Kuawasi dari belakang posisi dan ekspresi Pak Deni, sekilas dia melirik-lirik ke arahku. “Kenapa Pak?” Tanyaku mulai hendak menggoda lebih jauh. “Ng.. ga apa Non, Non cantik banget saja, saya jadi sedikit gugup.” Katanya jujur. “Wah mulai kena, asikkk..” Pikirku. Sesungguh nya aku sendiri juga bingung sebenarnya apa tujuanku melakukan ini, jelas aku sendiri tidak tahu mau kubawa sejauh apa ini semua, hanya saja keinginanku untuk sedikit eksplorasi timbul, ini gila, pikirku, entah hanya karena kejadian beberapa hari terakhir, atau apa yang terjadi, tapi aku sendiri mulai sedikit merasa nervous dan ingin membawa ini lebih jauh.
“Ah, Pak Deni bisa aja, genit ah!” Jawabku dengan gaya sedikit sok centil, ingin rasanya aku duduk di pangkuan nya, membelai lengan nya yang kekar alami. “Ngga Non, sungguh, udah kulit nya bagus, langsing, ah.. maaf Non, jadi ngelantur saya.” Ujarnya. “Wah hebat ini orang kontrol dirinya,” pikirku.
Otakku berputar keras bagaimana membuat supaya dia maju duluan kepadaku, gengsi dong, pikirku, jangan seolah aku yang mau. Sembari berpikir aku berdiri hendak mengambil cangkir the di hadapannya “Eh, Pak Deni teh nya sudah habis, saya tambahin ya?” Ujarku sembari membungkuk mengambil cangkir di hadapannya. Yang tidak kusadari, posisi ini lah yang menjadi kunci keberhasilan skenario ku. Pinggul kurus ku dengan perut yang rata terhidang di hadapan Pak Deni saat aku membungkuk mengambil cangkir. Karena kaos ku yang cukup body fit, terpampang juga lah lekuk payudara ku yang memperlihatkan kepadanya bentuk payudaraku dari samping.
Sepertinya posisi ini lah yang membuat Pak Deni mulai kehilangan kontrol, reflek dia menjulurkan tangan nya menahan tubuh ku di perut dan di punggung ku. “Eh.. Pak Deni ngapain nih Pak?” Ujarku yang juga kaget karena memang ini tidak disengaja. “Ups.. mmm.. maaf Non.. saya kira..” “Dikira apa Pak?” Potong ku, tidak memberikan nya kesempatan untuk menghindar. “Ngg.. ngga Non, ga apa-apa, maaf Non maaf..” Dia tampak gugup sekali. Aku hendak duduk kembali di samping nya, tapi malah itu membuat tangan kanan nya yang berada di perut ku tertarik ke payudara kanan ku. Aku tersentak, dan muka ku memerah, Pak Deni dengan cepat menarik tangan kanan nya, “Eh.. ya ampun maaf Non.. maaf.. saya ngga sengaja..”
Aku menatapnya dengan tatapan menggoda, “Pak Deni suka sama yang kepegang barusan?” Kataku. Dia hanya terdiam melongo menatapku. “Kalau mau pegang lagi boleh lho Pak,” Kataku tersenyum manis sembari mengambil tangan kiri nya dan menggenggamnya lembut. Perlahan kuletakkan tangan nya di atas paha kanan ku dengan tangan ku di atas nya. Jantungku mulai berdegup membayangkan apa yang bisa terjadi selanjutnya. “Pak Deni kok diam aja sih? Ngga apa lho Pak, rumah lagi kosong kok,” lanjutku semakin menggoda sembari memainkan jari jemari ku di atas punggung tangan nya.
Sepertinya cukup berhasil karena perlahan Pak Deni mulai menggeser posisi duduk nya. Perlahan dia mulai mengelus-elus paha ku. Kusandarkan tubuh ku ke sofa seolah memberikannya kebebasan. Tangan nya mengelus-elus pahaku sembari menatap wajah dan tubuh ku. Nafasku mulai sedikit lebih memburu mengakibatkan dadaku bergerak naik turun. Sepertinya dia menyadari nya, tangan nya mulai bergerak semakin naik, mengelus pangkal pahaku, aku menggelinjang “ssshhh..” desah ku pelan, tangan nya bergerak naik ke perutku dan berhenti di atas payudara kiri ku. Cukup lama dia hanya meletakkan tangan nya disana, terlihat tangan nya naik turun seiring dengan nafas ku. Kurasakan tangan nya mulai meremas lembut payudaraku, aku menatap nya dengan tatapan sayu, Pak Deni pasti bisa merasakan bahwa jantungku berdegup semakin kencang.
Wajahnya mulai mendekat ke wajahku. Aku memejamkan mata, cukup nervous rasanya bahwa sebentar lagi keperawanan bibir ku akan segera direnggut oleh Pak Deni, seorang security yang gagah. Tapi ternyata bibir nya menyeruak melewati rambut ku dan menyerang leher ku. Pak Deni dengan lembut mengecup leherku sembari menjilatinya dengan lembut. “Aduh.. Pak Deni… geli Pak..” Rintihku mulai terangsang, sementara tangan nya terus meremas lembut payudara kiri ku. Kedua tangan ku tergolek pasrah tidak melakukan perlawanan sedikitpun, paha ku mulai merapat dan kaki ku mulai naik ke atas sofa, gerakan reflek karena menahan geli yang amat sangat. “Pak Deniiii.. agghh.. Pppaakkkk..” Desahku pelan. Kurasakan dia memegang kedua pundak ku dan mendorong lembut tubuhku rebah di sofa. Disitu aku terlentang, menatapnya dengan sayu, kurasakan kedua pipi ku mulai panas. Sembari kupejamkan mataku, kutaruh kedua tanganku menutupi mataku ketika Pak Deni mulai menarik kaos ku melewati dadaku. Terpampanglah kedua payudaraku yang terbungkus bra hitam mini. Kugigit bibir bawahku saat Pak Deni mengangkat kedua cup bra ku ke atas membebaskan kedua payudaraku yang padat dengan puting yang sudah mengeras.
“Hhh.. hahhh..” Kudengar nafas Pak Deni mulai memburu, di remasnya kedua payudaraku sembari memainkan kedua puting payudaraku. “Yahhh.. ahhh.. Pak Den..ahhhh…” Aku menyambut tindakan nya dengan desahan panjang, nafasku tertahan ketika kurasakan jemari nya memainkan puting payudaraku dengan lembut. Pak Deni meraih kedua tanganku dan mengangkat nya dari wajahku, wajahny sekarang sangat dekat, kulihat tatapan mata nya yang tajam menatap mata ku dalam-dalam dan perlahan dia mengecup bibir ku. Naluri ku menyambut bibir nya, dia melumat bibir ku sembari tangan nya bergerak mengelus-elus daerah privat ku yang belum pernah dijamah siapapun. Pinggulku bergerak-gerak menyambut elusan tangan nya. Celana ketat dan celana dalam ku tidak mampu menghalangi rangsangan-rangsangan nikmat yang diberikan oleh jari jemari Pak Deni.
Kurasakan tangannya mulai masuk ke balik celana ketat ku, meremas-remas pantat ku, kunaikkan pinggul ku untuk memudahkan Pak Deni melakukan aktivitas nya. Sementara tangan Pak Deni meremas pantat ku, dia mulai mencicipi puting payudara ku secara bergantian. Kutahan kepala nya seolah tak ingin dia berhenti, “Pak Deniii.. aduh Pak.. aduh.. pelan-pelan Pak… Ge… liii.. Pppaakkk…” Rintihku penuh nafsu, akal sehat ku sudah mulai kalah oleh nafsu ku, aku takut, ya, takut akan apa yang akan terjadi, namun nafsu sudah semakin membutakan akal sehatku.
Kubuka kaos ku dan kutarik bra ku lepas sementara Pak Deni masih terus menikmati melahap payudaraku yang belum pernah terjamah. Dari cermin di ruang tamu kulihat bayangan kami, seorang wanita muda berkulit kuning langsat mulus sedang menggeliat-geliat menahan nikmat sembari payudara nya sedang di nikmati oleh seorang security berkulit gelap yang bertubuh besar. Pemandangan yang luar biasa, sementara pinggul ku terus bergerak-gerak menikmati rangsangan demi rangsangan di pantat dan payudaraku.
Pak Deni terlihat semakin bernafsu, tangan nya menarik lepas celana ketat tipis ku, “auuuhh.. Pak…. Kok dilepas Pak?” Protesku, tapi tak bisa kupungkiri aku sangat terangsang melihat pemandangan dilepas nya celanaku melalui cermin ruang tamu. “Hhhh.. mmm.. maaf Non.. Saya ngga tahan Non,” ujar Pak Deni sembari menggosok kemaluan ku dari luar celana dalam mini ku. “Aaahhh.. Pak Deni… pelan-pelan Pakkkkk.. geli banget Pakkkkk… Ppppaaaakkk..” Rintih ku semakin terangsang. Pak Deni membungkam rintihan ku dengan kecupan yang panas di bibir ku, kupejamkan mataku menikmati lidah nya bermain-main di dalam rongga mulut ku sementara tangan nya terus memainkan kemaluanku yang aku yakin sudah semakin basah.