Semoga wabah COVID-19 segera berlalu.
Stay safe ya semuanya
______________________________________________________
CHAPTER XXIII: LOLOS ADMINISTRASI - BERCINTA
Malam itu studio sudah ramai, ternyata semua nungguin kedatanganku. Iya, janji malam ini adalah latihan buat manggung di pensi SMA Kartika. Kebetulan stok lagu ya itu-itu aja, jadi tinggal ngelemesin jari saja. Selesai latihan, kami berempat nongkrong di studio. Ngobrolin segala macam hal, mulai dari obrolan anak TK sampai topik orang dewasa.
Ngobrol dan bercanda dengan teman-teman itu rasanya lepas, tanpa beban. Dari keempat anggota band ku, yang sudah lulus kuliah baru Aku dan Atma, vokalis merangkap gitaris, sedangkan Joni dan Tian masih berkutik dengan mata kuliah di kampus.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini saatnya studio tutup, kami pun bubar dari tempat itu. Namun tentu saja kebanyakan pindah tempat tongkrongan. Sebagian besar nongkrong di angkringan depan warnet. Tapi aku selalu ngga ikutan nongkrong, bukannya ga suka nongkrong, tapi aku kasihan sama Bapak yang selalu nunggu di teras rumah. Menunggu anaknya pulang.
Sampai rumah, aku pun langung menuju kamar, bermain dengan laptop dan berselancar. Sekedar mencari lowongan lain, atau bermain Facebook yang sudah mulai rame, meninggalkan tren Friendster yang mulai alay.
Aku mencoba mengakses website instansi CPNS yang kulamar, ternyata sudah ada pengumuman kelulusan seleksi administrasi. Selanjutnya para peserta diminta ke Jakarta untuk mengambil nomor peserta dan registrasi ulang.
Aku sungguh bahagia melihat kabar ini, aku sudah beberapa kali mengikuti tes CPNS, sebelumnya saat masih kuliah. Namun ekspektasi kali ini berbeda, aku sangat berharap keterima. Kabar ini pun segera ku sebarkan ke keluarga untuk meminta pertimbangan mengingat aku belum pernah ke Jakarta.
Bapakku, cuman berkata “Berangkat aja, naik kereta ekonomi murah, cepet.“
Ibuku sependapat dengan Bapak, beliau bilang tidak usah takut, nanti dibekali uang yang cukup buat ke Jakarta. Disana juga ada saudara walaupun jauh dari kota Jakarta, yaitu di Bekasi. Paling tidak buat jaga-jaga jika membutuhkan tempat menginap.
Sedangkan Dita menyuruhku untuk segera menyiapkan segala hal dari tiket kereta sampai rute perjalanan nanti.
Dengan kata lain, semua orang di sekitarkau mendukungku untuk berangkat ke Jakarta dan mulai meraih impian.
Besok pagi aku akan ke Jogja beli tiket kereta.
------------------------
Antrian loket tiket kereta ekonomi begitu panjang. Dengan harga 35 ribu, ini adalah moda transportasi paling diminati sebagian masyarakat Indonesia terutama kelas menengah kebawah. Aku antri di stasiun sendirian, padahal Dita sudah menawarkan diri untuk menemani.
Namun ku pikir lagi, ah nanti malah kasihan dia nungguin lama aku yang lagi antri ini. Setelah antri sejam lebih, tiketpun sudah di tangan. Stasiun Lempuyangan yang ramai dipadati penumpang, sesak, dan panas membuatku membayangkan bagaimana nantinya apabila aku diterima, apakah akan seperti ini setiap mau mudik.
Aah aku acuhkan saja pikiran itu, jalani saja yang ada sekarang. Let it flow like a river kata orang-orang.
AKu lanjut menuju kosan Dita, untuk istirahat sebentar. Dia bilang kunci dititipkan ke mbak Alina yang hari ini libur.
Denger kata Alina, pikiranku langsung tertuju pada body semoksnya dengan buah dada yang menyembul kemana-mana. Kacau emang nih pikiran kotor.
Sampai kos, aku pun menuju ke kamar Alina. Badan ini grogi, gemetar tak karuan, takut kalau aku lepas kendali.
Pintu kamarnya berwarna pink, aku coba intip melalui jendela, dia kok tidak ada. AKu pun mencoa mengetuk pintu berwarna pink itu.
“tok tok tok.. mbak Alina... ini pacarnya Dita, mau ambil kunci.” Aku coba berteriak sedikit.
Suara samar-samar pun nyahut dari dalam, aku tebak dia lagi mandi.
“iyaaa.. sebentar yaaa.. lagi mandi. Bentar lagi selesai kok. Tunggu ya.” Suara mbak alina terdengar sayup-sayup dari dalam.
Pikiranku pun mulai kacau, aku membayangkan kembali tubuh mbak Alina ini. Sambil duduk di depan kamar, tak terasa penisku tegang. Sambil melamun membayangkan nikmatnya bersetubuh dengan wanita seksi dan semoks, aku memegang penisku dari luar yang sudah tegang.
Lamunanku pun dikagetkan sura pintu yang terbuka. Ternyata sudah selesai mandi dia.
“Hoeyy... ngelamun aja, aku udah manggil daritadi juga.” Alina berkata. Dia masih memakai handuk saat membuka pintu itu. Badannya terlihat setangah saja.
“Sini kalau mau kuncinya masuk dulu. Kalau ngga mau kesini ga aku kasih ya” Alina mengancamku tidak kasih kuncu sebelum aku masuk ke kamarnya.
Sebuah ancaman yang justru membuatku senang. Imajinasiku barusan akan berubah jadi kenyataan hanya dalam waktu tak kurang dari setengah jam.
AKu mulai masuk ke kamarnya., sedikit gelap walau sudah dinyalakan lampunya. Suasana kamarnya cukup berantakan, sepeti kamar cowok. Banyak sisa puntuk rokok di asbak, dan bekas botol minuman keras.
Kesimpulan yang kudapati sekilas mengamati adalah Alina ini cewek dengan kehidupan yang berantakan. Entah apa dia perokok, atau cowoknya yang numpang ngerokok. Tapi yang jelas bibirnya sedikit hitam, pertanda dia juga merupakan perokok.
Alina, kemudian mengunci kamarnya, berdua di dalam bersamaku.
Matanya menggodaku, aku hanya terdiam. Tak berani bergerak. Dia pun melepas handuk yang membaluti tubuhnya. Ooohh shit.. dalam hatiku, tubuh bugilnya ada di hadapanku.
Dia pun langung menyergapku, mengajakku berbaring di kasur berwarna cokelat tua itu.
“Ternyata sudah tegang ya dedeknya... Aku emut ya? “ Alina berkata.
Aku tak bisa menjawab apapun, hanya pasrah saja. Ini lah saat terindah bagi seorang lelaki ketika lawan bercintanya mulai merambat ke penis, memainkannya dan mengulumnya dengan lahap.
Aku tak kuasa menahan godaan ini. AKu pun langsung melepas celana dan bajuku. Kita berdua telanjang. Tanpa sehelai kain menyelimuti.
Penisku sangat tegang, sungguh nikmat dunia. Aku mencoba untuk meraih payudaranya yang menjuntai kebawah.
“aaaahhhcc...” Alina mengerang keenakan.
Aku balik badannya, kujilati putingnya, sampai basah dan licin. Dia pun menggelinjang mengerang keenakan.
Desahannya membuatku bersemangat lagi untuk merambah bagian tubuhnya yang lain. Harum aroma tubuhnya membuatku semakin bernafsu.
Aku gesek vaginanya, menggunakan tanggan. Dan kusedot putingnya.
Dia menjerit “aaaahhhhh... cccccmmmmhhh.... cuuuchhhh.... enaaaaakk... teruuussss...”
Aku pun beralih menjilati vaginanya yang basah. Aroma nya khas, cairan hangat keluar dari mulut vaginanya yang berwarna pink. Dia sangat basah kali itu.
Penisku yang semakin tegang, diraihnya. Langsung diarahkan ke vaginanya yang basah.
Jleeeebbb.... Acccccchhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....
Ploook ploooook ploooook ploooookkk... suara genjotanku bersahutan dengan suara TV yang sengaja sudah dikeraskan daritadi.
Ahhhhhhh ahhhh ahhhh sayaagnnn enaaaaaaaaak.... uuuuuuchhh... mmmpphhhh...
Matanya merem melek menikmati kerasnya penisku yang sedikit berotot.
Payudaranya bergoyang-goyang, mengikuti irama hentakan penisku.
“Ayo sayang ayoooo.... terusss... mmpphhh... aaccchhh enak sayang...”
‘’uuuuuuuuhhh... ahhhhhhh”
Rintihan Alina membuatku semakin bersemangat untuk menuntaskannya.
“keluar sayang keluar sayaaang...uuuchhhh aaaaaahhh mmmmppphhhhh........”
Badan Alina gemetar, tanganya mencengkerap pundakku. Kakinya menggapit badaku....
Cairan keluar dari vaginanya... hangat... kasurpun basah. Untungnya ada handuk dibawah.
Melihat Alina orgasme, aku tak mau berhenti, aku terus bergoyang...
“Ahhh ahh ahhh sayang.... enak sayang....” Alina berteriak.
Sedikit lagi aku mencapai klimaks, aku pun buru-buru mencabutnya.. mengarahkan penisku ke mulutnya...
Dia langsung mengulum kembali penisku.
Tak lama kemudia cairan spermaku memenuhi mulutnya. Putih kental dilumat habis olehnya.
Ahhhhhh.. nikmat sekali bercinta kali ini.
bersambung...