Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

Bimabet
Selamat pagi, cerita ini bakal lanjut,
Sesuai janji, bakal lanjut setelah urusan sekolah selesai,

Tunggu ya..
 
Hallo pembaca semuanya, mohon maaf karena kesibukan kuliah, baru bisa mengupdate cerita ini.

Semoga selalu sehat semuanya ya..


--------------------------------------------

CHAPTER 38: KADO BUAT DITA

Detik, menit, jam dan hari berlalu begitu cepat, hingga tiba sebuah waktu undangan pernihakan Dita dikirimkan melalui Facebook. Dia mulai membuka block FB. Hati masih gemetar dan tak kuasa, kami dulu yang sering mesra-mesraan lewat pesan wall facebook, kini kirim tombol like pun enggan. Aku hanya bisa melihat foto profile Dita yang sudah berubah di FB itu. Sekarang foto berdua dengan Yosa dengan kaos couple, satu I Love Tax satu lagi I Love Teach. Seperti pasangan yang memang cocok untuk menjalin bahtera rumah tangga. Raut muka bahagia ditampakkan keduanya. Gallery foto di FB nya sekarang bertebaran foto prewedding mereka. Sedangkan fotoku sudah hilang sama sekali di gallery nya. Tanpa jejak sedikitpun.


Jarak yang memisahkan antara Jogja dan Jakarta membuatku berpikir apakah harus aku pulang, ke Jogja untuk menghadiri pernikahannya. Bimbang pasti ada. Sebenarnya aku juga sudah mulai merelakannya. Tak datang berasa tak enak, namun kalau datang nanti takut terjadi apa-apa.


"Fiuuuhh situasi yang sulit" gumamku dalam hati.

Aku pun bertanya kepada Widya, temen kampus yang kebetulan sekarang dekat dengan Dita. Widya ini asli Kalimantan, namun menetap di Jogja karena memang niatnya merantau di Jogja dan tinggal di sana. Aku mulai menyapanya dan bertanya.

"Wid, nikahannya Dita gimana ya? Aku diundang, tapi keadaan kaya gini menurutmu perlu dateng ngga wid?"

"Lan, wis, gak usah dateng, daripada situasi sakral jadi runyam." Balasnya kepadaku.

Aku yang tadinya hanya bertanya soal perlu atau tidak datang pun jadi penasaran, kenapa dibilang bisa bikin runyam.

"Lho kenapa wid? kok bikin runyam? aku sama Dita kan sudah putus, udah gak ada lagi hubungan? Aku bertanya kepada WIdya sambil meletakkan secangkir teh yang barusan aku sruput.. berasa pahit namun menyegarkan.

"Dita itu sebenranya masih sayang sama kamu.. Kamu gak ada usaha apa ngerebut dia kemarin-kemarin setelah putus? Berkali-kali curhat sama aku, katanya masih beraharap kejaiban datang sebelum akad nikah. Akadnya sama kamu, bukan sama Yosa." Widya menjelaskan yang membuatku sedikit tertegun merasa heran akan apa yang terjadi.

Kemudian kembali bertanya kepada diri sendiri. Apa memang aku terlalu cuek dan tidak tanggap ya. Apakah dulu aku seharunya nekat ke Jogja dan menyatakan bahwa aku mau balikan dan mau meminangnya?

Tapi setelah ku pikir, Dita sendiri yang sudah menyeleweng berhubungan dengan Yosa. Dia diam-diam sudah menjalin hubungan di belakangku. Setelah putus, tak lama jadian dan dilamar. Itu kan bikin sakit hati sekali. Ibarat kata, dia sudah memiliki cadangan pria lain.

Apakah dia gak mikir gimana perasaanku ya?

Ahhh sudahlah, memang keadaan saja lah aku anggap penyebabnya. Dita bertindak seperti itu mungkin karena faktor orang tua yang menuntutnya untuk segera menikah. Sedangkan aku kepastian pun tak punya. Bapak Ibu masih berharap aku membantu perekonomian keluarga.

Dua minggu sebelum hari pernikahannya, aku mulai terbiasa dan mulai bisa melupakan sosok Dita. Hanya doa yang terbaik kupanjatkan biar semuanya lancar.

Sabtu, tak ada kegiatan, aku pun menyapa Sari, yang akhir-akhir ini dekat denganku. Dia mangajakku untuk jalan di hari sabtu. Kebetulan aku juga sedang mencari ide buat kado pernikahan Dita. Mungkin Sari bisa menemaniku. Aku berangkat dan bertemu di sebuah mal di Bekasi. Mall Metropolitan namanya. Kami berdua bertemu di lobby yang terasa asing bagiku. Maklum saja karena jarang nge-mal.

Kami bertemu berbincang sambil makan di Solaria, restoran yang selalu menjadi keputusan terakhir saat bingung mau makan apa di mal. Kami berbincang asik mulai dari soal kerjaan sampai dengan gosip asmara teman kantor.

Kami duduk tidak berhadap-hadapan, tapi samping-sampingan. Saat bercanda dan bercerita, sesekali badannya menyender ke badanku. Sangat akrab dan mengobati rasa rinduku untuk bercengkerama dengan teman dekat.

"Alan, kalau Putri tahu aku jalan sama kamu pasti marah nih dia." Ungkap si Sari, sambil memegang tanganku erat.

Putri dan Sari memang kerabat dekat dan sering saling curhat. Gak bermaksud GR cuman bisa saja mereka ngomongin aku dibelakang.

"Hahahaha.. ah masa, biasa aja sih kayanya. Untungnya jauh lah ya.. kita di Bekasi dia di Jakarta." Balasku kepadanya.

Selesai makan, kami pun beranjak untuk mencaari kado buat pernikahan Dita. Aku tahu Dita adalah orang yang cerdas, pintar pula. Maka aku putuskan untuk memberikannya kado sebuah buku. Buku pula yang aku kasih kepadanya saat dia terakhir ulang tahun. Dia sangat senang membaca.

Berkeliling ke Gramedia, melihat-lihat buku apa yang cocok untuk kado. Akhirnya kuputuskan untuk memberinya kado sebuah buku berjudul La Tahzan karya Dr. Aidh al-Qarni. La Tahzan berarti Jangan Bersedih. Entah apa isinya aku juga kurang tahu, yang jelas ini sepertinya cocok buat kado. Ini juga saran dari kakakku yang menyarankan buku ini. Aku diminta mencari coba di Gramedia. Sepertinya cocok.

"Bagus ini, kamu pinter juga milih buku lan." Celetuk Sari kepadaku.

"Ah, ini juga aku asal milih aja, sepertinya bagus. Yasudah aku pilih ini aja. " Jawabku.

"Jadi kamu milih buku ini daripada milih aku? okeee faiiinnnn." Canda si Sari sambil membuang mukanya ke arah kiri, dengan mata melirik tanda hanya bercanda.

"Iyaaa laaah pilih buku ini.. kalau kamu kan ga bisa dibuka-buka." Balasku sambil memberikan kode nakal.

"Dasaaar kamu yaa. mesum.." Sari menggerutu, melipat tangannya,.

Obrolan kami pun disudahi karena ada orang lewat yang mau lihat buku di area kami.

Setelah membayar, sekaligus aku minta untuk dibungkus kertas kado dan ucapan standar
"Semoga bahagia, sakinah mawardah, warohmah”.

Semoga buku ini bermanfaat, Dita tak lagi bersedih dan menjalani hari-harinya penuh kebahagiaan.

Hari sudah sore, aku dan Sari pun terpaksa menyudahi apa yang kami bilang ‘kencan’ hari ini.

Sari naik mobil kijang warna hijau, aku numpang sampai perempatan dimana sering ada bus mangkal. Selama perjalanan pun aku banyak diam nya. Mungkin karena terlalu lelah seharian jalan. Atau karena malu karena disopirin sama cewe.

Maklum anak kampung gak punya mobil, ga bisa nyetir.

Sampai di perempatan kami pun berpisah. Sangat berkesan saat Sari mencium bibir ku tanda perpisahan. Kaget bukan main. Wanita yang terkenal alim di kantor bisa ciuman begini. Ahhh pikiranku kacau.

“Kapan-kapan aku ajarin nyetir yah.” Ucap sari kepadaku. Seolah dia tahu apa yang ada di kepalaku.

“Oke deh, tau aja apa yg aku pikirin tadi. Hahaha.. yasudah aku balik duluan ya.. “ pamitku kepadanya.

“Yasudah ati-ati. Nanti kalau sampai kosan kabarin ya” pungkas Sari.

“Okee siaap nyonyaa..” jawabku.

Perpisahan kami diakhiri dengan lambaian tanganku yang disambut gerakan cium jauh khas anak kecil.

Akupun bergegas naik Bus yang tak lama datang. Bus Agra Mas jurusan Tangerang yang di dalam nya berasa di dalam kulkas. Dingin banget.

Sepanjang perjalanan aku berkomuniksi dengan WIdya. Komunikasi ini untuk kepentingan pengiriman kado ke Dita. Aku minta tolong kepadanya untuk menyampaikan kadoku.

Untungnya Widya tak keberatan dan dengan senang hati membantuku. Sampai kosan sekitar jam 6 sore. Cukup gelap kali ini, aku mampir dulu beli makan malam di angkringan dekat Pasar Induk.

bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd