Genre: Cum on Food, Gokkun, Bukkake, Cum Play, BJ.
Extra Story: White Menu Club
PoV ketiga
Kedua tiba di sebuah tempat yang sangat mewah, tidak jauh dari hotel mereka. “The White Menu Club….” gumam Santy kala membaca nama tempat itu. Ia agak sedikit binggung ketika membaca namanya, apakah ada maksud atau arti khusus dari mananya.
“Ini restoran fine dining atau tempat dugem gitu sih Ra?” tanya Santy.
“Hmmm….. Gimana ya ngejelasinnya ya….. kayaknya lebih ke fine dining sih” ucap Ara. Wanita muda itu kebingungan cara menjelaskannya kepada Santy. Ia tidak ingin merusak kejutannya nanti. Maka dia harus hati-hati menjelaskannya.
“Sudah yuk tan, nanti juga tahu sendiri kok” lanjut Ara, tidak mau berlama-lama lagi. Keduanya melanjutkan sampai di sebuah gerbang kayu, dengan desain gaya ke-eropaan. Di depan gerbang, terdapat sesosok wanita yang mengenakan blazer hitam dan rok spans hitam juga. Lantas keduanya menghampiri Host wanita itu yang berdiri di belakang meja yang sangat tinggi. Wanita itu yang bertugas mengecek reservasi dan melayani tamu yang baru datang. Ya bisa dibilang juga sebagai resepsionis.
“Selamat Malam, Selamat datang di The White Menu Club, ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu dengan senyuman yang ramah.
“Malam, saya sudah booking table buat dua orang ya” ucap Ara kepada host itu.
“Baik, apakah anda member dari FSL?”. Mendengar pertanyaan wanita berpakaian jas hitam itu, Santy tidak tarkaget lagi. Dia sudah menduga kalau Ara akan mengajak ke tempat yang di bawah naungan FSL. Santy teringat dengan ucapan Ara tadi siang, bahwa ini bukan dinner biasa. “Bener-bener nih anak, gw di bawa ke tempat yang aneh-aneh lagi” ucap Santy dalam hati.
"Iya, saya member FSL" jawab Ara.
"Baik Nyonya, Boleh di bantu dengan identitasnya?" Ara pun menyerahkan handphonenya. Lantas Host wanita itu mengutak-ngatik aplikasi yang berada di dalam Hp Ara. Wanita tersebut memastikan kalau Ara memang benar-benar member.
Dirasa sudah memastikan kalau Ara adalah member, wanita berblazer itu bertanya “Baik, dengan nyonya Ara, round table VIP kecil untuk 2 orang, benar?”.
“Iya, benar. Oh iya, kalau tidak salah saya juga sudah request meja yang bisa di tutup tirai kan?”.
“Iya Benar nyonya Ara, meja yang anda pesan di lengkapi dengan tirai”.
Santy hanya menunggu di belakang Ara, menyimak proses verifikasi untuk masuk ke restoran itu. Setelah mengkonfirmasi meja, si host mempersilahkan Santy dan Ara masuk ke dalam melalui gerbang coklat yang besar. Mereka berdua melangkah kedalam melewati perkarangan taman yang rimbun dan mewah. Lampu-lampu hias yang redup, cahaya bulan menerangi langkah kedua wanita itu.
“Ihhh…. kamu Raaaa…., beneran tante di ajak ke tempat-tempat yang nggak-nggak lagi kan” ucap Santy sambil beriringan dengan Ara.
“Hihihi…, tenang ajaaaa…. Tante Santy nggak bakal kecewa deh” Ara berusaha memenangkan Santy. Keduanya sampai disebuah bangunan megah. Lalu sebuah pintu yang besar terbuka dan muncul sesosok pria keluar dari dalam.
“Malam nyonya. Selamat datang di White Menu Club, ada yang bisa saya bantu?” sapa waiter itu dengan sangat sopan. Seperti host wanita tadi, waiter juga berpakian rapih khas staff dari restoran fine-dining.
“Halooo…., saya tadi sudah minta table dengan tutup tirai untuk dua orang atas nama Ara”.
“Baik Nyonya Ara, mari saya antarkan ke table anda” ujar pria itu.
Lantas Ara dan Santy membuntuti waiter itu. Keduanya masuk ke gedung itu melalui pintu besar. Kemudian melewati lorong yang cukup panjang. Santy yang baru pertama kali mengunjungi tempat ini di buat terpukau. Sepanjang lorong itu terdapat lukisan-lukisan yang terlihat mahal, bergaya khas eropa. Disana juga terdapat patung-patung yang terkesan erotis.
Keduanya memasuki sebuah ruangan yang besar. Pencahayaan disana sangatlah minim, hanya ada sedikit cahaya lampu yang menerangi. Disana terdapat beberapa meja bundar dengan lilin yang menyala di setiap meja. Sehingga terkesan tentram namun romantis. Dan di sana juga ada panggung yang berukuran cukup besar. "Hmmm….kayaknya nanti ada acara live music" pikir Santy.
Saat berjalan melewati beberapa meja, Santy menyadari sesuatu. Ia melihat pengunjungnya kebanyakan wanita, bahkan hampir semuanya wanita, seperti di hotel tadi. Apakah ini khusus perempuan saja ya? tanya Santy sendiri. Santy ingat kalau Ara pernah membawa dirinya ke sebuah strip club khusus untuk ladies. Lantas apa yang unik dari tempat ini tanyanya dalam hati. Palingan cuma di layani oleh pria dengan pakian seksi saja duga Santy.
Karena remang-remang, Santy tidak bisa melihat aktivitas yang terjadi di meja-meja bundar itu. Santy tersadar, mengintip orang lain bukanlah hal yang sopan. Lantas ia alihkan pandangan lurus, mengikuti langkah waiter yang mengantarkan mereka.
Sampailah mereka ke sebuah meja bundar yang tidak begitu besar. Sesuai dengan pesanan Ara, ada tirai yang dapat menutupi seluruh meja itu. Sehingga nantinya orang lain tidak bisa melihat kedalam.
“Baik, Nyonya Ara, ini mejanya, nanti waiter kami akan melayani anda” ucap pria itu
Lalu Santy dan Ara mendudukan diri mereka masing-masing. Keduanya terduduk saling berhadapan
“Terima kasih yaaaa…... Oh ya saya minta tolong ditutup tirainya ya” ucap Ara kepada waiter itu.
“Baik, terima kasih kembali Nyonya. Silahkan nikmati service dari kami” ucap pria itu ramah, lalu pergi meninggalkan Ara dan Santy. Tak lupa pria itu menutup tirai, hingga kini kedua wanita itu tidak bisa dilihat dari luar, dan sebaliknya mereka tidak bisa melihat keluar. Benar-benar privat.
"Ara” panggil Santy.
“Ya tante?”.
“Ini sebenernya mau ngapain sih? Dinner sa……”.
*Srekk….. Tirai yang menutupi meja mereka terbuka.
Kaget, Santy menghentikan mulutnya untuk berbicara lebih jauh ketika seseorang menyerbak kedalam tirai. Ia terbelalak kaget ketika ada seorang waiter laki-laki yang muncul. Gimana tidak kaget, pria itu bugil. Hanya memakai dasi kupu-kupu hitam, selebihnya tidak ada lagi yang melekat di tubuh pria itu.
Santy menelan ludah melihat tubuh pria yang tampak seperti binaragawan itu. Tapi yang pusat menjadi perhatian adalah sebuah kemaluan besar yang sudah ereksi dengan gagahnya terpampang dengan bebas memanjakan mata Santy. Ia melongo melihat sebuah penis berurat yang berukuran besar itu. Ia sadar akan sesuatu ada pria ini memakai sebuah cincin kemaluan yang melingkari penisnya dan skrotumnya, membuat tetap dalam keadaan tegang. Santy juga tersadar buah zakar pria ini sangatlah besar, bahkan Andre kalah. Di ujuang kemaluan pria itu sudah ada cairan pre-cum yang meleleh banyak. Santy menelen ludahnya dalam-dalam.
“Ehemmm!” dehem Ara, menyadarkan Santy. Malu karena menatap terlalu lama, Santy mengalihkan pemandangannya ke arah lain. Ara melihat hal itu, ia iseng bertanya “Tante kenapa ? kok tiba-tiba diem aja sih?”.
“Mmm…nggak apa-apa kok Ra” jawab Santy. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Meski tidak sehebat Andre, kemaluan waiter itu tetap membuat mulut Santy berair. Ia ingin menghisap kontol besar yang sekarang bereda didepannya. Terasa vaginanya berkedut-kedut kecil, juga mengeluarkan cairan pelumasnya. Sejak bersama Andre, ia terlalu gampang menjadi horny.
Dengan senyuman jail Ara kembali menggoda Santy dengan berucap “Ah masaa……”. Santy tidak bergeming dengan ucapan Ara.
Meski Ara pernah membawanya ke tempat striptease. Jadi ia pernah mengalami situasi ini. Tapi tetap saja, wanita mana yang tidak terkejut ketika di suguhkan kontol yang menawan indah seperti itu.
“Malam nyonya…... Perkenalkan nama saya Roberto dan saya yang akan melayani segala kebutuhan anda malam ini” ucap pria yang berkulit sedikit gelap yang terkesan sensual dan macho itu. Terlihat dari tutur dari waiter sangatlah sopan, menunjukan bahwa Ara dan Santy berada di sebuah tempat berkelas, high-class. Pria itu menyodorkan dua buku menu, yang bertuliskan ‘White Menu’, dan yang satunya bertuliskan ‘Black Menu’.
“Hai Roberto….." sapa Ara balik ke pria itu. Berbeda dengan Santy, Ia tidak terganggu dengan penis besar yang menjulang tinggi. Santy menyadari itu, ia menduga bocah ini sudah sering ke tempat ini.
“Untuk malam ini, nyonya mau pesan apa?”.
“Ehmmmm….pesen apa ya….? Tante Santy maunya apa?".
"Eh, ehmmm….. tante ngikut kamu aja Ra". Santy yang masih terkejut, tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana mau berpikir kalau ada kemaluan besar yang terpampang menggiurkan di depan wajahnya.
Ara memaklumi dengan kekagetan Santy. Lantas ia membuka White Menu. Kemudian mencari santapan yang cocok sebagai hidangan pembuka untuk mereka berdua, “Saya pesan appetizer dulu aja deh, Tiram aja ya tan?”.
“I-iyaaa…, boleh Ra” gugup Santy. Ia masih berusaha untuk seolah tidak tertarik dengan penis waiter itu. Namun usaha itu percuma, tak tahan, sesekali ia melirik dan menggumi penis waiter itu. Mulutnya makin ber air.
Mendengar persetujuan Santy, pria itu mencatat pesanan mereka dengan tablet yang ia bawa “Baik, kalau begitu tiram dulu sebagai pembuka malam ini”.
“Lalu apakah tiramnya mau disertakan dengan white special dressingnya ?”
“Iya dong! Masa gak sih, tapi fresh kan?”.
“Tentu Nyona, kami pastikan fresh. Lalu untuk penyiapan dressing-nya, mau di siapkan di dapur atau langsung disini?”.
“Kayak di dapur dulu saja deh, soalnya ini pertama kalinya tante saya kesini” ucap Ara sambil menunjuk Santy dengan dagunya. Santy hanya terdiam mendengar kata-kata Ara.
Mendengar penuturan Ara, Roberto menghadapa ke arah ke Santy, berkata “Baik, saya ucapkan selamat datang di White Menu Club, dengan Nyonya?” sapa Roberto sekaligus menanyakan nama Santy.
“Sa-santy….” singkat Santy, ia berusaha tidak menatap kemaluan besar milik Roberto.
“Baik, nyonya Santy. Semoga tempat ini meninggalkan kesan yang baik dan menyenangkan untuk anda”.
“Y-ya Roberto terima kasih…..” gugup Santy. Ia masih saja tidak tahan untuk tidak melihat kemaluan besar milik waiter itu. Apalagi sudah 2 hari ini dia tidak merasakan kontol perkasa Andre. Sedangkan waiter itu sudah biasa melihat wanita seperti Santy yang terkejut dengan penis yang bebas.
“Lalu untuk minumannya mau di pesankan apa?” kembali Roberto bertanya.
“Nghhhhh…….ah!” gumam Ara.
“Martini saja untuk kami berdua, nggak apa-apa kan tan?”. Santy menggeleng tanda tidak ada masalah dengan minuman cocktail yang di pesan oleh Ara.
“Sipppp…. deh tan. Ok, itu saja dulu, main course-nya nanti dulu saja”.
“Baik, kami persiapkan orderannyan sekarang. Saya permisi dulu nyonya Ara, Nyonya Santy”. Lalu waiter itu meninggalkan mereka. Ketika tubuhnya berputar memutar, penisnya pun bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan hebat, memukul pahanya sendiri. Santy pun menelan ludahnya. Cairan kewanitaan luber ke celana dalamnya. Tubuhnya merasa hangat di saat suhu ruangan cendurung dingin.
Ketika Roberto sudah keluar Santy langsung teriak “Araaaaa!, ini tempat apaan sihhhhh?”.
“Hhihihi…i tante Santy lucu dehhhh…., kayak mau nerkam kontol si Roberto aja” ledek Ara, seraya tertawa.
“Iyalah…., kontolnya gede gitu. Eh, kamu jangan mengalihkan pertanyaan tante dong ah!” ucap Santy dengan nada sebal.
“Hihihi”.... Ara tertawa melihat Santy yang keki.
“jadi disini tuh…..” Ara tidak melanjutkan kalimatnya, mengerjai Santy yang penasaran dengan tempat ini.
“Apa sih Ra….? Ayo dong nggak usah pake rahasiaan segala deh. Jadi dinner ini akan di layani dengan pria bugil gitu ya? atau semacam strip club untuk ladies only ya?” tebak Santy bertubi-tubi.
“Terus kita bisa ‘main’ sama para waiter, gitu kah?” lanjut Santy mencoba menerka kegiatan yang bisa mereka lakukan di club itu. Ara tersenyum mendengar tebakan Santy tentang tempat ini.
“Sebenarnya…… tempat ini bukan buat wanita doang sih. Tapi memang lebih banyak cewek sih yang kesini”.
“Soalnya disini memenuhi kebutuhan wanita yang unik, tapi bukan ngentot ya tan….., di sini kayak gitu malah gak boleh lho” jelas Ara panjang lebar.
“Lho terus kalau bukan buat ngentot, ngapain kesini? Terus kenapa waiter cowonya telanjang gitu?” tanya Santy lagi bertubi-tubi, membuar Ara kelimpungan menjawabnya.
“Ehmmm……kayak aku bilang tadi, disini tuh tempatnya kebutuhan unik wanita itu terpenuhi”. Jawaban Ara, masih tidak membuat Santy puas. Isi otaknya masih penuh dengan pertanyaan ‘Kebutuhan unik yang dimiliki wanita? ‘Kebutuhan unik apaan sih’ ucap Santy dalam batin. Mendengar penjelasan Ara yang membingungkan malah membuat Santy semakin frutasi.
“Kebutuhan unik apa sih Ra? Plissss…. jawab tante”.
“Jadi….” sebelum Ara bisa menjelaskan kepada Santy. Roberto sudah kembali dengan membawa nampan, membawa pesanan mereka. Dengan kembalinya Roberto, Santy kembali melihat kemaluan besar yang mengayun bebas, seolah memanggil dirinya untuk memegangnya.
“Tiram dengan special white spesial dressing dan dua martini” Roberto meletakan piring yang berisikan tiram enam buah dan dua gelas minuman martini.
“Baik Nyonya, Silahkan di nikmati appetizer-nya, saya permisi dulu. Apabila memerlukan sesuatu, silahkan tekan bel yang di meja, nanti saya akan kesini”. Roberto pun meninggalkan mereka berdua.
Mata Santy tak bisa lepas dari kontol Roberto. Matanya penuh harap dan nafsu. Kontol besar itu berayun ke kanan dan ke kiri, menggoda birahinya. Ia kecewa ketika Roberto pergi keluar. ‘Seandainya ada Andre disini, pasti sudah ku entot dia’ ucap Santy dalam hati.
“Yuk tan!, kita makan dulu tiramnya. Aku sudah laper banget nih” ajak Ara.
“Eh Ra…, terus jadi gimana tadi? Tante masih penasaran nih” tanya Santy.
“Nanti aku jelasin, mending kita makan dulu aja” Ara masih enggan menjelaskan kepada Santy.
“Lhoooo…., padahal tadi kamu mau jelasin ke tante. Ah kamu mah!, sekarang malah mau makan dulu”. Walau tidak marah, Santy mulai agak jengah dengan Ara, terlihat dari raut wajahnya. Tapi melihat tiram di depannya, lumayan membuat dirinya tergiur untuk menyantapnya.
“Pliss…kita makan dulu ya, aku jamin tante bakal suka kesini lagi”. Ara memelas, berharap Santy mau makan appetizer yang ‘special’ itu.
“Iya, iya” jawab Santy malas.
“Tante Santy suka tiram gak sih?” tanya Ara.
Pertanyaan Ara kepadanya mengingatkan dirinya dengan mendiang suaminya. Ia dan suaminya pernah membaca suatu artikel, kalau tiram itu bisa membangkitkan libodo atau gairah seseorang. Maka dulu ia dan suaminya pernah beberapa kali menyantap tiram, untuk meningkatkan kehidupan ranjang mereka. Dan sekarang ia akan menyantap tiram dengan pasangan lesbinya yang masih muda itu. Santy yakin malam nanti, ia akan berpetualangan mencari kepuasan lagi bersama Ara di atas ranjang hotel.
“Biasa saja sih, tapi bukannya ini bikin ‘jreng’?”. Ara tertawa mendengar ucapan Santy.
“Iya…., makanya aku pesen ini, biar bisa 'ehem-ehem' nanti malem”. Ara menggerling nakal kepada Santy.
“Dasar kamu Ra. Nggak Andre, nggak kamu, nggak pernah puas sama tubuh tante”. Ara tertawa terbahak mendengar kata-kata Santy. Ia juga sudah mendengar ucapan itu tadi siang di kamar Hotel.
“Hihihi…., tapi tante suka kaaaaannn…..” tanya Ara menggerling nakal ke Santy.
“Ya iya lah!, pake nanya lagi, kalau nggak suka, ngapain tante di sini sama kamu”.
Lalu keduanya tertawa terbahak dengan banyolan mereka. Tak membuang waktu lagi, Ara langsung mengambil satu tiram.
“Ayo tan, di makan, kalau kelamaan keburu nggak enak loh”. Santy mengangguk. Ia ulurkan tangannya untuk mengambil tiram. Ketika dia melihat tiram yang hendak dia ambil, seketika di hentikan uluran tangannya. Sehingga tanganya mengambang di udara. Ia tersadar akan hal yang aneh dengan tiram yang di pesan oleh Ara.
Ini bukan seperti tiram yang ia biasa makan. Tiram ini terlihat di siram dengan semacam kuah putih yang sangat kental. Sampai-sampai satu cangkang tiram itu tertutupi dengan cairan kental itu. Santy teringat, kalau tadi Ara memesan tiram dengan white spesial dressing. Tapi Santy tidak merasa asing dengan dressing di tiram, tapi dia tidak tahu itu apa, hingga ini sangat mencurigakan baginya. "Apa bahannya dari dressing ini ya" gerang santy bertanya-tanya dalam hatinya. Ia dekatkan matanya, meneliti tiram itu lebih jeli. Melihat kondisi tiram seperti itu terasa tidak asing baginya.
Santy mengalihkan pandangannya ke Ara yang sedang menyantap tiram. Terlihat perempuan berumur 18 tahun itu, sangat menikmati hidangan yang ganjil ini. Terlihat Ara sampai mendongakan kepalanya, agar seluruh saos di tiramnya masuk mulutnya. Saking nikmatnya keluar bunyi hisapan yang ingin menghabiskan tanpa bersisa. *Slurptttttttt………glek.
“Puahh….ehmm…..enakkkk...., creamy bangettt…, gurihhh….” seru Ara dengan tubuh menggigil karena senang apa yang di makannya.
‘Creamy? Gurih?’ batin Santy bertanya-tanya.
Setelah mengapresiasi tiram yang ia santap, Ara tersadar Santy memperhatikan dirinya. “Lho tan, kok gak di makan tiramnya?”.
Santy tidak menjawab Ara, ia kembali memandangi makanan yang ada di depannya. Lama-kelamaan dia sadar dengan tiram aneh ini, dan ia terkaget. Santy tahu dari tekstur dan baunya, ia yakin Ini adalah……
Air Mani. Sperma. Peju.
Santy kaget, matanya membulat, mengetahui kenyataan ini.
“Araaa…….” lirih Santy
“Hmmmm….?” *slick slick slick. Ara melirik ke Santy sambil lidah mungilnya terus menjilati cangkang tiram itu dengan hikmat, tak ingin ada yang tertinggal.
“I-ni peju?” tanya Santy. Seketika Ara menghentikan kegiatan pembersihan cakang tiram, kemudian bibirnya tersungging lebar mendengar ucapan Santy.
“Iyaaaa....., itu peju, tante sadar juga akhirnya” ledek Ara.
Seketika puting Santy mengeras sempurna dan area selakangannya menjadi. Melihat kontol besar Roberto sudah menaikan birahi, kini di tambah hal gila ini, membuat dia terangsang dengan hebatnya.
“Ini dari Roberto ya……”
“Hmmm…. Bisa jadi sih tan, aku nggak tahu dari mana….". Santy tercengang mendengar ucapan Ara. Bahwa ia yang memesan ini semua tidak tahu cairan kental berasal dari siapa.
“Jadi ini tempat ini jualan peju gitu?”.
“Nghh…yaaaa….. gitu sih intinya, jadi makanan dan minuman disini di pejuin sih”.
“Tunggu sebentar..... jadi yang maksud kamu dengan kebutuhan unik itu apa? Peju gitu?”.
“Yessssss! seratus buat tante Santy hihihihi....... Jadi kebutuhan unik wanita itu ya……”
“Kebutuhan akan Peju tan”.
“Tante suka peju kan?”. Santy mengangguk. Tentu saja Ini bukan pertama kali bagi Santy untuk menelan sperma. Bahkan sudah sering kali ia mengkomsunsi makanan atau minuman yang sudah di berikan, di campur, atau di tumpahkan dengan sperma panas Andre. Kiryo pembantu tua di rumah Andre juga pernah turut berkontribusi memberikan cairan pembuat anaknya untuk Santy santap. Bahkan teman Andre, si Albert juga pernah menyetor sperma kepada Santy. Begitu juga dengan adik iparnya, Doni.Sejak bersama Andre, ia ketagihan untuk menerima peju Andre di lambungnya yang masuk melalui kerongkongannya. Tak lupa ia juga senang menerima benih panas Andre, di rahimnya, beharap nanti di dalam rahimnya menjadi sebuah jabang bayi.
Namun ini adalah kali pertamanya untuk dirinya menikmati sperma orang yang tidak di kenal olehnya. Terlebih lagi ia akan melakukannya di tempat umum seperti ini.
“Jadi tante tunggu apa lagi….., ayo dong dimakan tiram nya dengan special white dressingnya, ehhhh….peju maksudnya Ara, hihihi”.
Santy angkat satu tiram itu dengan tangan kenannya, lalu ia dekatkan makanan itu ke wajahnya. Hingga bau khas sperma pun menyerbak ke indera penciuman Santy. Baunya menusuk seluruh penjuru seluk beluk hidungnya. Jijik? Tentu tidak, Santy malah terangsang.
Batin Santy pun berbicara, ‘ini peju’.
Santy semakin mendekatkan tiram itu ke mulutnya, ia hirup-hirup dalam baunya. ‘Entah kenapa baunya ini sangat mengairahkan diriku’. Bau sperma itu langsung membangkitkan gairahnya. Ia goyang kan tiram itu
‘Peju orang yang tidak ku kenal sama sekali’ lanjut batinnya berbicara. Ia tatap tiram yang sudah tidak terlihat lagi bentuknya, karena saking banyaknya sperma yang menggenangi cangkang itu sampai hampir tumpah meruah.
Melihat Santy hanya benggong menatap tiramnya, Ara pun mendorong ibu anak satu itu dengan berkata “Ayo tan di makan dong…, tiram dengan dressing pejunya. Enak loh, bikin nagih”. Ara tak sabar melihat Santy bener-benar meneguk sperma itu.
Santy berpikir kalau makan tiram saja sudah bikin turn-on, sekarang malah di tambah peju, gimana jadinya nanti. Tanpa ragu lagi, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan meletakan tiram di ujung bibirnya. Lalu ia mendongak, seketika tiram yang sudah di pejuin itu masuk kemulut Santy. Mulutnya langsung terpenuhi cairan kental, lidahnya tertutut dengan peju.
"Slurppptt……" suara Santy menyeruput peju di tiram itu. Tetap mendongak, satu jarinya mendorong sisa-sisa peju yang masih tertinggal di cangkang tiram, mengais-ngais agar tidak ada yang tersisa di cangkang tiram.
“hmmmm…Ehmmm….hmmm….” suara Santy saat mengeyam tiram yang sudah tercampur penuh dengan sperma. Ia terpejam, berusaha berkonsentrasi mengenali rasa makanan unik yang sedang dia komsumsi. Ia meresapi makanan yang terperangkap dalam mulut, ia rasai tekstur tiramnya. Ternyata bagi Santy ini terasa enak dan lezat, tiramnya saja enak apalagi sudah di tambah dengan peju yang kental. Tubuhnya bereaksi menjadi panas dan bergairah, karena melakukan hal gila seperti ini.
*Glek "Hmmmm……Aahhhh".
“Gurihhhhh!, enak bangetttttt!” seru Santy dengan senang, saat sudah menelan habis. Tiram dan pejuh itu ditelan habis, hingga kini bersemayam di lambungnya.
Santy melihat dressing kental itu masuh tersisa di cangkangnya tiram. Santy ambil cangkang itu, lalu ia tadahkan kepalanya. Lantas sisa sperma yang tertinggal di cangkang itu mengalir turun ke mulut Santy yang terbuka lebar.
"Tuhkan, tante suka kannnn?" tanya Ara, kepada Santy yang masih mengais sisa peju dicangkang tiram.
Dengan tersenyum Santy menyeka sisi bibir dengan jempolnya, lalu ia berkata "Suka banget!, enak bangettttt!” jawab Santy dengan girangnya. Ia bertingkah seperti anak kecil yang baru saja di berikan coklat kesukaannya.
“Kamu tahu nggak sih, tante jadi merasa binal banget, makan tiram dicampur peju orang yang tante nggak kenal".
"Hihihi…., tante mah memang binal kok. Tuh tante, masih ada lagi tiramnya, habisin gih". Di piring masih ada sisa empat buah tiram dengan dressing pejunya.
“Ehmmm…. Kamu nggak mau lagi Ra?” Tanya Santy sungkan. Ia tergiur dengan tiram yang ada, ia ingin menghabiskannya, tapi di harus tahu diri dengan menawarkan ke Ara.
“Nggak deh, buat tante saja semua”,
“Benerrrr…. nih Ra?”.
“Iyahhhh tanteeee, nanti bisa pesen lagi kok, tenang aja tan”.
Tanpa malu-malu lagi, ia habiskan keempat tiram yang tersisa. Ara yang berada di depannya hanya tersenyum melihat dirinya menghabiskan semua.
“Jadi disini cuma bisa makan peju doang?” tanya Santy, ia seka mulutnya yang belopatan dengan noda putih yang lengket. Total lima tiram dengan special white dressing yang sudah di makan oleh Santy.
“Iya tan, kita disini gak boleh ngentot”.
“Ahhh…Sayang sekali……” Santy kecewa.
“Kenapa memangnya?” tanya Ara.
“Padahal kontol Roberto lumayan loh, bikin ngiler tante ” lanjut Santy.
“Yahhh elah tanteeeee…., kan sudah ada Andre, masa mau cari kontol lain lagi sih. Kita disini buat makan dan minum doang tan”.
“Iya sihhhhh…., tapi makan dan minum peju”.
“Hihihihih…. iya bener, eh tapi tetap bisa minta tanpa peju kok. Jadi disini ada dua menu tan, White dan Black menu. Nah kalau yang ada di white menu itu khusus yang di kasih peju semua, kalau yang menu black, itu menu biasa pada umumnya, tanpa peju” ucap Ara panjang lebar.
Santy pun menggangguk mendengar Ara. “Ohhh begitu ya…..terus ini peju dari mana sih?”
“Ya dari orang-orang yang bekerja disini”.
“Termasuk Roberto?” lanjut Santy.
“Bisa jadi tan, yahhh…pokoknya dari orang-orang club ini lah tan”.
“Ohhh ya…. Ra, kalau nggak salah tadi Roberto nawarin nyiapin dressingnya bisa di sini langsung atau di dapur, ya kan?” tanya Santy. Ara mengganguk mengerti pertanyaan Santy, lantas ia tersenyum.
“Nah oke, itu maksudnya gimana Ra?”.
“Aku akan tunjukin tante sesuatu”. Lalu ia memencet tombol bel yang ada di tengah-tengah meja. Tak lama Roberto kembali masuk ke dalam tirai dimana Ara dan Santy berada. Kemaluan yang masih ereksi keras kembali hadir di depan mata Santy yang haus akan kontol.
“Nyonya, Ada yang bisa saya bantu?” tanya Roberto dengan sopan.
Ara mengangkat gelas martininya. Lalu wanita itu berbicara kepada Roberto “Saya mau peju yang fresh dong, buat martini saya”.
“Baik Nyonya Ara”. Mendengar permintaan itu, Roberto langsung mengocok kemaluannya yang besar itu di depan kedua wanita itu. Santy ternganga kaget melihat adagen yang terjadi di depannya. Bertubi-tubi kejadian absurd terjadi di hadapan-hadapanya, benar-benar hari yang gila. Sedangkan Ara biasa saja. Pandangan Santy tak pernah lepas dari penis yang sedang dikocok itu.
Ara melihat Robert agak kepayahan mengocoknya kemaluan sendiri tanpa pelumas, lantas ia menawarkan bantuan ke pria itu. “Roberto, mau aku ludahin kontol kamu nggak?”
“Boleh Nyonya bila berkenan”.
“Sini deketin kontol kamu” pinta Ara. Lantas Roberto menyodorkan kemaluan besarnya Ara. Santy bisa melihat cairan pelumuas Roberto sudah mengalir deras dari lubang kencingnya. Ia ingin mengusapkan lidahnya di kepala kontol Roberto yang besar itu, menelan pre-cum nya mentah-mentah. Santy mejilat bibir bawahnya dengan lidah, tampak lapar ingin mengulum benda besar itu.
*Cuhh Cuhh Cuhh Cuhh. Berkali Ara meludahi seluruh batang penis Roberto, membasahi benda keras itu.
“Dah tuh Roberto, happy ngocok ya, kontol kamu bagus deh” ucap Ara centil, lalu ia sentil kecil ujung moncong penis Roberto. Pria itu meringis.
“Terima kasih nyonya”. Lalu Roberto, mengusap kemaluannya sendiri, meratakan ludah Ara di sekujur batangnya, menjadi basah dan mengkilap. Ini sudah menjadi hal yang biasa bagi dirinya, untuk menyediakan sperma ke pada pelanggan sudah menjadi tugasnya di The White Menu Club.
Kini kedua wanita disuguhi pemandangan seorang pria yang sedang memuaskan dirinya sendiri, guna memberikan sari zakarnya kepada mereka. *Sleck Sleck Sleck Sleck Sleck. Suara kocokan basah membahana memenuhi tempat mereka berada. Santy semakin tidak tahan melihat barang indah Roberto. Liurnya terkumpul banyak di dalam mulutnya, terasa ingin menyelomoti batang gagah itu. Ia selipkan tanganya ke dalam dress, membelai pelan vaginanya yang masih tertutup celana dalam. Terasa sudah basah basah disana.
Selagi Roberto masih sibuk sendiri, Santy melirik ke Ara. Santy tersadar kalau Ara tidak memakai BH ataupun plester untuk puting di balik dress putih. Karena ia bisa melihat wanita muda itu juga sudah terangsang, kedua putingnya tercetak jelas di dress putih itu, tampak juga bentukan tindikan di puting kiri Ara.
*Sleck Sleck Sleck Sleck Sleck. Tanpa di duga Santy, Ara meraih penis tersebut dan memasukannya kemulut, menghisap dengan semangat
“Araaaaa….” teriak Santy tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ara tidak menghirau teriakan Santy, ia tetap memblowjob Roberto dengan buas. Wanita muda itu memaju memundurkan kepalanya, mengocok kemaluan Roberto di dalam mulutnya. Ia sendiri tidak tahan lagi untuk meneguk sperma fresh, yang masih panas dan kental. *Slrup Slurp Slrup Slrup CLeck CLeck CLeck CLeck. Mulut dan tanganya berkerja keras untuk segera mendapat apa yang ia mau.
“Ohhh…nyonya…sayaaa…mau keluarrrr…nghhh…ohhh” dengus Roberta saat sudah di ujung. Kemudian Ara melepaskan jepitan mulutnya, lalu meraih gelas martini miliknya. Ia arahkan moncongnya ke gelas martininya, lalu mengocoknya dengan cepat.
“Ohhhhh……” Erang Roberto berejakulasi ke martini Ara. Santy terpukau melihat semprotan sperma yang keluar dari lubang kencing waiter itu. Detik demi detik, kontol Roberto memuntahkan lahar panasnya ke dalam martini. Cairan panas itu bercampur dengan minuman alkohol Ara. Peju yang masuk ke dalam gelas itu sangatlah banyak, bahkan hampir membuat tumpah isinya.
Nafas Roberter tesengal-sengal, setelah berejakulasi cukup banyak. “Hosh…Hosh…Hosh…sudah ya nyonya, fresh peju sudah”.
“Hihihi… iya makasih Roberto, ini banyak banget loh pejunya” ucap Ara, lalu jari mencolek ujung penis Roberto, menyeka sperma yang tertinggal. Tak ingin terbuang sia-siang, ia hisap jarinya.
“Sama-sama nyonya, silahkan di nikmati, saya permisi dulu”. Meski sudah muncrat, penisnya tetap dalam keadaan setengah ereksi.
“Lihat nih tan…..” Ara memperlihatkan gelas martini ke Santy. Ia terkesiap melihat cairan kental mengambang di minuma Ara yang bening bagaikan kaca. Ia juga terkagum dengan betapa banyaknya peju Roberto yang keluar.
*Slurppp…. Suara Ara meminum martininya. Santy bisa melihat peju yang mengambang ikut serta masuk ke dalam mulut Ara, mengikuti minuman alkohol.
“Hmmm….mantap tan, enak banget, martini campur peju hihihi”. Santy hanya bisa menggeleng.
“Mau coba nggak tan? “Hmmm…. Enak loh ta” tawar Ara. Santy menggeleng lalu menjawab "Boleh deh, tapi Ra...."
“kok kamu nyepong si Roberto sih, emang boleh ya?” tanya Santy tidak mengerti.
“Yaaaa boleh dong tannnn…. Kan tadi minta langsung disini pejunya buat martini aku, yang nggak boleh itu tuh ngentot tan” jelas Ara.
“Oalahhhh…. begituu…..yah… tahu gitu dari tadi, sudah tante telen tuh kontol Roberto, hihihihi….”. Keduanya tertawa.
“Jadi kita bisa pesen apa saja disini?”
“Lihat aja di menunya tan, nih” ucap Ara sembari menyerahkan ‘White’ menu ke Santy. Lantas Santy melihat makanan dan minuman yang di tawarkan di club itu. Dirinya terkagum dengan banyaknya pilihan di buku menu itu. Banyak jenis makanan yang tersedia di sana, dari appetizer, salad, pasta, dan lain-lain. Begitu juga dengan minuman, kopi, teh, dan minuman alkohol juga tersedia. Dan cara penyajiannya pun beragam, dan tentu saja tak jauh-jauh dari peju. Dicampur peju, dibuat pakai peju, di siram peju, dan masih banyak lagi. Semuanya terserah dari keinginan customer.
“Tante mau apa?”
Sambil terus melihat isi White menu, santy bergumam “Hmmmm…apa yaaaa…ohhh ini...tante mau……
“WAAAAAAAA!”.
“AAAAAAA!”.
“KYAAAAAA ALYAAAAA!!!”.
Ara dan Santy tersentak kaget mendengar jeritan yang heboh terdengar dari luar tirai. Keduanya saling berpandangan, was-was dengan keadaan di luar. Inisiatif, Ara membuka tirai mereka lebar-lebar. Kini keduanya bisa melihat ke luar. Terlihat satu meja besar yang berisikan beberapa orang, yang isinya wanita semua. Terlihat mereka semua menyorakai dua wanita ya berdiri di stage yang besar. Lampu sorot yang besar menyinari mereka berdua. Mau tak mau seluruh penjuru mata fokus kepada mereka.
“Wahhh…. Sepertinya bakal live show nih tan” ucap Ara.
“Hah?! Live show apaan Ra?” tanya Santy.
“Aku nggak tahu juga tan, kita tonton dulu aja yuk, siapa tauhu seru, lumayan hiburan”. Kini Santy dan Ara menyimak acara yang sedang di gelar di atas panggung.
“Malam semuanyaaaaa…, balik lagi sama saya, Olgaaaa…” heboh MC wanita yang berada di stage. Di samping ada wanita berjilbab yang memakai gamis mahal bewarna pink, beserta sebuah tiara yang menghiasi kepalanya. Ara bisa melihat wanita berjilbab itu memakai selempang bertuliskan ‘bride to be’, pertanda dia akan segera menikah.
“Oalahhhh…..Lihat tuh tan, ternyata si cewek jilbab itu mau nikah, terus dia mau bridal shower disini” jelas Ara.
"Ah gelo! masa bridal shower ke sini, gimana nanti dengan perasaan calon suaminya? Sudah gitu jilbaban lagi" sergah Santy, melihat kegilaan yang bakal terjadinya. Sebenarnya ini bukan pertama kali baginya melihat wanita yang harusnya suci dan tidak berdosa di mata masyarakat, melakukan maksiat yang melanggar aturan agama.
“Wah ngga tahu deh tan kalau itu, bisa diem-diem atau…….”
“Atau apa Ra?”
“Mungkin calon suaminya itu…. Seorang Cuck tan”
“Hm…Cuck? Apaan tuh Ra”. Santy dengan raut tidak mengerti.
“Iya Cuck tan, atau cuckold, jadi ketika seorang pria suka melihat pasangannya di pake sama orang lain, sebaliknya kalau perempuan namanya cuckqueen”
“Nah, bisa jadi tuh si calon suami pengen lihat calon istrinya minum peju orang lain gitu” lanjut Ara menduga-duga alasan si cewek ke sini.
“Hmmm….. Begitu ya, banyak yang kayak gitu ya?”.
“Banyak tan. Kalau nggak salah Tante sendiri mau ngerjain si Henry kan?” tanya Ara perihal rencana Santy yang disiapkan untuk Henry.
“Oh iya ya, Hihihihi……, bener kamu Ra, tante ada rencana mau hukum dia, tapi kayaknya anak tante bakal seneng sih lihat mamanya sendiri di kontolin sama temennya sendiri, jadi bisa jadi dia…..” ucap Santy yang lalu tertawa.
“Bisa jadi si Henry cuckold” ucap Ara seraya mengangkat kedua bahu, mengkode ‘mungkin saja’. Santy berpikir lama….
“Tante harap sih dia…….
“ALYAAAAAAA!
Gemuruh kembali datang dari meja-meja teman si cewek jilbab, membuat Santy menghentikan ucapannya. Santy dan Ara kembali memakukan pandangannya ke arah panggung.
On Stage
“ALYAAAAAAA!”
"Wahhhh... teman-temanya heboh sekali yaaa. Baik, Silahkan perkenalkan diri anda" Ucap Olga yang memakai blazer dan celana bahan panjang, tampil bak presenter seperti di acara televisi.
"Malam semuanya, Haiii…., perkenalkan saya Alya" ucap wanita jilbab itu malu-malu. Ia terlihat sangat cantik dengan baju panjang bewarna pink itu. Aksesoris selempang yang bertuliskan ‘bride to be’ membuat beberapa orang yang tidak mengenal dirinya terheran. Termasuk Santy.
"Alya mau ngapaain nih, ke ‘The White Menu Club’ malam ini” tanya Olga.
“Ehmm…. Aku mau, mauuuu…..”.
“Mau apa hayooooo…..” goda si MC.
“Mau di bukkakeeee!” teriak Alya yang kemudian tersipu malu, yang langsung di sambut gemuruhnya sorak-sorai teman-temannya. Ara pun juga ikut heboh mendengar penuturan wanita berjilbab itu. Sedangkan Santy hanya termenung diam, tidak mengerti apa yang diminta oleh perempuan berjilbab itu.
“Wowww…… bukkake guys, denger nggak tuh, Alya ini katanya mau di bukkake lho” ucap Olga memanasi seisi ruangan.
On table
“Widihhh….gila tuh tan, cewek itu mau di bukkake”.
“Bau kaki apaan Ra?” tanya Santy binggung.
“Astagaaaa! Bukkake tan, bu-kkak-e….. Bukan bau kaki, hahahaha, aduhhhh ngakak aku tannn!” tawa Ara terbahak-bahak, sampai memukul-mukul meja. Ditertawai hebat, muka Santy memerah bagai tomat, malu.
"Hadehhhh...., sudah deh emangnya bukkake itu ngapain sih?" tanya Santy kepada Ara yang masih cekikikan.
Mendengar Santy, Ara berhenti tertawa, menatap Santy binggung “Lhoooo…., tante kan pernah di bukkake”.
“Ehhh…. tante pernah?”.
“Jadi bukake ituuuu…… tante muka jadi wadah buat peju. Kan muka tante pernah tuh di muncratin barengan sama Andre, Albert, Om Doni dan si Kiryo”
“Ohhh ya-ya tante inget, ok-ok tante ngerti, jadi cewek itu mau di pejuin rame-rame kayak tante dulu” tanya Santy.
Ara menjawab “Iya tan, rame-rame, ampe mukanya sudah nggak karu-karuan deh pokoknya”.
On Stage
"Ngomong-ngomong Alya ini…. mau married ya?" tanya Olga. Alya mengganguk gemas, ia senang sebentar lagi akan menikah dengan pria idamannya.
"Wah! Selamat yaaaa….. Alya, semoga lancar sampai Hari H".
"Amiiinnn, Makasih" singkat Alya. Sejatinya Alya sedang demam panggung, menjadi pusat perhatian banyak orang, membuatnya jadi grogi.
"Jadi sekarang Alya mau di bukkake dalam rangka bridal shower?
"Sebelumnya Alya sudah pernah di bukkake?" tanya Olga.
"Pernah". Para penonton langsung heboh mengetahui fakta dari Alya, seorang wanita hijab sepertinya pernah di peju-in beramai-ramai.
"Wuihhh… dibukkake sama siapa?"
"Sama……".
"Sudah jujur aja......"
"Temen-temen adeku, yang pernah buang sperma di mukaku" jawab Alya, malu-malu. Para penonton langsung kembali heboh mengetahui kalau yang pernah memejuhi wajah cantik dari gadis berjilbab adalah teman-teman adiknya sendiri.
"Wah, Alya ini ternyatan penuh dengan kejutan ya. Jilbaban gini ternyata pernah bukkake sama temen-temen adeknya, sudah gitu sebentar lagi mau nikah”.
“Adeknya ikutan juga mejuin muka kamu juga?” lanjut Olga bertanya, yang dijawab dengan gelengan oleh Alya, yang di artikan sebagai tidak.
"Oh kenapa gak ikutan?"
"Nggak bolehhh, dia sih pernah mejuin mukaku. Tapi nggak aku boleh ikutan mejuin bareng-bareng temannya".
“Wah sayang sekali…. by the way, calon suami kamu tahu tentang ini semua nggak?”. Gelengan kepala Alya kembali menjawab yang berarti tidak.
"Wahhh….. baiklah kalau begitu, dari pada berlama-lama, kita langsung aja ke acara bukkakke-nya, nah Alya silahkan di nikmati kontol-kontolnya, dan tentu.... pejunya” ucap Olga, yang lalu diikuti beberapa lelaki yang sudah telanjang bulat seperti Roberto tadi. Totalnya ada sepuluh pria yang naik. Mereka semua sudah dalam keadaan nganceng yang sangat hebat. Para penonton pun riuh melihat pria-pria itu naik. Santy yang menonton pun tambah mupeng, melihat betapa banyaknya kontol yang berada di panggung. Tak lupa ada seseorang yang membawa sebuah kamera, dengan begini semuanya bisa melihat kejadian di atas stage melalui layar besar yang berada di stage.
“Enjoy your bridal shower honey, enjoy your bukkake bridal shower” ucap Olga mesra melalui mic, lalu dia turun dari panggung, meninggalkan Alya sendirian, di kelilingi oleh beberapa kemaluan pria yang sudah siap menghujani wajah wanita itu dengan peju hangat mereka.
Berbeda dengan sebelumnya, yang masih malu-malu, ketika di tondong dengan beberapa kontol yang besar-besar, seketika tabiatnya berubah. Tanpa malu lagi, lupa segalanya, Alya jongkok dan langsung menggapai penis terdekatnya, lalu mengulumnya dengan buas. Kedua tangannya mengocok kemaluan yang berada dekat dirinya. Terlihat cincin tunangan yang diberikan kekasih Alya, menyentuh batang kontol keras.
“AYOOO ALYAAA KAMU PASTIIII BISAAA!"
"SEPONG TERUSSSS!".
"DEMI PEJUUUUU YAAAA!” teriak teman-teman Alya menyemangati. Alya pun benar-benar menjadi semangat. Sedangkan Ara dan Santy beserta terpukau melihat aksi seorang wanita berjilbab yang sedang memuaskan banyak kontol sekaligus. Alya sudah sangat ahli dalam memberikan BJ. Bahkan memuasi beberapa kontol dalam sekali waktu, sudah biasa bagi dirinya.
Seiringnya waktu berjalan, silih berganti, berbagai bentuk dan ukuran kemaluan telah mengisi mulut si akhwat. Semuanya pria itu sudah merasakan hangatnya mulut seorang akhwat. Hingga kini semua kemaluan mereka sudah basah mengkilap. Tak lama seorang pria mengerang hebat, seraya mengocok kemaluan cepat. Ia raih kepala Alya sedang menyopong kontol lain. Mengerti apa yang akan terjadi, Alya melepaskan kontol itu dari mulutnya. Lalu menengadah di depan kontol yang segera muncrat. Ia gigit bibir sendiri, mencoba menggoda pria yang akan segera menorehkan peju di mukanya. Tangannya tidak tinggal diam, ia kocok penis-penis yang lain.
"Ohhhhh......" erang pria itu. *Crot Crot Crot. Semprotan demi semprotan peju jatuh di muka cantik Alya si akhwat. Saking kuatnya semprotannya mengenai jilbab bagian atas milik Alya. Selesai berejakulasi, pria itu memeperkan ujung kontolnya ke pipi Alya. Dan ia mendorong kontolnya masuk ke mulut Alya. Dengan senang hati, Alya pun membesihkan kontol itu.
"Woooo.... crot pertama malam ini, congrats Alyaaa, Ayo masih ada sembilan kontol lagiiii!" ucap Olga. Para penonton pun bersorak melihat, muka akhwat itu di nodai cairan putih. Kameramen men-zoom hasil muncrat pertama di muka Alya. Para wanita yang menonton iri dengan Alya, termasuk Santy.
Tanpa membuang waktu, Alya melanjutkan service mulut kepada pria yang lain. Dengan muka sudah di pejui, ia terus tanpa henti mengocok kontol-kontol yang tersedia dengan mulutnya. Ia keluarkan seluruh kemampuannya untuk memuaskan para pria ini, agar segera menembaki wajah nya dengan peju mereka yang panas dan kental. Jerih payahnya membuahkan hasil, selagi menyepong, seorang pria yang berada di sampingnya mengerang, menembakan amunizi zakarnya ke pipi Alya, mengenai sebagian sisi jilbabnya. Alya meresakan sperma yang berada di pipinya, mengalir jatuh ke selempangnya. Jadilah sudah dua orang sudah memberikan pejunya kepada Alya.
Tak lama pria yang lain pun ikutan memejuhi, mereka bergantian menghiasi wajah Alya si akhwat dengan benih-benih mereka. Alya hanya bersimpuh pasrah menerima semprotan yang bertubi-tubi yang menghantam wajahnya. Pria terakhir menembakan amunisi panasnya ke dahi Alya. Kini kondisi wajah Alya benar-benar mengenaskan. Seluruh bagian wajahnya tidak ada yang luput dari peju para pria itu. Alya pun tidak bisa membuka matanya, karena kelopak matanya tertimbun cairan kental. Bahkan jilbab yang dipakai pun juga sudah basah dan lengket. Selampang bertuliskan 'bride to be' juga terkena ciptran cairan kental. Siapapun yang mendekat pun pasti langsung mencium bau sperma yang menyengat.
Layar besar di belakang panggung memperlihatkan dengan jelas wajah Alya yang sudah penuh dengan cairan putih yang begitu kental. Dengan begitu Teman-teman Dira berhamburan naik ke atas panggung, mengkerubuti temannya. Mereka semua bergantian mengajak selfie temannya yang baru saja di bukakke. Lalu semuanya berfoto bersama, beramai-ramai, dengan Alya yang berada di tengah-tengah. Alya sendiri hanya bisa mengikuti arahan temannya, karena ia tidak bisa melek.
"Say Cheeseeeee!" ucap Olga memberi aba-aba kepada mereka untuk senyum di depan kamera. Seusai foto bersama, teman-teman Alya kembali mengerubuti dirinya. Sebagai teman yang baik, mereka membersihkan wajah temannya, tentu dengan di jilati peju itu sampai habis. Jadilah Alya bisa merasakan lidah-lidah temannya, menulusuri wajahya, mengasis peju. Ada salah satu temanya, yang dengan baik hati memberikan peju yang sudah ia tampung kepada Alya. Ia berikan dengan cara mengajak Alya berciuman. Selagi bercumbu, Alya dapat merasakan temannya mengalirkan peju kemulutnya. Selesai berpagutan, Alya menelan habis sperma pemberian temannya.
Kini wajah Alya sudah bersih sudah cairan putih yang kental. Lalu Olga naik ke stage, dan berseru "Yeppp.... bukkake bridal shower sudah tuntas, ayo beri tepuk tangan yang meriah". Para pengunjung pun memberikan tepuk tangannya.
"Selamat ya Alya untuk pernikahannya nanti, semoga langgeng, dan semoga keluarganya nanti sakinah, mawaddah, warahmah, aminnnn."
"AMINNNNNN" Semua penonton mengamini doa Olga untuk Alya.
"Ohhh ya, semoga nanti Alya tetap bisa ke White Club Menu ya".
"Pasti bisa dong, aku kan cum lover" ucap Alya.
"Hihihi, baik para hadirin, sampai disini dulu live shownya, sampai jumpa di lain hari". Sesudahnya layar besar dan lampu sorot mati. Alya dan teman-temannya turun dari panggung, kembali table mereka sendiri.
On Table
"Gilaaaaa! Gokil! Ahhhhh..... aku pengen juga di bukkake di atas panggung gitu" seru Ara melihat live show di atas panggung.
"Wahhh.... kalau tante sih nggak mau, malu".
"Tapi kalau kontol banyak mau tan?" tanya Ara.
"Mauuuuuu!" seru Santy. Keduanya tertawa. Ara dan Santy, memutuskan untuk memesan makan malam. Lantas Ara memanggil waiter dengan bell di atas meja mereka.
"Jujur tante sudah sange banget sayang gara-gara kontol sama live show si Alya, jadi pengen ena-ena sama kamu di ranjang hotel" ucap Santy, sambil menatap Ara dengan tatapan yang sudah sayu. Ara tersenyum.
"Tapi tante pengen makan dulu pake peju yang fresh, kayak kamu tadi" lanjut Santy kepada Ara.
"Bilang aja mau nyepong kontol tan" ucap Ara telak, mengelupas tujuan Santy.
"Ihhh... tante mau peju kok".
"Tapi Ara benarkan?" ucap Ara. Santy hanya mendengus sebal, lalu tertawa.
Roberto kembali hadir di depan meraka, dengan kontol yang masih setengah ereksi. Seperti sebelum Santy menatap lekat batang Roberto, tapi kini tanpa malu-malu lagi. "Ada yang bisa saya bantu lagi Nyonya?"
"Saya mau pesen ceaser salad, tante?"
"Saya juga deh sama" ucap Santy.
“Pake white spesial dressing?"
"Iyaaaa, di siapin di sini ya" seru Santy sambil mengences tak sabar, ingin memasukan kontol Roberto ke dalam mulutnya. Ara senang, rencananya berhasil. Rencananya yang membuat Santy suka dengan tempat ini.
"Baik, saya siapkan dulu pesanannya". Roberto kemudian pergi dari situ untuk menyiapkan pesana Ara dan Santy. Sambil menunggu makanan datang, keduanya berbincang-bincang. Ara menceritakan perihal tempat ini lebih jauh.
Beberapa menit kemudian, Roberto sudah datang sambil membawa pesanan Santy dan Ara. Kali ini ia tidak sendirian, seorang pria berada di sebelah Roberto. Sama dengan Roberto, pria itu bugil dengan kontol yang mengacung keras. Kemaluannya tak kalah hebat dengan milik Roberto. Kini ada dua kontol besar yang memanjakan mata dan batin Santy.
"Malam Nyonya, perkenalkan nama saya, Andy" ucap pria yang baru datang bersama Roberto itu.
Roberto meletakan pesanan Santy dan Ara di meja, lalu berkata "dua ceaser salad dengan special fresh dressingnya". Kemudian kedua pria itu segera mengocok kemaluan masing-masing di depan kedua wanita itu.
"Boleh?" tanya Santy dengan menatap nanar kontol Andy.
Mengerti dengan ucapan Santy, Andy mendekatkan dirinya ke Santy. "Silahkan Nyonya" ucap Andy seraya mengarahkan kontolnya kemulut Tanpa menutup tirai dulu, Santy tidak malu lagi untuk menyantap kontol besar Andy. Ia hisap kontol itu dengan rakus. Begitu juga dengan Ara, mulutnya penuh dengan kontol Roberto. Kini kedua wanita itu bekerja keras untuk mendapatkan peju yang akan disiramkan di makanan mereka.
Dengan adanya kontol di dalam mulutnya, nafsu Santy semakim beringas meninggi. Godaan kemaluan yang besar, makan dan minum, serta live show Alya, bisa membuat Santy mendapatkan orgasme tanpa sentuhan di tubuhya.
Andy pun tiba-tiba mendengus, Santy bisa merasakan kontolnya berkedut-kedut. Dengan cepat ia cabut kontol Andy dari mulutnya, lalu mengarahkannya ke ceaser salad yang ia pesan. Santy gesekan bibir manisnya di sisi batang kontol Andy sambil terus mengocok benda keras tersebut. Tak lama Andy meracu "Ohhhh....hereee.... comessss..... yourrrr.... special sauceeeee.....". Kemudian kemaluan Andy berkedut-kedut dengan hebat, memuntahkan lahar panasnya. Spermanya, menghiasi makanan Santy. Roberto juga mencapai klimaksnya, mengeluarkan benih kentalnya ke makanan Ara. Sebelum pergi, Ara dan Santy membersihkan kontol para pejantan masing-masing.
Santy memandang nanar makanannya yang penuh dengan peju kental Andy. Ia ambil garpu, lalu ia ambil sebanyak mungkin sayur campur peju yang ia bisa. "Ehmmm.....ohhhhh" erang Santy sambil mengunyah sayur yang sudah tercampur dengan peju. Santy bisa merasakan hangatnya cairan kental putih itu ketika di masukan. 'Gurih, asih, enakkkkk' teriak batin Santy saat meresapi rasa peju Andy.
Tak tahan lagi, ia selipkan tangannya ke dalam celana dalam, lalu ia sibak celana dalam yang sudah basah. Santy mengelus manja klitoris sendiri, sambil terus menyantap ceaser salad campur peju. Karena sudah terangsang hebat, dengan singkatnya Santy mendapatkan orgasme yang hebat. "Ahhhh.....". Tubuhnya bergetar hebat di atas kursi, tangan menggenggam sisi meja dengan kuat. Rasa nikmat menerpa seluruh saraf di tubuhnya. Vaginanya memuncratkan cairannya dengan derasnya. *Cret *Cret *Cret. Ara yang berada di hadapan Santy, tersenyum melihat tubuh wanita yang lebih itu luluh lantak akibat orgasmenya.
Selesai membayar tagihan makan mereka, keduanya melanggkah keluar, kembali menuju hotel.
“Kapan-kapan kita kesini lagi yaaaa…….” ajak Santy.
“Tuh kan, ketagihan kannnnn” ledek Ara.
“Hihihi, iya tante suka".
"Hayooo..... bilang apa sama Ara".
"Terima kasih sayang, sudah ngajak kesini".
"Sama-sama tanteku sayang, nanti kita ajak tante Hani sama Jessi ya……"
Santy menggangguk.
Malam yang masih panjang, akan dikuti desahan-desahanan merdu akibat pertempuran birahi sesama jenis.
Bersambung…..