringkuk di atas tubuhku.

Dia mengejang-kejang menikmati orgasmenya. Matanya terpejam rapat dan alisnya mengerut. Indah sekali. Hingga kemudian ia menghela nafas panjang yang jatuh telungkup di dadaku.

“Uhhhh adek udah nyampe, kak Ar…..” katanya lemah.

Si Kodir di bawah sana, berasa dipijat lembut ketika vaginanya berkedut-kedut.

Nikmat sekali.

Ku belai rambutnya dengan lembut dan membiarkan dia meresapi sisa orgasmenya.

“Gimana?” Tanyaku.

Azizah tidak menjawab melainkan hanya menggelosorkan tubuhnya, menggesekkan dadanya dengan dadaku, serta mukanya ia dekapkan di leherku.



Bersambung Chapter 13


===========================




SELAMAT TAHUN BARU 2024


KALO MAKIN RAME, MAKA MAKIN ANE UPDATE CEPET CHAPTER2 BERIKUTNYA....
Hohohoho................!!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd