Kisah Mahasiswa Tour Leader
Chapter 1: Sherin Maharani
Part 2: Dia yang Ternyata Berusaha Melupakan
Foto Ilustrasi
Suasana Dufan hari itu sangat sepi. Tidak banyak pengunjung karena hari ini adalah hari Selasa dan bukan musim liburan. Antrian setiap wahana pun terbilang pendek, malah kosong di beberapa wahana.
Saat masuk, Sherin langsung mengajakku untuk naik Turangga-rangga. Wahana carousel berputar dengan kuda yang bisa ditunggangi.
"Naik ini mendingan nanti aja kalau mau pulang, kalau udah gelap lampunya nyala, lebih bagus. Mending naik itu aja." Saranku sambil menunjuk Kora-kora.
"Gamau ah, terakhir aku naik kora-kora kepala jadi pusing banget. Mending naik itu aja. Pemanasan" Sherin gantian menyarankan naik Bianglala. Sarannya kuturuti dan kita langsung mengantri.
Tiba giliran kita, dan karena memang pengunjung yang sepi aku dan Sherin hanya duduk berdua tanpa pengunjung lain. Kami dibawa naik keatas, dan ketika tiba dipaling atas kami disuguhi pemandangan kawasan Ancol dan pantainya, dari jauh terlihat samar-samar kota Jakarta yang tertutup kabut polusi. Disini dia banyak bercerita tentang dirinya.
"Ini baru ketiga kali lho gue ke Dufan. Pertama sama keluarga waktu masih SMP, terus waktu udah SMA. Terakhir bareng mantan 2 tahun yang lalu." Sherin memulai ceritanya
"Belum bisa move on ya dari mantan? Gue sih udah entah berapa kali kesini, hampir 10 kali deh kayaknya."
"Eh, engga kok. Sorry, malah jadi ngomongin mantan gue."
"Gapapa, santai, cerita aja kalau emang mau cerita." Sahutku maklum.
"Jangan lah, gue kan pengen seneng-seneng disini. Habis ini makan aja yuk, gue belum sarapan, udah hampir jamnya makan siang." Usul Sherin.
Kamipun memutuskan makan di Yoshinoya, resto fastfood dari Jepang. Sherin yang memesan makanannya duluan.
"Mas, saya pesen kids meal aja, yang dapet koin ya." Sherin memesan makananya di kasir.
"Hah? Masa cewek 20an tahun pesen kids meal?" Ucapku heran.
"Hehe, gue mau dapet koinnya. Gue suka ngoleksi mainan gacha." Jawabnya sambil menunjuk ke mesin gachapon.
"Saya juga sama deh mas. Kids meal." Akupun memesan makanan yang sama, bermaksud ingin memberikan koin yang kudapat ke Sherin.
"Nih, buat kamu." Ucapku sambil memberikan koinnya ke Sherin.
"Asikk, makasih ya. Yuk, bantuin milih." Sahut Sherin sambil menggandeng tanganku menuju mesin gachapon.
Ada berbagai jenis mainan karakter, semuanya ada didalam kapsul sebesar bola tenis. Dalam 1 mesin terdapat banyak mainan dengan bentuk yang berbeda dari 1 kelompok karakter. Sherin memilih mesin doraemon, untuk sekali putar butuh 2 koin. Setelah memasukan 2 koin dan memutar handle keluarlah 1 kapsul secara acak.
Sambil kami berdua menghabiskan makanan kami, di meja makan Sherin asyik membuka kapsul mainannya. Ternyata yang ia dapat adalah gantungan kunci karakter Giant.
"Wah kok Giant, padahal pengen Doraemonnya" Ucap Sherin kecewa.
"Yahh, belum beruntung ya? Bentar ya aku mau nambah minum." Sahutku beralasan sambil menuju meja kasir. Padahal aku membeli 2 koin, kesempatan Sherin untuk dapat Doraemon yang dia incar.
"Nih, koin lagi." Ucapku sambil memberikan 2 koin yang kubeli.
"Wihh. Langsung ku coba ya." Sherin tampak senang sekali dan langsung meninggalkanku menuju mesin Gachapon.
"Nihh liat gue dapet apa." Sahut Sherin dari kejauhan saat menghampiri meja makanku.
"Tuh, kalau koinnya dari gue bawa hoki kan? Bilang apa dong say." Ucapku berani saat melihat yang Sherin dapat adalah Doraemon.
"Makasih Say" Balas Sherin dengan senyum cantiknya yang gabakal pernah kulupakan.
"Nah, udah puas kan? Yuk jalan lagi." Ajak ku ke Sherin setelah kami berdua menghabiskan makanan kami untuk mencoba wahana lainnya.
Keluar dari Yoshinoya aku langsung mengajak Sherin untuk mencoba naik Halilintar. Salah satu roller coaster di Dufan. Tapi tampaknya Sherin memang bukan tipe 'adrenaline junkie'. Ideku ditolaknya.
"Takut ya naik beginian?" Tanyaku penasaran.
"Engga sih Mar, yang bikin males itu mual sama pusingnya. Apalagi kita kan habis ini naik bis ke Jogja." Ucap Sherin beralasan.
Bener juga sih omongannya, batinku. Naik wahana seperti ini biasanya ada efek samping pusing dan mual yang cuma bisa hilang dengan tidur pulas. Tapi kita kan nanti malam tidur di bus, mana bisa pulas, yang ada malah tambah mabok atau mual.
Pilihan wahana kami selanjutnya adalah bumper car. Setelah mengantri sebentar, tibalah giliran kami. Berkali-kali ku tabrakkan mobilku ke mobil Sherin. Aku yang lebih terbiasa membawa mobil membuat Sherin kalah telak.
Setelah kalah telak, Sherin justru menantangku untuk menjajal wahana perang bintang dan melihat siapa yang dapat mencatat skor paling tinggi. Lagi-lagi hampir tidak ada antrian di wahana ini. Kamipun langsung naik ke sebuah 'ufo' yang didalamnya sudah ada senjata laser dan bergerak diatas rel. Tujuan kami adalah menembak titik-titik sasaran laser sambil ufo ini berjalan.
Bukannya bekerja sama untuk mengalahkan musuh, aku dan Sherin justru berebut sasaran. Kami tidak ada yang mau mengalah, semua sasaran laser yang menyala langsung ditembak dengan senjata kami. Perlahan nilai skor yang ditampilkan naik. Kadang skorku lebih tinggi, namun tidak jarang juga skor Sherin yang lebih tinggi.
Diakhir permainan kulihat skor kami berdua. Ternyata skor Sherin lebih tinggi, walau berbeda sangat tipis dengan skorku. Tidak ingin dikalahkan aku beralasan bahwa hasil skornya salah.
"Halah, paling error itu. Daritadi kan banyakan gue yang nembak." Ucapku kesal.
"Udah, terima aja kalau kalah. Gausah make alasan. Jelas mataku lebih teliti daripada matamu." Balas Sherin sambil tersenyum jahat dan menunjuk-nunjuk wajahku.
"Iya iya, gue kalah. Puas?" Balasku makin kesal sambil mencubit pelan hidungnya.
"Tuhkan, main fisik lagi sama junior". Ucap Sherin protes saatku cubit.
"Ngeselin sih. Yuk jalan lagi." Sahutku mengajaknya untuk menuju wahana lain.
Sebenarnya pilihan wahanaku selanjutnya adalah Arung Jeram. Tapi setibanya disana Sherin tampak keberatan melihat semua pengunjung yang naik basah kuyup. Aku pun sebenarnya sama, malas untuk basah kuyup dan berganti baju.
Sepakat untuk tetap kering, aku dan Sherin akhirnya berpindah ke wahana Alap-alap. Wahana ini mirip Halilintar, sebuah roller coaster, yang membedakan adalah ukurannya. Alap-alap berukuran lebih kecil dan memang dikhususkan untuk anak-anak. Antrian didominasi oleh anak-anak, walau tidak sedikit remaja dan dewasa seumuran kami yang ikut mengantri. Saat keretanya tiba, aku dan Sherin duduk bersebelahan di tengah. Keretapun mulai bergerak dan menanjak naik, kemudian turun dengan kecepatan tinggi meliuk-liuk. Saat kereta meluncur turun dengan kecepatan tinggi, tangan Sherin menggenggam tanganku erat sementara aku biasa saja menikmati wahananya. Setelah berputar beberapa kali wahana pun selesai dan kami dipersilahkan turun.
“Masa baru gitu doang pegang tangannya kenceng amat.” Ucapku saat turun dari wahana.
“Eh, masa sih kenceng amat? Perasaan biasa aja deh.” Balas Sherin
“Yee aku juga tau kali bedanya cewek megang tangan sayang sama megang tangan kalau takut.” Ucapku dengan yakin.
“Hahahaha, yaudah yuk ke Istana boneka aja sekarang. Gak lengkap ke Dufan kalau gak kesana.” Sherin menggandeng tanganku dan kami menuju Istana Boneka..
Lihat indahnya dunia
Milik kita semua
Walau berbeda bangsa
namun satu sodara
Alangkah indah semua
Lautan luas
Angkasa luas
Gemah riang bumi pertiwi
Kamu harapan suci
Bahagia gembira semua
Satu tujuan kita
Milik kita semuanya
Hidup senang bersama
Damai bebas merdeka
Lagu yang sama bertahun-tahun diputar mengiringi pengunjung di wahana ini. Walau bosan, tapi entah mengapa terbawa suasana memperhatikan Sherin yang gembira sekali. Senyum dan tertawanya yang lepas saat mengobrol denganku sepanjang perjalanan dengan perahu. Ditengah perjalanan Sherin menyenderkan kepalanya di bahuku, bukannya luwes, badanku malah kaku karena salah tingkah.
“Mar, lu lagi single kan? Tapi udah pernah punya pacar?” Tiba-tiba keluar pertanyaan itu dari mulut Sherin membuatku semakin salah tingkah.
“Eh, iya single dan udah. Kok aneh tiba-tiba nanya begini? Tanyaku heran.
“Gatau nih, kebawa suasana kali ya gue.” Jawabnya pelan.
“Maksudnya? Keinget mantan lagi?” Tanyaku semakin heran dan penasaran.
“Udah lah jangan ngomongin mantan, nanti malah bikin bete.” Jawabnya sedikit kesal.
“Lho, kan elu tadi yang mulai duluan. Kok jadi gue yang salah?” Ucapku protes.
“Hehehe, yaudah sorry gw kebawa suasana nih.” Jawabnya sambil mengangkat kepalanya dari pundakku.
Wahana ini memang suasananya gelap dan udaranya dingin sekali karena indoor dan berAC. Sementara disebelah kanan dan kiri kami penuh dengan boneka robot dengan tema benua dan negara di dunia. Agak creepy memang karena gerakan boneka yang tidak halus dan beberapa diantaranya yang terlihat usang. Entah kenapa wahana ini terasa singkat walau membosankan, mungkin karena ada Sherin yang baru kukenal tapi sudah sangat dekat denganku.
Selesai dari Istana Boneka rupanya diluar sudah mulai gelap. Karena tidak ingin terlambat mengumpulkan rombongan di bis, akupun mengajak Sherin untuk langsung keluar. Dalam perjalanan ke pintu keluar kami melewati wahana Turangga-rangga yang sebelumnya ingin kami naiki. Karena ingat janjiku, Sherin memintaku untuk naik wahana itu. Sekarang lampu-lampunya sudah menyala dan memang terlihat lebih indah.
Kami naik dan langsung memilih kuda yang bersebelahan untuk ditunggangi. Saat mulai berputar Sherin mengeluarkan handphonenya dan mengajakku untuk selfie. Beberapa kali selfie dengan pose yang berbeda-beda. Melihat kami asyik selfie, seorang fotografer Dufan mendatangi kami dan mengajak kami untuk diambil fotonya.
Setelah berhenti kami pun turun. Di pintu keluar Sherin sempatkan mampir untuk membeli cetakan foto hasil bidikan fotografer tadi. Sherin membeli 2 lembar, untukku dan dia.
“Nih di simpen, buat kenang-kenangan.” Ucapnya sambil menyerahkan cetakan fotonya untukku.
“Makasih Rin.” Ucapku berterima kasih.
“Iya makasih juga Mar udah mau nemenin jalan-jalan.” Balasnya.
Saat kembali ke bis rombongan ku sudah hampir lengkap. Tidak berapa lama menunggu kami pun berangkat menuju Jogja. Sekitar pukul 8 malam, bus kami mampir di rest area tol Bekasi. Disini sudah kupesankan makanan prasmanan di sebuah resto. Setelah berhenti makan, bus melanjutkan perjalanan. Terlihat rombonganku sudah terlihat letih, beberapa bahkan ada yang sudah mencoba tidur, maklum seharian bermain di Dufan tak terkecuali Sherin. Kernet bis kami langsung membagikan selimut yang merupakan fasilitas bis untuk tidur.
“Oh ya aku baru inget.” Tanya Sherin sambil menarik selimut dan mencoba memejamkan matanya.
“Apa?” Bisikku.
“Kan deal kita elu mau nemenin gue main di Dufan asal gue bolehin panggil sayang. Tapi perasaan elu engga panggil gue sayang.” Tanya Sherin heran.
“Hhmm, iya ya cuma sekali doang kayaknya di Yoshinoya.” Jawabku sambil mengingat-ingat.
“Payah ah, dikasih kesempatan bukannya manfaatin.” Ucap Sherin pelan sambil kembali menyenderkan kepalanya di bahuku dan berusaha tidur.
“Iya ya, yaudah tidur aja kalau capek.” Sahutku sambil juga berusaha tidur.
Baru saja aku memejamkan mata tiba-tiba, cup!
Aku langsung kaget dan membuka mataku, Sherin tiba-tiba mencium pipiku.
“Makasih ya hari ini, jangan kapok lho jalan sama aku, masih ada besok-besok.” Bisiknya pelan sambil masih menutup matanya.
Aku yang kaget dan tidak tau harus berkata apa cuma mengucapkan sama-sama singkat dan kembali berusaha tidur. Kali ini kuusap rambut Sherin pelan sambil kepalanya bersandar di bahuku.
Wah gila, baru kenal sehari langsung berani nyium aja dia, besoknya berani apa, batinku.
Tak berapa lama termenung, aku langsung tertidur lelap. Zzzzz
Bersambung...
--