re_semprot00
Adik Semprot
- Daftar
- 13 Dec 2016
- Post
- 138
- Like diterima
- 122
maafkan nubi coba nulis cerita fiksiSegala kesamaan mungkin disengaja, jika kurang berkenan mungkin bisa PM agar tidak ada PK diantara kita.
part 1,2,3,4 di halaman 1.
part 5
part 6
part 7 dan part 8 part 9
part 10 dan part 11 part 12
part 13 page-6 dan page 7
part 14 (2part) page 8
part 15 page 9
new update terbaru 15, 2 Feb
Part 1
POV Aryo orang pertama, tokoh utama, ganteng, tajir, tinggal di rumah lantai dua bertiga ama bapaknya.
Saat melihat pengumuman masuk SMA, aku cukup kecewa karena aku hanya dapet pilihan ke lima. SMA itu jelas bukan pilihan yang baik sebab aku mengisinya karena iseng saat bertanya sekolah kepada papaku. Papaku sendiri yang anak rantau ternyata menuliskan SMA dekat tempat kami tinggal dulu. Kalau mengingat itu aku cukup menyesal karena SMA itu terletak cukup jauh dari rumahku saat ini.
Setelah mendaftar ulang bersama ayahku, pulang dari sekolah papa terlihat bernostalgia ketika melihat pemandangan sekitar selama perjalanan. Ia banyak termenung memandang kejauhan seakan sedang mencari seseorang disana. Namun melihatnya tenggelam dalam lamunannya, aku dan mama Rina ibu tiriku memutuskan tidak menganggunya.
Mama Rina, biasa aku memanggilnya, adalah istri kedua ayah yang memiliki beda umur lebih dari hampir tujuh tahun. Saat itu, mama Rina adalah seorang karyawan papa pada bisnis properti kami yang cukup berkembang. Kedekatan keduanya timbul juga mungkin karena aku. Mama Rina sering menjagaku kala bermain ke kantor ayah sehingga ayah dapat melihat sisi keibuan darinya. Terlebih ayah membutuhkan istri baginya terutama dimasa-masa ayah membutuhkan sokongan setelah gagal dengan pernikahan pertamanya.
Aku kini memandang mama Rina dan membandingkannya dengan saat pertama kali kami bertemu. Saat itu mama Rina benar-benar masih sangat kurus. Aku ingat saat ia memiliki tungkai ramping juga dada yang masih tumbuh. Rambutnya yang dulu tergerai panjang kini dipertahankan dalam potngan rambut sebahu yang mengembang. Setelah sebelas tahun kami bersama, mama Rina telah tumbuh berisi seiring dengan kemapanan kami yang juga terus tumbuh.
Tokednya telah tumbuh dari 34A menjadi 36C yang baru ku ketahui belakangan ini setelah menemaninya belanja pakaian dalamnya tempo hari. Bahkan pinggul dan pahanya pun telah menjadi sedikit gemuk dan berotot hasil dari fitness yang dilakukan di apartemen milik kami. Meskipun wajahnya masih terlihat sama, namun kedewasaan telah meresap dalam ekspresinya.
“eh apaan sih liatin mama Rina...” ucap mama Rina padaku.
“eh? mama Rina cantik...” ucapku coba memuji.
“eee... anak mama udah berani muji cewek ya... aduh perasaan kemaren masih ngompol...” ucap mama Rina tersenyum genit.
“eh? wah kalau begitu ma... kita musti siap-siap kalau Aryo bawa cewek ke rumah nih...” sahut papa ikut nimbrung.
“Eh begitu? Tapi Aryo jangan deket-deket ini ya bawanya...” sahut mama Rina menanggapi papa.
“nanti mama berasa tua hehehe”
Ucapan mama Rina membuat kami semua tertawa mendengarnya.
***
Hari itu, setelah pendaftaran ulang, Ayah kemudian tidak kembali ke rumah selama dua hari. Meninggalkan mama Rina menangis sendirian di kamarnya. Namun ketika aku bertanya mengenai alasannya, mama Rina hanya tersenyum. Namun di suatu pagi, mama tiba-tiba berkata
“mama waktu itu menangis karena bahagia... yo... buat kamu...” ucapnya tersenyum dengan tatapan sedih.
Malam itu aku mendengar erangan dan desahan wanita dari arah luar kamarku. Ini baru pertama terjadi selama aku tinggal disini. Awalnya aku mengira, itu terjadi karena papa dan mama Rina sudah berbaikan setelah bertengkar cukup parah. Timbul keinginanku mengintip keduanya. Sebagai anak, aku takut juga kalau tiba-tiba mereka pisah. Untuk itu, aku mengendap-endap menuju ke ruang tengah. Salah keduanya, jika seorang pemuda remaja menjadi penasaran setelah mendengar desahan-desahan itu.
Namun ketika aku sampai disana aku hanya menemukan kegelapan yang kosong tanpa sesosok tubuh. hanya ada sofa tv tanpa terlihat tanda-tanda kehidupan kecuali dari cicak-cicak di dinding. Namun suara itu kembali muncul dan ternyata bukan dari berasal dari ruang tengah, melainkan dari pintu kamar papa yang membuka. Hati berdegup cepat mencoba melangkahkan kakiku ke arah pintu kamar papa yang menampakkan siluet cahaya beraneka warna yang berkedip.
Ternyata cahaya berkedip itu dan suara desahan hanya berasal dari sebuah laptop yang menayangkan sebuah video porno dari situs dewasa. Terlihat pemeran laki-laki dalam video itu terlihat seperti ayah sementara si wanita mungkin tidak mirip mama Rina, karena rambutnya berwarna pirang. Aku cukup terpana menatapnya. Tak lama video itu berhenti berputar karena buffer. Sepertinya itulah penyebab kenapa mama meninggalkannya dalam keadaan menyala dan itulah alasannya kenapa suara itu kadang tergendar kadang tidak.
Namun dimana mama Rina? kenapa pintu kamar terbuka?
part 1,2,3,4 di halaman 1.
part 5
part 6
part 7 dan part 8 part 9
part 10 dan part 11 part 12
part 13 page-6 dan page 7
part 14 (2part) page 8
part 15 page 9
new update terbaru 15, 2 Feb
Part 1
POV Aryo orang pertama, tokoh utama, ganteng, tajir, tinggal di rumah lantai dua bertiga ama bapaknya.
Saat melihat pengumuman masuk SMA, aku cukup kecewa karena aku hanya dapet pilihan ke lima. SMA itu jelas bukan pilihan yang baik sebab aku mengisinya karena iseng saat bertanya sekolah kepada papaku. Papaku sendiri yang anak rantau ternyata menuliskan SMA dekat tempat kami tinggal dulu. Kalau mengingat itu aku cukup menyesal karena SMA itu terletak cukup jauh dari rumahku saat ini.
Setelah mendaftar ulang bersama ayahku, pulang dari sekolah papa terlihat bernostalgia ketika melihat pemandangan sekitar selama perjalanan. Ia banyak termenung memandang kejauhan seakan sedang mencari seseorang disana. Namun melihatnya tenggelam dalam lamunannya, aku dan mama Rina ibu tiriku memutuskan tidak menganggunya.
Mama Rina, biasa aku memanggilnya, adalah istri kedua ayah yang memiliki beda umur lebih dari hampir tujuh tahun. Saat itu, mama Rina adalah seorang karyawan papa pada bisnis properti kami yang cukup berkembang. Kedekatan keduanya timbul juga mungkin karena aku. Mama Rina sering menjagaku kala bermain ke kantor ayah sehingga ayah dapat melihat sisi keibuan darinya. Terlebih ayah membutuhkan istri baginya terutama dimasa-masa ayah membutuhkan sokongan setelah gagal dengan pernikahan pertamanya.
Aku kini memandang mama Rina dan membandingkannya dengan saat pertama kali kami bertemu. Saat itu mama Rina benar-benar masih sangat kurus. Aku ingat saat ia memiliki tungkai ramping juga dada yang masih tumbuh. Rambutnya yang dulu tergerai panjang kini dipertahankan dalam potngan rambut sebahu yang mengembang. Setelah sebelas tahun kami bersama, mama Rina telah tumbuh berisi seiring dengan kemapanan kami yang juga terus tumbuh.
Tokednya telah tumbuh dari 34A menjadi 36C yang baru ku ketahui belakangan ini setelah menemaninya belanja pakaian dalamnya tempo hari. Bahkan pinggul dan pahanya pun telah menjadi sedikit gemuk dan berotot hasil dari fitness yang dilakukan di apartemen milik kami. Meskipun wajahnya masih terlihat sama, namun kedewasaan telah meresap dalam ekspresinya.
“eh apaan sih liatin mama Rina...” ucap mama Rina padaku.
“eh? mama Rina cantik...” ucapku coba memuji.
“eee... anak mama udah berani muji cewek ya... aduh perasaan kemaren masih ngompol...” ucap mama Rina tersenyum genit.
“eh? wah kalau begitu ma... kita musti siap-siap kalau Aryo bawa cewek ke rumah nih...” sahut papa ikut nimbrung.
“Eh begitu? Tapi Aryo jangan deket-deket ini ya bawanya...” sahut mama Rina menanggapi papa.
“nanti mama berasa tua hehehe”
Ucapan mama Rina membuat kami semua tertawa mendengarnya.
***
Hari itu, setelah pendaftaran ulang, Ayah kemudian tidak kembali ke rumah selama dua hari. Meninggalkan mama Rina menangis sendirian di kamarnya. Namun ketika aku bertanya mengenai alasannya, mama Rina hanya tersenyum. Namun di suatu pagi, mama tiba-tiba berkata
“mama waktu itu menangis karena bahagia... yo... buat kamu...” ucapnya tersenyum dengan tatapan sedih.
Malam itu aku mendengar erangan dan desahan wanita dari arah luar kamarku. Ini baru pertama terjadi selama aku tinggal disini. Awalnya aku mengira, itu terjadi karena papa dan mama Rina sudah berbaikan setelah bertengkar cukup parah. Timbul keinginanku mengintip keduanya. Sebagai anak, aku takut juga kalau tiba-tiba mereka pisah. Untuk itu, aku mengendap-endap menuju ke ruang tengah. Salah keduanya, jika seorang pemuda remaja menjadi penasaran setelah mendengar desahan-desahan itu.
Namun ketika aku sampai disana aku hanya menemukan kegelapan yang kosong tanpa sesosok tubuh. hanya ada sofa tv tanpa terlihat tanda-tanda kehidupan kecuali dari cicak-cicak di dinding. Namun suara itu kembali muncul dan ternyata bukan dari berasal dari ruang tengah, melainkan dari pintu kamar papa yang membuka. Hati berdegup cepat mencoba melangkahkan kakiku ke arah pintu kamar papa yang menampakkan siluet cahaya beraneka warna yang berkedip.
Ternyata cahaya berkedip itu dan suara desahan hanya berasal dari sebuah laptop yang menayangkan sebuah video porno dari situs dewasa. Terlihat pemeran laki-laki dalam video itu terlihat seperti ayah sementara si wanita mungkin tidak mirip mama Rina, karena rambutnya berwarna pirang. Aku cukup terpana menatapnya. Tak lama video itu berhenti berputar karena buffer. Sepertinya itulah penyebab kenapa mama meninggalkannya dalam keadaan menyala dan itulah alasannya kenapa suara itu kadang tergendar kadang tidak.
Namun dimana mama Rina? kenapa pintu kamar terbuka?
Terakhir diubah: