Part 3 – Iseng di Kolam Renang
Kebiasaanku dalam berpakaian saat berada di rumah sebenarnya sudah diajarkan oleh mama saat aku masih dalam usia sekolah dimulai saat masa pubertasku. Mama menyarankan atau bahkan melarang aku untuk menggunakan bra saat berada di rumah, agar pertumbuhan payudaraku baik dan bentuknya bagus setiap aku bertanya alasannya kepada mama. Itulah salah satu alasan ukuran payudaraku saat ini 36 dengan cub B (atau C?).
Kebiasaanku tersebut kubawa saat aku tinggal di asrama beberapa tahun lalu. Aku tetap berpakaian lengkap dengan kerudung dan baju serta rok panjang dan lebar saat berada di luar ruangan. Tetapi saat berada di kamar asrama, aku menanggalkan pakaianku hingga hanya tersisa kaos dan celana dalamku. Pada awalnya teman-teman sekamarku di asrama heran dan menganggapku aneh dengan kebiasaan seperti itu. Tetapi setelah kujelaskan apa yang selalu dikatakan oleh mama, mereka mulai ikutan berpakaian sepertiku saat berada di kamar.
Aku tinggal di asrama dengan kamar yang berukuran sedang dengan kapasitas setiap kamarnya yaitu 4 orang. Aku tinggal satu kamar dengan Icha, Billa, dan Shinta. Diantara keempat orang teman sekamarku, aku memiliki kedekatan dengan Icha yang sampai saat ini tetap menjadi sahabatku walaupun kamu berasal dari kota yang berbeda.
Beberapa waktu yang lalu, Icha sempat menghubungiku dan mengajakku untuk mengisi waktu liburan kuliah dengan berjalan-jalan atau rekreasi bersama. Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya kami berdua menyetujui untuk berenang di salah satu waterpark yang ada di kota tempatku tinggal karena tempatnya yang baru dibuka dan masih sepi pengunjung dikarenakan harga tiket masuknya yang cukup tinggi. Aku sudah menyiapkan rencana yang akan kulakukan saat berenang bersama Icha nanti, tentunya rencana yang kupersiapkan berhubungan dengan pamer pamer tubuh kami berdua.
Awalnya Icha ingin mengajak pacarnya untuk ikut berenang bersama kami supaya lebih ramai, aku juga diminta untuk mengajak Dani. Tetapi aku memilih untuk tidak mengajak Dani, karena kalau kuajak maka aku tidak akan bisa melakukan rencanaku. Beruntungnya aku karena pacar Icha mendadak mengabarkan bahwa ia tidak bisa ikut.
Sehari sebelum kami berenang, Icha memutuskan untuk menginap dahulu di rumahku supaya lebih dekat dan kita bisa berangkat bersama nantinya. Malam itu kupersiapkan baju yang akan kugunakan untuk berenang nanti, sebuah legging hitam tipis dan kaos tipis lengan panjang berwarna biru dongker yang biasa kugunakan sebagai dalaman saat aku menggunakan baju dengan lengan sepanjang siku. Kulihat Icha sudah mempersiapkan barangnya di dalam tasnya.
Malam itu kami berdua tidur di kamarku. Icha yang kelelahan karena melakukan perjalanan yang cukup jauh untuk sampai di rumahku akhirnya terlelap lebih awal. Aku sebelumnya mengajak Icha untuk tidur dengan pakaian seperti saat di asrama dulu, yang sebenarnya termasuk ke dalam rencanaku untuk mengajak dan mengerjai Icha besok. Saat itu Icha mengenakan kaos lengan panjang berwarna abu dengan celana dalam berwarna pink.
Ketika Icha tertidur lelap, aku mulai merencanakan rencanaku. Kubuka tas bawaan milik icha, kulihat di dalamnya icha menyiapkan legging hitam dan baju kaos lengan pendek berwarna abu, baju ganti berwarna putih serta kerudung berwarna biru serta bra berwarna hitam, tanktop putih dan cd berwarna senada serta handuk dan peralatan mandi. Aku merasa beruntung karena Icha tidak membawa pakaian lebih yang akan ia gunakan esok saat berangkat menuju ke lokasi renang kita.
Kukeluarkan seluruh pakaian dalam Icha dan kaos lengan pendek abu-abunya. Kutinggalkan pakaian yang ada di tas Icha, bra dan celana jeans serta kerudung yang ia gunakan saat datang ke rumahku untuk ia pakai besok supaya tidak merasa curiga. Baju yang kuambil lalu kusimpan di dalam lemari bajuku dan kukunci pintu lemarinya.
Keesokan paginya kami bangun dan melakukan sarapan yang sudah disiapkan oleh mamaku sebelumnya. Kami akan diantar oleh orangtuaku untuk menuju ke lokasi renang sekaligus mereka berangkat menuju tempat kerjanya. Aku dan Icha menyepakati untuk tidak mandi pagi terlebih dahulu karena toh kami juga akan main air jadi kami merasa sekalian mandi saja setelah renang. Setelah sarapan, kami berkemas dan bersiap siap memasukkan barang ke mobil. Kuyakin Icha tidak curiga dengan bobot tasnya yang berkurang karena pakaiannya kukeluarkan.
Setelah perjalanan menuju lokasi renang tersebut, orangtuaku pamit untuk berangkat menuju ke kantor dan menyuruh kami untuk memesan taksi online apabila sudah selesai dan ingin pulang. Aku dan Icha lalu membeli tiket dan masuk ke dalam kawasan waterpark tersebut.
I: Tha, lumayan sepi ya ternyata. Enak nih bisa coba semua wahana gak pakai antri dulu haha
P: Iyaa begini mungkin karena mahal tiketnya orang jadi males. Tuh cuma ada beberapa kan pada pacaran
I: iya juga sih, tiket seorang 250 ribu anjir orang tajir aja kali ya yang renang disini
P: iya, belum lagi sewa loker sama makanannya kan. Kalo yang pada pacaran gitu sih lanjut terus hahaha. Btw, mau langsung renang atau duduk dulu nih?
I: ganti baju dulu deh, abis itu simpen barang di loker, nanti kalo mau duduk-duduk dulu ya gapapa sekalian pemanasan
P: yaudah yuk ganti dulu
Aku dan Icha lalu berjalan menuju kamar ganti, sebelumnya kami sudah membeli koin dengan deposit yang kami isi di loket tiket tadi untuk menyewa loker, karena lokasi yang luas jadi sangat tidak disarankan menyimpan barang di sembarang tempat walaupun sepi.
I: duh mana sih (Icha membuka-buka tasnya mencari sesuatu)
P: nyari apa sih Cha?
I: ini beha sama cd ganti, kok gak ada ya padahal kemarin di rumah gue udah masukin semuanya. Kok bisa gak ada ya?
P: ketinggalan kali Cha, di rumah. Eh kayanya gue juga gak bawa daleman ganti deh aduh ****** banget anjir (sambil berpura-pura panik)
I: lho lu juga gak bawa? Gimana dong baju gantinya cuma ini warnanya putih, kalo gue gak pake beha toket gue kemana mana nantinya. Cd gue juga cuma satu ini yang kupakai, nanti kalau gak pakai cd sakit kegesek celana jeans Tha
P: gue juga sama, baju ganti gue cuma ini aja Cha kan taunya gak bakal dibasahin daripada berat berat. Gimana dong nih?
I: mending mana Tha? Renang gak pakai daleman atau baliknya gak pakai daleman?
P: baju renang lu warnanya abu kan? gue juga warnanya gelap nih. Legging kita juga warnanya hitam, gak akan keliatan kali ya kalau gak pakai daleman renangnya?
I: iya sih ga tembus, tapi kan pasti nyeplak nanti toket sama pantat kita
P: enggak lah jangan sering-sering keluar aja nanti kita, orang gak akan sadar kok kita gak pakai daleman. Lagian kan sepi juga disini gak begitu ramai
I: iya juga sih, yaudah ganti dulu deh. Beha cd gue disimpen aja buat nanti pulangnya baru dipakai
Aku merasa berhasil karena Icha masuk ke dalam perangkapku dan tidak sadar kalau aku sengaja melakukan ini. Kami pun melepas pakaian kami satu persatu dan menggantinya dengan baju renang yang sudah disiapkan tanpa dalaman. Pakaian ganti dimasukkan kembali ke dalam tas lalu kami berdua menyimpan tas di loker yang sudah kami sewa sebelumnya.
Aku dan Icha lalu berjalan menuju tempat pengambilan ban donat dua lubang karena ternyata di waterpark ini bannya tidak disewakan melainkan gratis. Sepanjang perjalanan masih belum ada orang yang memperhatikan kami, mungkin karena kondisi baju kami belum basah sehingga lekuk tubuh kami berdu abelum nampak terlihat. Icha yang merasa risih terus menutupi payudaranya dengan tangan kanan dan meletakkan tangan kirinya di depan selangkangannya.
P: gak usah ditutupin sih Cha, gak keliatan ini cuek aja kali
I: iih malu gue ngerasa toket sama memek gue kemana mana
P: yeeh ini gue juga biasa aja, selow gak ada yang merhatiin ini
I: iyadeh nih gue lepas tutupannya
P: lepas lah bantuin gue berat anjir bawa bannya
I: hehehe iyee sini gue bantu angkatin. Kemana dulu nih kita?
P: pemanasan mah kolam arus dulu aja kali ya?
I: boleh lah yuk
Kami lalu masuk ke dalam kolam arus. Membasahi tubuh kami sebagai pemanasan sebelum memasuki kolam lainnya dan menaiki seluncuran. Icha yang mulai cuek dengan pakaian yang ia kenakan juga sudah tidak protes atau menutupi bagian indah di tubuhnya. Toket Icha memang tidak sebesar milikku, dari yang kuketahu dulu saat di asrama ukurannya 34B, pantat Icha juga tergolong montok menurutku walaupun masih lebih montok pantatku haha.
P: eh cha, pentil lu nongol tuh hahaha
I: iiih anjir malu gueeeee. Tai lo! Kedinginan gue makanya pentil gue nonjol. Tuh liat pentil lu juga sama kampret
P: hahaha biarin deh, ditemenin ini gue sama lo. Kalo ada yang liat kan bukan Cuma pentil toket gue aja yang diliat tapi punya lo juga!
I: yaiyasiih, untung sepi ya cuma beberapa pasangan doang
P: iyee gue ngitungin yang gue liat sih cuma ada 5 pasang tuh. Santai aja cowoknya ga banyak haha
I: okelaah cuek nih ya. Tha, naik seluncuran yuk kayaknya asik nih!
P: ayo ayo!
Aku dan Icha lalu turun dari ban yang kami naiki, lalu naik di tangga untuk keluar dari kolam. Di bagian sebrang tangga tersebut terdapat kolam khusus untuk berenang biasa. Sepasang muda-mudi yang ada disana melongo saat menyaksikan aku dan Icha keluar dari kolam karena aliran air yang turun menarik baju yang kami gunakan sehingg toket kita berdua tercetak dengan jelas. Aku dan Icha hanya tertawa geli menyaksikan tingkah pasangan itu, si cewek sepertinya ngambek karena melihat cowoknya memperhatikan kami berdua sampai melongo.
Aku dan Icha lalu naik menuju tempat seluncur. Ban yang kami gunakan sebelumnya kami angkat menuju ke atas.
I: bangsat capek juga ya naik sambil gotong ban kaya gini
P: ya mau gimana lagi anjir minta tolong sama mas-mas tukang ban bawain ke atas?
I: yee kan itu ada lift buat ban juga, kenapa disini gak dipasang?
P: itukan bannya yang gede, lebih berat kali. Lagian kalo mau naik yang itu kan minimal bertiga, lah kita cuma berdua kan
I: iya sih bener. Dikit lagi nih buruan
Sesampainya di puncak menara seluncur, mas penjaganya terlhat heran karena pakaian yang kita gunakan mencetak jelas gundukan toket kami dan pentil kami berdua yang menyembul.
P: mas, jangan bengong aja! Ini kita mau main
M: ee eh eh i i iya mbak maaf seluncurnya gede.. eeh
I: hahaha si mas bengong aja sih, buruan!
Aku mengambil posisi di bagian belakang, Icha di bagian depan ban. Posisiku yang berada di belakang mengharuskan aku untuk mengangkang dan menempatkan kakiku ke bagian samping pundak icha. Posisi seperti ini sebenarnya normal normal saja apabila dilakukan oleh orang lain. Tetapi celana legging yang kukenakan mencetak jelas memekku dan terlihat belahan memekku yang sedikit menggunung karena jembutku. Aku yakin mas penjaga ini pastu akan melihat dengan jelas pemandangan tersebut.
I: Ayo Tha udah kan?
P: udah Cha. Mas udah siap nih
M: ....
P: mas? Kok malah bengong sih
M: eh i i iyyaa mbak belah
P: apanya yang belah mas?
M: me.. e eeh engga mbak. Udah siap ya?
I: daritadi maaas lepasin bannya jangan dipegangin terus
M: i i iya mbak hatihati merosot
P: hahaha makasih maaaas (sambil turun)
Sesampainya di bawah, aku dan Icha hanya cekikikan melihat tingkah mas penjaga tadi yang salah tingkah melihat penampiilan kita berdua. Kami lalu memutuskan untuk kembali ke kolam arus untuk bersantai sambil mengobrol. Untuk pindah kembali ke kolam arus, kami harus keluar dari kolam terlebih dahulu dan berjalan sedikit menuju kolam arus. Aku yang melihat kondisinya cukup sepi dan tidak ada orang yang melihat memiliki pikiran untuk mengerjai Icha.
P: Cha naik duluan angkatin bannya
I: iye ayo ke kolam arus lagi (sambil beranjak keluar dari kolam)
Saat Icha sudah keluar dari kolam dan menarik bannya keluar. Aku sengaja menarik legging Icha dan beralasan menjadikannya sebagai pegangan. Kutarik celananya hingga merosot sampai bagian lututnya. Icha yang panik karena tangan satunya memegang ban kebingungan untuk menutupi bagian memek atau pantatnya karena hanya tersisa satu tangan.
I: AAAAAAAHHHHH!! Prithaaa!!!!!!
P: eeeh sorry sorry Cha gue hampir kepeleset tadi reflek megang celana lu
I: anjir ih malu gue memek gue kemana mana
Memang celana Icha melorot hingga sebatas lutut sehingga memeknya yang berbulu lebat dan bongkahan pantatnya terpampang dengan jelas. Namun dengan sekejap Icha melepaskan ban yang dipegangnya dan segera menarik kembali celananya.
P: sorry Cha gak sengaja gue jadi ketarik celana lu
I: iyaiya gapapa, paling akal busuk lu aja ngerjain gue kan?!
P: hehehe engga kok gak sengaja guee maap yaak
I: aah kampret udah cengengesan mah tau gue pasti kerjaan lu. Liat aja gue bales lu!
P: ampun tuan putrii hahaha
Icha sedikit merasa tenang karena setelah ia melihat sekitar, tidak ada orang yang terlihat. Hanya ada beberapa petugas di kejauhan yang sedang menyapu tetapi sepertinya tidak memperhatikan ke arah kita. Kami lalu berjalan menuju kolam arus dan mengobrol tentang banyak hal disana. Banyak para cowok yang memperhatikan kami dengan curi curi melihat saat pacarnya tidak memperhatikannya dan membuang muka saat menyadari kalau pacarnya akan menengok kepadanya. Aku dan Icha hanya tertawa saat melihat tingkah konyol mereka.
P: Cha, lu mau bales dendam soal tadi?
I: Iya ah ga adil lu narik celana gue tadi
P: hhhmmm, gini deh gue kasih tawaran aja ke lu gimana? Gue terima tantangan lu nih
I: wah boleh tuh, yang setimpal tapi ya hahaha
P: jangan kejam-kejam lu kampret
I: santaaai. Gini deh, sekarang kan lu ketutupan ban, nah lu lepas celana lu terus kasih ke gue. Nanti gue bawa celana lu renang ke depan duluan. Kalo gue udah berhenti baru lu keluar dari ban terus renang ke arah gue buat ambil celana lu ini, bannya kan nanti ngikut sendiri jadi biarin aja
P: hmm, boleh boleh siapa takut! Jangan jauh jauh tapinya
I: iyaaa udah buruan lepas
Aku melepas celanaku dan memberikannya kepada Icha. Aku melihat kondisi sekitar yang mulai sepi karena para pasangan yang sebelumnya ada sudah mulai berganti pakaian. Hari semakin siang sepertinya orang orang menghindari cuaca yang panas di kota ku ini. Setelah ku cek keadaan sekitar yang sepi. Aku melepas kaosku juga hingga aku bertelanjang bulat di siang hari, di tengah area kolam renang dan hanya ditutupi oleh sebuah ban. Icha yang sudah mulai berenang ke depan kupanggil lagi.
P: Chaa bentaar
I: apaan lagi? Gue mau renang ke depan
P: Nih tangkep (sambil melemparkan kaos kepada Icha)
I: ebuset gila lu berani kayagitu? Edan
P: udeh buruan jangan jauh jauh tapinya mumpung sepi nih
I: iyaa bentar gue berenang dulu
Icha berenang ke depan, setelah ia merasa cukup jauh ia berhenti dan pegangan pada bagian pinggir kolam.
I: udah nih Tha, itungan tiga lu renang kesini yak
P: okee liat kondisi duiu tapinya
I: aaah bodoamaat. Satuu.. duaa.. tigaa!!
Aku yang sudah meloloskan diriku dari ban segera berenang menuju ke arah Icha mnggunakan gaya bebas. Sebenarnya aku tidak peduli ada yang melihatku, toh akan memancing birahiku haha. Tetapi aku menghargai Icha karena ia mungkin bukan tipe eksibisionis sepertiku.
P: woii Cha curang lu masa gue disuruh ngambil baju ke pinggir kolam?
I: hahaha gapapa rasain pembalasan dendam gue!
P: yeeeeuuh anjir iyadah asal lu puas. Abis ini udahan ya mandi (sambil mengambil baju di pinggir kolam lalu memakainya kembali)
I: iyaa ayo udah selesai belum lu?
P: udah ini ayo dah. Bannya tinggalin aja di pinggiran ntar juga diambil masnya kali
Aku dan Icha lalu berjalan menuju kamar bilas. Kami mengambil barang-barang yang ada di loker lalu berjalan menuju salah satu lokasi kamar bilas wanita.
Kamar bilas yang ada sebenarnya cukup banyak, terdapat 6 bilik yang dapat digunakan tetapi 4 bilik bertuliskan “RUSAK” pada pintunya dan 4 bilik sisanya terkunci, sepertinya ada orang di dalamnya. Hanya ada shower di bagian luar yang biasa digunakan untuk membilas sebelum atau setelah renang. Icha yang memutuskan untuk menunggu bilik kosong duduk di kursi yang ada.
P: Cha, bilas mandi disini aja sih
I: ih ogah ah, sabunannya ribet kan baju masih nempel
P: ya buka laah biar ga susah
I: yeee masa telanjang disini?
P: yaelah kan disini juga cewek semua kaga bakal ada cowok yang masuk. Cuek aja lagian rusak kan itu kamar bilasnya daripada nunggu lama dingin nih
I: yaudah ayo deh barengan ya tapinya
P: ayoo buruan
Aku lalu melepas legging hitamku dan kaosku hingga aku telanjang bulat. Icha yang awalnya ragu setelah melihatku ia melepas pakaiannya juga hingga kami berdua telanjang bulat. Aku lalu mulai menyabuni tubuhku dan membersihkan rambutku.
Disaat kami sedang asyik mandi, satu persatu pengguna bilik yang ada keluar. Mereka adalah cewek dari masing-masing pasangan yang tadi kami lihat ada di kolam. Mereka yang melihat kami menampakkan muka sinis dan jijik melihat kami yang tidak peduli untuk mandi di tempat terbuka walaupun masih di dalam area ruang bilas wanita. Mungkin mereka iri dengan bentuk tubuhku dan Icha, cowok cowoknya juga memperhatikan kita saat di kolam tadi sehingga mungkin mereka merasa tersaingi dan cemburu, pikirku. Satu persatu pengguna bilik keluar hingga hanya tersisa kami berdua.
P: Cha, colmek disini seru nih
I: anjir sempet sempetnya lu mau colmek disini?
P: iyaa biar menantang lah haha bosen kan di rumah kalo ga di kamar ya di kamar mandi (kataku sedikit berbohong)
I: ya gak disini juga atuh Prithaaaa
P: bodoamat aaah
Aku lalu melakukan aktivitas seksual diri sendiriku, kumainkan klitorisku sambil meremas toketku. Guyuran air dan butiran air yang menempel di tubuhku membuatku merasa semakin seksi walaupun yang melihatku saat ini adalah Icha. Ya, Icha dan aku sejak dulu di asrama sudah mengetahui kebiasaan masing-masing, termasuk teman sekamarku yang lain. Kami sama-sama suka mengeksplorasi diri sendiri, meskipun pada awalnya mereka tidak tahu dan belum pernah tetapi kuajarkan sampai mereka ketagihan hahaha.
Icha yang melihatku asik memainkan daerah intimku sepertinya juga mulai terangsang untuk melakukan hal yang sama.
I: bangsat lu Tha gue jadi pengen juga kan
P: aahhh.. haahh yaa tinggal colmek gaada yang larang kan.. haahh
I: uuhhh.. iya Tha gue juga dah (Icha mulai memainkan klitoris dan meremas toketnya sendiri)
P: aahhh ngikut hhh.. hhh jughaa khan.. lu Cha..
I: hhmm iya Tha jadi ikutan hhh sangheee.. gue.. Thaa
P: iyaa Cha aahh dikit hhh laghii gue hh keluar
I: gueehh aaahh jughaa Thaa
P: aah ah aahh haahh ahhh aahh
I: janghann hhh ke aahh kench hhh cheng annhh beghooo
P: Bodooo aahh ahh
P: aaaaaaaaahhhhhhhh gue keluaaaarrr
I: aahhh aahh aaaaaaahhhhhh gue juga thaaa
P: hhhaahh capek gue Chaa
I: gue juga Tha. Ayo buruan ganti terus balik Tha
Setelah itu kami melanjutkan mandi, berganti pakaian dan segera menuju ke pintu keluar setelah sebelumnya memesan taksi online yang pastinya kami sudah ditunggu di depan.
Kami melakukan perjalanan pulang dan sepanjang perjalanan kami tertawa tawa mengenai hal yang kami lakukan tadi. Saat kami sampai di rumahku, aku dan Icha langsung tertidur karena kelelahan (dan kenikmatan) yang sudah kami lakukan hari ini.
Bersambung