oke, saya lanjutkan..
Saat pertama kali mendengar siaran RRI 1 Oktober, Soeharto dalam buku: "Pikiran, ucapan, dan tidakan saya" berkata: "Deg, saya segera mendapatkan firasat. Lagipula saya tahu siapa itu Letkol Untung. Saya ingat, dia dekat dengan PKI, malahan pernah jadi anak didik tokoh PKI, Alimin." Ia hendak menyatakan: telah menduga bahwa PKI lah yang mengorganisir G/30/S bahkan saat para Jenderal yang masih hidup belum dieksekusi mati. Waw! Betapa maha-hebatnya firasat sang Jenderal yang satu ini!
Penyesatan .....!
Firasat adalah hal yang umum....... namun TS menguatkan dengan (yang ku bold merah) ..... ITU ADALAH OPINI TS....
Satu cacat kasat mata dalam narasi rezim Soeharto pasca-1967 tentang Biro-Chusus adalah satu-satunya bukti mereka yang handal adalah kesaksian seseorang yang mengakui bahwa: menipu adalah pekerjaanya. Sjam, seorang tokoh tak dikenal, tak pernah muncul sebagai pemimpin PKI. Ia mengaku bahwa dirinya sangat dipercaya oleh Aidit sehingga ditugasi untuk masuk ke dalam tubuh Angkatan Darat. Seorang agen intelligen yang harus menipu dalam pekerjaannya menjadi satu-satunya bukti handal!
Bikin ketawa deh alinea ini...........kenapa nggak soal WIKANA sekalian diangkat mas TS ?
Tentang Syam :
Lahir dengan nama Sjamsul Qamar Mubaidah. Ia lahir di Tuban, Jawa Timur pada 30 April 1924. R. Achmad Moebaedah, ayah Sjam, terbilang orang berada yang menyebabkan Sjam mendapat pendidikan di sekolah Belanda.
Sjam dikenal sebagai anak yang sulit diatur, gemar menyendiri, namun pintar mengaji.
Pendidikannya di sekolah Belanda terputus karena masuknya penjajah Jepang pada tahun 1942. Pada tahun 1943, ia masuk Sekolah Dagang di Yogya. Ia hanya sampai kelas dua karena keburu pecah perang kemerdekaan.
Pada saat bersekolah di Yogya inilah, ia berkenalan dengan dunia politik dengan ikut perkumpulan pemuda Pathuk. Di sinilah, ia berkenalan dengan Soeharto.
Setiap kali pertemuan, lelaki berambut keriting, berkulit gelap dan bertubuh gempal lebih banyak dia memperhatikan.
Dari banyak sumber, Sjam tukang berkelahi sehingga ada codetan di pipi dekat mata kanannya.
Pria dengan tinggi badan sekitar 170 sentimeter senang sekali memakai baju dril. Pembawaannya sederhana serta mudah bergaul.
Sebagaimana para pemuda lainnya, ia juga ikut dalam pertempuran kemerdekaan. Ia bertempur di daerah Mrangge, Ambarawa dan Magelang antara 1946 sampai 1947. Pada awal tahun 1948, hijrah ke Jakarta dan menjadi pegawai Kantor Penerangan Jawa Barat.
Meski berkantor di Jakarta. Syam bersama beberapa kawan ikut aksi gerilya malam, dengan melempar granat ke markas pasukan sekutu di kawasan Senen, Jakarta Pusat kini.
Entah bagaimana, Sjam juga bersentuhan dengan organisasi buruh kereta api, yang bermarkas di kawasan Senen.
Ia turut mendirikan Serikat Buruh Mobil dan Serikat Buruh Kendaraan Bermotor. Pada tahun 1949, Sjam juga ikut mendirikan Serikat Buruh Kapal dan Pelabuhan, dimana jumlah anggotanya sempat mencapai 13 ribu orang.
Ketika terbentuk Badan Pusat Sementara Serikat-Serikat Buruh, yang merupakan gabungan serikat buruh pada masa itu, Sjam menjadi Wakil Ketua.
Organisasi ini kemudian bubar dan sebagian anggotanya mendirikan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berafiliasi ke PKI. Sjam menjadi pengurus SOBSI hingga tahun 1957 dan selanjutnya menjadi asisten pribadi DN Aidit.
Sjam yang merekayasa bahwa Aidit tidak terlibat peristiwa Madiun tahun 1948 karena pergi ke Vietnam. Ia berhasil membuat seolah-olah Aidit baru datang ke Indonesia dari Vietnam, padahal sebenarnya Aidit bersembunyi di Jakarta. Pada masa persembunyian di Jakarta inilah, Aidit menawari Sjam untuk masuk PKI.
Setelah mundur dari SOBSI pada tahun 1957, Aidit menugasinya mengurus dokumentasi yang berhubungan dengan ideologi Marxisme-Leninisme.
Pada tahun 1960, ia direkrut menjadi anggota Departemen Organisasi PKI, dimana departemen ini 'menggarap' anggota dari militer.
Karena kinerja departemen ini tidak optimal, maka Aidit membentuk Biro Chusus (BC) pada tahun 1964 dengan Sjam sebagai ketua.
Keberadaan BC ini dipantau langsung oleh Aidit, namun adanya BC ini tidak pernah dilaporkan dalam sidang-sidang politbiro PKI.
Oleh karena itu, wajar bila tidak banyak kalangan 'elit' PKI mengetahui adanya BC ini. Karena sifatnya yang dirahasiakan, maka anggota BC yang direkrut sangat sedikit namun mampu membuat jaringan 'merah' di kalangan tentara.
Para anggota BC memiliki kartu tanda anggota ABRI, sehingga mereka dengan mudah masuk ke kalangan tentara.
pembentukan BC adalah upaya 'diam-diam' untuk pembentukan sayap militer PKI, namun tidak dilaporkan secara resmi pada politbiro. Sudisman, Sekjen PKI, dalam sidang mahmilub bahkan menyebutkan bahwa BC sebagai PKI 'Illegal'. Pembentukan sayap militer ini mengacu pada pengalaman partai komunis di banyak negara, dimana merupakan kekuatan esensial. Karena usulan PKI membentuk 'angkatan kelima' ditolak oleh TNI-AD, maka dilakukan penetrasi ke kalangan ABRI. Aidit mengemukakan teori bahwa dengan 30 persen tentara, maka PKI dapat melakukan kudeta. Konon teori ini banyak dipersoalkan oleh para 'elit' PKI, karena tidak sesuai dengan Marxisme.
Aidit terburu nafsu untuk segera melakukan revolusi dan mewujudkan impian Marx dan Lenin,
yaitu masyarakat tanpa kelas.
Akan tetapi 'revolusi' melalui pemilu dirasa tidak mungkin karena Soekarno dan Demokrasi Terpimpinnya tidak membukakan kesempatan tersebut.
Selain itu belajar dari sejarah negara lain, partai komunis tidak pernah memenangkan pemilu. Oleh karena itu, pembentukan BC dan ditugaskan melakukan penetrasi ke kalangan ABRI, diharapkan dapat mewujudkan 'revolusi' PKI. Sjam, yang telah dibina secara khusus oleh Aidit sejak tahun 1957, ditunjuk mengepalai BC.
Tragedi G30S adalah misteri yang tabirnya tak pernah sempurna terungkap, namun jelas BUKAN ORDE BARU lah dalangnya yang mengkambing hitamkan PKI...
Sjam Kamaruzaman adalah mozaik penting dalam prahara yang dipercaya telah membunuh setidaknya dua juta orang itu, korban yang jatuh karena uklah PKI ......itulah harga yang harus dibayar.