Laili menggelinjang merasakan geli di selangkangannya. Sebuah Benda dingin dan basah tiba-tiba saja menghisap-hisap klitorisnya setelah lama berputar-putar pada tempik cewek manis ini.
“hemmfff hemmmf”
Nafas Laili memburu, gawuknya yang biasa Cuma digosok-gosok dengan tangannya sekarang mendapat kemesuman baru. Gosokkan lembut halus setelah dirangsang mesra, membuat klitoris Laili menyuntikkan hormon kenikmatan.
“slurrpp”
Suara hisapan terdengar dekat dari arah dada Laili. Di bumbui dengan belaian-belaian halus, Laili merasakan dadanya seperti dihisap diremas dan dibelai. Laili pun merasakan dadanya membesar. Karena Laili bisa merasakan ada tangan-tangan nakal yang mencaplok toketnya dan membawanya masuk ke dalam mulutnya.
Laili juga merasakan benda lain menggesek telinganya. Sebuah benda tebal dan tumpul seperti jempol kaki menusuk-nusuk lubang telinganya, mengoleska cairan lengket seperti lendir yang terasa lengket. Laili tidak menyukai rangsangan yang terakhir ini. Dalam keadaan merem, Laili pun berusaha menggeser kepalanya menjauhi benda itu.
Namun seketika itu Laili bisa merasakan seseorang mengecup bibirnya. Memaksa sebuah lidah masuk ke dalam mulutnya menumpahkan iler yang ga sedikit sambil mencoba mengulum lidahnya. Laili tiba-tiba tersadar, ia merasa seperti diperkosa. Tapi Laili terlalu malas bangun, tubuhnya lemas seperti tidak mempunyai tenaga.
“cukup”
Laili samar-sama mendengar suara lain di dalam tidurnya. Sebuah suara yang tidak asing , tapi sulit untuk Laili ingat. Apakah itu Bobby? Tidak sepertinya bukan. Kalau itu tunangannya, maka tidak mungkin lelaki tampan itu setega itu pada Laili.
“Eh?”
Laili merasakan semua tindakan mesum yang membangkitkan birahinya tiba-tiba terhenti. Laili menggelinjang. Gawuknya berkedut-kedut, megap-megap memohon minta dipuaskan lagi.
“hahaha lihat?”
“gara-gara kalian, Laili jadi rusak!”
Laili samar-samar mendengar cowok itu marah. Laili coba membuka matanya, namun semua kelihatan blur. Pandangannya berputar kepalanya terasa berat. Rasa pahit menjalar di tenggorokannya mengeluarkan soda berasa pahit yang Laili rasa aneh.
“brooot”
Laili tiba-tiba saja kentut. Bunyi yang panjang dan berat seperti suara bass, menggaung membuat suara-suara lain menjadi hening. Laili entah kenapa merasa jengah, Laili malu mulutnya membuka dengan pipi yang memerah.
“Apa? Kenapa begini?”
Tiba-tiba suasana menjadi ribut. Tawa ngakak, sumpah serapah, dan juga bunyi kulit yang beradu bercampur bersama suara desah yang memilukan. Laili pun penasaran. Namun ia hanya bisa terus berbaring, badannya terlalu lemes buat bangun dan membuka mata.
“nnghh ngghhh ”
“plak plak”
“ayo lonte goyang lagi! Jarot masih mau nyemprot gawuk dower lo ini!”
“Jangan tuan... Nina ahhh”
“Jangan pantat Nina... Nina ga mau dikobeeeeeeel....”
“plak”
“huhuhu”
“lo ga punya hak disini buat ngomong setelah lo rusak tunangan gue!”
“Kulum kontol gue! Sembuhin bekas gigitan temen lo ini!”
Laili terkejut, dari suara-suara yang masuk ketelinganya Laili mendapatkan banyak informasi yang membuat kepalanya sakit. Nina? Bobby? Kontol yang digigit? Laili tiba-tiab merasa ingin menangis. Kalau teorinya benar.... Tidak, ini ga boleh terjadi.
“hiks...”
Air mata Laili menangis, Laili menangis membuat suasana hening. Laili bisa merasakan semua mata tertuju padanya, membuatnya menggigit bibirnya. Entah kenapa Laili merasa malu. Merasa bersalah, apa mbak Nina diperkosa karena salahnya?
“Bobby gimana nih?”
“kasih minum lagi! Kasih semuanya biar dia teler lagi!”
“gitu?”
“iya.. kalo perlu tambahin setengah obat tidur...”
Laili merasakan seseorang bergerak membuka mulutnya. Dengan hati-hati ia meminumkan gelas berisi cairan yang terasa pahit dan berbau alkohol kuat. Laili merasa pusing dan perlahan-lahan tertidur dalam keadaan menangis.
“hoamm”
Laili terbangun merasakan tubuhnya berguncang-guncang. Laili kaget melihat ia terbangun di dalam mobil tertidur ditutupi selimut di bangku belakang. Lali yakin kalau sebelumnya mereka sedang berada di dalam vila. Tapi kenapa Laili tahu-tahu sudah ada di dalam mobil? Sebuah mobil yang sepertinya dikenalnya.
“sudah bangun sayang?”
Laili tiba-tiba dikejutkan oleh suara yang lembut dari arah bangku kemudi. Seorang pemuda tampan tersenyum kepadanya menyapa Laili yang merasa pusing dan mual. Ia merasa ada sesuatu yang aneh disini, entah apa itu.
“ma... mas? Kok ada diseni? ” tanya Laili kaget.
“kok aku tau-tau ada di dalem mobil mas? ”
Pemuda yang gak lain adalah Bobby tertawa.
“Tadi pagi aku di telepon suaminya mbak Ussy, katanya Laili sakit, masuk angin... ”
“terus?” tanya Laili lagi.
“Ya mas langsung berangkatlah, jemput kamu. ”
Laili pun melihat ke arah luar sambil melirik jam di pemutar mobil. Benar juga, belum ada sehari sejak mereka menuju vila. Belum sehari sejak kegilaan yang Laili alami disana.
“Eh?”
Laili samar-samar mengingat beberapa hal. Suara mbak Ussy dan Sasa yang lesbong, Bobby yang berciuman dengan sahabatnya . Atau bahkan mbak Nina yang diperkosa oleh Bobby.
“Mungkin hanya mimpi...”
Laili tidak bisa mengingat mas Fuad diantara ingatan-ingatan mesum itu. Lagi pula meski terkesan nyata, bisa jadi itu karena fantasinya menjadi binal setelah mengetahui Ussy dan Sasa yang lesbong malam itu. Laili tertawa dalam hatinya. Ia pun mulai menegakkan tubuhnya sambil melilit selimut ke tubuhnya. Pandangannya menatap langit malam yang bertabur bintang menemani perjalanannya menuju rumah.
“Mas?” panggil Laili.
“Ya?” jawab Bobby.
“Enggak .... ga jadi mas....”
"aku mau cepet-cepet kawin mas... nikmatin ngentot sama mas... hihihi.." batin Laili dalam hatinya.
The End ?