-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------
Cerita 237 – Rahasia Kedua
Episode 1
Pengalaman mengesankan bersama Wina.. operator telepon kantorku.. –Lihat Ceritaku ‘Rahasia Pertama’..–
Kini sangat membuat aku gampang dan berani menjurus kepada hal-hal yang berbahaya serta berisiko.
Mengingat aku sudah berkeluarga.. padahal aku sangat sayang kepada keluargaku.
Tiapkali aku pulang kantor.. selalu mereka mengharap kedatanganku.
Aku juga kangen kepada kelucuan anak-anakku.
Demikian juga istriku.. dia manis sekali. Dan kegiatan seksku dengan istriku masih normal saja.
Hal yang membuat tidak aman bagi hubunganku dengan Wina sang operator adalah:
Istriku sering datang ke kantorku untuk berbagai keperluan.
Misal mengantarkan sesuatu untuk aku saat dia lewat di kantorku.
Dan selain itu.. dia selalu berhubungan dengan Wina..
Karena si Winalah yang bertugas menyampaikan pesan kepadaku saat aku keluar kantor.
Aku sangat kuatir hubunganku diketahui oleh istriku. Yaa.. namanya saja perempuan.
Mungkin saja salah omong atau keceplosan.. bisa saja kan, TEMAN..?
Hmm.. ada yang pernah seperti yang aku alami..? Sungguh. Saat ini kepalaku betul-betul pusing..!
Untuk itu.. aku lantas pelan-pelan berusaha mengurangi kegiatan seksku dengan si Wina.
Untungya Wina bisa mengerti.. meski dia kadang menunjukkan muka yang masam saat aku sangat sibuk..
sehingga tidak sempat menyapanya.
Eh.. 2 bulan setelah aku 'agak vakum' dengan si Wina.. malah ada 'korslet' yang terjadi dengan diriku.
'Kegatalanku' nyerempet-nyerempet 'bahaya birahi' kembali tiba-tiba kumat tanpa kusadari.
Seperti begini kejadiannya: 5 rumah dekat rumahku.. ada dokter yang berpraktik di sana.
Hingga akhirnya aku tau.. bahwa dia seorang wanita muda dan cantik.
Dan satu lagi: Dengan mata yang selalu memperhatikanku saat aku berangkat dan pulang kerja.
–Mungkin kebetulan saja.. akan tetapi terjadi hampir tiap hari..–
Awalnya.. kami sering berpapasan saat aku mengendarai mobil.
Karena seringnya.. aku sampai hapal pelat nomornya. Mobil suzuki amenity putih L 287 DG.
Dia selalu memakai jas putih disamping bajunya sendiri..
dan selalu melihat serta terkadang juga melirikku saat aku melewatinya.
Lama-lama.. kami saling tersenyum karena seringnya bertemu.
Suatukali.. ketika dia baru saja datang memarkirkan mobilnya dan aku baru saja berangkat ke kantor..
Dia 'seperti' sengaja berdiri di samping mobilnya..
Seakan menunggu aku lewat dan langsung menoleh ke arahku untuk tersenyum.
Wow.. senyumnya..! Memang masih terasa kaku waktu itu..
Tapi di matanya terlihat dia senang melihatku. Gak tau.. mungkin aku saja yang GR..!
Akhirnya.. suatu ketika saat aku terkena flu dan tidak enak badan..
Aku lantas bertekat untuk mencoba keahlian di bidang kedokterannya.
Aku belum sempat berkenalan.. tapi tau dari nama di papan namanya saja. Namanya: dokter NW.
–Aku singkat saja..– Namun di sini aku beri nama dia dokter Diana.
Karena aku sepakat untuk tidak menunjukkan nama sebenarnya.
Sudah malam memang.. aku jalan kaki saja menuju ke tempat praktiknya.
Kebetulan juga istri dan anakku sedang pergi ke mertuaku dan aku baru saja pulang kantor.
Saat itu sekira pukul 21.00.
Langsung saja aku daftar di meja suster di depan dan menunggu di antrean.
Ketika aku dipanggil dan masuk..
Tampak dokter Diana sedikit kaget karena ternyata aku yang menjadi pasiennya.
Aku bergaya santai saja.. dan membuat bahan omongan awal.
Saat itu mungkin sekira sudah pukul 21.30an.. dan aku adalah pasien terakhir rupanya.
"Halo, bu.. apa kabar..?” Ujarku sambil berusaha ramah. Saat itu dia mengenakan baju putihnya.
Kancingnya tidak dikenakan.. untuk bagian dalamnya dia mengenakan baju tipis bercorak kembang..
Dan sedikit memperlihatkan behanya. Hmmm.. mengundang untuk tau saja.. pikirku.
"Lhooo.. sakit apaa.. paak..?" Sambutnya ramah pula.
"Ahh.. nggak tau nih.. kok tiba-tiba rasanya sakit semua.. habis lembur terus sih akhir-akhir ini..” alasanku.
"Namanya siapa pak.. hehe.. sudah lama tau tapi nggak kenal ya..?"
Tanyanya.. sambil menulis sesuatu di formulir datanya.
"Oooya.. ya.. Dino Tandi, gitu aja..” jawabku.
"Kerja di mana pak..?” Tanyanya sambil berdiri..
kemudian mempersiapkan alat ukur tekanan darah dan berdiri di sampingku.
"Di PT ANU.. belum tau ya..? Kan kita sering ketemu di jalan Darmo. Ya di situ itu kantor saya..” jawabku..
sambil bersiap untuk membantunya mempermudah pemeriksaan.
Entahlah.. aku sudah terasa akrab, mungkin karena kami sering bertemu..
"Mmm.. yang ada papan nama yang besar itu ya..? Ya saya tau..” ujarnya sambil memegang tanganku..
untuk mulai dipasang alat pengukurnya.
Wuihhhh..! Tangannya sangat lembut dan halus.. terasa sekali di kulitku. Srrr..!! Berdesir rasanya dadaku.
Mmm.. gini toh dipegang tangan bu dokter..? Pikirku senang.
Ketika mulai memeriksaku Dia agak membungkuk ke arahku..
sehingga tekukan bajunya memperlihatkan tali beha dan sedikit kulit buah dadanya yang putih..!
Widiihhhh..!! Srr lagi deh..!! Hehehe..
Selesai diukur tekanan darah.. aku disuruh berbaring ke tempat tidur.
"Pak, bisa berbaring sebentar..” katanya.
"Oya..” Aku segera beranjak ke dipan praktiknya dan berbaring di sana.
Sambil menunggu.. aku tutup mataku.. karena lampu di atasku sangat menyilaukan.
Tiba-tiba.. terasa tangannya menyentuh kancing bajuku sambil berkata pelan..” Permisi pak.. ya..”
Aku jawab dengan senyuman. Aku berharap dia tau.. aku sangat suka kepadanya.
Dia kemudian membuka 3 kancing di atas.. lantas dia mulai meletakkan stetoskopnya ke dadaku.
Semoga dia tidak tau bahwa aku agak deg-degan berdekatan dengannya.
Rasanya.. aku lain. Karena biasanya aku hanya berpapasan saja di jalan..
kini aku hanya beberapa senti saja dengannya.
Nah.. karena dipannya sempit.. –tidak seperti kasur untuk tidur di rumah..–
Lengan kananku sempat terhimpit oleh dorongan tubuhnya saat memeriksaku.
Ehmm..! Dapat kurasakan perutnya terasa lembut menyentuh lenganku.
Dan celakanya.. tanpa dapat kukontrol.. kontolku mulai tegang..!! Wahhh.. gawat nih..! Pikirku.
Tapi.. aku benar-benar tidak dapat membuang khayalanku untuk dapat menyentuh seluruh bagian tubuhnya..!
Aku lantas ingat si Wina.. yang begitu mulus dan padat berisi tubuhnya.. dan.. dan ..
Aku merasa celanaku tidak kuat lagi menahannya..
Hingga antara berharap dan tidak.. dia mungkin tau ada benjolan di celanaku saat itu.
TUUUUUTT..!! Tiba-tiba ada bel berbunyi.. dia lantas menuju ke mejanya dan mengangkat interkomnya.
”Oke.. sampai besok yaa, Hen. Ati-ati.. sudah dijemput kan..? Nggak.. ya.. ya.. Oke.. dahh..!”
Begitulah dia menjawab lawan bicaranya di interkom. Wah.. mengganggu saja.. pikirku..!
Tak lama kemudian dia kembali lagi ke arahku. Aku coba untuk menatapnya secara dalam.. ke matanya.
Dia tampak tidak dapat menahan perasaan.. dengan mencoba melihat ke arah lain.. sambil terus memeriksaku.
"Coba bilang AAA..” dia memegang bagian daguku untuk memeriksa bagian mulutku..
”AAAAAAAAA.."
"Ya.. sudah.." katanya.
"Stop dulu makan berminyak ya.. pak..” katanya sambil menuju ke mejanya lagi.
”Mau disuntik nggak..?”
Mmm.. ini dia, pinginnya sih aku yang suntik kamu..! Pikirku nakal.
Tapi aku bilang.. ”Mm.. gimana, kalau menurut dokter perlu, ya Okelah.. mumpung di sini..”
"Oke.. tolong siapin ya..!?” Katanya.
"Apanya..?” Tanyaku berlagak dungu.. menggodanya.
"HHmm.. ya bokongnya.. doong..!” Jawabnya sambil melirikku saat dia menyiapkan suntikannya.
Uhh.. sekarang dia merangsang sekali..! Tidak hanya cantik..! Sungguh..!
"Hoohoho.. yaya..” aku lantas melepas sabuk dan melorotkan Zipku..
Dan melorotkan sedikit bagian atas celana dan menampakkan bokongku.
"Yang kiri atau yang kanan Dokter..?” Pancingku.
"Biasa yang mana, terserah bapak .. nggak masalah kok.." ujarnya ramah.
"Yang kiri aja ya.. soalnya yang kanan sudah pernah dulu..” alasanku.
Padahal agar aku bisa memiringkan badanku ke kanan.. berhadapan dengan dia.
Dan bukannya membelakanginya.
"Monggooo.. terserah pasiennya saja. Siap..?” Katanya sambil berjalan menuju ke arahku.
"Iya.. tapi jangan sakit ya..!?” Kataku sambil berlagak seperti anak kecil.
Aku tampakkan ke dia bokong kiriku dengan memelorotkan celanaku.. dan Cdku tampak sebagian.
Juga tampak sedikit rambut dari kontolku.
Dia terlihat mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah tegang dari tadi..!
Meski tidak tampak jelas.. tapi rambut kontolku yang lebat membuat perhatiannya terpecah.
"Pokoknya jangan goyang saja..” dia mulai mengeluarkan kapas dan menggosok bokongku yang akan disuntik..
Kumudian.. CREPP..! Bersamaan dengan masukknya jarum suntik..
Aku berlagak kesakitan.. dengan memegang bagian pinggulnya dengan tegang..
”Uhgghh.. sakkiit dook..!” Erangku seolah benar kesakitan.
"Ahh.. masa’..?” Ujarnya sambil meneruskan menekan jarum suntik sampai habis.. kemudian DITARIK..!
SRUTT..! "Addhuh..!” Bisikku.. sambil memegang lengannya sebentar.. lalu kulepaskan. Lumayan.
Dia kemudian melepaskan baju putihnya lalu menggantungkannya di kursi.
Ternyata dia memakai baju tanpa lengan. Wow.. sekarang tampak kulit lengannya yang putih dan mulus..
Sedikit rambut ketiaknya yang halus tidak lebat kelihatan. Tampaknya dia sedikit kepanasan..
Keringatnya tampak di bagian badannya.. menambah terangsangku kepadanya.
"Sudaaahh..” dia menuju ke mejanya dan mulai menulis resep.
"Gimana dok, kayaknya kok parah ya..?” Tanyaku.
"Nggak.. memang lagi musim kok.
Makanya jangan dulu makan yang berminyak. Ini ada resepnya..” jawabnya lagi.
Aku sudah bisa melihat.. bahwa buah dadanya berukuran sedang.. tidak terlalu kecil atau besar.
Mungkin sama dengan si Wina.. tetapi dokter Diana ini memiliki postur yang lebih kecil.. dan tinggi.
"Sampai jam berapa dok, praktiknya..?” Tanyaku lagi.
"Ini kan 24 jam.. karena saya melayani dengan layanan 24 jam;
Saya bekerjasama dengan beberapa klinik di Surabaya.. untuk itu harus full-time.
Tapi kan saya punya 3 rekan lagi. Ya.. dokter seperti saya.. jadi nggak full saya terus, lho..”
Katanya sambil menatapku sebentar lalu menulis lagi. Wow.. cantik sekali..!
"Lha terus.. gimana istirahatnya kalo mereka berhalangan hadir..?” Sahutku pingin tau.
"Ya.. di dalam saya siapkan ruangan istirahat buat saya.. ada tv-nya juga.. jadi ya bisa santai sejenaklah.
Kadang kalau bisa share waktu dengan dokter lain, saya bisa libur 1-2 hari. Ya.. memang begitulah kerjaan dokter.
Kalau paginya saya harus ke Puskesmas.. pasti saya tidur di sini.. karena Puskesmasnya ada di dekat sini.
Itu suster di depan saja sudah pulang sejak tadi jam 22.00.." katanya menjelaskan panjang lebar..
sambil menunjuk gorden di belakang ruang praktik.
Berarti ruang istirahatnya ada di belakang ruangan ini..!? Pikirku.
Wah.. ternyata petugas terima pasien tadi sudah gak ada toh..?
Berarti kami tadi hanya berdua saja toh..? Wahh.. asyik ya..! Baru aku tau dari penjelasannya.
Aku lihat arlojiku.. kini telah menunjukkan pukul 22.40.
"Ini pak resepnya, dihabisin lho..” katanya..
"Ya bos..” jawabku menggoda..
"Capek ya dok.. saya aja kerja 12 jam sehari capeknya seperti ini.. wah.. apalagi anda ini ya..!?”
Aku coba menunjukkan simpati. Dia tampak tidak dapat menjawab pertanyaanku dengan cepat.
Mungkin takut dipikir macam-macam olehku, mungkin.
"Oke berapa dok..?” Tanyaku lagi.
"Mm.. 40ribu sajaa.." jawabnya ramah sekali.
"Oke.. ini dok. Terimakasih yaaa.. saya pamit dulu..”
Aku lalu berdiri sambil menyerahkan uang dan menjabat tangannya.
–Ini hanya alasanku saja..– Sambil tak lupa memberikan senyumku.
Di rumah.. aku tidak dapat tidur cepat.. karena memikirkan dokter Diana itu. Ahhh..!
Pagi-pagi.. aku berangkat.. dan ternyata mobilnya sudah tidak ada lagi..
Wahhh.. benaran rajin betul dia..!
-------ooOoo-------
Sudah 1 minggu ini kami selalu saling balas senyum saat berpapasan.
Suatu hari.. aku sangat kangen sekali kepadanya.
Untuk itu.. pada jam 21.30 aku coba untuk pergi ke tempat praktiknya. Saat itu ada 3 orang lagi antre.
Wahh.. laris juga.. pikirku. Dan untungnya aku jadi pasien terakhir lagi..
"Lhoo.. sakit apa lagi pak..?" Katanya kaget juga melihatku muncul lagi.
"Ahh.. kangen saja sama bu Dokter nih yaa..” godaku..
"Pusing-pusing nih di kepala..” lanjutku beralasan. "Banyak kerjaan lagi tuh.. makanya jangan sering lembuuur..”
Sekarang dia melepas jas putihnya..
Saat itu dia mengenakan baju hitam tipis dan behanya pun kelihatan hitam.. tanpa lengan.
"Wah.. capek juga nih saya.. mestinya teman saya yang menggantikan saya..
tetapi ternyata dia sedang ada operasi di rumah sakit umum.
Yaa.. jadinya saya nih yang harus jaga.. hehehhmmmm..” Dia mulai mencairkan suasana..
"Kalo dokter sakit, berobatnya ke mana ya..?" Tanyaku sambil senyum menggodanya.
"Hehehmmm yaa. ke dokternya dokter..” jawabnya asal saja.
"Oo.. soalnya saya mau tuh jadi dokternya.. kalau mau siiih.. hehehe.." ujarku.. mencoba memancing [perkara]..
"Ooya..!? Seperti apa tuh..?” Dia membalas rupanya.
"Ahh.. lihat-lihat sakitnya.. ringan, parah, naahh.. tergantung jenisnya..
Kalo seperti Dokter Diana ini.. saya memang spesialisasinya.. hehehemmm.."
Aku menyembunyikan rasa maluku setelah berbicara ngawur dengan berdehem.
"Aduuhh.. bisa aja pak Dino ini. Tapi bisa tuh dicoba lain kali ya..!?"
Ujarnya tanpa melihatku, karena dia mencari formulirku di raknya.
"Sekarang juga boleehh.. hehehmmm.." aku ngawur lagi..!
Aku melihat gambar kemaluan pria di poster belakang dipan praktiknya.. aku jadu punya ide..!
"Eh, boleh tanya nggak bu.. aku punya benjolan di sebelah bawah iniku.."
Sambil menunjuk gambar itu tanpa berani melihat responnya..
”Ketika aku pegang tidak terasa gatal atau sakit .. kenapa ya..?" Kataku sambil menoleh kepadanya.
Dia tampak agak menutupi kagetnya karena pertanyaanku itu..
”Apa itu .. Mm.. mulai kapan itu..? Hmm.. sebesar apa..?” Katanya agak gugup.
"Ya.. saya sih gak teliti ya.. tapi baru-baru saja kok, besarnya sebesar kacang aja..” jawabku ngawur lagi..
”Kalo nanti ada waktu, tolong diperiksa ya bu..” kataku lagi serius.. tanpa menampakkan aku lagi berbohong.
"Mm.. ya.. Oke.. nanti ya.. karena itu perlu dokter khusus.
Saya hanya bisa melihat kondisi awalnya sebagai referensi ke dokter ahlinya.."
Dia tampak bingung.. tapi akhirnya terjawab juga..
Aku berusaha serius sekali saat mulai berbaring dan mulai melepaskan baju kancing hemku.
Dan dia mulai meletakkan stetoskopnya.
Setelah itu, dia berbalik menuju mejanya, duduk.. langsung aku menyahut.
"Lho nggak jadi memeriksa iniku dok..?" Tanyaku sambil menunjukkan arah kontolku.
Aku konsentrasikan agar kontolku tidak tegang..
Agar terlihat aku memang mengalami yang aku keluhkan kepadanya.
"Oy.yyya.. sebentar ya..” dia agak tegang.. tanpa senyum dan berjalan menuju arahku..
”Tolong disiapin ya..” katanya..
Aku langsung mengerti maksudnya.
Kemudian segera melepas Zip dan langsung kupelorot celanaku sampai di setengah pahaku.
CDku masih terpasang. Wahh.. kontolku kok sudah mulai bereaksi..!? Gawat nih..!
Aku tetap berkonsentrasi agar tidak berdiri itu kontol..!
Tapi ternyata bu Dokter sudah memakai kaos tangan plastik. Wah.. kapan masangnya..? Kok cepet sekali..!
Untungnya, kontolku 'tidur' lagi.. pelan-pelan.. bagus.. bisa kerjasama..!
Dia mendekatiku, dan berkata.. "Yang mana..?”
Aku langsung membuka CDku dan kontolku terkulai dannnn.. mulai berdiri..!
Wah.. memang dasar tidak dapat diatur..! Rutukku pada sang kontol.
Aku tetap serius sekali.. tanpa senyum.. mulai memegang kontolku sendiri dan membolak-baliknya.
"Nah.. biasanya muncul di sini.. tapi kadang tidak ada.. sekarang ada nggak ya..?" Kataku bohong.
"Coba.. saya tidak tau yang normal gimana, pasti bu dokter tau apa itu yang dinamakan benjolan..” pancingku..
"Mmmm..” dia tampak berkedip-kedip dan bibirnya kering tanda tegang, dan dia mulai memegang kontolku.
Uhghh.. lembutnya..!! Kontolku tambah bersiap tegang.. seakan kaku sekali..
”Ehh.. maaf ya bu.. adikku kok jadi gini..” aku pura-pura.. agar suasana jadi santai.
”Hemm.. hmm..” dia senyum manis sekali.. menahan malunya.
10.. 14.. 15.. 18.. 20 cm.. sekarang kontolku dalam posisi puncak.
Aku meremkan mataku untuk menikmati sentuhan di kontolku. Dan aku membuka pahaku..
Untuk membebaskan tekukan kantung pelir yang tersisa saat kontolku masih lemas.
Dengkulku menyentuh pahanya.. ”Maaf ya Dok..” kataku.
Dan parahnya, cairan pelumasku tampak di ujung kepala kontolku..! Wah.. gawat nih..!
Dia mulai memegang dengan tangan dua. Tangan kiri memegang bagian atas..
Tangan bawah mencari benjolan di bagian bawah kontolku.. sambil mengurutnya dari atas sampai ke bawah.
Ughhhh.. aku terangsang sekali dengan sentuhannya.
Sekali-kali dia berhenti dan memutar-mutar ujung telunjuknya untuk memastikan..
apakah di situ ada benjolan.. kemudian berjalan lagi ke bawah. Begitu seterusnya.
Meski dengan kaos tangan.. masih terasa halusnya tangan Diana.. hhhhuhhhhhhgg..
Pasti dia tau bahwa saat itu aku sangat terangsang oleh sentuhannya.
Ergghhh..!! Kakiku berkali-kali tampak kaku untuk menahan rasa geli bercampur nikmat.
Tapi dia mendekatkan matanya ke arah kontolku.. dan meneliti betul-betul.
Sekitar 20 centi kepalanya berada di depan kontolku.. dan rambutnya jatuh ke arah pangkal pahaku.
Woowww.. hal itu menambah rangsangannya kepadaku..!!
"Huffhhh..” aku coba memberikan reaksi terhadap sentuhannya.. berharap dia membalasnya. Sangat berharap..!
"Kenapa..? Sakit..?" Tanyanya serius..
"Heh..? Sakit..? Belum.. eh.. nggak..” kataku tanpa melihatnya.. melihat ke atas. Menahan rasa nikmat.
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------