Si Engkong Srigala berbulu priyayi
Dicerita ini menceritakan tentang pengalaman seonggok wanita yang terlecehkan oleh pemilik Kos yang biasa dipanggil Engkong, dan nama si engkong bernama marzuki, karena betawi dadine marjuki. wanita ini bernama tanti. lanjut, si engkong yang udah tuek lha, tapi sek tahes alias masih kuat untuk nggenjot 2-3 perempuan dalam satu ronde, ganas puol. Si engkong bisa menggasak tanti karena kelemahan tanti yang gampang nepsong dan moto ijo alias gila duit, dan berujung dari pitik kampus. Si engkong punya kos-kosan dengan beberapa kamar dipisah dalam 2 lantai plus 1 dek sebagai jemuran. dan hebatnya si engkong menjerat para bidadari karena si engkong memisah rumah kos dan rumah utama berbeda lokasi, dan rumah kosnya hanya diisi para bidadari aja. mari lanjut ceritanya tanti.
“Kong, tolong dong. Satu bulaan aja Minah nggak bayar. Ayo dong, Engkong ganteng deh…” rayu Aminah, salah
seorang penyewa kos ‘Melati’ yang bermasalah dalam hal iuran bulanan.“Nggak bisa Neng, pan aturannya udah jelas dari pertama
nge-kos. Silahkan angkat kaki dari sini mulai besok.” tegas lelaki udzur pemilik kost-kostan, tanpa memberi keringanan barang sedikit pun.
Seorang gadis cantik yang kamarnya tepat di sebelah sedang bersantai, asyik menguping perselisihan tersebut. Akhir dari perbincangan, Aminah, mahasiswi yang sama sekali tak menarik kaum Adam untuk melirik itu pergi sambil bersungut-sungut. Menuruni anak tangga tinggalkan si orang tua lawan bicaranya penuh dengan rasa benci. Marjuki nama si orang tua, disapa ‘Kong Juki oleh warga
sekitar. Usianya berkisar 70 tahun, namun tubuhnya masih gagah lantaran beliau adalah seorang pensiunan hansip kelurahan di kota J. Ditinggal mati istrinya 10 tahun
yang lalu karena sakit. ‘Kong Juki orang Jakarta asli, memiliki harta warisan turun temurun berupa beberapa tanah kosong, baik itu girik maupun bersertifikat. Sebidang tanah di kota D, dimanfaatkannya untuk membangun sebuah tempat kost khusus wanita.
‘Kong Juki sangat keras dalam peraturan. Boleh membawa teman pria tapi pintu harus dibuka. Bayar uang kost juga harus tepat waktu, boleh minta tempo mundur dengan syarat tidak genap 1 bulan. Bila terjadi demikian, penyewa akan diusir Engkong secara tegas. Daerah sekitar kost masih jarang ditempati warga, sebagian lahan kosong. Kost-kostan belum banyak, apalagi yang bersih dan tertata apik. Ada kontrakan bagus sayang berat untuk kantung, terutama bagi mahasiswa.Beruntungnya lagi tempat Engkong strategis, hanya dengan
menyusuri jalan setapak beberapa meter, tiba di jalan raya menuju terminal sekaligus melewati pusat perbelanjaan (Mall). Dimana tak jauh dari situ terdapat warung kecil dan fasilitas umum seperti halte, warnet, wartel, salon, dekat dengan kampus serta tembus ke stasiun.
Hal-hal itulah yang membuat mahasiswa ataupun pekerja kantoran tertarik untuk kost disitu.Adapun Tanty, nama gadis penguping tersebut di atas.
Seorang gadis berusia 19 th. Baru saja dirundung duka kehilangan orang tuanya di Padang karena musibah Gempa, dimana itu terjadi di tahun ke-2 kuliahnya. Saudara orang tua Tanty yang ada di Jawa tepatnya di Jakarta, memiliki ekonomi yang pas-pasan. Membuatnya tak tega untuk tinggal menetap, apalagi minta dibiayai kuliah plus uang jajan.Nilai kuliah terus menerus anjlok lantaran Tanty banyak
berburu pria tajir di kampus, bahkan cenderung sering gonta-ganti. Tiap kali ada yang bermateri lebih, pasti Tanty pindah ke lain hati. Untuk sementara ini keuangannya aman dalam hal bayar kost dan kuliah. Berjalan mulus masuk ke tahun berikutnya mendekati kelulusan.
Hingga suatu masalah datang menyela…**“Yak pas, lu kalo bayar selalu tepat waktu ya Tong..demen Engkong” ujar ‘Kong Juki tersenyum lebar, giginya yang banyak tanggal terlihat saking senangnya terima uang.“Hahaha, Engkong bisa aja. Yaah, apa sih yang nggak buat
pacar” sahut si pemuda berbangga diri.“Jadi Tanty itu pacar lu ya?” pemuda itu tersenyum bangga. “Kirain masih sodare?” sambung Engkong. “Bukan ‘Kong, kan saudara Tanty di Jakarta. Orang tuanya juga sudah nggak ada”.“Iya, kalo itu Engkong tahu. Abis, banyak bener anak laki-laki seliweran di kamer Tanty. Engkong jadi kagak tahu nyang mane pacarnye, nyang penting pintu dibuka titit aeh titik !” jelas ‘Kong Juki panjang lebar. Wajah pemuda tersebut mendadak berubah, api cemburu membara di dadanya. Dalam hati ‘Kong Juki tertawa. Berhasil memanas-manasi si pemuda. Perkataannya tadi bukan sekedar celetukan, melainkan bertujuan. Sudah lama dia perhatikan keindahan yang dimiliki Tanty. Kecantikannya.. kesintalan bodynya.. senyum manisnya.. aroma wangi tubuhnya dan lain sebagainya yang buat Engkong jadikan Tanty gadis dambaan untuk disetubuhinya. Pemuda-pemuda mahasiswa yang akrab dengan Tanty, hanyalah penghalang menurut ‘Kong Juki semata.“Banyak ‘Kong?”, kekasih Tanty penasaran. “Buaanyak… malah ade nyang rutin. Engkong perhatiin tuh, tiap lu pulang anter Tanty, suka ade nyang dateng. Engkong kagak bisa nyuruh entu anak pulang karena masih jam boleh kunjung”. Wajah pemuda tersebut merah menahan amarah.“Kalo kagak percaye, kasih Engkong nomor lu deh…‘ntar kalo dateng tu anak, Engkong telpon”, pemuda itu langsung cepat-cepat meraih ponsel, ingin segera buktikan hal yang mengganjal di hati kecilnya. Tiba-tiba muncul Tanty di depan pintu kamar Engkong, “Eh si eNon”. “Eh Engkong, aku jalan dulu yach. Yuk say..” ajak Tanty ke sang kekasih, namun sang kekasih terlihat cuek bebek. Tinut! “Ok, itu nomerku ‘Kong. Tolong ya…” kata si pemuda penuh harap, sembari mengantungi HP dan memberi beberapa helai uang kertas nominal Rp. 100.000,- ke Engkong, Tanty keheranan dibuatnya. “Iya Tong, pasti. Makasih yak”.
“Sama-sama, permisi ‘Kong”, jari si pemuda menggenggam erat jemari Tanty.Di perjalanan menuju mobil yang terparkir, Tanty
menyelidik, “Buat apa sih.. kamu kasih nomer HP kamu tadi ke Engkong? nggak penting-penting amat!”. “Itu, dia mau kasih nomer rekening Bank. Jadi kalau bayar uang kost, nggak perlu repot ketemu, cukup transfer.. terus sms..” jelas si pemuda dengan tenang, bersikap
seperti tak terjadi sesuatu.“Keren juga tuh Aki-aki ke Bank. Terus.. uang tadi buat apa?”, Tanty menyelidik lagi.“Itu uang kost kamu bulan depan bayar dimuka, jadi sisanya aku transfer”.“Kenapa nggak dibayar bulan depan aja sekalian, kok tumben?”, Tanty tetap curiga.
“Engkong butuh uang, dia pinjam dulu. Jadi bulan depan dipotong uang itu…bawel amat sih kamu!”, sang kekasih merengut, tak suka dengan cara Tanty memberondong pertanyaan padanya.“Ya udah, maaf.. kirain apa…”, hati Tanty tenang, yang penting sewa kost bulanan aman pikirnya. Sementara kekasihnya jauh semakin curiga kalau hal yang diutarakan ‘Kong Juki adalah benar adanya.Dari luar, Tanty memang dilihat kekasihnya bagai gadis yang penuh cinta pada pasangan. Selama dalam perjalanan berduaan pun, Hp Tanty hanya menerima telpon dan sms dari temannya sesama wanita. Hingga waktu bemesraan habis, tidak terlihat tindak tanduk Tanty seorang penyeleweng. Tapi… siapa bisa menebak hati wanita yang dalamnya bagai palung di lautan?.***Senyum manis menghias wajah Tanty disela aktivitas smsnya. Namun kesibukan itu tidak dengan pacar yang membuktikan cinta dengan talangan dana kuliah maupun sewa kost, melainkan dengan orang yang dimaksud Engkong. Siapa dia?. Dia adalah mantan kekasih Tanty, cinta pertama Tanty. Laki-laki yang pertama kali tidur seranjang tanpa busana dan merenggut kegadisannya. Mereka putus lantaran sang mantan tak mampu memenuhi
kebutuhan ‘bedak’ Tanty yang berat untuk kantung mahasiswa, mereka seringkali bertengkar masalah financial. Tanty menjalin hubungan dengan kekasihnya yang borju kini hanya karena terpaksa. Ia tak bisa melepaskan mantannya itu. Selain tampan, si pemuda tidak egois dalam bercinta, sebagaimana banyak pria yang setelah ejakulasi enggan untuk memenuhi kebutuhan pasangannya, karena memanjakan rasa lelah.Malam sepulang dari mata kuliah praktek di lab, pacarnya yang senior satu tahun di atasnya itu mengirim sms tidak bisa jemput dan antar pulang. Dengan cekatan Tanty menghubungi mantannya tersebut untuk datang ke tempat kost. Mantannya yang kost di kostan mahasiswa tak jauh dari situ, datang selang beberapa menit.
“Malam ‘Kong..” si pemuda berlagak sopan, tak sengaja berpapasan. “Mau ngapain Tong malem-malem begini?”. “Ketemu Tanty ‘Kong, ada perlu masalah kuliah..boleh?”. Engkong diam sejenak, tampak berpikir sesuatu, “Ya udah, tapi jangan lama-lama. Terus pintu dibuka yak!”. Pemuda itu mengangguk dengan hati lega, lolos dari orang yang diseganinya. Anehnya Engkong, kekasih Tanty yang punya perjanjian khusus dengannya tidak diberitahu hal ini, ada udang dibalik batu bagi ‘Kong Juki pribadi. Setelah si pemuda masuk ke dalam kamar dengan mengganjal pintu sedikit terbuka dan menutup tirai jendela, Engkong tersenyum jahat, (Non Tanty…tak lama lagi memekmu akan menjadi milik-ku, Nguaak.. hak hak hak haaak), dalam hatinya.
# Usai pergumulan, “Eh, say… jangan buang di kloset dong! nanti mampet!” protes Tanty ke Yayangnya, mengenai karet pelindung alias kondom bekas mereka bercinta. “Ya udah nih aku buang disini” pemuda itu menuruti perkataan dengan nada kesal karena terpaksa mengambil kembali barang yang telah dibuangnya untuk dilempar ke tempat sampah.Tanty tersenyum dan menggelendot manja pada pujaan hatinya yang sedang cuci tangan itu. “Jangan marah duong say, khan biar nggak diusir sama Engkong. Penyewa kamar sebelah yang diusir tempo hari soalnya bikin kloset macet terus, so.. jangan marah ya”. Pria tampan itu mencium kening Tanty penuh kasih sayang, lalu balas tersenyum. “Ya udah. Gila tuh Aki semua diusir, kayak nggak butuh uang aja. Eh…tadi aku ketemu dia lho”. “Oya, ngomong apa dia?”.
“Cuma nanya mau ngapain malem-malem kesini, biasa… algojo kost-kostan” Tanty tersenyum, lantas bertanya, “Terus.. kamu jawab apa?”.
“Ya..aku bilang aja mau ada perlu sama kamu masalah kuliah”. Tanty mendekap pria yang sangat disayanginya itu, sudah tampan pintar berdalih pula. “Iya disini yang kost tinggal 4 orang. Seberangku yang kamarnya di pojok itu Indri, kerja di asuransi. Kamar bawah dekat pintu keluar Landa karyawati Bank. Satu lagi yang di pojokan bawah tangga persis, Kak Diaz SPG”. “Lho.. berarti yang anak kuliahan cuma kamu?”.“He-eh” sahut Tanty seraya menyandarkan kepala ke dada pujaan hatinya. “Ya udah, banyak bergaul sama mereka supaya kamu tambah dewasa. Lebih menghargai uang yang sulit dicari dewasa ini, mikir dua kali kalau mau boros”. Tanty mencubit perut pujaan hatinya itu yang bermaksud menyindir. Pria tersebut mengaduh karenanya, lantas membelai sayang rambut Tanty. “Tapii, bukan berarti aku paling kecil lho. Indri sama Landa seumuran kayaknya.. tahu deh, habis aku nggak begitu dekat sama mereka, jarang ketemu” jelas Tanty, obrolan pun melebar hingga malam tak terasa kian larut.
-# #-
“Yank, udah malem nih… aku pulang dulu ya. Nanti tuh Aki-aki curiga lagi”.“Ukay-ukay, cium dulu duong!”, Tanty menunjuk pipinya dengan gaya manja, si pemuda tersenyum lantas mengabulkan permintaan belahan hatinya tersebut. Sebelum keluar, pemuda itu mengintip dibalik tirai jendela. Kepalanya celingak-celinguk. Malas jika harus berpapasan lagi dengan Engkong. Yakin sepi, barulah dia melangkahkan kaki. Selamatkah dia dari pengawasan ‘Kong Juki hari itu…?, tentu tidak.‘Kong Juki sang pemilik kost terjaga dari tidur. Sabar menanti kepergian mantan Tanty tersebut. Beberapa foto di kamera Hp cukup untuk penguat bukti bahwa si pemuda adalah PIL Tanty. Di foto Engkong mulai dari masuk hingga keluar kamar, tercatat beserta detik, menit dan jamnya.***
# Hari demi hari berlalu, Kriing!, weker berdering.Dengan rasa enggan, Tanty menggeser tubuh ke pinggir kasur untuk menekan knop agar weker tak lagi bising. Matanya yang masih 5 watt tiba-tiba terbelalak melihat catatan kecil disebelahnya yang merupakan jadwal praktikum pagi mulai semester baru. Ada tugas yang harus dikerjakan sesuai mata kuliah meski paktek pertama, yang artinya dia harus cepat datang untuk menyalin kerjaan temannya sebelum masuk lab. tanty segera memaksa diri untuk bangun karena tahu praktikum itu penting mendukung mata kuliah. Ia lantas pergi ke lantai paling atas, tempat semua penghuni kost menjemur pakaian. Wajahnya langsung cemberut setelah tahu sebuah celana dalam kesayangannya hilang.(Maling jemuran dari mana sih?, iiih.. rese’ deh!), Tanty membatin. Kesal tak berujung penyelesaian, ia turuni anak tangga hendak balik ke kamar untuk mandi.Tanpa sengaja, dilihatnya Engkong berdiri di depan pintu kamar Diaz seorang penyewa kost yang dikenalnya. Insting buat Tanty sembunyi cepat-cepat untuk mengintip di balik tembok.
Rasa tak percaya menyelubungi si cantik itu tatkala melihat Engkong mengetuk pintu, pintu terbuka dan Engkong langsung mengepalkan tangan, menyelipkan jari jempol di antara jari tengah dan telunjuk ke arah si pembuka pintu yang tentu Diaz orangnya. Tanty berpikir, ada masalah apa antara Diaz dan ‘Kong Juki. Sudah begitu, Diaz pasrah saja sewaktu Engkong menyeruduk masuk sambil menciumi wajah eksotisnya penuh nafsu.BLAAM!!!. Pintu kamar Diaz tertutup keras, Tanty makin penasaran.Ia memang pernah dengar dari Aminah, bahwa Engkong adalah bandot muka memek. Maka dari itu Aminah dulu coba menggoda, sayang parasnya tidak memenuhi kriteria nafsu binatang Engkong.Tanty menunda mandi, ia mengendap-endap ke depan kamar Diaz secara perlahan dan hati-hati. Telinganya coba
dengar suara di dalam kamar. Ada alunan musik R&B, namun juga desahan… ya desahan. Desah dan erangan seorang gadis yang tak berdaya. Satunya lagi suara yang tak enak didengar telinga, lenguh parau seorang pria tua. Suara mereka, suara ‘Kong Juki si Kakek buruk rupa dan si seksi
Diaz Meiftiza.Tirai yang tak tertutup rapat mencipta celah untuk Tanty mengintip. Tanty tercekat, jantungnya serasa berhenti berdetak. Dilihatnya Diaz rebah di ranjang, kepalanya bergeleng ke kanan dan kiri menghindar dari ciuman cabul Engkong yang sedang menindihnya. Pinggul kurus Engkong menggenjot deras naik turun dimana bagian bawah mereka tak lagi berkain alias bugil. Kaus hitam berlogo Black, seolah meng-informasikan dimana Diaz bekerja sebagai SPG paruh waktu .Ranjang itu bergolak dahsyat bagai perahu diterpa badai di lautan. Suara ‘Kong Juki semakin lama semakin berat, menyeramkan, bahkan menandingi musik dugem yang bergema. Tanpa disadari Tanty, melihat adegan seks langsung itu buatnya direlung birahi. Ia menstimulasi vaginanya sendiri. Mulutnya ternganga berdesah lirih sambil meremas payudaranya. Tanty tak pernah menyangka akan kejadian ini. Selama kuliah memang baru pernah ia mendapat jadwal praktikum pagi, biasanya shift ke-II (9.30) atau ke-III (13.00).tumbukan Engkong terhadap Diaz kian brutal, wajah gadis malang itu terlihat semakin kusut sekusut vaginanya. Sekilas Diaz kelihatan tersiksa, tapi kedua kakinya malah melingkar kebelakang pinggang Engkong, seakan merestui Engkong untuk lebih dalam memasuki tubuhnya.Persenggamaan berakhir tatkala Diaz mengerang panjang dengan tubuh melengkung. Disaat yang sama, Engkong menggeram dengan tubuh bergetar nikmat, sambil menggemeratakan giginya yang jarang. Tubuh mereka terhentak-hentak nikmat, sekali.. dua kali.. tiga kali.. empat kali.. lima kali.. hingga akhirnya berhenti.
Sperma yang menyatu dengan cairan cinta meluber sewaktu Engkong menarik keluar penisnya dari liang senggama Diaz. Takut menjerit orgasme disitu, Tanty kembali ke atas. Melanjutkan masturbasinya di kamar.
-# #-
“Na, lu dimana?. Oh, ya udah…gw pengen nyontek nih, ada
tugas khan biasa praktikum pertama… makanya, ya udah gw
tunggu di depan lab. tapi lu jangan lama ukay?”, Tanty
menekan tombol ikon telpon warna merah di Hp-nya seraya
mengunci pintu kamar.
Pandangan mata Tanty masih ke layar Hp, jarinya sibuk
mengetik sms. Dengan keadaan demikian, ia turuni anak
tangga yang melingkar perlahan. Selangkah berhenti,
selangkah jalan, lupa jikalau bawahan yang ia kenakan rok
pendek bahan sejengkal di atas lutut. Jadi bisa
dipastikan orang yang ada di bawah tangga bebas memandang
celana dalamnya.
“Eh, Engkong..bikin kaget aja”. Tanty merapatkan paha
ketika dirasa ada seseorang yang menatap nafsu
dalamannya. Engkonglah orang tersebut, bandot mesum itu
malah tertawa tak berdosa ketangkap basah.
“Kuliah pagi Non?” sapa Engkong disertai tatapan
menelanjangi.
“Iya Kong, aku.. jalan dulu ya” sahut Tanty buru-buru
melayangkan langkah. Jantungnya berdebar ingat apa yang
dilakukan bandot dihadapannya pada Diaz tetangga satu
kostnya.
Dirasa Tanty, pandangan ‘Kong Juki menyorot ke belakang
tubuhnya. Mulai dari rambut kemerahannya, turun ke betis.
Tatapan itu adalah tatapan pemburu pada mangsanya.
-# #-
Selama praktikum, fikiran Tanty tidak konsen penuh.
Dihantui bayang-bayang kebuasan Engkong dalam bersetubuh.
Sebagai gadis free seks, ia memang belum pernah mendapat
lawan main seganas itu. Mantannya hanya sanggup
menghantar dua kali orgasme saja (itupun dibantu Irex).
Apalagi sang pacar, satu kali sudah syukur. Sedang orang
seperti ‘Kong Juki, Tanty yakin pasti sanggup buatnya
orgasme berkali-kali, dikarenakan ‘jam terbang’nya beda.
Tapi ah tak mungkin, pikir Tanty. Tak mungkin itu
terjadi. Masa ia harus ajak ‘Kong Juki ML.? dimana harga
dirinya. Termenungnya Tanty, memancing pengajar praktikum
untuk melontarkan pertanyaan. Tanty tak sanggup menjawab,
malu pun didapat. Ia keluar ruang lab seusai praktikum
dengan wajah BT. Ditengah perjalanan menuju tempat kost,
seorang satpam tua bertubuh tambun menggodanya. “Kenapa
Non cantik hm?, cemberut aje niih.. hehehe”.
“Tau ah… Babeh rese deh” sahut Tanty yang kemudian
tersenyum. Satpam itu tertawa senang karena berhasil
menghibur Tanty si bunga kampus yang wajahnya tadi
tertekuk.
Untuk yang kedua kali, kedua mata Tanty menjadi saksi
ketidak beresan kost-kostannya. Kali ini ia melihat
Engkong keluar dari kamar Landa, mereka selisihan dan
bertukar pandang. ‘Kong Juki hanya cengangas-cengenges
sambil berlalu keluar kost. Dari sinar wajahnya, terlihat
betul kalau dia seperti habis melakukan sesuatu hal yang
melelahkan, namun amat memuaskan.
Tanty kembali bertanya-tanya dalam hati, habis apa
Engkong? hendak kemana dan mau apa lagi?. Bukankah ini
hari kerja? kenapa Landa tidak berangkat? ada apa?.
Semua itu berkecamuk dalam diri si cantik itu. Tapi yang
lebih aneh lagi, kenapa ini baru terjadi?. Baru sekarang
ia melihat hal-hal aneh di kostnya. Tambahan, belakangan
ia baru pernah kehilangan celana dalam. Tanty buru-buru
naik ke lantai atas kamar. Mengintip di balik tembok,
menanti yang terjadi dengan berbagai pertanyaan dalam
benaknya.
Kembali si cantik itu dikejutkan suatu hal. Dari dalam
kamar Landa, keluar Indri hanya mengenakan celana dalam
dan tank top putih tanpa bra. Tampak Indri ingin naik ke
atas lantai jemuran setelah mendengar Landa berteriak
titip handuk. Ini bencana bagi Tanty, sebab sedari tadi
ia merunduk. Jika tiba-tiba berdiri, Indri akan jatuh
curiga kalau dia memata-matai.Landa & Indri
Dengan mata terpejam Tanty berdo’a. Beruntung dia. Indri
berbalik masuk dulu ke kamarnya. Waktu lowong itu
digunakan Tanty sebagai kesempatan untuk masuk ke dalam
kamar. Dari balik tirai jendela Tanty kembali mengintai,
dilihatnya Indri ke lantai atas baru turun ke kamar Landa
dengan membawa handuk. Yang mengejutkan, Engkong yang
baru balik dari luar, masuk ke kamar Landa seenaknya
sambil menjinjing kantung plastik. Dimana kantung itu
berisi susu, telur ayam kampung, satu sachet madu dan
jahe cair serta jamu Kuku Bima Pasak Bumi.
Ternyata itulah rahasia stamina kuat bersenggama Engkong,
yang akan disedunya untuk menggenjot Indri serta Landa,
STMJ dan Kuku Bima jamu kuat pria. Selain stamina yang
dimilikinya sebagai orang kampung mantan pekerja kasar
(hansip).
Gairah Tanty naik membayangkan Landa dan Indri digarap
Engkong threesome. Ia nekat keluar kamar ingin kembali
mencuri tahu apa yang mereka bertiga lakukan. Sebelum
turun, Tanty mem-fokuskan pandangan ke jendela kamar
Landa sekilas, namun..
BRAKK!!, tiba-tiba ia sekonyong-konyong melihat ada
sesuatu yang bergerak di jendela kamar itu. Astaga..
ternyata Indri, dia disetubuhi dari belakang dengan
posisi menghadap jendela. Tirai yang diremasnya membuat
pemandangan tersebut terlihat jelas. Tubuh Indri
terlonjak-lonjak ke depan hingga payudaranya menempel di
kaca jendela oleh sebab atasannya telah lolos ke perut.
Celana dalam turun semata kaki. Mulut mengap-mengap bagai
ikan keluar dari air dan wajah meringis serta rambut
awut-awutan seperti habis di jambak. Sungguh suatu
pemandangan yang erotis.
Keerotisan pemandangan itu bertambah tatkala Tanty
melihat Diaz keluar dari kamarnya berpakaian hitam bahan
tipis menerawang. Jalan menuju kamar Landa dan masuk
seakan telah terbiasa. Tanty pun mengurungkan niat untuk
mendekati kamar Landa. Ia terpaksa teruskan masturbasi di
kamar dengan berbagai pertanyaan.
Apa yang sesungguhnya terjadi?. Ada apa dengan Diaz,
Indri dan Landa?. Mengapa mereka begitu pasrah diperkosa
dan juga mengapa ia malah begitu mudahnya terangsang
menyaksikan pencabulan Engkong terhadap mereka bertiga,
yang notabene masuk dalam kategori perkosaan atau
pemaksaan seksual?.
***
# Dua minggu berlalu…
“Kong, gimana… udah ada hasil?” bisik kekasih Tanty
mengenai PIL Tanty.
“Belum Tong, abis dari mane?”.
“Ada nikahan temen SMA. Jadi… itu orang belum
kelihatan?”.
“Belum Tong, mungkin Tanty curiga waktu ngeliat lu kasih
Engkong uang”.
“Soal itu udah aku jelasin…ya udah deh kalo gitu,
pokoknya setiap ada perkembangan, khabarin aku ya ‘Kong”.
“Beres Tong, pan Engkong udah terima uang… masa nggak
Engkong jalanin. Soalnye, Engkong juga kagak suka sama
ntu anak, sok ganteng” ujar Engkong, sebenarnya tidak
suka lantaran mantan Tanty memiliki ‘akses’, dia tidak.
“Oke deh kalo gitu, udah malam. Saya pulang dulu ya
‘Kong”.
“Iya Tong, ati-ati di jalan..”. Seperginya pemuda
tersebut, Engkong mengembangkan senyuman jahat. (Inilah
saatnya…), pikir Engkong.
-# #-
Tok!, tok!, tok!.
“Yaa sebentar”, melalui jendela, Tanty melihat Engkong
diri cengengesan dibalik pintu.
“Ada apa ‘Kong malem-malem begini? baru mau ganti baju”
kata Tanty, curiga kalau akan ada sesuatu yang berakibat
buruk menimpanya.
“Anu, hehehe…boleh Engkong masuk ? ada nyang mao Engkong
omongin, penting” jawab Engkong dengan mata menelanjangi
Tanty, yang makin seksi ber-gaun pesta.
“Yaa, bolehlah…ini khan rumah Engkong, aku cuma sewa”
ujar Tanty menyilahkan. Ia duduk di tepi ranjang, Engkong
duduk di sebuah kursi. Tanty bertanya-tanya dalam hati
apa isi kantung plastik kresek hitam yang dibawa ‘Kong
Juki.
Engkong mengawali percakapan, “Non Tanty, hubungan Non
ama pacarnya nyang tadi gimane?” Tanty mulai mencium
adanya ketidak beresan atas pertanyaan Engkong yang tidak
biasanya.
“Baik-baik aja, emang kenapa ‘Kong ? ada hubungan apa
sama Engkong” jawab Tanty sedikit ketus, merasa terusik
masalah pribadinya dibahas.
“Oo nggak papa… terus, kalo ama nyang orangnye ganteng
suka dateng kesini abis die gimane?”, ‘Kong Juki
tersenyum tipis ber-aura jahat.
Sebaliknya Tanty membisu sejenak, ia tak pernah menyangka
Engkong ternyata menaruh perhatian pada mantannya. “Yaa,
kalau itu juga.. baik…ituu, sahabatku, emang kenapa?”
Tanty coba menjawab sekenanya, sewajar mungkin.
“Oo ya nggak apa-apa, Engkong pan cuma nanya… boleh
pan?”, Tanty mengangguk, merasa telah keluar dari jeratan
masalah.
“Tapi.. sahabat kok diajak gituan?” tandas ‘Kong Juki
dengan seringai lebar, seakan-akan itu senjata
pamungkasnya untuk menang bertarung, sementara Tanty
tersentak kaget mendengarnya.
“Git-gitu..gitu apa?” Tanty tergagap, wajahnya sedikit
pucat. Engkong menyeringai lebar.
“Gitu ape…pake’ acara pura-pura lagi. *******! nih..
bukti berbicara”, Engkong membuka kantung plastik yang
ternyata berisi aneka jenis dan rasa kondom bekas dia dan
mantannya ML. Pikir Tanty, benda itu harusnya ada di
tempat sampah, tapi kok…?.
“Nah lu, die bengong.. Huak hak hak hak”, Engkong tertawa
sinting, merasa dia menang. Tanty menggeleng kepala ke
kiri dan kanan, terlukis bahwa ia tak percaya pada apa
yang terjadi.
“Pacar Non entu udah bae’ loh, mao bayarin sewa kost.
Masa dikhianatin, ape kate dunie Non”, Engkong terus
menekan perasaan Tanty, mata Tanty berkaca-kaca karena
air mata mulai menggenang di bola matanya yang bulat
jelita.
“Ya udah.. kalo Engkong mau usir saya kayak orang
sebelah” kata Tanty pasrah, yang penting skandal dia dan
mantannya aman dari sang pacar pikirnya. Tempat kost
masih bisa dicari.
“Siape yang mau ngusir”, Tanty menerka maksud pernyataan
Engkong barusan, matanya menatap Engkong dengan prasangka
dalam hati, (‘jangan-jangan mau luu…’).
“Gini, tempo hari pacar Non kasih uang ke Engkong itu
buat mata-matain Non sama anak laki-laki entu. Jadi yaa…
Engkong musti kasih tahu pacar Non masalah ini” ujar
Engkong memulai pemerasan, bahkan ia menambah intimidasi
dengan memperlihatkan beberapa foto mantannya yang keluar
dari kamarnya malam-malam.
“Jangan ‘Kong! ‘ntar mereka berantem” Tanty memelas,
Engkong tersenyum mesum, kartu As terpegang sudah. Kakek
peot muka memek itu berjalan santai menutup pintu kamar,
lantas duduk disamping Tanty persis.
“Ya udah, Engkong juga ‘gak mau kostan Engkong jadi
tempat berantem. Malu sama tetangga…tapi, Non mau kasih
apa biar Engkong tutup mulut heh heh heh heh”. Raut wajah
Tanty menunjukkan kepasrahan. Ia memang sudah ada sedikit
perasaan lambat laun akan mengalami hal serupa dengan
wanita-wanita lain di kostannya, semenjak ‘Kong Juki
akhir-akhir ini menatap beda.
Tanty membiarkan saja Engkong menatapnya lapar dari jarak
dekat. Gaun pestanya yang rendah di bagian dada itu habis
dilahap oleh mata. “Gimana Non, hm…bayarannya apa ?”
tanya Engkong dengan mulut terbuka lebar, tak sabar ingin
mencaplok gunung kembar dihadapannya yang berfisik bagai
buah mangga ranum itu.
Jantung Tanty berdebar kencang, kalau boleh jujur,
gairahnya naik dengan tatapan Engkong yang seakan ingin
menelannya bulat-bulat. Engkong bereaksi sebelum Tanty
berubah pikiran, yakin dara itu tak punya pilihan. Di-
elusnya lembut lengan putih mulus Tanty. Bergerak naik
turun coba merangsang. Perlahan nafas Tanty tersendat. Ia
naikkan harga diri dengan mengelak dari rabaan, enggan
disentuh jari Engkong yang kurus keriput berkulit hitam.
‘Kong Juki meningkatkan rangsangan dengan kecupan-kecupan
kecil di pundak dan lengan Tanty, sambil terus membujuk,
Cuph!. “Udeh Non, nikmatin aje… daripade pacarnye marah
terus kagak mau bayarin lagi kostnye?. Bisa berabe, he he
he”. Tangan Engkong meraih jepit rambut Tanty, dan
tergerailah rambut panjang indah yang tadi di-sanggul.
“Non Tanty emang kece, udah lama Engkong napsu sama Non”.
Tanty menghindari sosoran mulut Engkong ke pipinya,
dengan tangkas dia menangkup pipi sebelahnya, ‘Cup..Hmhhh
“Udah kece” wangi lagi*, Cuph… Leeeph!’. Ekspresi Tanty
jijik saat lidah bandot itu menyapu pipinya.
Wajah Tanty berpaling karena bibirnya kini diincar. Mual
dirasa ketika mulutnya berhasil dipagut ‘Kong Juki. Ingat
akan rahasianya, Tanty terpaksa membalas kuluman meski
jijik dirasa, tentu mulut Engkong berkerut hitam dan
beraroma tembakau khas perokok.
Merasa disambut, Engkong maju ke tahap berikutnya.
Dikibasnya ke samping rambut Tanty, gaunnya diloloskan
lewat lengan. Tanpa bra, pemandangan tubuh bagian depan
itu pun tersaji indah. Dengan pipi merona, Tanty
menyikapi tatapan nanar Engkong dengan menyilangkan kedua
tangan di depan payudaranya, namun Engkong menangkap dan
melepit pergelangan tangan Tanty jadi satu. Sebelah
tangannya yang bebas tugas, segera bergerilya mengerjai
toket.
“Aah ‘Kong.Ahhh… eSssh”. Engkong tersenyum mesum lihat
reaksi Tanty yang seakan menghindar namun menyukai
perlakuannya, dia jadi makin gemas meremas. “Tetek Non
montok juga yah.. sama punya Diaz kalah gede dikit. Sama
ama Indri, Heh heh heh” ujar Engkong kurang ajar,
membanding-bandingkan payudara orang se-enaknya.
Lelaki udzur yang kaya pengalaman mempermainkan gadis
muda itu kian merajalela. Jari kurusnya memilin puting
payudara Tanty seakan mencari sinyal radio. Bahkan daerah
sensitive itu ditariknya hingga membuat Tanty menjerit
nikmat. Bergantian puting kiri dan kanan Tanty dikerjai
sambil dia tertawa sinting.
Tanty bergerak menjauh lihat mulut Engkong hendak
menangkap payudaranya. “Kong jangan, stop! Ahh..Aahhhhh”
Tanty pun berdesah karenanya. Dengan menebar senyum
kemenangan ke arah Tanty, Engkong mengenyoti toket dengan
rakus. Bahkan dia sengaja membuka lebar mulut, menangkap
lalu kemudian dihisapnya kuat-kuat.
“Suka ya Non.. Engkong kenyot, Sruuuuuuuph. Udah lama
Engkong ngebet sama tetek Non nyang motok ini,
Sruuuuuuuuuuuph..Mmm, nyam..Sruuuuuuuuuph”, jikalau sudah
begitu, Tanty spontan akan menjerit nikmat.
Lama kelamaan, rontaan mengendur. Engkong tahu Tanty
telah larut dalam birahinya, dia sengaja melepas kuncian
tangan. Betul saja, Tanty tidak mendorong kepala Engkong
agar mulut peotnya berhenti mengenyot, jarinya malah
meremas-remas sprei kasur.
“Hihihi, jinak-jinak merpati nih si Non. Nyoooot” ejek
Engkong, membuat pipi Tanty merona, diakhiri sedotan kuat
di payudara.
Tangan Engkong lanjut bergerilya, kini menjajah paha
mulus Tanty. Wajah mahasiswi bunga kampus itu terdongak
menatap langit-langit kamar dengan mulut megap-megap.
Tubuhnya merendah terus diserang cumbuan Engkong yang
rakus toket, hingga akhirnya pasrah rebah di ranjang.
Tanty mundur ke tengah ranjang untuk menjauhi laparnya
birahi Engkong tanpa menghindari kenyotan mulut di dada
menggemaskannya. Lidah ‘Kong Juki bergantian menyapu
puting payudara kiri dan kanan, buat kepala Tanty
bergeleng ke kanan dan kiri karena geli-geli enak.
Gaun Tanty yang memiliki belahan di paha samping,
mempermudah tangan ‘Kong Juki untuk berpetualang. Jari
Engkong menelusup masuk bagai ular melata menuju celana
dalam, si cantik itu merapatkan pahanya sebagai pertahan
terakhir sebuah kehormatan wanita. Engkong jadi kesusahan
ingin merangsang Tanty lebih jauh. Nafsu birahi yang
telah memenuhi kepala Engkong buatnya jengkel. Dengan
kasar, dilucutinya celdam Tanty dengan sebuah sentakan
hingga kedua kaki si cantik itu terangkat ke atas, TASS!
.
“Sssh ‘Kong, sakiit!.” keluh Tanty, paha dan betisnya
panas tergesek celana dalam yang ditarik lepas secara
paksa.
“Makanye.. kalo nggak mau Engkong kasar sama Non, kudu
diturutin apa mau Engkong. Jangan ngelawan”, Tanty
bergidik dengan tatapan galak Engkong, namun juga horny
ketika lihat Engkong menghirup dan menjilati bagian dalam
celdamnya bagai seorang sex maniak, penggila vagina.
“Enak Non, memeknya wangi lendirnya manis. Berarti Non
Tanty udah terangsang dong yak. Huak hak hak”, wajah
Tanty betul-betul merah sekali ketahuan dia horny, karena
memang betul adanya. Ia jadi merapatkan pangkal pahanya,
sembunyikan daerah incaran bandot mesum bau tanah
dihadapannya ekstra ketat.
Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga Bag.2
Engkong kesal dengan sikap Tanty yang munafik. “Bandel
yah, si Non kece ini” kedua pergelangan kaki Tanty
dicengkram dan diseret hingga punggungnya lekat di
pinggiran ranjang. Maka mau tak mau, Tanty berpegangan di
sisi ranjang. “Ayooh.. sekarang bisa apa manis? hihihi”
ledek ‘Kong Juki dengan wajah menang.
Kedua belah kaki Tanty direntang lebar sampai pantatnya
terangkat ke atas. “Whuaah.. memek impian” ujar Engkong,
matanya yang terbelalak mendekat ke vagina tanpa bulu
Tanty yang tidak tertutup sehelai benang pun. Pipi Tanty
makin merah karena malunya dia, meski ada perasaan seksi
ditatap lapar Engkong seperti itu. Tapi demi harga diri,
Tanty meronta agar Engkong tak dapat lagi memandang nafsu
vaginanya. Sebuah usaha sia-sia, yang hanya memancing
amarah dan gairah Engkong saja.
Dengan gagah, Engkong menahan beban tubuh Tanty hanya
dengan sebelah tangan setelah melepit kedua pergelangan
kaki. Sebelah tangannya melayangkan tamparan-tamparan
keras ke pantat sekal Tanty. TEPLAK ! TEPLAAK ! TEPLAKK
!, Tanty mengaduh di tiap hukuman ‘spanking’ yang
diterima pantatnya. Gambar telapak tangan merah terceplak
di bongkah pantat putihnya.
“Perih ‘Kong.. Aaawh!, Sssh.. Aawh.. Ampun.Aaawh!”,
ekspresi rasa sakit yang didera Tanty.
Mendengar itu, Engkong berhenti. Ia kembali mencengkram
kedua pergelangan kaki Tanty dan merentang lebar. “Pan
udah Engkong bilang, kasih yang Engkong mau!. Beres
urusan” ujar ‘Kong Juki dengan tatapan galak, Tanty makin
takut dengan sosok Engkong yang terlihat gagah di
matanya, tengah memegang kendali atas tubuh pula.
“Iya ‘Ko-ong, maaf.. maafin akuu.Hiks.hiks… akuu, nggak
akan Hiks ngelawan.. lagi”, Tanty berkata demikian seraya
mengusap pipinya yang digenangi air mata.
“Nggak usah nangis Non, Engkong justru mau bikin Non enak
kok heh heh heh.. Hmmhh” tiba-tiba ‘Kong Juki membenamkan
wajahnya di vagina Tanty yang wangi itu, dilanjut emutan
dan jilatan rakus di seluruh penjuru kewanitaan.
Tanty menggelinjang dan berdesah nikmat, baru pernah
vaginanya diperlakukan begitu getol oleh sebuah mulut.
“aaaaAAHHH.. heh.heh.aaaaAAHHH.. heh-heh.aaaaAAHHH..
udah.haaaAAHHH.. heh-heh.amp.aaaaAAHHH.”, berulang kali
‘Kong Juki menangkap bibir vagina mungil Tanty dengan
mulutnya, lalu ditarik seakan ingin ditelan, kemudian
dilepasnya bagai makan dodol.
Bagi Tanty, baru pernah ada laki-laki yang memberi
kenikmatan seperti ini padanya. Engkong tersenyum menang,
tahu Tanty menikmati di-jilmek dengan caranya. Tanty
menatap ‘Kong Juki dengan wajah sayu kemayu. Seringaian
Engkong semakin lebar, dengan gerak cepat dia celupkan
lidahnya dalam-dalam ke liang vagina Tanty.
“Aahhhhh.. Yessshh…” Tanty mengekspresikan kenikmatan
yang diterima tubuh, tak peduli lagi akan nilai
kehormatan dan harga diri sebagai seorang mahasiswi
sekaligus bunga kampus.
Ia hanya mampu menatap ‘Kong Juki yang terlihat bangga
menikmati kewanitaannya dengan mulut dan lidah tanpa
halangan, dilarang pun sia-sia. Disuruh berhenti, ‘Kong
Juki malah menyedot rakus atau mencelupkan lidah dalam-
dalam, yang tentunya akan kembali berakhir dengan derita
birahi pada diri Tanty sendiri. Tidak tahan akan jilatan
dan emutan ‘Kong Juki yang liar dan berulang kali dibibir
vaginanya, punggung Tanty melengkung, kepalanya terdongak
beralaskan kasur.
Crrrt, crrt!. “Ahah..Iyahaahhh…” Tanty melepas erangan
panjang. “Huak hak hak.. banjir ooi. Hmmhh slrp, shrrrp,
srup…glek glek, Aahh sruuuuuuuupph”. Kong Juki segera
menyambut dengan seruputan rakus. Kedua pangkal paha
Tanty dipapah di bahunya sambil menangkup pantat,
sehingga Tanty tak bisa bergerak banyak.
Mata Tanty terpejam terbuka terpejam menikmati orgasme
yang panjang karena mulut Engkong terus-terusan menyedot,
tidak berhenti memberi kenikmatan. Usai orgasme, tubuh
Tanty terkulai lemah. Nafasnya senin-kamis rambutnya
awut-awutan, namun tidak mengurangi kecantikannya, justru
terlihat kian seksi menggairahkan.
“Lho.. enak ya Non? jangan terus tidur dong, Heh heh heh
heh. Engkong kasih enak lagi nih biar Non ketagihan”
‘Kong Juki menyelupkan jari tengahnya ke vagina Tanty,
lantas mengaduk-aduknya.
“Kong amp.ahh .. ahh” Tanty sudah terlalu lelah, ia hanya
pasrah liang cintanya dikocok-kocok. Sebaliknya Engkong
malah tertawa mesum keras-keras melihat ketidak berdayaan
Tanty. Dia girang persis anak kecil habis dibelikan
mainan. Jarinya keluar masuk liang vagina dengan gencar
dan mempermainkan klitoris dengan cubitan-cubitan. Tanty
menggigit bibir bawah dengan mata terpejam. Kondisinya
sudah payah, andaikata Engkong minta bersetubuh tanpa
diperas pun, Tanty pasti bersedia.
Hanya beberapa menit, Crrt..crrrt..crrrt. Vagina Tanty
kembali mencurahkan jus cintanya. “Giile lu Non.. tangan
Engkong dikasih banjir banding lagi, Huak hak hak hak.
Tapi.. Engkong suka, Hemmm.. cup Srrrph” Kong Juki
menjilati jarinya yang belepotan jus memek Tanty dengan
rakus.
“ahh.. ahh..aahh”. Tanty mendesah lembut berulang kali,
karena Engkong usai menjilati jarinya sendiri, pindah
melumat vaginanya. Bagai dahaga, Engkong menelan seluruh
jus cinta Tanty yang ada, sambil menatap Tanty seolah-
olah berkata ‘gua dapet memek lu.. gua berkuasa atas
memek lu.. memek lu milik gua’, begitu kira-kira.
Gilanya, Engkong kembali mengocok lagi vagina Tanty
dengan jari, disertai pandangan mengejek dan tawa serak
khas Kakek-kakek.
“Ayo Noon… kecritin lagi lendirnya.. biar memek Non
tambah wangii, Hihihihi” ledek Engkong terus mengocok
gencar, tubuh Tanty terlonjak-lonjak sambil berdesis-
desis ke-enakan. Sekali lagi, Tanty memuncratkan cairan
cintanya dengan deras, dan sekali lagi juga Engkong
menyeruput jus vagina enak Tanty rasa stroberi hingga
habis tak bersisa. Mewarisi bercak ludah di sekujur
permukaan vagina.
Dalam kamus Tanty, belum pernah ada pria yang mampu
buatnya demikian. Semua pria egois dan selalu meng-atas
namakan cinta, sedang Engkong predator sejati. Dirasa
Tanty seakan-akan kewanitaannya begitu sangat diinginkan
untuk dinikmati. Jujur, tak munafik atau sembunyi dibalik
kata-kata ‘Sayang’, karena semua pasti akan berakhir juga
di atas ranjang.
Tanty rebah bersimbah peluh dengan kaki terkangkang. Ia
diam saja ketika Engkong melucuti gaunnya, satu-satunya
penutup aurat. Kini hanya ada sepasang anting bundar,
kalung liontin perak berbandul ‘T’, dan gelang karet
warna hitam yang tersisa di tubuh. Pandangan Engkong tak
lepas dari tubuh telanjang Tanty, hal yang selama ini dia
khayalkan kini menjadi kenyataan. Samar-samar, Tanty
melihat Engkong melepas baju koko lengan panjang
lusuhnya. Wajah Tanty terlihat pucat ketika melihat di
sisi pinggang Engkong ada sebilah golok tersangkut di
sarung. Engkong segera menyingkirkan benda tajam itu
jauh-jauh, lantas berkata..
“Tenang Non, itu buat Engkong jaga tempat kost dari
maling. Bukan buat awewe-awewe kece’ disini kok heh heh
heh. Buat semua awewe, dan juga Non Tanty khususnya,
Engkong kasih ‘golok’ yang lain”, Tass!!, ‘Kong Juki
melepas lepitan sarung, dan terlihatlah sebuah kejantanan
kurus hitam panjang dengan ujungnya bundar seperti helm
ABRI telah mengacung tegak. Penis jelek berfisik aneh,
sesuai dengan sosok pemiliknya.
(Ooh, tidak!), Tanty putus harapan. Ia tadi menyangka
yang menonjol di tengah-tengah sarung Engkong adalah
ujung dari golok, ternyata ujung ‘golok’ yang lain. Golok
yang menginginkan liang cinta gadis muda cantik jelita
seperti dirinya, sebagai ‘sarung’nya.
Seketika kewanitaan Tanty terasa ngilu, membayangkan
penis panjang yang jauh lebih panjang dari semua milik
mantan-mantan pacarnya itu masuk mengaduk-aduk liangnya.
Namun di satu sisi lain hati Tanty yang ‘nakal’,
penasaran ingin merasakan benda tumpul milik Engkong itu
mengisi liangnya dan menjalani ‘tugas’nya, pastilah
nikmat.
Ditambah kartu As-nya, Tanty memasrahkan kewanitaannya
didekati kejantanan ‘Kong Juki yang datang mengancam.
“Kita kenalin dulu Non, sebelum kenal lebih dalem he he
he” ujar Engkong sambil menggesek-gesekan penisnya ke
vagina Tanty yang sudah over basah dengan bibir merekah
itu.
Dengan suara lemah dan tenaga yang ada, Tanty memohon
“jangan kong… nanti.. aku.. hamil!”. Engkong tersenyum
tipis licik, lantas menjawab “Tenang Non, Engkong nggak
pernah punya anak. Dari bini Engkong dulu juga nggak,
Engkong mandul. Jadi Non Tanty nggak perlu khawatir kalo
memeknye Engkong taroin peju banyak-banyak, Huak hak hak
hak”. Kegusaran Tanty cukup sirna. Siapa yang sudi punya
anak, model Ayahnya macam ‘Kong Juki?. Bukan memperbaiki
keturunan malah memperburuk.
Engkong mengatur kaki Tanty seperti huruf ‘V’ di sisi
ranjang, masih terus gesekan penisnya ke bibir vagina
Tanty. Mulut Tanty terbuka, kakinya mengayuh naik turun,
menunjukkan bahwa mekinya gatal ingin di tusuk ******.
‘Kong Juki terkekeh, semakin yakin bahwa Tanty benar-
benar sudah dalam genggaman.
“Kenapa Non? nggak sabar yaa.. memeknya pengen dicoblos
hihihi” ledek Engkong atas kondisi Tanty. Tanty melempar
pandangannya ke samping, wajahnya merah bak kepiting
rebus karena malu.
“Naah, pan udah kenal nih. Sekarang waktunya kenal lebih
dal, Ohokh! legiit!” celoteh Engkong, mengomentari liang
vagina Tanty yang menjepit kepala penisnya. Sementara
Tanty hanya memperlihatkan raut wajah pasrah, ketika
kewanitaannya mulai di-cemari kejantanan Aki-aki bau
tanah pemilik kost-nya.
Engkong terus menjejali penisnya ke liang senggama Tanty,
ingin menikmati jepitan di setiap penjuru. Tanty menatap
sayu Engkong yang begitu bernafsu ingin menguasai
miliknya. Matanya menyaksikan dengan amat sangat jelas,
senti demi senti batang penis Engkong mendesak masuk
vaginanya. Pahanya ditekan Engkong ke bawah agar semakin
lebar mengangkang.
“Busyet! Enggkh, gilee… liat bener ni memek” ujar ‘Kong
Juki berteriak puas, akhirnya berhasil menanamkan seluruh
penisnya dari kepala hingga pangkal ke dalam vagina
Tanty. Seketika Tanty merasa penuh di vaginanya, seperti
tak ada jeda. Ia dan Engkong benar-benar sudah sempurna
bersetubuh.
Engkong berdiam diri menikmati sejenak jepitan memek
gadis muda idamannya, Tanty Indira Wizanti. Perlahan, dia
tarik batangnya dari jepitan vagina Tanty tersisa
kepalanya saja. Namun tiba-tiba, dihantamkannya keras-
keras hingga tertelan semua di vagina, membuat Tanty
mengerang keras, sementara tampang dia sendiri blo’on
ke-enakan.
Engkong ketagihan, berniat mengulanginya lagi,
“ah..ah..ah” kepala Tanty bergeleng, memelas ketika penis
terulur, berharap Engkong mengurungkan niatnya, mustahil.
Tentu Engkong sambut dengan seringai kemenangan, yang
disambung sebuah hujaman, “angh” dan Tanty pun keras
mengerang.
Berulang kali Engkong melakukan kenikmatan itu, membuat
Tanty tergila-gila. Sodokan brutal itu dirasa Tanty
menghantar dirinya menuju nirwana. Gerakan orang tua itu
kian lama kian cepat, liang vagina Tanty sudah demikian
becek, jadi di tiap-tiap sodokan terdengar bunyi kecipak
yang sangat jelas. Jelas bahwa Tanty menikmati
perkosaannya, menyukai pemerasan organ kewanitaannya,
menghayati pemaksaan seks atas dirinya.
Crrt, Crrt, Crrtt!. Tanty lagi dan lagi orgasme, memeknya
betul-betul suka dibelah ****** berkali-kali. Engkong
sengaja menghentikan sodokannya, dia tertawa sinting
merasakan penisnya seperti disirami air yang tentunya itu
jus cinta Tanty. Engkong menarik lepas penis dari vagina
Tanty, ekspresi wajahnya bangga waktu melihat penisnya
mengkilap dilumuri lendir cinta vagina.
Tanty hanya pasrah ketika tubuhnya dibalik dan diangkat
di bagian pinggul, nungging di pinggir ranjang. Ia
rasakan ujung kepala penis Engkong mencium bibir
kemaluannya dari belakang. Tanty mendesis karena Engkong
menangkap bibir kemaluannya itu dan seperti orang
menjewer kuping direntang lebar. Jreeb! “AnGgh!”, Tanty
mengerang sedikit lebih keras kali ini, lantaran Engkong
menghentak sekuat tenaga sampai buah zakar seperti
menampar bibir kemaluannya, dan penis tertanam semua.
Pinggul Tanty diraih untuk kendali dari belakang, Engkong
mulai menggenjot. Nafas Tanty kembali terengah-engah.
Tangannya meremas sprei dengan keras hingga acak-acakan.
Payudaranya yang bergelantungan terayun kesana-kemari
akibat sodokan terlalu brutal. Dengan gaya doggy ini,
lesakan penis masuk lebih dalam, serasa menggedor dinding
rahim. Mata Tanty merem melek merasakan sensasi gila
pertama dalam hidupnya, yakni digarap pemilik tempat
kostnya yang berusia lanjut. Suatu hal yang jauh
terbayang akan sungguh-sungguh terjadi.
Rambut Tanty makin kusut tak karuan akibat terpental-
pental disodok. Rambut itu bertambah kacau tatkala
dijambak kasar, sampai kepalanya terdongak. Tangan
Engkong sesekali melayangkan tamparan ke pantat di sela
remasan di payudara. Pandangan Tanty kabur menatap
langit-langit kamar. Hujaman Engkong dirasa Tanty semakin
kejam. Sebagai gadis free seks, ia tahu kalau Engkong
juga mendekati klimaksnya. Ia pun menggoyang pinggul
membuat Engkong merasa kontolnya seperti dicengkram dan
dikocok-kocok daging memek yang legit.
Engkong menggemeratakan giginya yang jarang sambil
menggeram seram, CROOTT!!, air mani muncrat berkali-kali
memenuhi liang Tanty. Tubuh renta ‘Kong Juki mengejat-
ngejat penuh nikmat, ejakulasi pada gadis muda
dambaannya. Stop sampai disitu? bukan ‘Kong Juki namanya.
Setelah semburan-semburan sperma tidak keluar, Engkong
menggesek penisnya lagi di vagina Tanty hingga kembali
mengeras. Dia peluk Tanty dari belakang, mengajaknya
bangun, tentu dengan penis melekat, digiring ke meja rias
berkaca. Tanty yang sudah letih, ikuti saja apa mau
pejantannya yang peot itu. Engkong menjatuhkan diri di
bangku memangku Tanty, Tanty menjerit nikmat karena
mekinya di tusuk dalam penis dengan cara itu, Engkong
sendiri menjulurkan lidah dengan tampang bego karena
kontolnya dimanja rasa enak dibejek memek super legit
milik Tanty. Saking ketagihan akan nikmatnya, ‘Kong Juki
mengulangi perbuatan cabulnya itu lima sampai tujuh kali.
Berdiri-duduk memangku-berdiri-duduk memangku, sehingga
Tanty dapat melihat muka memek ekspresi blo’on Engkong
lima sampai tujuh kali di cermin, dengan bonus tusukan
dalam penis di vaginanya lima sampai tujuh kali juga.
Barulah bandot cabul itu puas.
Tanty rebah menyandarkan punggungnya ke badan Engkong.
Pasrah, tatkala tubuhnya di naik turunkan melalui
tangkupan di pantat, sehingga vaginanya dipaksa menumbuk
penis yang tengah me-Raja di dalamnya.
Tanty tak sanggup lagi menerima kenikmatan di tubuh
mudanya, Engkong Juki terlalu bergairah padanya. Ia
kerahkan sisa tenaga untuk desahan keras terakhir sebelum
orgasme, “Ah.. Aah.. Aaahh.. Aaaahhh.. IYAAAAAAHHHH
*Crrt, Crrt, Crrt… Crrrt*”. Tanty meraih puncak
kenikmatan terakhirnya dengan tubuh menggigil.
Bukan berhenti, Engkong malah semakin gahar menyodok
hingga Tanty terpental-pental ke atas bagai menaiki kuda
jantan yang sangat liar. Di penghujung klimaks seksnya
juga, aki-aki peot gila memek itu meracau jorok, “Gile
memek luu.. Gile memek luuu.. Gile memek lu, HNGKH!”,
ditancapkan semprong panjangnya itu dalam-dalam,
CROOTT!!!, sperma muncrat deras mengisi liang kewanitaan
Tanty hingga meluap keluar tidak tertampung karena
banyaknya.
Ekspresi wajah Tanty pasrah. Ia lihat dirinya di cermin
terhentak-hentak akibat getaran dari si orang tua yang
memangkunya, ‘Kong Juki. Liur dan hingus bandot itu
meleleran, wajah jeleknya yang amburadul terlihat
beribu-ribu kepuasan diraih.
Sambil tertawa menang dan senyum menyebalkan, dia berkata
ke Tanty “Non, mulai detik ini.. kalo Engkong ngetok
pintu, buka ya! Pintu kamer Non, sama pintu ini..” Kong
Juki mengangkat Tanty melalui tangkupan di pantat. Penis
layu yang menancap miliknya terlepas. Direntangnya bibir
vagina lebar-lebar dan cairan putih kental dalam jumlah
banyak miliknya pun meleleh keluar.
Tanty menyaksikan itu semua dari pantulan cermin meja
riasnya, ditambah seringaian Engkong yang penuh
kemenangan. “Engkong datengin pintu Non ini tiap hari,
Engkong obrak-abrik dalemnye pake ****** tiap hari,
Engkong isi peju dalemnye tiap hari. Memek Non Tanty
milik Engkong… selamanyaa, Huaaak.. hak hak hak hak
haak”.
Mata Tanty perlahan menutup, dipetiknya kembang tidur,
kesampingkan sejenak kekalahannya.. kekalahan dirinya
menjadi budak. Budak seks…
***
# Perbudakan Berlanjut,
Krucuk! krucuk! krucuk!, air jatuh menerpa tubuh
telanjang Tanty dari lubang shower. Mengguyur rambutnya
yang panjang.
Bangun pagi setelah malam pertamanya dengan Engkong,
Tanty segera ke kamar mandi. Ia renungi tiap-tiap
kejadian tadi malam tanpa membilas tubuhnya dengan sabun,
ia biarkan saja hanya air yang membasuh tubuh. Alam
pikiran dan alam raga tampak tak sejalan. Tanty diantara
sesal dan tidak, antara suka dan benci, dirinya menjadi
‘kuil’ atau sesembahan nafsu binatang pemilik tempat
kostnya, Engkong Marjuki.
Setengah hatinya tidak, tapi sisanya iya, kepuasan seks
berkali-kali yang diberikan ‘Kong Juki buatnya demikian.
Dalam kebimbangan hati, ia tuntaskan mandi. Setelah itu,
ia kirim sms ke temannya untuk absen kuliah sehari penuh,
titip absen jika ada dosen yang longgar dalam pengawasan.
Ia berniat ingin mengurung diri di kamar seharian.
Beberapa kali hand phonenya berdering dari teman
sekelasnya langsung direject. Untuk menghibur keresahan
hati, ia putar lagu dugem dengan ditemani minuman ringan
bersoda dari kulkas yang telah dingin.
Ia pandangi dirinya di cermin, tubuh sintalnya yang
terbalut handuk putih itu dirasa bukan sepenuhnya lagi
miliknya. Tapi milik seorang lelaki udzur yang.. Tok!
tok! tok!.
“Y-yaa… sia-siapa?”, jantung Tanty berdebar seketika. Ia
menduga namun juga berharap salah. Semakin dekat ia
berjalan ke pintu yang hendak dibukanya, semakin kencang
jantungnya berdebar. Ceklek!, seringai wajah mesum yang
dikhawatirkan muncul dari balik pintu, ‘Kong Juki.
“Udah mandi Non, Heh heh heh… wangi lagi dong memeknya,
bisa buat Engkong nyarap, Huak hak hak hak”. Tanty
menggeleng takut, berjalan mundur mengarah ke ranjang.
Pintu kamarnya ditutup dan langsung dikunci oleh Engkong
yang menyatakan bahwa tidak boleh ada yang mengganggu,
dan Tanty tidak boleh lari. Memeknya harus siap digali.
Engkong cepat-cepat menanggalkan pakaian sambil tertawa
sinting bagai anak kecil yang ingin segera loncat ke
dalam kolam renang telanjang melihat kolam indah ber-air
jernih. Terjerembab di kasur, Tanty terus bergerak mundur
ke sandaran ranjang dengan kedua tangan menutupi kedua
daerah vitalnya. Padahal jelas ia masih memakai handuk.
Tatapan dan perilaku maniak Engkong-lah yang buat Tanty
demikian.
“Hup”, BRUK!. Engkong menerjang ranjang dekat mata kaki
Tanty, menuju sasarannya.. vagina.
Si cantik itu terus bergeleng, “Koong.. Koong..”
maksudnya hentikan, jangan mendekat. Namun ia tidak
berucap itu karena bagian tubuh vitalnya menghasut,
‘terus..ayo perkosa aku… Habis-habisan, sampai aku
pingsan kepuasan’, begitu kira-kira.
Dengan seringai mesum, Engkong tangkap betis Tanty dan
membuka jalan menuju surga untuknya. Tanty yang masih
menggenggam Hp, menekan handuknya ke bawah di bagian
selangkangan karena belum mengenakan celana dalam.
“Kooong..” Tanty makin cepat menggeleng, wajahnya begitu
ayu saat meng-iba.
“Udah-lah Non.. pan Engkong udah lihat memeknya.. udah
pernah Engkong jilat.. udah pernah Engkong celupin titit
malah, Heh heh heh. Apalagi yang musti dimaluin..” ujar
‘Kong Juki dengan tatapan gemas atas penolakan Tanty yang
setengah-setengah. Tentu Tanty tidak melawan waktu
kakinya di-atur mengangkang.
Tiba-tiba tatapan Engkong berubah galak. “Ape kasih tahu
pacarnye aje nih, soal shepia-si Non”.
“Jang-jangan Kooong… jangaaaaan…” mohon Tanty lirih.
“Kalo gitu.. kasih Engkong memeknye dong”. Dengan gerak
lembut Tanty mengangguk. Tangannya yang menekan handuk
terangkat dikit demi sedikit.
Engkong menyingkap ke atas handuk sambil menggoda,
“Ciluuuk.. bakekok, hihihihi.. kelihatan memeknya” pipi
Tanty pun merona karena malu, tambah cantik mempesona
saja dirinya. Ia refleks merapatkan kaki kembali.
“Eit-eit, jangan ditutup lagi dong maniis, hihihihi”.
Sergah Engkong sambil mengelus-elus kemulusan paha. Masih
terus menggerayang, Engkong bertanya ke Tanty dengan
wajah mesum, “Naah, boleh nggak.. Engkong cium memek
Non?”. Tanty menggeleng.
“Nggak boleh?”, Tanty menggeleng lagi.
“Berarti Engkong kasih tahu pacar Non dong masalah
kondomnya?” tukas Engkong dengan senyum menakut-nakuti.
Berulang kali Tanty hanya geleng-geleng kepala, ia tidak
tahu harus bagaimana. Antara menikmati pelecehan yang
akan menjadi sebuah orgasme berkali-kali dan tidak sudi
dikerjai laki-laki yang seharusnya pantas menjadi
Kakeknya.
Dengan wajah mesum yang menyebalkan, Engkong bergerak
perlahan hendak memasukan kepalanya ke dalam handuk.
Tanty meremas handuk di dadanya dengan kepala bergeleng
dan tanpa sadar berkata, “Mas Iqbal.. tolong akuu”.
Engkong tertawa terbahak-bahak mendengarnya, “Iya Mas..
tolongin sephianya mau Engkong cium memeknya Huaak hak
hak hak. Met makan Marjukii.. Hhmmmmmmhhh”. Engkong pun
pesta pora dengan membenamkan wajahnya di vagina Tanty
yang baru dibilas bersih dan wangi memakai sabun perawat
kewanitaan.
Tanty meremas-remas handuk di bagian selangkangan yang
memumbul karena ada kepala Engkong di dalamnya. Meskipun
tahu apa yang dilakukan Engkong lewat perlakuan mulut
rakus memeknya, tapi ia ingin melihat langsung wajah
Engkong yang pasti pandangannya melecehkan. Pelan-pelan
ia beranikan diri membuka lepitan handuk.
Betul saja. senyum mesum tergurat di wajah Engkong. Kakek
cabul itu dengan bangga memperlihatkan jilatan-jilatan
sepanjang bibir vagina sesukanya, dimana Tanty hanya bisa
melihat dan mendesah. Bahkan dia juga sengaja merentang
lebar bibir vagina untuk dilihatnya dekat-dekat, lalu
dengan gerak cepat menyelupkan lidah dalam-dalam. Tanty
hanya pasrah, kakinya mengangkang lebih lebar seakan
memberi akses untuk pelecehan berlanjut. Tangannya
meremas-remas sprei sambil terus menatap Engkong yang
tersenyum menang ke arahnya. Tapi sayang, aktivitas
kenikmatan seks itu harus tertunda..
Tok! tok! tok!, “Taan.. Tan, lu gapapa?. Ini gua..
Diny..”, Deg!, jantung Tanty serasa berhenti.
Sebaliknya, Engkong malah menyeringai, tampak punya ide
mesum jahat. Cepat-cepat dia rebut handuk Tanty dan
dilemparnya jauh-jauh. “Ya-a” sahut Tanty seraya meronta
karena Engkong berusaha menyetubuhinya.
“Sakit apaan lu? buka pintunya, gua mau masuk!”. Engkong
berhasil menindih Tanty meski belum di-penetrasi.
Sambil berusaha sekuat tenaga menahan niat busuk Engkong,
Tanty terus berbicara ke wanita di balik pintu “Lo.
nggak.. praktek?”.
“Udah.. khan ujian. Gw shift pertama, makanya gw kesini
mau ngasih tahu lu ‘coz masih ada kesempatan kalo lu udah
enakan. Lu khan dari absen ujian shift kedua. Sakit apa
sih lu?, buka dong oi…!”.
‘Mmpfh!’ Tanty menutup mulut kuat-kuat sewaktu vaginanya
berhasil ditanamkan penis oleh Engkong. Bandot maniak
seks itu langsung bergerak brutal memperkosa memek Tanty
tanpa ampun.
“Tan.. lagi ngapain sih luu?. Buka dong Say, gua pengen
masuk!”.
Tanty menahan nafas, “Lo duluan deh gue mau mandi dulu!”,
ia kembali menutup mulut dan memburu oksigen.
“Ya gapapa kalee, gw tunggu aja di dalem.. ke kampusnya
bareng”. Engkong melenggak lenggokan kepala tertawa
cekikikan meledek Tanty sambil asyik menggenjot naik
turun.
Birahi Tanty semakin tersiksa, sampai-sampai ia raih
bantal untuk menutup wajah sambil menggigitnya guna
meluapkan kenikmatan yang tidak bisa ia lepas lewat
erangan. Ia pun terpaksa ambil jalan pintas, kembali
menahan nafas dan menyingkirkan bantal untuk berbicara
normal “Di..gw lagi sama cowok gw”. Wanita di balik pintu
yang bernama Diny langsung membisu, Tanty berharap dia
mengerti dan segera pergi. Sementara Engkong tertawa
kecil mendengar dia disebut Tanty sebagai cowoknya.
Dia berhenti menggenjot lalu berbisik di kuping Tanty
‘Non.. Engkong kagak mau kalo cuman dianggap pacar, kalo
suami mau hi hi hi’. Engkong merebut bantal Tanty dan
melemparnya ke lantai lalu kembali bergerak brutal. Tanty
terpaksa menutup kembali mulut dengan tangan sambil
menggeleng, memohon agar Engkong berhenti.
“Oo, oke kalo gitu. Gua balik aja deh..yang penting gua
udah kasih tahu lu ya. Salam dari Iqbal, bye” pamit
wanita itu dibalik pintu, Tanty merasa Diny pasti kecewa
karena diabaikan. Bagaimana lagi, ia tak punya pilihan
lain.
Di sela asyik menumbuk, sempat-sempatnya Engkong mengejek
“Mas Iqbaal… memek sephianya legiith hehehe, Ooohh…
enaaaaakh”. Engkong menduga lewat lenguhan kalau nama
yang disebut itu adalah PIL Tanty, sebab kalau pacarnya
pasti langsung datang atau minimal telpon, bukan titip
salam. Ditambah tadi Tanty menyebut-nyebut namanya.
Sekiranya dua menit berlalu, dan yakin Diny, sahabatnya
telah pergi jauh, barulah Tanty melepas erangan yang
ditahannya setengah mati. Engkong terkekeh melihat Tanty
sukses dikerjainya. Dia semakin bergairah, apalagi
mendengar respon erangan, tidak seperti tadi, bersetubuh
tapi hening. Sekali lagi adegan mereka terganggu ketika
Hp Tanty yang tergeletak di ranjang berdering, yang kali
ini diketahui dari ring tone itu milik Beni, sang
kekasih.
Engkong yang tidak peduli itu dari siapa, terus
menggenjot. Malah kalau perlu biar orang yang menelponnya
tahu bahwa Tanty sedang digagahi olehnya. Sedikit rasa
lega bagi Tanty, itu hanyalah sms, yang berisi kalau
kekasihnya tahu dari temannya yang Asisten Dosen pengajar
praktikum bahwa dirinya tidak ikut ujian. Tapi akhir sms
yang buat jantung Tanty serasa di anak panah, bahwa
pacarnya bilang akan datang ke tempat kost karena
khawatir dengan keadaannya.
DUNG!… DUNG!… Suara anak tangga dipijak keras seseorang,
yang pastinya laki-laki. Tanty panik bukan main, Engkong
menyangka itu mungkin Indri, entah tamu Indri, atau
mungkin tamu Tanty. Satu hal yang pasti, dia tidak
peduli. Sedang Tanty tahu, kalau itu adalah Beni..
kekasihnya yang berwajah culun tapi borju.
‘Koong… itu pacarku.. tolong berhenti!’ pinta Tanty
lirih. Engkong malah menyeringai lebar. ‘Engkong kagak
bakal lepas, sebelum Non bikin Engkong keluar’ kata ‘Kong
Juki berbisik. Bunyi anak tangga dari seng yang ketiga
terpijak, jumlah semuanya dari tangga melingkar itu ada
lima belas, berarti sisa dua belas. Meski sampai di atas,
harus jalan memutar karena ujung tangga adalah kamar
Indri, kamar Tanty diseberang, tetap saja
mengkhawatirkan.
Tanty tidak ingin Beni tahu statusnya sebagai wanita
‘gatal’ (tentu Beni akan tahu jika dengan Engkong saja
mau, apalagi dengan pemuda mahasiswa yang tampan). Maka
Tanty memutuskan untuk segera bertindak. Ia dorong
Engkong ke samping berbalik menindihnya. Liang
senggamanya yang sudah banjir memudahkan penetrasi posisi
seks yang dikendalikan olehnya. Tanty bagai koboi ikut
kontes Rodeo (menunggang kuda liar tidak boleh jatuh).
Tubuh polosnya naik turun dengan gencar. Frustasi
dijebak, galaknya Tanty keluar.
‘Bandot sialan Aarh.. muka memek lo.. seneng lo..
ngerjain daun muda kayak gw, hah?. Aaaarh.. keluarin peju
lo bandot! cepe-e-et, Aarhh. Hh.. enak lo ******* hah,
enak memek gw? Aaarhh’ Tanty meracau seperti itu di depan
wajah Engkong persis, sambil mempercepat tumbukan dengan
volume suara dipelani.
“Hnggkh.. Hnggkh..” hanya itu yang terdengar dari
Engkong, ekspresi wajahnya tidak perlu dipertanyakan,
pastilah tak karuan. Tanty memperjarang tumbukan namun
dalam-dalam mendengar pijakan anak tangga semakin dekat.
Tumbukan itu indahnya seirama dengan suara dentuman Bas
lagu dugem. Tanty dan suasana begitu erotis, Engkong tak
sanggup lagi menahan laju sperma yang sudah berontak di
kepala penis.
CROOOTTT! CROT CROT! CROOT!, begitu banyak mani yang
dikeluarkan Engkong, muncrat berkali-kali.. bertubi-tubi
di dalam vagina. Tubuh Tanty tersentak-sentak oleh
getaran tubuh Engkong. Tanty sempat mengerang karena
payudaranya diremas Engkong kencang yang sangat menikmati
ejakulasinya.
Setelah semprotan sperma berhenti, Tanty rebah di atas
tubuh Engkong, dan Engkong menyambut dengan pelukan. Ia
masih bingung. Tok! tok! tok!, “Yank.. ini aku..”.
‘Gimana nih Kong?’. Tanty bertanya dengan nada manja dan
mata berkaca-kaca karena takut ketahuan. Dengan tenang,
Engkong berbisik ‘Kamu pake pakaian, trus buka pintu
langsung tarik die ke apotik deket sini, jangan dikasih
masuk. Bilang aja perut lagi sakit, lebih sakit dari
biasanye karena dateng bulan’ usulnya.
‘Engkong gimana?’ tanya Tanty lagi.
‘Engkong sementara ngumpet di kamer mandi, ya… gitu aje..
gih sane’.
Tanty mengangguk dan langsung mengikuti perkataan
Engkong. Ia pura-pura sedang ada di kamar mandi, baru
saja selesai dan baru akan membuka pintu. Tanty tak
sempat mencuci kemaluannya yang dipenuh air mani. Jadi
terpaksa ia jalan keluar dengan cairan kental itu di
vaginanya. Skandal mereka masih tersimpan rapih tersegel
rapat.
Sejak itu, Tanty tidak kuasa menolak kemauan Engkong tiap
kali mendatangi kamarnya. Tapi, apakah betul seperti itu
yang diinginkan ‘Kong Juki? berbagi tubuh Tanty dengan
kekasih Tanty dan sephia Tanty? tentu tidak jawabnya.
Engkong ingin menguasai Tanty sepenuhnya. Di depan gadis
itu, Engkong berjanji akan menyimpan aibnya dan ia boleh
melanjutkan hubungan gelapnya asalkan ia bersedia
melayani nafsu bejat tanpa kenal waktu dan rasa lelah.
Tapi di luar itu, Engkong memutar otak mencari akal untuk
hasil akhir lain maksimal.
***
# Perbudakan sesungguhnya dimulai,
Pagi-pagi, Engkong memberi tahu Tanty kalau dia akan
pergi seharian dari pagi karena ada acara di kota J.
Tanty tidak tahu kalau itu adalah skenario Engkong.
Malamnya…
“Yank.. mulai sekarang, kamu jangan sering-sering datang
yah” ujar Tanty manja ke Iqbal, pacar gelapnya.
“Lho, kenapaa?!. Memang pacar kamu curiga?”. Tanty
menyandarkan kepala di lengan pemuda itu sebelum menghela
nafas panjang. Sulit untuk menjelaskan tanpa ia berdusta.
Bagaimana mungkin ia bicara jujur kalau Engkong juga jadi
salah seorang ‘investor’ air hina di liang cintanya.
“Iyaa.. jadi kita jaga jarak dulu, sementara..”.
“Berapa lama?”. Tanty tidak menjawab secara langsung
lagi. Tentu ia bingung, pastilah perbudakan Engkong
minimal sampai ia lulus kuliah.
“Hah? Berapa lama Yank?” tanya pemuda itu lagi karena
Tanty tak jua menjawab.
“Nggak tahuu… aku bingung!”.
“Kok tahu-tahu kayak gini sih?. Tiba-tiba, ada suara di
depan kamar Tanty… “Eh, elu Tong.. ngapain dimari malem-
malem gini?”.
“Ada yang lupa mau dikasihin ke Tanty. Engkong habis
darimana, rapih amat?”.
Engkong menyahut kalau ada acara dari pagi di kota J.
Sementara Tanty kaget setengah mati karena tahu siapa
pemilik suara yang satu lagi Beni, pacarnya.
“Kayaknya Tanty pergi deh..”. Engkong seolah-olah
melindungi Tanty. Tanty tidak tahu kalau itu termasuk
kebohongan yang sudah diatur.
“Ah Engkong sok teu… baru pulang aja. Ini sandal sama
sepatunya, kebiasaan dia kan kalau udah mau tidur, ini
semua dimasukin ke dalem. Malah ada satu lagi nih, kok
kayak sandal cowok ya?”.
Tanty berbisik ‘Yank.. kamu?’, Iqbal menepuk keningnya,
‘O iya.. ketinggalan, lupa di masukin.. bego’ ujarnya
dengan suara kecil. Tanty semakin khawatir.
“Ini sih sendal Engkong, Tanty pinjem buat keluar kali
tadi” Engkong terus berakting, pantas mendapat Academy
Award. Tanty makin yakin kalau Engkong membela sesuai
perjanjian barter memek dengan aib.
“Nggak mungkin Kong, pake sandal aku aja dia nggak mau.
Tanty khan pemilih orangnya.. Tan, *tok! tok! tok!*. Tan,
*tok! tok! tok!*. Ini aku..mas-mu, ada siapa? aku mau
masuk”. ucap Beni dengan nada csuriga.
‘Gimana niih?”. Tanty meremas-remas baju Iqbal, pacar
gelapnya yang juga lagi kebingungan. ‘Yank, itu tembok
belakang tembus kemana?’.
‘Lahan kosong kayaknya, tapi punya orang.. nanti kamu
bisa diteriakin maling kalo ada yang lihat’.
‘Ah malem ini.. gambling aja, daripada aku berantem sama
pacar kamu.. pilih mana?’. Tanty pun terpaksa mengangguk
tanda setuju.
“TAN, BUKA!!. KAMU TIDUR ATAU APA SIH.. KAYAK ORANG MATI?
AKU DOBRAK PINTU INI KALO KAMU NGGAK BUKA”. Beni tampak
kalap, dia menghardik dengan suara keras. Diaz.. Indri
dan Landa pasti tahu atas keributan itu, hanya saja tak
mau ikut campur, selain sudah diperintah Engkong.
“Jangan didobrak Tong, nanti rusak pintu Engkong.. siape
nyang ganti?”.
“AKU GANTI KONG GAMPANG, POKOKNYA INI PINTU MUSTI
KEBUKA.. NGGAK PEDULI GIMANA CARANYA”, Beni sampai
menggebrak-gebrak kaca jendela.
“Iya Yank sebentaar.. aku cuci muka dulu” sahut Tanty
berdalih, padahal ia mengantar Iqbal ke pintu belakang,
tempat untuk menaruh barang bekas dan sedikit jemuran.
“NGGAK USAH PAKE ACARA CUCI MUKA, HUUH..”, *DUAK!!
DUAK!!* Beni menendangi pintu kamar Tanty.
‘Cepet-cepet udaah, nggak usah nengok kebelakang’ kata
Tanty panik, Iqbal segera menarik sebuah meja rusak bekas
dan naik ke atasnya, HUP!, ia lompat. Baru setengah
badannya saja yang sampai di tembok.
BRAAK!!, Pintu terbuka. Dengan tegas, Beni bertukar mata
dengan Iqbal.
“HEH, ELO RUPANYA.. MALING! MALING!!. ADA MALIING”.
Reaksi cemburu Beni tiba-tiba.
Iqbal kaget setengah mati diteriaki begitu. Posisinya
yang lemah buat dia menjadi panik. Tanty merasa bersalah
lihat Beni melotot ke arahnya, terlihat sekali kalau ia
membantu pelarian. Iqbal refleks loncat kesebelah. Malang
terdengar suara dari balik tembok, “OI, TU DIE
MALINGNYE.. GEBUKIIIN” *BAK! BUG! BAK! BUG!*, terdengar
permohonan ampun dan jerit kesakitan Iqbal dari balik
tembok. Tanty menangis histeris, takut jikalau Iqbal
pisah nyawa dari raga.
Kesalahan Iqbal tadi adalah lari, seharusnya malah lebih
baik dihadapi, paling dihajar Beni seorang diri, tidak
dengan orang sekampung. Untung dilerai Engkong yang sudah
menduga akan terjadi hal seperti ini, bersama dengan
seorang hansip, dua peronda malam dan RT setempat.
Dengan wajah babak belur, Iqbal disidang tertutup di pos
hansip yang dihadiri oleh Tanty dan Beni sebagai saksi
juga Engkong tentunya sebagai pemilik kost. Warga sekitar
yang menjadi bangun karena teriakan maling dan sempat
menghakimi Iqbal, ramai merubungi tempat tersebut.
Pertama-tama, Engkong menjelaskan duduk masalahnya. Lalu
bagai pahlawan di depan Tanty, dia mengusulkan damai
karena memang tidak ada barang yang hilang dan Iqbal
bukanlah pencuri. Iqbal sendiri tidak bisa menuntut Beni
balik atas tuduhannya, karena memang tindak tanduknya
yang loncat tembok itu bagai seorang maling.
Kasus ditutup, misi pertama Engkong selesai. Iqbal
meminta maaf pada Engkong dan Beni karena masuk kamar
pacarnya tanpa izin, kemudian dia pamit pergi tanpa
berani menatap Tanty. Beni dan Tanty pulang ke tempat
kost lebih dulu dari Engkong.
Setelah ruangan sepi, Pak RT sebagai Hakim tadi mulai
menunjukkan jati diri, “Kong, bagi-bagi dong kalo punya
anak kost cantik kayak gitu bisa dipake’ huehehe”.
Engkong terkekeh.
“Iye nih Engkong.. awet muda sendirian aje” sindir si
hansip juga, tawa pun merebak.
“Gue juga udah lame, kepengen ngerasain memek mahasiswi
kampus sini” kata salah seorang peronda yang berkumis
tebal, yang satunya lagi hanya tertawa tanpa angkat
bicara.
“Kalo gue dapet kesempatan ngentotin cewek tadi.. gue
suruh nungging seharian Wa kak kak kak” kata si hansip
sambil menirukan gaya doggy, semua semakin keras tertawa.
“Kalo yang lain sih ade.. tapi nyang tadi jangan” Engkong
memberi angin, karena dengan adanya kasus ini, para pria
yang hadir di pos itu tentu tahu kalau kost-kostan
Engkong ternyata bisa dipakai mesum juga.
“Bener nih ‘Kong?” penis Pak RT menegang, membayangi
mahasiswi model Tanty bisa dientot.
“Iyee.. tapi inget lu pade, jangan nambah orang lagi!”.
“Beres deh ‘Kong.. inget tuh semua, Li..Man..Yan” tambah
Pak RT lagi, yang lain segera manggut asal kebagian
jatah.
“Sekarang bisa Kong?”. Pak RT mupeng. “Busyet, die
saange…”, semua langsung tertawa mengejek Pak RT, meski
mereka sama juga mupeng.
“Sabar Tong, sekarang udah pada tidurlah awewenya. Besok
malem jam 7-an.. lu pade juga jangan langsung datang
segambreng gini. Ngantri oi.. dua-dua, besok dua..
besoknye lagi dua” tukas Engkong bagai germo saja.
“Ya udah kalo gitu lu besok sama gua dulu Li” atur Pak RT
serasa penguasa, menunjuk si hansip sebagai rekan team
tag-nya.
“Yaah.. Pak RT sih pilih kasih” keluh si peronda yang
berkumis tadi.
“Bukan gitu Yan.. pan kelop kalo RT sama hansip jalan.
Nah, kalo elu ama Eman anggep aje lagi mau jalan kemane
gitu”.
“Iye udeh gitu aje.. gue pulang dulu ye, kelamaan.
Pokoknye terserah lu pade deh, nyang penting bedua-
bedua.. gantian” Engkong pergi meninggalkan mereka yang
masih rebutan siapa yang duluan menikmati vagina anak
kost, Diaz.. Indri dan Landa.
-# #-
“Sekarang aku mau denger dari mulut kamu langsung…DIA ITU
SIAPA KAMU?” tanya Beni dengan wajah sangar dan suara
keras. Tanty terisak-isak karena takutnya dia, kata-kata
terasa berat di lidah, lidahnya kaku.
“AYO, JAWAB!! HAH… SIAPA?” hardik Beni lagi, membuat
Tanty merasa tertekan.
Ia coba membuka mulut, “Ma.. mantan..”.
“Iya aku tahu, dia itu mantan kamu.. tapi seharusnya cuma
temen kan? nggak lebih, Hmm?” potong Beni dengan suara
lembut, seakan badai kemarahannya telah reda.
Tanty sejenak lega. Ia menggangguk…
“KALO TEMEN NGAPAIN DUA-DUAAN DI DALEM PINTU DI KUNCI,
HAH?. MENTANG-MENTANG TAHU ENGKONG PERGI… NGAPAIN AJA
KALIAN?” tanya Beni lagi dengan suara tiba-tiba mengeras,
Tanty kembali ciut seukuran Ibu jari.
“GITUAN YA?” Tanty merunduk saja tak berani menjawab, ia
teringat akan kesalahannya membantu pelarian Iqbal,
sangat fatal.
“Bagus.. bagus..”. Beni melipat kedua tangannya ke depan.
Tanty menguatkan hati, “Ma-maafin aku Yank” mohon si
cantik itu dengan suara bergetar.
“Maaf…? Begitu mudahnya kamu minta penyelesaian masalah
yang sangat sulit buat aku. Kamu tahu.. dengan BMW itu..
aku bisa dapetin 10 cewek kayak kamu. Tapi… aku nggak mau
kayak gitu lagi, dari SMA aku udah puas.. aku mau hidup
lurus dan mau serius sama seorang cewek aja. Tapi, kamu
kok kayak gini.. berani-beraninya ngeduain aku,
mengkhianati ketulusanku. Huuh, aku benci tahu nggak”
keluh Beni panjang lebar. Tanty hanya terus menangis dan
meminta maaf, senjata terakhir wanita yang paling
mutakhir untuk meluluhkan hati pria yang disakitinya.
“Ya sudah.. udah cukup”. Tanty merasa lega, dipikirnya
Beni kembali dalam pelukan.
Namun.. “Aku nggak mau maksain sebuah Cinta.. kalau
memang kamu lebih suka dia, aku..”.
“Nggak kok Yank..aku lebih sayang kamu” potong Tanty
dusta sambil meremas-remas baju Beni.
“Nggak mungkin-lah.. gantengan dia daripada aku.. lagi
juga logikanya, kalau kamu lebih sayang aku.. kamu nggak
akan selingkuh, iya kan?” kata Beni sinis.
“Nggak kok nggak, maafin aku..” Tanty memeluk Beni erat,
memohon dengan sangat.
“Ini demi kebaikan kita.. Coba kamu bayangkan, apa
jadinya kalau ini terjadi saat kita udah resmi nikah,
punya anak lagi?” tangis penyesalan Tanty kian histeris,
sekujur pipinya mengkilap basah oleh air mata.
“Oke, take care.. salam damai buat mantan kamu itu ya”
Cup!, Beni memberi kecupan terakhir perpisahan di kening.
Tanty terus meremas baju Beni menahannya untuk pergi,
namun Beni menepis lembut dan Tanty pun hanya bisa
memandang punggung Beni yang semakin lama semakin jauh,
hingga hilang dari pandangan. Sesal kemudian.. tiada
berarti.
Dalam kebingungannya, Tanty meraih Hp dan menelpon Beni
agar kembali, namun tidak diangkatnya. Ia telpon Iqbal,
mailbox.. harus bagaimana dia?. Uang kuliah.. makan..
sewa kost-kostan?. Tiba-tiba Engkong muncul bagai
Pangeran berkuda putih, sang penyelamat.
Lelaki udzur bau tanah itu mengampiri Tanty yang masih
diri mematung di depan kamar kostnya. “Belum tidur Non?”,
dia lontar pertanyaan seolah-olah tidak ada masalah.
Tanty juga enggan menjawab, baginya kini semua kata-kata,
hanya masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
“Tadi mas Beni titip pesen” pancing Engkong karena Tanty
tak bereaksi.
“Pesen apa?” Tanty langsung bertanya, wajahnya penuh
harap. Engkong tersenyum jahat.
“Die bilang gini.. mulai sekarang, die nggak bisa bayarin
sewa kost Non lagi.. terus..” Engkong sengaja berhenti
sengaja membuat penasaran.
“Te-terus?”, air mata Tanty mengalir deras.
“Terus katanye.. die nggak ikhlas selama ini, bayarin
kost.. tapi tempatnya buat Non selingkuh. Jadi.. die mau
narik uangnya lagi selama ini, sewa selama sembilan
bulan”. Tanty lemas mendengarnya. Sudah jatuh tertimpa
tangga.
“Sebenernye Engkong keberatan, tapi katenye.. Engkong
suruh nagih ke Tanty ato sephia Non”. Tanty sudah tak
mampu lagi bicara, putus sudah harapan. Pudar angan-angan
menjadi Sarjana, tambahan.. darimana dia dapat uang
segitu untuk mengganti. Iqbal? Hp-nya saja dinon
aktifkan.
“Gimana nih Non? Engkong rugi…” dusta Engkong.
“Apaa..”, Engkong berjalan ke belakang Tanty.
“Sementara.. bayar DPnya aja Hehehe”, Engkong meremas-
remas dada Tanty. Tanty yang sudah pasrah hanya
menggeliat, juga diam saat Engkong menggendongnya masuk
ke dalam kamar dengan tawa kemenangan. Huaak.. hak hak
hak hak.
Dengan ini, Tanty mutlak jatuh ke tangan Engkong, menjadi
budak seks yang sesungguhnya. Sebab, Tanty tidak pernah
lagi kuliah lantaran tidak ada yang membiayai. Semua
teman-teman kuliah yang menghubungi ditolaknya. Karena
nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena kesalahan
kecil, rencana besar jadi berantakan. Karena sebuah
kondom, Tanty menjadi budak seks Engkong selamanya.
Karenanya, setiap saat setiap waktu.. Engkong bebas
menidurinya.
Setiap kali minta diisi perut.. baik itu sarapan, makan
siang ataupun malam, sebelum membeli.. Tanty diwajibkan
Engkong menyepong dan menelan maninya. Saat makan pun
juga ia harus duduk di atas penisnya yang mengacung,
selesai makan digarap lagi. Begitu seterusnya..
penghinaan demi penghinaan diterima Tanty sebagai jabatan
budak seks. Tanty tidak punya pilihan selain
menikmatinya, karena masih lebih baik dibanding Diaz..
Indri dan Landa, yang juga menjadi tempat lampiasan nafsu
binatang Pak RT, hansip dan dua peronda malam.
***
Sejak Engkong mengangkat Tanty resmi menjadi ‘Istri’ ke-
empatnya, ia cepat akrab. Mereka suka curhat sewaktu
Engkong mengistirahatkan barangnya yang kelelahan akibat
aktif bulak-balik di kewanitaan mereka. Engkong tidak
pernah lagi memanggil Tanty dengan tambahan kata ‘Non’ di
depannya, hanya Tanty, layaknya istri.
Indri bercerita tentang keluarganya di Aceh yang terkena
musibah banjir, satupun dari anggota keluarganya tidak
ada yang selamat. Kerjaannya sebagai customer service di
perusahaan asuransi mencari klien jadi sedikit banyak
kacau akibat sulit berkonsentrasi. Prestasinya menurun
drastis, perusahaan pun tak dapat mempertahankannya.
Berakhir dengan pemecatan dirinya. Family di Jakarta
menawari tumpangan. Indri yang merasa kurang dekat dengan
saudaranya, ditambah sedang ingin sendiri, menolak halus
tawaran tersebut. Engkong mencari celah, menghembus kasih
sayang layaknya orang tua, sungguh malang ujung-ujungnya
ke ranjang. Pertama kali Engkong memperlakukan Indri
bagai Istri, tapi lama kelamaan malah jadi seperti budak
seks. Kontranya, Indri merasa seks hancur-hancuran yang
dilampiaskan Engkong padanya malah sebagai obat peredam
rindu kehilangan keluarga. Sebuah keberuntungan bagi
Engkong.
Giliran Landa bercerita. Sebagai karyawati Bank,
pandangan orang pasti positif. Berfikir si A atau si B
punya pekerjaan mapan, padahal tidak juga. Krisis moneter
datang tanpa di-undang, buat beberapa Bank di likuidasi
dan staf-stafnya dirumahkan. Bertambahlah pengangguran,
sebuah karya Indonesia yang skor-nya tak tersaingi selain
korupsi. Bank tempat Landa bekerja salah satunya, sungguh
tak pernah dinyana.
Keluarga yang selalu mengandalkannya karena terkena kasus
Lumpur Lapindo Brantas, PT, di Surabaya semakin kalang
kabut. Ayahnya yang terbelit hutang sana sini bunuh diri,
sang Ibu menyusul selang beberapa hari karena tak tahan
cobaan, sedang adiknya yang masih kecil di asuh paman
Landa yang hidup pas-pasan. Kebutuhan terus menuntut.
Darimana uang untuk beli makan ? bagaimana dia bayar kost
?. Semua itu satu jawabnya, cukup dengan menjadi budak
seks Engkong.
Sama kasusnya dengan Indri, Engkong datang sebagai
pahlawan. Dengan berbekal uang pensiun dan hasil jual
tanah, bandot itu menawarkan ‘perdamaian’ dalam hal sewa
kost dan isi perut melalui selangkangan. Landa terpaksa
meng-gadai kehormatannya pada Engkong. Ia yang merasa
tidak punya siapa-siapa lagi untuk dipertahankan, pas
saat itu dia berstatus single, menyerahkan diri
sepenuhnya ke Engkong.
Diaz punya cerita sendiri. Sejak lulus SMA, ia sudah
hunting pekerjaan. Tanpa berbekal pengalaman dan ilmu di
Perguruan Tinggi, ia terpaksa bekerja yang berhubungan
dengan menonjolkan bagian tertentu dari tubuh. Wajah
eksotis ditambah bodynya yang bak gitar Spanyol itu
memang selalu berhasil mengundang perhatian kaum Adam.
Apalagi jika dibalut pakaian minim, pasti pada lengket
kayak perangko.
Sayang status pekerjaannya hanya kontrak, waktu habis
masa, maka, menganggurlah dia. Mulailah Diaz kesulitan
dalam membayar kebutuhan-kebutuhan. Orang tuanya yang
miskin hanya bisa menyuruh pulang ke kota B. Diaz yang
sudah cocok tinggal di tempat kost Engkong enggan untuk
beranjak pergi. Maka dia pun coba meminta keringanan pada
Engkong. Sebagai SPG yang berpengalaman menggoda lelaki
dan tak jarang naik turun ranjang, Diaz merelakan
tubuhnya untuk dinikmati ‘Kong Juki setiap hari.
-# #-
(Tambahan) :
Diaz dan yang lain buka hal yang selalu dipertanyakan
Tanty dalam hati.
“Oo, jadi gitu.. sejak celdam gw hilang itu gw udah di-
incer sama Engkong. Pantes.. gw kok akhir-akhir itu mulai
ngelihat lo pada dipake’ Engkong. Biasanya gak pernah
khan?”.
“Iya, emang itu rencana dia. Dulu gw yang mancing Indri
‘n Landa jadi kayak sekarang ini” jelas Diaz, Tanty
memanggut-manggut. Tapi Indri dan Landa tampak seperti
tidak kesal dan menyesali nasibnya berakhir menjadi budak
seks Engkong.
“Tan, kalau memang kamu punya jalan yang lebih baik dari
ini…ya gapai aja, iya ‘gak ?” kata Diaz, meminta dukungan
Landa dan Indri, yang langsung di-Amini mereka dengan
anggukan.
Tanty hanya diam tak menyahut, mengepulkan asap rokok
dari bibir tipisnya. Memang benar, tapi harus kemana..?.
“Lu khan pernah kuliah di kampus samping nih, cari link
kek.. apa kek, khan bisa. Kalo gw sih udah buntu, orang-
orang deket ada di Surabaya” tukas Landa.
“Iya Tan betul.. gw setuju” sahut Indri sambil menepuk
abu rokoknya ke asbak.
Perbincangan mendadak berhenti melihat Engkong berdiri di
muka pintu tempat mereka bercakap-cakap. “Ayo mandi, udah
sore!” suruh Engkong sambil dia berkacak pinggang. Diaz
sebagai yang paling lama dan tertua disitu, meng-awali
pembugilan diri. Menyusul Indri, Landa baru Tanty.
Rutinitas itu berjalan setiap hari, mandi kemudian seks
berlima. Dan malamnya sebelum tidur, pria bertubuh pendek
gempal berselimpang sarung seperti peronda, datang
menagih jatah. Eman namanya, diseretnya Diaz dan dilempar
ke ranjang lalu diperkosanya habis-habisan. Sedang
satunya lagi yang bernama Piyan, menggarap Indri dan
Landa sekaligus tanpa ampun. Setelah cukup puas, mereka
pasti bertukar pasangan. Besoknya giliran Pak RT yang
memperkosa Diaz brutal. Didampingi Parli si hansip, yang
mengentoti si imut Landa dan si toket montok Indri secara
membabi buta hingga pingsan. Sementara Tanty, tiap malam
memeknya menjadi korban keganasan G30 S ****** Engkong
yang biadab. Kamar mereka berempat, jadi selalu beraroma
sperma, Hueek!, menjijikkan.
***
# Bad or Nice way Out?
Kira-kira beberapa bulan setelahnya… atas perkataan Landa
yang masih terngiang-ngiang di kepalanya, ia coba
mendatangi kembali kampusnya, sekaligus ingin tahu
keadaan disana. Tanty sempat bertemu dengan beberapa
teman dan dosen, hanya sekedar obrolan ringan saja.
Di atas anak tangga kampus, Tanty termenung. Bagaimana ia
menyelesaikan kuliahnya. Rindu pada teman-temannya yang
sudah lulus. Saat itulah datang seorang lelaki berusia
30an. Tanty menduga dia alumnus kampus, memang betul.
Dengan mudah mereka cepat akrab karena pembicaraan
nyambung ke masalah kuliah.
“Oo, jadi berhenti dulu karena biaya…” kata pria itu,
Tanty mengangguk dan tersenyum manis. Berharap pria itu
tertarik, hubungan semakin dekat bahkan jadi sepasang
kekasih dimana ia akan menuntut uang kuliah dan sewa
kost.
“Lantas, aktivitas kamu sekarang apa kalau sedang cuti?”
tanya pria itu.
Tanty hanya, ‘Mmm…’, tak mampu ia menjawab. Masa-kan ia
harus bilang jadi budak seks Engkong, mustahil.
“Sebenarnya aku tahu siapa kamu Tanty” kata pria itu
membuat Tanty dag dig dug.
“Maksud mas?”.
“Yaa, aku punya banyak mata-mata di kampus ini. Aku tahu
mana mahasiswa/i yang pintar, yang bodoh, yang malas,
yang kaya, yang miskin, yang nge-drugs, yang pengedar,
yang nggak sanggup bayar kuliah, yang suka godain dosen
bahkan sampai yang jual diri jadi ayam kampus pun aku
tahu” jawab pria itu dengan yakinnya.
“Ayam kampus?”.
“Iya, Ayam kampus…kelompok mahasiswi yang jual diri buat
biaya hidup dan bayar uang kuliah”. Tanty terdiam.
“Organisasi ayam kampus itu, aku yang mengelola dan
beberapa alumni”, Tanty semakin kaget dibuatnya, pria
yang dibayanginya akan menjadi sosok penyelamat, kandas
sudah.
“Makanya aku deketin kamu, karena sayang.. dengan potensi
yang kamu miliki”.
Tanty berdiri, “Eh, sorry ya.. Gw bukan cewek rendahan
kayak gitu tahu!” sahut Tanty menaikkan harga diri.
“Yakin? kan udah aku bilang aku tahu semuanya. Mulai dari
keluargamu yang di Padang, sampai keadaan kamu sekarang
yang tinggal sama Kakek cabul di kost Melati hehehe”,
Tanty tersentak kaget karena pemuda itu tahu semua belang
kartu, wajahnya merunduk malas menatap si pemuda dan
perlahan kembali duduk.
“Gak usah malu, makanya aku datang mau kasih penawaran.
Mau terus di Melati sampai tua, apa kamu ikut aku masuk
perkumpulan Ayam Kampus, dimana disitu nge-sex tapi di
bayar. Bisa buat hidup, bisa buat bayar kuliah, lebih
punya masa depan!” hasut si pemuda. Tanty bimbang,
mulutnya serasa rekat oleh lem, tak bisa keluar kata
apa-apa.
“Ya tenang aja. Aku enggak minta jawaban langsung dari
kamu, karena aku juga nggak maksa, cuma kasih solusi.
Jadi ayam kampus bukan hal yang mudah juga, harus siap
mental karena bakal ketemu banyak orang-orang mesum.
Tapi, duitnya itu nggak sedikit lho yang pasti” bujuk si
pemuda.
Tanty teringat akan perkataan Diaz, Inda dan Landa. Ia
berpikir, apakah benar ini jalannya? sepertinya bukan
jalan yang lurus. Tapi.. perkataan pria itu ada benarnya,
jika terus bersama Engkong, ia tak akan bisa menamatkan
kuliahnya, dan jadi sarjana sesuai cita-cita orang
tuanya.
Dengan meneguhkan hati, Tanty berkata, “Oke mas, aku mau
jadi anak asuh mas sebagai Ayam Kampus”.
“Kamu yakin?!”.
“Yakin mas, tawaran mas ada benernya, aku butuh uang”, si
pemuda tersenyum. “Tapi sebelumnya aku mau tanya mas,
boleh ?” tambah Tanty.
“Boleh…silahkan”.
“Perkumpulan mas khan rahasia, gimana kalau setelah
keluar ada yang berkhianat ngasih tahu tempat Mas biar
digrebek, misalkan?”.
“Selama ini sih belum pernah, kita aman-aman aja. Lagi
kan seperti yang aku bilang, ini semua nggak ada paksaan.
Jadi silahkan datang dan pergi, memang ada syaratnya
juga”.
“Syaratnya apa ?”.
“Setidak-tidaknya masa pengabdian kamu 3 tahun, jadi
misalkan kuliah kamu selesai dimana masa abdi kamu baru
dua tahun. Ya.. kamu harus sabar dulu ikut dengan kita-
kita setahun lagi”.
“Tapi habis itu boleh keluar dari perkumpulan?”.
“Boleh-lah, buat apa juga kita nahan? malah pelanggan
selalu minta barang baru. Ayam kampus yang ngerasa udah
usang justru sebal karena dapet saingan”.
“Gak ada yang dendam ngelaporin gitu?”.
“Gak ada tuh, lagi juga…kita punya pelindung. Kita punya
bekingan Polisi sama ABRI, jadi dari siapa info itu
kesebar, ya orang itu siap-siap aja hehe”. Tanty cukup
takut mendengarnya.
“Tapi tenang aja..yang pasti, aku selaku pengelola selalu
bertindak adil. Aku dan anak asuh selalu bagi rata,
pelanggan tambah sewa tempat aja, malah tips juga buat si
ayam kampus. Jadi, hubungan kita semuanya harmonis. Ada
juga kok yang udah lebih dari 5 tahun dan tinggal
permanent”. “Ada?”.
“Ada, rata-rata dari mereka.. memang ada yang udah nge-
tek. Entah profil atau cara mereka memuaskan, yang
pasti.. ada client yang nggak mau kalo nggak sama dia”.
Pria itu kembali meyakinkan, Tanty diam berpikir.
“Gimana.. berubah pikiran?”.
“Nggak sih, terus.. mas tahu dari mana tentang kost-ku?”.
“O, tempo hari ada yang dari situ juga, makanya aku tahu.
Sekarang orangnya udah lulus dan udah keluar perkumpulan.
Naah, enak khan ?” bujuk si pemuda itu lagi, Tanty cukup
kaget, ternyata ada yang belum diceritakan Diaz dkk di
kost. Tapi Tanty pikir, masa bodohlah.
“Ya udah deh, tapi gimana ya mas…aku punya hutang bayar
kost ber-bulan-bulan sama Engkong”.
“Sekarang juga aku lunasin ke tempat kamu, berapa?”.
“Tapi, aku jadi hutang ke mas dong?”.
“Ya gapapa, nanti aku potong aja dari fee kamu. Biasanya
pembagian dapet 60 : 40, yang 40 kamu bayar aja setengah,
kan masih ada uang tips buat kamu dari clien selain itu
ok?”.
“Ok mas, aku setuju”. Tanty menyanggupi.
“Ok, kalo gitu…selamat datang di perkumpulan ayam
kampus”, mereka berjabat tangan layaknya partner kerja.
Hari itu juga, Tanty ditemani si pemuda misterius itu
mendatangi Engkong untuk mengutarakan maksud dan
tujuannya. Engkong tidak suka dengan pria itu, ini yang
kedua kali ‘korban’nya direbut. Diaz, Indri dan Landa
tetap memberi semangat ke Tanty apapun pilihannya.
-# #-
The Last Day…
Pagi itu, Tanty berniat pamit pada Engkong. Malam hari
sebelumnya ia digarap Engkong habis-habisan. Terhadap
Diaz, Indri dan Landa.. Tanty telah pamitan. Namun baru
saja ia hendak mengetuk pintu kamar Engkong, terdengar
suara samar-samar..
‘Aaah.. Aanggh.. Yesshh.. Yahhh”. Tanty pikir, pasti
Engkong sedang ‘olah raga pagi’, entah itu dengan Diaz..
Indri atau Landa.
Tanty yang sudah terbiasa melihat pergumulan mereka,
tanpa buang waktu membuka pintu. Ceklek!. Tanty melihat
seorang gadis berkulit putih, lebih putih bahkan darinya
dan Indri, rambutnya sebahu pendek. Jantung Tanty
berdegup, gadis yang sedang di angkat naik turun dalam
pelukan Engkong berdiri itu menoleh.. DINYY…?!!.
Kenapa…? Kok bisa?. Dalam terkesimanya Tanty, Engkong
mengejek, “Non.. temennye enak banget!. Memeknye lebih
harum dan legit, Huak hak hak haak”.
“Di… a.. apa-apaan kamu?” tanya Tanty dengan wajah tak
percaya.
“Ahhh.. Taan.. sorry.. gua.. butuhh.. tempat..
kost.Aahhh… gratis” jawab Diny terengah-engah. Engkong
terbahak-bahak dan jadi makin bersemangat mengentotinya.
Diny sempat bercerita, bahwa sepulangnya dia dari kamar
Tanty waktu itu, ditengah jalan ia bertemu Beni yang
sedang menuju kamarnya, jadi pikir Diny.. dengan Iqbal
bukan.. dengan Beni bukan.. lalu siapa lagi?. Maka dari
itu, Diny mendatangi Engkong untuk menanyakan
kepastiannya, lalu.. memberikan ‘penawaran’ yang sama.
Mendengar pernyataan Diny, Tanty hanya diam berdiri
terpaku. Tapi ia pikir-pikir, sama saja. Diny memilih
menjadi budak seks Kakek pemilik kost, dia jadi ayam
kampus, yang tentunya budak seks orang juga, bukan suami
tercinta.
“Oookkh…Oooookhh, enaknyaahh..”, tubuh tua Engkong
bergetar meresapi kenikmatan, ejakulasi di memek Diny.
Sesudah itu, Engkong sengaja merentang bibir vagina
mungil Diny ke hadapan Tanty dengan bangga. “Lihat nih
Non.. peju Engkong ada di memek temennya, heh heh heh
heh”.
Baru saja Tanty terbelalak tak percaya melihat cairan
putih kental memenuhi vagina sahabatnya, seseorang
mencengkram lengannya dari belakang, “Kong, berarti
sekarang yang ini boleh dipake’ kan?”.
“Boleh, entot aje sepuas lu.. sampe lecet kalo perlu!”
sahut Engkong dendam.
Hansip yang bernama Parli itu langsung menelanjangi Tanty
di tempat, dibantu Pak RT yang juga sudah lama ‘ngebet’
dengan Tanty. Sesuai janji, hampir seharian Tanty digarap
Parli dengan gaya Doggy. Saking bergairahnya dia, Tanty
sampai tergencet ke dinding disodok Parli dari belakang.
“Mampus lu.. akhirnye.. bisa juga gue.. ******* memek lu”
geram Parli. Disambung Pak RT yang tak kalah birahinya,
kemudian dua peronda yang di-informasikan Parli kalau ini
hari terakhir Tanty, dan boleh ******* dia sesukanya.
Diny sebenarnya sempat ingin menolong, namun Engkong
menahan dengan merengkuhnya, “Jangan ikut campur Non..
katenye mau nge-kost gratis disini hehehe” ujar Engkong
sambil meremas-remas toket Diny yang kemudian dikenyotnya
gemas. Diny pun akhirnya hanya menonton Tanty diperkosa
ke-enakan di depannya.
Alhasil, Tanty baru keluar tempat kost malam hari.
Kewanitaannya perih serasa lecet karena terus menerus
digesek benda tumpul. Ke-empat bajingan itu tertawa
menang, puas melampiaskan hasratnya yang sedari dulu
tertunda.
yach ^o^ (Diny Yusvita a.k.a Vita).