Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Jessica Veranda's Graduation: The Story Behind (Update Feb 2023)

Lanjutin gak nih?

  • Cukup Gan! Bosen baca fiksi Ve melulu. Mending bikin cerita yg baru

    Votes: 187 13,4%
  • Lanjut Gan! Ve harus ML sama cowok jelek lain

    Votes: 573 41,0%
  • Lanjutin! Asiknya Ve main bertiga sama cewek cantik lain

    Votes: 637 45,6%

  • Total voters
    1.397
Bimabet
Update trus suhu lanjutkan
 
Selamat berbuka bagi agan yang menjalankan :D



CHAPTER 6

“Halo Veeee!!!”

Perempuan yang sedang dipanggil namanya kaget mendengar suara lawan bicaranya. Dia sampai menjauhkan speaker handphone dari lubang telinganya untuk memastikan matanya tidak salah baca. Benar kok, nama yang tertera di layar handphonenya adalah ‘Abang JKT48’ tapi kok suaranya…..

“Kinal?”

“Iyak betululululul!! Hahaha… Ve lagi apa?”

“Hngg… lagi tidur-tiduran aja” jawab Ve berbohong. Ya, tidak mungkin juga sih dia cerita tentang vaginanya yang banjir karena baru selesai masturbasi.

“Tidur-tidurannya sendirian aja apa ada temen tidurnya nihh...?”

“Hah?”

“Hahahaha… Ve, weekend ini kita ketemuan yukkk? Kangennn...”

“Waaa...ayo ketemuan! Aku kangen juga sama Kinal....eh tapi aku bingung deh, ini nomor kamu apa Abang sih?”

“Huhahahahahaa… iya ini nomor Abang,” jawab Kinal sambil menyodorkan ujung telepon agar mendekat ke mulut Abang.

“Halo Ve..” sapa pria itu.

“Halo Bang! Apa kabar? Kangen ih udah lama ga ketemu!” sapa Ve.

“Hahaha.. Iya nih gue kangen juga. Eh, kita ngumpul-ngumpul yuk?”

“Threesome nih kita?” tanya Ve yang langsung disesali gadis cantik itu. Member dan pihak manajemen JKT48 tidak boleh ada yang tahu tentang dirinya yang nakal. Ve berkali-kali menepuk jidatnya sendiri menyadari kebodohannya yang bisa berujung bencana.

“Hahaha.. Gue udah ngajak Stella sama Fendy juga sih Ve. Berlima jadinya. Udah lama banget kan kita gak ngumpul bareng?”

Huuufftt… Ve langsung mengelus dadanya yang telanjang. Untung saja si Abang tidak mikir macam-macam.

“Yaa.. walapun sebenernya sih…” lanjut Abang tanpa menunggu reaksi Ve. “Jujur aja nih… gue pengen ketemu sama Ve karena mau ngomong sesuatu. Semacam...yahh... mau minta tolong gitu deh sama lo.”

“Ooohh, kalo boleh tahu minta tolong apa nih, Bang?”

“Hmm.. besok aja deh gue ceritain. Ga enak kalo lewat telepon. Nanti disadap KPK hahaha…”

“Waduhh… berat nih kayaknya hahahaha…”

“Becanda, Ve… gak berat kok, tenang aja hehe.. Dan... lo juga bisa nolak bantuin gue kok kalo gak mau…”

“Gak mungkinlah gue nolak Abang…. Hutang budi gue sama Abang tuh banyak banget.. Dari jaman masih jadi member jeketi sampai kemarin pas gue skripsi juga Abang bantuin mulu! Sekarang giliran gue bayar utang ke Abang!”

“Yaelah Ve.. yang kemarin mah gue ikhlas.. Gak usah dibahas lagi lah…”

“Enggak! Gue bisa aja gagal lulus kemarin kalo enggak dibantuin Abang. Pokoknya sekarang gue mau bantuin Abang! Titik!”

“Hahaha.. Aduh.. jadi ga enak”

“Lemesin aja Bang..… biar enak!”

“Hahaha... Yaudah... besok kita obrolin sambil lunch bareng deh. Gimana?”

“Boleh.. Tempat biasa?”

“Oke. Kata Kinal juga mending di tempat biasa aja sih. Enak, nggak terlalu rame.”

“Oke deh. Gue jam 12 ke sana ya…”

“Oke. Sip. Thanks Ve!” sahut Abang sambil mengakhiri obrolan.

“Dadah Veee!” sahut Kinal dari kejauhan.

Selesai menekan tombol End Call di layar hapenya, mata Ve menerawang menatap langit-langit kamar. ‘Dalam rangka apa Kinal bisa jalan berdua sama Abang ya? Apa jangan-jangan mereka pacaran? Wah, kalau benar, Ve sudah ketinggalan banyak cerita nih sejak graduate.’

Tapi…

Gak mungkin lah Abang & Kinal jadian. Abang itu kru JKT48. Kalau ada kru yang jadian sama member pasti ributnya gede sih, nggak akan bisa ditutupin. Member baru yang ketahuan punya pacar aja hebohnya parah, apalagi kalau member lama seperti Kinal yang ketahuan pacaran sama kru. Teater di fX bisa dibakar habis sama WOTA.

‘Wait. Kenapa gue jadi nuduh mereka pacaran ya?’ pikir Ve dalam hati. ‘Abang tuh emang supel banget orangnya. Akrab banget sama semua member. Hhhh… Apa ini gara-gara Nadia & Wibi?’

Tanpa disadari, permintaan Wibi & Nadia yang mengijinkan Ve masuk ke dalam hubungan mereka sebagai pihak ketiga sudah membuka pintu hati Ve untuk menerima kehadiran pria untuk mengisi kekosongan hatinya.

Ve menuduh Kinal dan Abang pacaran, karena Ve sendiri yang ingin punya pacar.

Abang itu orang baik yang senang menolong dan dekat dengan semua member. Kalau sekarang Abang dan Kinal pergi berduaan saja, itu pasti karena Abang sedang butuh bantuan dan Kinal dengan senang hati menolongnya dalam rangka membalas budi. Persis seperti apa yang akan Ve lakukan.

Ve ingat betapa dirinya sangat tertolong oleh bantuan Abang yang mengurus percetakan skripsi dan tugas akhirnya. Hampir saja Ve batal ikut sidang jika tidak ditolong Abang. Sebab saat itu Ve sedang sibuk-sibuknya mengurus graduation dan ada masalah di kos-kosannya.

Duh, kalau ingat soal kos-kosannya, Ve jadi teringat lagi soal kejadian waktu itu. Malam yang mengubah hidup Ve menjadi seperti sekarang. Ve tidak ingat keseluruhan peristiwanya karena otaknya sedang dalam pengaruh obat perangsang dosis tinggi. Yang Ve ingat hanya erangan nikmat yang keluar dari mulutnya saat hatinya menjerit dan menolak persetubuhan itu.

Hati memang menolak, tapi otak dan tubuhnya tidak pernah berontak saat Pak Ujang menggaulinya lagi dan lagi dan lagi selama beberapa malam berikutnya, meski tanpa bantuan obat perangsang.

Ve pun sebenarnya bingung, persetubuhannya dengan Pak Ujang yang kedua dan berikutnya, terjadi tanpa adanya paksaan. Tidak ada ancaman dari Pak Ujang sama sekali, misalnya seperti “kalo Non gak mau layanin saya, foto bugil Non akan saya sebar” atau sebagainya. Tidak ada. Pak Ujang hanya meminta dan merayu. Mencoba merangsang Ve dengan meremas payudaranya dari luar kaos untuk membangkitkan gairahnya. Meski menolak, tapi sikap Ve seperti malu-malu kucing. Pada akhirnya dia pasrah juga ketika pakaiannya dipreteli satu per satu oleh Pak Ujang.

Entah obat apa yang Ve minum, dia tidak ingat. Semua memori pada malam itu hanya samar-samar. Ve tidak ingat bagaimana caranya Pak Ujang bisa masuk ke kamarnya. Apakah dirinya diperawani dengan paksa atau pasrah? Apakah kemurnian tubuhnya hanya dinikmati oleh Pak Ujang seorang? Apakah ada yang merekam adegan persetubuhan mereka? Dan entah berapa kali dirinya digagahi pria tua itu. Semuanya tidak ada yang Ve ingat sama sekali, kecuali satu hal. Sebuah memori atas betapa nikmatnya persetubuhan panas dengan Pak Ujang di malam itu.

Setiap berusaha mengingat apa yang terjadi pada malam itu, bulu kuduk Ve selalu merinding. Bukan karena ngeri, tapi karena horny.

Berbeda dengan malam pertamanya yang dipengaruhi obat perangsang dosis tinggi, pada persetubuhan dengan Pak Ujang yang berikutnya, Ve ingat betul setiap detailnya. Bagaimana jemari kasar dan kapalan milik pria tua itu menjelajahi setiap jengkal kulit mulus Ve yang mulus. Kecupan-kecupan lembut yang tidak berbekas di leher dan belakang telinganya. Serta permainan lidah dan jari yang sukses membuat vaginanya becek hingga orgasme, padahal belum dicoblos.

Mungkin bisa dibilang, memori persetubuhan yang kedua dan seterusnya lah yang membuat Ve jadi hypersex seperti sekarang. Pada saat itu, Ve tahu yang dia lakukan adalah salah. Tapi semua sudah terlanjur basah. Resiko yang terbayang di benak Ve adalah kehamilan. Dan untuk itu Ve sudah membeli pil KB sebagai pencegahan. Situasi nothing to lose ini membuat Ve jadi ingin tahu lebih jauh lagi tentang seks. Jika dirangsang oleh benda kecil seperti jari tangan saja bisa membuat vaginanya membanjir kemana-mana, bagaimanakah rasanya jika batang yang lebih besar yang bermain di sana?

Tanpa Ve sadari, dirinya mengambil alih kendali adegan persetubuhan dengan Pak Ujang. Dia yang menahan kepala Pak Ujang agar terus terbenam di selangkangannya. Dia yang (lagi-lagi, seperti malam pertamanya) menyuruh Pak Ujang berbaring terlentang agar dia bisa duduk menindih selangkangan pria tua itu. Awalnya Ve hanya menggesek-gesekkan vaginanya di atas penis Pak Ujang yang tertekuk menempel ke atas ke perut keriputnya. Tapi sensasi gesekan itu begitu nikmat hingga Ve justru memposisikan tubuhnya condong ke belakang, agar penis di bawahnya bisa kembali tegak menjulang.

Tubuh Ve yang condong ke belakang otomatis membuat kakinya lebih mengangkang. Vaginanya yang berkilat karena dipenuhi cairan cintanya kini terbuka lebar. Maka tidak heran ketika Ve terus menggesek-gesekkan vaginanya ke penis Pak Ujang, pentungan tumpul milik pria tua itu pun bisa dengan mudah menancap di lubang surga milik Ve.

Hanya ada desahan kecil “ahh…” yang keluar dari mulut Ve ketika itu terjadi. Tidak ingin suaranya terdengar hingga keluar kamar, Ve menggigit bibir bawahnya saat tubuhnya mendorong vaginanya agar mencaplok penis Pak Ujang seutuhnya. Tanpa perlawanan, penis itu pun menyusup masuk ke vagina Ve dengan lambat. Alon-alon asal ketancep palkon..

Nikmat. Sangat nikmat. Jika dilihat dari mata Ve yang hanya tersisa bagian putihnya saja, gadis cantik ini sepertinya tidak sanggup menahan nikmat dunia yang dia rasakan. Apalagi saat Pak Ujang mengambil inisiatif untuk mulai menggoyangkan pinggulnya. Penis tuanya keluar-masuk vagina Ve hingga menimbulkan sensasi yang lebih luar biasa lagi.

Sebagai pria yang kenyang dengan pengalaman dalam urusan ranjang, Pak Ujang membiarkan Ve mengembil kendali permainan sesuka hatinya. Berkali-kali Ve orgasme dalam waktu berdekatan, membuat tubuh gadis cantik itu lemah terkulai dalam satu jam permainan. Ketika goyangan Ve mulai melemah, Pak Ujang merebahkan tubuh Ve, lalu mulai menyetubuhi istri mudanya dengan perkasa.

Ve hanya bisa mendesah dan mendesah. Dia kira setelah dirinya orgasme berkali-kali, maka sensasi nikmat bercinta akan mulai berkurang. Tapi pada kenyataannya tidak. Meski tubuhnya sudah lemah tak berdaya, tapi hasratnya untuk dipuaskan sepanjang malam terus menyala. Hingga pada akhirnya, pria tua lawan main Ve meminta ijin untuk menumpahkan benih-benih cintanya ke rahim Ve; yang dijawab dengan anggukan lembut dari gadis cantik itu.

Ve sadar bahwa dirinya sedang tidak dalam masa subur. Dia juga sudah melakukan pencegahan dengan meminum pil KB. Tapi inilah pertama kalinya dia mengalami proses pembuahan. Jantungnya berdegub semakin kencang sehingga pompaan darah ke seluruh tubuhnya pun semakin deras. Akibatnya, otot vaginanya semakin mengencang dan membuat penis yang sedang menyodoknya jadi seperti 2x lebih besar. Nikmat yang Ve rasakan pun jadi berlipat ganda.

Ve orgasme duluan. Vaginanya menyemburkan cairan cinta dengan sangat deras sekali, hingga berkali-kali. Apalagi Pak Ujang tidak menghentikan genjotannya saat Ve kelojotan. Ketika semburan orgasme Ve sudah reda, Pak Ujang menyodokkan penisnya dalam-dalam, dan Ve pun merasakan semburan penuh kehangatan di rahimnya. Sensasi hangat yang membuai. Tak pernah dia merasakan kehangatan seperti ini sebelumnya.

‘Jadi ini yang dinamakan nikmat bercinta?’ tanya Ve sambil menatap langit-langit kamar kosannya.

Pada akhirnya, tanpa bantuan obat perangsang pun Pak Ujang malah menjadi guru privat Ve dalam mata pelajaran sex education. Mereka mempraktekkan berbagai macam gaya dan pastinya titik mana saja yang bisa membuat seorang pria merem-melek. Saking getolnya Ve dalam belajar bagaimana caranya melayani pria, gadis cantik ini sampai bertanya kepada diri sendiri:

‘Kenapa gue kepingin tahu cara memuaskan pria, ya?’

Apakah karena Ve ingin membuat para pria jadi tergila-gila dengan tubuhnya? Wah, tentu tidak.

Apakah karena Ve ingin membahagiakan Pak Ujang?

Untuk apa dia membahagiakan Pak Ujang? Dia pria tua yang tidak punya apa-apa. Dia yang merenggut kehormatan Ve! Kasihan suami Ve nantinya, mendapatkan istri yang sudah tidak suci lagi.

Kecuali…

Suaminya Ve nanti adalah, orang yang sama dengan yang telah merenggut kehormatan Ve.

Ya..

Kalau Pak Ujang jadi suami Ve, tidak ada masalah soal kehormatan Ve, bukan?

Pikiran seperti itu sempat terlintas dalam benak Ve. Lebih dari sekedar wanita yang melayani dalam urusan ranjang. Ve jadi mulai melayani Pak Ujang dalam hal lain. Mencucikan pakaiannya, menyiapkan makan malam, memberi ucapan ‘hati-hati di jalan’ sebelum pria tua itu berangkat ngojek di pagi hari.

Ve tidak bisa membohongi hatinya. Dia menikmati perannya sebagai istri muda seorang pria tua. Pelan-pelan perasaan itu mulai tumbuh semakin kuat setiap harinya. Dan mungkin karena ada rasa cinta yang berperan besar di sana, persetubuhan Ve dengan Pak Ujang pun jadi terasa semakin nikmat.

Pernah pada suatu ketika Ve sangat menikmati persetubuhannya dengan Pak Ujang. Saking nikmatnya Ve bahkan sampai kepikiran untuk tidak meminum obat pencegah kehamilan dan membiarkan sel telurnya dibuahi oleh Pak Ujang. Ve sempat berkeinginan untuk menjadi istri simpanan Pak Ujang saja. Sebab seperti perempuan baik-baik pada umumnya, Ve ingin tubuhnya hanya untuk dinikmati satu orang saja, yakni suaminya. Dan Pak Ujang terlanjur jadi pria pertama yang melihat dan merenggut kepolosan tubuh Ve.

Tapi sayangnya Pak Ujang tidak se-romantis itu. Ambisi dan keserakahan yang tinggi membuat Pak Ujang ingin menjadikan Ve sebagai istrinya hanya untuk mengincar harta orangtua Ve saja. Di situlah rasa cinta Ve langsung menguap. Dia harus menyingkirkan Pak Ujang secepatnya dari hidupnya.




Hati Ve jadi tertutup dan terkunci rapat terhadap yang namanya lelaki. Hingga akhirnya, kemesraan Nadia dan Wibi mengetuk pintu hatinya dengan cara yang tidak biasa.

Jauh di dalam lubuk hatinya, keinginan untuk mengabdi kepada seorang laki-laki saja tidak pernah Ve singkirkan dari dalam hatinya. Dan keinginan Ve untuk menjadi seorang istri, kini muncul kembali. Mungkin karena barusan saja, Nadia sukses membuat Ve iri. Punya pacar itu ternyata membahagiakan. Punya pasangan yang bisa diajak berjuang dan menabung bersama menuju gerbang pernikahan. Serta saling terbuka soal perasaan dan keinginan, meski hal itu mengenai permintaan seks bertiga bersama teman.

Ah, mungkin ini saatnya Ve membuka pintu hatinya sepenuhnya. Dia sudah bukan member jeketi, dia tidak perlu menuruti Golden Rules lagi.

Toktok! Toktok! Tok!

Cuma mamanya yang mengetuk pintu dengan nada seperti itu. Ketukan dari arah pintu membuat Ve jadi ingat dirinya belum sempat mengunci kamar. Ve buru-buru menutup tubuh telanjangnya dengan selimut dan pura-pura tidur. Benar saja, tidak lama kemudian mamanya membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.

Dalam akting tidurnya, Ve merasa rambutnya diusap dan keningnya dicium dengan lembut.

‘Apakah kalau aku punya pacar dia juga akan mengecup keningku saat aku terlelap?’ tanya Ve dalam diam.

Ve pura-pura terbangun. “Hhh.. eh mama.. Kenapa Ma?”

“Udah tidur ya sayang? Maaf ya mama ganggu.”

“Jam berapa ini? Aku kayaknya ketiduran dari sore deh.”

“Udah malem pokoknya, papa baru pulang tuh. Dia cerita, katanya besok pagi ada tukang yang mau ngecat rumah. Kalau kamar kamu mau dicat juga, kasih tahu mama ya! Mumpung ada tukangnya.”

“Oh.. iya deh Ma, aku pikir-pikir dulu mau cat warna apa.”

“Iya. Gih lanjut bobok lagi sayang!”

“Iya ma.. Love you~”

“Love you too honey, goodnight!”

Begitu bunyi ‘cklik’ terdengar dari pintunya, Ve mengintip dari balik selimut untuk memastikan mamanya sudah keluar dari kamar. Fyuhh.. Untung saja mamanya tidak mengintip ke balik selimutnya. Apa jadinya kalau mamanya tahu anak gadisnya tidur dalam keadaan telanjang saat rumahnya akan dikerubungi tukang bangunan?

Gara-gara kejadian singkat ini… Ve jadi kepikiran: mungkin sebaiknya aku tinggal di kos-kosan saja ya... Biar tidak ada lagi yang tiba-tiba masuk ke kamar saat kondisi Ve sedang acak-acakan. Dan…. biar lebih aman kalau mau nakal-nakalan sama pacar heheheh..

‘Nakal-nakalan sama pacarnya siapa, Mbak?’ tanya Ve ke dirinya sendiri sambil menjitak kepalanya. ‘Cari pacar dulu keleus, baru nakal-nakalan di kosan’




Keesokan paginya Ve terbangun karena suhu tubuhnya terasa hangat. Ketika dia buka matanya, gorden jendela kamarnya sudah tersibak sehingga sinar matahari bisa leluasa masuk. Hal ini membuat suhu kamarnya jadi tidak sejuk lagi. Ditambah lagi AC yang sudah dimatikan dan selimut yang menutupi tubuh Ve cukup tebal.

Ve mengecek jam di hapenya. 11:16. Pasti mamanya yang mematikan AC dan membuka jendela. Mamanya selalu melakukan trik ini agar anak-anaknya tidak terbiasa bangun terlalu siang.

Benar saja, sebuah notifikasi Whatsapp dari mamanya sekitar satu jam yang lalu membuktikan dugaan Ve.

Ah iya.. Cat kamar. Semalam Ve asik browsing desain kamar berwarna biru hingga ketiduran. Ada beberapa desain kamar dengan kombinasi warna biru yang bagus dan Ve berniat mengirimkan fotonya ke mamanya lewat Whatsapp. Tapi…

Duh, sebuah notifikasi berwarna merah mendadak muncul di layar hapenya. Ve segera bangkit dari tempat tidur untuk mengambil charger handphone di tasnya. Batere di handphonenya tinggal 1%, Ve buru-buru membongkar tasnya mencari charger.

Ketemu! Ve setengah berlari menuju ke meja rias. Di kolongnya ada terminal kabel berisi 4 colokan. Sayang, sebelum chargernya terpasang handphone Ve terlanjur shutting down sendiri.

‘Hadeehhhh…Telat sedetik doang padahal’ ujar Ve dalam hati. Saat itulah dia melirik ke arah cermin dan….

HAH?

Ve kaget bukan main ketika melihat cermin meja riasnya. Selama ini pandangannya terlalu fokus ke layar hape sehingga dia tidak sadar ada orang yang memandanginya dari luar jendela. Lebih parahnya lagi, posisi Ve saat ini sedang berada di depan meja rias. Sehingga pantat dan punggungnya terpampang jelas jika dilihat dari arah jendela, sementara bagian payudaranya terpantul dengan jelas di cermin besar. Ve membalikkan badannya.

Orang yang mengintipnya barusan langsung sadar dirinya sudah ketahuan. Si tersangka langsung buru-buru melarikan diri, namun dari suara berdebum yang terdengar, sepertinya dia terjatuh cukup keras. Kamar Ve ada di lantai 2 dan orang tadi sepertinya mengintip menggunakan tangga.

Ve masih terpaku di depan meja rias. Ia masih shock, sehingga tidak terpikirkan sama sekali untuk pergi ke arah jendela dan langsung menutup gorden. Namun shock yang Ve rasakan bukan karena ada yang mengintip tubuhnya, tapi karena mendadak vaginanya membanjir dan terasa gatal.

Tangan Ve berpegangan ke pinggiran meja. Tubuhnya sedikit membungkuk sedangkan kedua kakinya menyilang. Persis seperti orang yang sedang menahan pipis. Namun Ve tidak kebelet pipis. Ini sensasi kebelet yang lain.

Ve berusaha menahan sekuat tenaga tapi pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otaknya malah membuatnya semakin horny.

Siapa tadi yang mengintip?
Sudah berapa lama dia mengintip?
Kemana si pengintip itu kabur?
Apakah si tukang ngintip itu memanggil teman-temannya?
Jangan-jangan dirinya akan diperkosa ramai-ramai lagi?
Bagaimana kalau mereka semua berusaha menyemprotkan sperma di rahimnya?
Stok pil KB Ve sedang kosong! Siapa yang akan bertanggung jawab kalau Ve sampai hamil?

Bagaimana kalau mereka merekam juga?
Bagaimana kalau rekamannya disebar ke internet?
Bagaimana kalau videonya sampai diposting oleh akun Lambe Turah?
Apakah akun Instagramnya akan dipenuhi komentar yang melecehkan dirinya?
Jangan-jangan akan mulai banyak orang mentag/mention akun Ve di postingan yang berisi foto/video mereka yang sedang coli sambil menonton video Ve?

Semua pertanyaan itu membuat tubuh Ve semakin panas. Ve cepat-cepat mengambil sweater tebal yang agak panjang untuk menutupi tubuh polosnya dan putingnya yang mengeras. Ve pergi ke arah jendela untuk melihat ke arah mana si pengintip itu kabur.

Saat dirinya menjulurkan badan keluar jendela...

Itu dia!
Itu orang yang mengintip tadi!
Dia memanjat tangga untuk kembali ke kamar Ve!

“KYAAahppppmmmm”

Ve berusaha teriak tapi tangan orang itu langsung membekap mulutnya. Saking cepatnya serangan si pengintip, tubuh Ve sampai tertubruk. Ve berusaha menahan diri agar tidak terjatuh tapi posisi tubuhnya sudah terlalu condong ke belakang. Yang bisa Ve lakukan hanya berjalan mundur untuk menjaga keseimbangan agar tidak jatuh terlentang di lantai kamar.

Namun si pengintip mengira Ve berusaha melarikan diri. Dia mendorong tubuhnya agar bekapan tangannya tidak terlepas dari mulut Ve. Akibat situasi ini, sekarang tubuh Ve dan si pengintip malah terhuyung-huyung masuk ke dalam kamar. Ve sempat menjaga keseimbangannya beberapa langkah, namun pada akhirnya kakinya malah terpentok tepian tempat tidurnya. Tidak bisa lagi melangkah untuk menjaga keseimbangan, tubuh Ve pun terhempas ke atas kasur dengan tubuh si pengintip menimpanya dari atas.

Ve berusaha berontak dan teriak tapi suara dan gerakan tubuhnya dikunci dengan kuat oleh si pengintip.

“Ssssshhhh!!!!” si pengintip memberi instruksi agar Ve diam. “Saya lepasin, saya lepasin, tapi non tolong jangan teriak… Sssshhhhh!!!!”

Ve menatap mata si pengintip yang hanya berjarak 15cm dari wajahnya. Bekapan di mulutnya mengendur, beban yang menimpa tubuhnya pun perlahan-lahan berkurang. Si pengintip memang berniat melepaskan Ve.

Ve bersiap menunggu momen yang tepat. Begitu tubuhnya terbebas, dia bisa teriak minta tolong. Kamar jendelanya masih terbuka. Pasti ada yang akan mendengar teriakannya.

Namun yang tidak Ve duga adalah..

Si pengintip malah berlutut mohon ampun di hadapannya. Dia menangis. Si pengintip bercerita cepat-cepat dengan struktur kalimat yang berantakan karena terbawa emosi. Tapi Ve bisa memahami inti ceritanya.

Si pengintip adalah salah seorang kuli yang akan mengecat rumah Ve. Dia tidak sengaja melihat tubuh Ve saat sedang mengecat tembok luar kamar. Dia takut dipecat. Dia takut dilaporkan ke polisi. Siapa yang akan memberi makan anak-istrinya di kampung kalau dia dipenjara?

Ve jadi iba.

“Non tolong ampunin saya Non…hiks.. saya rela dihukum apa aja huhuhuhu… tapi tolong jangan dilaporinnnnn. Saya takut dipecat Nonnnn. Saya takut dipenjaraaa…huhuhuhu...”

“Bener nih rela dihukum apa aja?” tanya Ve.

“Beneran Non… sumpahhh…”

“Hmmmm… kalau gitu….” Ve melihat ke sekeliling kamarnya. “Mas harus beresin kasur aku!”

“Hah? Oh. Ya.. siap Non”

“Mas namanya siapa tadi?” tanya Ve yang melihat pria melas di hadapannya mulai merapihkan kasur.

“Scholihin non..” jawab pria itu dengan suara tidak jelas karena hidungnya tertutup ingus.

“Hah? Coli-in?”

“Bukan..” si pengintip menyeka hidung dan air matanya. “Solihin, Non.”

“Oh..”

“Kalo coli-in mah beda arti Non..”

“Apa artinya Coli-in?” tanya Ve dengan ekspresi polos.

“Nggg...aduhh… jangan Non...”

“Kalo Mas Solihin gak mau kasih tau saya, nanti saya laporin ke papa.”

“Non..non jangan dong.. tolong lah… kasian saya cuma orang kecil…”

“Apanya yang kecil?”

“Duh… Non.. tolong jangan mancing-mancing dong Non…”

“Mancing apa?”

“Non.. saya nih punya anak istri di kampung… tolong jangan pancing saya yang enggak-enggak Non…”

Solihin cepat-cepat merapikan kasur Ve seperti yang diminta. Dia ingin cepat-cepat pergi dari situasi ini.

“Kalau Mas Solihin kabur, saya akan bilang papa buat lapor ke polisi!”

Diancam seperti itu, seluruh otot tubuh Solihin langsung kaku. Mukanya memelas dan sepertinya bersiap untuk menangis lagi. Ve jadi tidak tahan untuk menahan tawanya.

“Hahahahaha….” Ve tertawa geli sambil menutup mulutnya.

Solihin bengong. Ini pertama kalinya dia dapat pekerjaan di Jakarta dan anak majikannya ternyata gila.

“Mas Solihin aku cuma bercanda….” sambung Ve. “Aku gak tahan buat becandain Mas Solihin. Habis mukanya melas banget…”

Mendengar pengakuan Ve, tubuh Solihin lepas dari tegangnya. Di satu sisi dia lega karena (harusnya) nona majikannya ini tidak akan lapor polisi. Tapi di sisi lain, dia sedih juga dianggap cowok yang melas.

Ve menatap rona kekecewaan di wajah Solihin. Sepertinya dia sudah kelewatan dalam bercanda.

Ve turun dari duduknya di kasur dan bersimpuh di depan Solihin. Dia genggam kedua tangan pria yang tadi mengintipnya, lalu tersenyum manis sekali. “Mas Solihin maafin aku ya….”

“I..iya Non.. gapapa…”

“Makasih… Mas Solihin baik banget deh” lanjut Ve. Sambil masih terus tersenyum manis.

“I...iyaa..hehe...Saya juga.. Sama lah, mau minta maaf. Biar impas” sahut Solihin sambil garuk-garuk kepala. Mukanya menunduk, tidak berani menatap Ve lama-lama.

“Enak aja impas” sahut Ve sambil berdiri bertolak pinggang. Senyum manisnya hilang, bibir Ve kini tersenyum kecut. “Impas dari mana? Mas Solihin udah ngeliat aku telanjang, terus dengan minta maaf jadi impas gitu?”

“Lah? Kan tadi saya udah beresin kasur, Non? Saya mesti ngapain lagi biar impas?” tanya Solihin dengan bingung.

“Aku harus lihat Mas Solihin harus telanjang juga!”

“Hah? Duh Non.. tolong jangan Non….”

“Gak mau tahu. Pokoknya aku harus lihat Mas Solihin telanjang juga! Cepetan!”

“Non.. gak ada yang lain apa hukumannyaa??”

“Gak ada! Pokoknya Mas Solihin harus buka baju sama celana sampai bugil. Terus aku foto. Cepet!”

“HAH? Difoto? Buat apa Non?”

“Ya buat jaminan lah! Kalo Mas Solihin nyebarin foto-foto aku yang lagi telanjang, aku bisa bales nyebarin foto mas Solihin juga!”

“Non.. gak ada Non..” jawab Solihin panik. Dia mengeluarkan handphone Blackberry jadul dari kantongnya. “Tadi saya cuma sempet lihat Non sebentar doang.. Gak saya foto… Cek aja kalo ga percaya…”

Ve menerima handphone yang disodorkan Solihin lalu mencek galeri fotonya. Tidak ada foto Ve. Yang ada cuma foto-foto keluarga Solihin dan teman-temannya.

Tapi….

Ve mengeklik aplikasi kamera, lalu membuka sweater yang dia kenakan. Dia berdiri dan memotret dirinya sendiri yang dalam keadaan telanjang.

Melihat kelakuan Ve, Solihin bengong tidak bergerak. Yang bergerak hanya bagian selangkangannya yang menggembung karena ada yang berontak di dalam sana.

“Mas Solihin sudah punya foto telanjang aku. Sekarang gantian!” perintah Ve sambil mengembalikan hape Blackberry Solihin. “Aku harus punya foto telanjang Mas Solihin biar impas!”

Ibu kota tidak kejam. Tapi gila. Ketika berangkat dari kampungnya, Solihin sudah mendengar ribuan kisah dan nasihat tentang betapa kerasnya kehidupan di Jakarta. Solihin sudah siap fisik dan mental. Jika bertemu preman atau penipu, Solihin siap menghadapinya. Tapi saat ini bukan fisik dan mental Solihin yang diuji. Tapi iman dan kesetiaan.

Solihin tidak bisa kabur. Kalau dia pergi, nona gila di hadapannya ini pasti lapor polisi. Solihin hanya bisa menuruti keinginan nona majikannya ini. Dengan harapan, dirinya akan terhindar dari tuduhan yang macam-macam.

“Tapi Non harus janji. Saya telanjang, non foto sekali, habis itu saya boleh pergi.”

“Janji” sahut Ve singkat.

Solihin segera melepaskan ikat pinggangnya. Celananya dipelorotkan turun, berbarengan dengan celana dalamnya sekalian. Setelah itu barulah kaos lusuhnya dia lepas. Solihin kini bugil di hadapan Ve.

“Cepetan foto!” perintah Solihin sambil menahan malu.

Ve tidak menjawab. Dia hanya berjalan santai menuju meja riasnya untuk mengambil handphonenya yang sedang di-charge.

“Wah elu bukannya kerja malah enak-enakan di sini sama amoy”

Ve menoleh ke arah jendela. Seorang pria bertampang kasar baru saja masuk ke kamarnya lewat jendela. Sepertinya tangga yang dinaiki Solihin tadi masih terpasang di tembok kamar Ve.

“Ikutan dong!?!” tanya pria itu basa-basi. Dia langsung menurunkan celananya tanpa menunggu jawaban dari Ve atau pun Solihin.

Ve panik. Dia kira cuma Solihin yang disuruh papanya mengecat rumah.

Kuli kedua yang baru datang ini dengan berani langung mendekati Ve di meja rias dan mendekap tubuh Ve dari belakang. Kedua tangannya mengusap perut rata Ve untuk merasakan betapa mulusnya kulit seorang gadis yang rajin dirawat. Kedua telapak tangan kasar itu pun merayap ke atas, menggenggam payudara Ve dan memainkan pentilnya dengan gemas.

Ve hanya bisa mendesah. Tubuhnya seolah menolak dan berusaha melepaskan diri dari dekapan pekerja kasar yang dibayar papanya. Tapi rabaan dan rangsangan yang diterima tubuh Ve malah membuatnya terlena. Tangan kasar yang menjelajahi tubuhnya saat ini terasa sama seperti tangan Pak Ujang yang menjamah tubuhnya beberapa bulan yang lalu. Seolah terjebak nostalgia, Ve malah jadi pasrah. Bahkan tangannya menurut saja ketika dibimbing menuju penis si kuli.

Berbeda dengan telapak tangan si kuli yang biasa menggenggam pacul atau alat pertukangan lainnya, telapak tangan Ve terasa lembut dan mulus sekali. Si kuli merasa penisnya seperti sedang dikocok-kocok lembut menggunakan kain sutera. Sebetulnya sih dia tidak pernah tahu kain sutera itu lembutnya seperti apa, tapi yang pasti tangan Ve adalah yang benda paling lembut yang pernah menyentuh tubuh si kuli.

“Lah mau kemana lo? Kok malah pake celana?” tanya si kuli kedua ke Solihin.

Ve sebetulnya juga cukup heran melihat Solihin kini sudah memakai kembali seluruh pakaiannya. Dia kira pagi ini tubuhnya akan digarap dua kuli sekaligus.

“Gue nggak mau ikut-ikutan deh Im. Gue punya anak bini di kampung. Gak mau macem-macem gue!”

“Wah, bego lu! Ini mah ceweknya yang mau. Mubazir kalo dianggurin” celetuk si kuli kedua sambil mengecup leher kanan Ve. Membuat si gadis jadi mendesah keenakan.

“Lu aja deh. Gue gak mau ikut-ikutan. Gue gak akan kasih tau siapa-siapa deh, tapi lo juga jangan bawa-bawa nama gue kalo ada apa-apa ya!”

“Terserah lu deh!” jawab si kuli kedua.

Solihin pergi menyibakkan gorden kamar Ve lalu keluar dari jendela menggunakan tangga yang terpasang di bawah jendela kamar Ve.

Meski menikmati rangsangan yang diterimanya, tapi Ve merasa risih. Bukan karena kehadiran kuli kedua yang tiba-tiba muncul dan meraba-raba tubuhnya. Tapi jendela kamarnya kini terbuka lebar tanpa ada gorden yang menutupinya. Meski jendela itu tidak menghadap rumah atau bangunan apapun, tapi tetap saja Ve merasa risih.

“Udah becek aja nih, Neng?” tanya si kuli sambil mencolek-colek belahan vagina Ve.

“Aahhh.. Iya Bang.. bentar saya tutup jendela dulu..” jawab Ve sambil melepaskan diri dari dekapan si kuli.

Meski posisi Ve saat ini tidak akan bisa dilihat dari luar, Ve menutup kedua payudaranya dengan tangan kanannya saat berjalan menuju ke jendela. Tepat saat tangan kiri Ve akan mengambil ujung gorden untuk menutupi jendela kamarnya, tiba-tiba sebuah tangan hitam dan kasar menyelinap dari belakang dan merangkul perut Ve. Si kuli mengunci tubuh Ve tepat di ambang jendela.

Sekali lagi si kuli kembali merangsang Ve. Dia meremas kedua payudara Ve dan menghujani leher putih Ve dengan kecupan-kecupan ganas.

Sambil berusaha melepaskan diri, Ve berkata “Bang.. jangan… nanti ada yang liatthmmmmppp…”

Kepala Ve dimiringkan dan mulutnya langsung disumpal dengan ciuman. Lidah si kuli menari masuk ke mulut Ve dan bersilat lidah di dalam sana. Secara reflek Ve membalas pagutan si kuli, membuat keduanya terlibat dalam french kiss yang panas.

Sedikit kesadaran Ve masih bertahan. Tangan kirinya berusaha menggapai ujung gorden untuk menutupi jendela. Tapi tangan itu melemah dan malah berpegangan ke tepian jendela ketika si kuli menggesek-gesekkan batang penisnya ke belahan vagina Ve.

Tubuh Ve kini sedikit membungkuk. Matanya melihat, di bawah perut ratanya ada penis panjang si kuli sedang bergerak maju-mundur di sela-sela selangkangannya. Vagina Ve terasa gatal dan ingin disodok secepatnya. Ve mengumpulkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk membuat tubuhnya bangkit untuk cepat-cepat menutup gorden agar bisa bercinta bersama si kuli dengan bebas.

Namun perhatian Ve lagi-lagi teralihkan. Bunyi lagu tahu bulat tiba-tiba mengalun dari arah luar jendela. Ve mendongakkan kepalanya. Oh, shit! Sepertinya orang-orang akan bisa melihat tubuh telanjangnya dari jalanan depan rumahnya. Mobil bak yang berjualan tahu bulat tampak berjalan pelan memancing pelanggan untuk kemudian berhenti hanya beberapa meter dari rumah Ve. Beberapa motor yang ditunggangi remaja berseragam putih abu-abu tampak berhenti di belakang mobil bak. Tampaknya mereka akan membeli tahu bulat.

“Wiihhh… kayaknya bakalan banyak yang nontonin kita nih Neng…” goda si kuli.

Ve tidak menjawab, dia fokus untuk melepaskan diri agar bisa menutup gorden, tapi dekapan si kuli sangat kuat. Anak-anak sekolah di jalanan masih menunggu pesanan mereka digoreng oleh si penjual tahu bulat. Ve berharap mereka tidak mendongakkan kepala ke arah jendela kamarnya.

Penis si kuli yang dari tadi digesek-gesek di belahan vagina Ve, kini mulai berusaha ditancapkan ke dalam liang kewanitaan Ve. Kondisi Ve yang berontak membuat si kuli terpaksa sedikit memfokuskan usahanya untuk menancapkan penisnya. Hal ini membuat Ve jadi punya sedikit kesempatan untuk bergerak. Dia kerahkan seluruh tenaganya dan tangan kirinya pun berhasil meraih ujung gorden.

Tanpa buang waktu, Ve langsung menarik gorden untuk menutupi jendela kamarnya. Meski hanya setengah jendela yang berhasil ditutup, namun setidaknya tubuh telanjangnya kini terlindungi dari pandangan orang-orang di jalanan.

Merasa sudah aman, Ve jadi lengah. Karena terlalu fokus untuk menarik gorden, si kuli jadi bebas bergerak dan menancapkan penisnya ke vagina Ve. Kepala penis si kuli sudah berhasil masuk dan terkunci dinding vagina Ve yang kencang. Merasa tidak bisa lari lagi dari dekapan kuat si kuli, akhirnya Ve pasrah saja vaginanya dijebol oleh penis panjang si kuli yang menerobos masuk perlahan-lahan.

Ini salah satu penis terpanjang yang pernah memasuki vagina Ve. Sebetulnya diameternya tidak terlalu besar. Tapi otot Ve sedang tegang karena merasa takut diintip orang dari luar. Akibatnya tekstur kulit dan urat-urat penis si kuli jadi begitu terasa saat benda hitam dan panjang itu menggesek masuk dinding vagina Ve.

Ve menggenggam kuat-kuat gorden yang barusan ditutupnya untuk menahan kenikmatan yang dia rasakan di area kewanitaannya. Saking kuatnya dia memegang gorden, sebagian kain berwarna biru itu malah tertarik lepas dari tempatnya.

Ve panik dan berusaha mencari cara untuk mengaitkan kembali gordennya dari tempatnya semula. Tapi si kuli berpikir lebih cepat, dia menarik lepas seluruh gorden dari tempatnya dan mencampakkannya ke luar jendela. Kini siapa pun yang ada jalanan depan rumah Ve bisa melihat seorang gadis cantik menungging di ambang kusen jendela kamarnya dengan tubuh telanjang, dengan sebuah penis panjang menancap vaginanya dari belakang.

Tanpa buang-buang kesempatan, si kuli langsung memompa vagina Ve sesuka hatinya. Tampaknya dia memang sengaja ingin membuat gadis yang menungging di hadapannya ini untuk mendesah-desah sehingga menarik perhatian orang-orang di jalan.

Meski Ve merasa nikmat, namun tentu saja Ve berusaha mati-matian untuk tidak mengeluarkan suara desahan sedikit pun. Dengan terpaksa dia menutup mulutnya kuat-kuat dengan sebelah tangannya.

Tapi tidaklah mungkin bagi gadis langsing seperti Ve untuk sanggup menahan tubuhnya dari genjotan kuli kasar. Tubuh telanjang Ve pun perlahan tapi pasti mulai terdorong-dorong ke arah jendela.

Mobil bak penjual tahu bulat sudah meninggalkan lokasi jualannya. Tapi anak-anak SMA tadi masih ada di bawah sana. Sambil duduk di atas motor masing-masing, mereka menikmati jajanan rakyat yang barusan dibeli di depan pagar rumah Ve.

Bagaimana jadinya kalau mereka ternyata adalah WOTA? Apa reaksi mereka begitu tahu kalau seorang ex-center JKT48 sedang bercinta dengan buruh kasar di jendela kamarnya? Mereka pasti segera merekam dan menyebarkan videonya ke internet.

Tapi….

Ah, tanpa mengetahui status Ve di JKT48 pun mereka pasti merekam adegan persetubuhan seorang gadis kulit putih dengan buruh kasar berkulit hitam yang tersaji di hadapan mereka.

Jika itu sampai terjadi, hancurlah reputasi Ve selama ini.

Tentu Ve tidak ingin karirnya hancur, apalagi jika sampai mencoreng nama baik keluarganya. Namun Ve tidak bisa menolak sensasi ini. Bercinta di tempat terbuka dengan kemungkinan yang besar untuk ketahuan orang lain seperti ini, memberikan pengalaman baru yang tidak bisa Ve tolak. Yang bisa Ve lakukan saat ini hanya menahan agar suara erangannya tidak bocor keluar dari mulutnya. Serta menjaga agar tubuhnya tidak terlempar keluar jendela karena sodokan si kuli di belakangnya ini makin lama semakin brutal.

Wait…

Suara erangan dari mulutnya memang bisa Ve tahan. Tapi suara benturan selangkangan Ve dan si kuli…. gimana cara ditahannya? Bagaimana jika anak-anak SMA di bawah jadi menengok ke atas karena mendengar suara ‘plok-plok-plok-plok’ yang berasal dari arah jendela kamar Ve?

Ve berusaha bangkit dari posisi nungging untuk menggeser tubuhnya ke dalam kamar tapi si kuli lagi-lagi menahannya. Bahkan hentakan pinggul si kuli semakin diperkuat, seolah memang sengaja ingin membuat payudara Ve yang tergantung indah di ambang jendela semakin terombang-ambing mengikuti goyangan tubuh seksi pemiliknya.

Suara benturan selangkangan mereka yang semakin keras dan posisi tubuhnya yang terkunci sehingga tidak bisa pindah kemana-mana membuat Ve pasrah jika pada akhirnya persetubuhannya kali ini jadi tontonan orang-orang di jalan. Tapi untungnya… Ve melihat anak-anak SMA itu menyalakan motornya. Tampaknya mereka akan pergi. Akhirnya kekhawatiran Ve berakhir.

Tapi harapan tinggal lah harapan karena penderitaan Ve rupanya belum berakhir. Ternyata anak-anak SMA di bawah sana menyalakan motor karena posisi mereka menghalangi sebuah mobil yang ingin memasuki rumah Ve. Lebih tepatnya: mobil milik papanya Ve.

Kedua orangtua Ve sudah pulang dari belanja beberapa kebutuhan renovasi rumah. Bagaimana jadinya kalau mereka melihat gorden kamar Ve yang jatuh di taman bawah. Mereka pasti menoleh ke atas, ke tempat dimana anak gadis mereka yang sedang digarap oleh buruh kasar yang mereka bayar.

Seolah sadar dengan kekhawatiran Ve, si kuli memanfaatkan situasi tersebut untuk menggenjot lebih kuat lagi hingga nyaris membuat Ve terlempar keluar jendela. Ve langsung melepas dekapan di mulutnya agar bisa berpegangan ke kusen jendela dengan kedua tangan untuk menahan tubuhnya.

Di momen itulah si kuli langsung mencengkeram kedua pergelangan tangan Ve dan menariknya ke belakang. Kedua kaki Ve direnggangkan dan ditahan oleh kaki si kuli. Kini Ve berdiri telanjang di ambang jendela kamarnya dengan kaki mengangkang dan dada membusung ke depan.

Meski posisi ini membuat si kuli tidak bisa menggenjot tubuh Ve dengan kecepatan tinggi, tapi pria berkulit hitam itu bisa mengunci korbannya agar tidak bisa kabur dan cuma bisa pasrah tubuh polosnya jadi terpampang bebas untuk siapa pun yang bisa melihatnya dari jalanan di depan rumah Ve.

Si kuli mulai memompa penisnya perlahan-lahan. Tentu saja Ve mati-matian berusaha menahan suara erangan dari mulutnya. Dia tidak ingin papa-mamanya tahu anak gadisnya sudah tidak gadis lagi.

“Ayo teriak Neng! Teriak biar papa-mamanya Neng ngelihat kita lagi ngentot!” bisik si kuli di telinga Ve. Dia terus memompa penisnya di vagina Ve. Pompaannya semakin lama semakin cepat. Dia tahu, Ve sudah di ambang batasnya. Dia bisa merasakan penisnya diremas-remas vagina Ve dengan kuat. Gadis cantik yang jadi lawan mainnya sudah terangsang begitu hebat.

Plok... Plok... Plok... Plok...

“Ayo Neng… jangan ditahan…heheh..”

“Hnnggghhh….” Ve menggigit kedua bibirnya kuat-kuat, mencoba untuk bertahan.

“Lepasin aja… Bang Boim kencengin ya entotannya…”

Plok-Plok-Plok-Plok-Plok-Plok-Plok

“Hnnnggghhhh….hhhmmmmhhhhh….. hhhnnNNGGGGGHHHHH”

Tidak butuh waktu lama bagi Ve untuk menyerah kalah. Rangsangan birahi yang diterimanya terasa amat dahsyat, hingga akhirnya rasa nikmat itu memuncak dan….

“HHHHNNNNNnnnggggggggaaaAAaahhhnnnnggg….”

Ve mengerang panjang. Ve tidak peduli lagi kalau papa-mamanya atau orang yang kebetulan melewati jalan di bawah sana bisa mendengar suaranya dan melihat kondisi tubuhnya yang polos tanpa busana.

Efek orgasme itu membuat Ve lemas. Dan karena tangannya ditarik ke belakang oleh si kuli, tubuhnya pun terkulai ke belakang, menimpa tubuh si kuli yang jatuh terlentang ke lantai kamar Ve.

Dengan kondisi penis si kuli masih menancap di vaginanya, tubuh Ve terguncang-guncang penuh kenikmatan. Entah berapa banyak cairan kewanitaan Ve yang menyembur. Yang jelas, lantai kamarnya yang tertutup karpet, kini warnanya menjadi sedikit gelap karena terkena tetesan cairan cinta milik Ve.

Gadis cantik melihat dadanya naik-turun mengikuti paru-parunya yang kembang-kempis. Orgasmenya sudah reda tapi napasnya masih belum kembali normal. Sambil memandang pendaran sinar matahari yang masuk dari jendela dan menyorot langit-langit kamarnya, Ve meresapi sisa-sia orgasmenya. Apakah orangtuanya mendengar erangan driinya barusan?

Entahlah. Yang jelas saat ini si kuli bangkit dan memposisikan tubuh Ve untuk permainan ronde kedua. Mungkin karena dirinya pun sudah kehabisan tenaga, si kuli tidak mengangkat tubuh Ve ke atas kasur yang tadi sudah dirapihkan oleh Solihin. Dia biarkan Ve tergeletak di atas karpet, tepat di samping ranjang springbed-nya. Dia tancapkan penis panjangnya sekali lagi dan langsung dia genjot tubuh Ve dalam posisi misionaris.

Ve berusaha mendorong tubuh si kuli namun tenaganya kalah. Dia pun pasrah. Ve biarkan saja mulutnya mendesah-desah dan mengerang seirama dengan genjotan kuli yang cengengesan memandangi kecantikan Ve.

BLAM! BLAM!

Ve mendengar suara pintu mobil ditutup. Pasti saat ini orangtuanya sudah memasuki rumah. Apakah mereka akan naik ke lantai dua menuju kamar anak gadis kesayangan mereka? Ah, apa jadinya kalau mereka memergoki dirinya yang sedang digarap oleh kuli bangunan?

Si kuli tampaknya tidak peduli dengan nasib yang akan menimpa keluarga ini kalau kedua orangtua Ve melihat anak perempuannya sedang digagahi kuli. Dia fokus menikmati erangan merdu dari mulut Ve dan ayunan indah kedua bongkahan gunung kembar Ve. Ini rejeki nomplok. Tidak setiap hari dia bisa menikmati gadis cantik dan seksi seperti Ve. Jika pada akhirnya aksinya dipergoki dan dia dilaporkan ke polisi, tidak masalah. Sudah dua kali dia keluar dari penjara, yang terakhir kali bahkan dengan cara kabur.

Tok-tok-tok!

Ve dan si kuli sama-sama mendengar pintu kamar diketuk. Ve menggelengkan kepala. Memohon kepada si kuli untuk menghentikan aksinya. Tentu saja Ve panik dan takut orangtuanya masuk kamar saat kondisinya seperti ini.

Namun karena melihat gelengan kepala Ve, seringai si kuli malah semakin lebar. Dia mempercepat genjotannya agar erangan Ve semakin kencang.

“Jessi, ini Papa.” terdengar suara papanya dari balik pintu kamar Ve.

“Wah, papanya dateng mau ngelihat Non lagi dientot tuh!” bisik si kuli di telinga Ve.

Ve tidak yakin seberapa hebat kemampuan pintu kamarnya dalam meredam suara. Semoga saja cukup bagus. Karena saat ini si kuli menggenjotnya dengan brutal, tapi enak. Otomatis bibir manis Ve terus mengeluarkan erangan-erangan yang semakin kencang.

“Jessi, kamu di dalam?”

Oh no. Apakah papanya mendengar erangan Ve?

“Wh, disuruh keluarin di dalam nih sama papanya Non..” Bisik si kuli setengah tertawa. Dia begitu bahagia menikmati kepanikan Ve dan tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi papanya kalau masuk kamar dan melihat anak gadisnya sedang digagahi dirinya. Situasi yang sangat erotis ini sangat menggairahkan dan membawa si kuli menuju ke puncak kenikmatan. Dia tidak sanggup bertahan lebih lama lagi.

“Neng. Bang Boim dikit lagi nyampe nih…” bisik si Kuli sekali lagi. Kali ini dengan suara yang sedikit tertahan karena ingin orgasme.

Ve tidak sanggup menjawab. Tanpa dibilangin pun sebetulnya Ve sudah tahu karena genjotan si kuli semakin kasar dan ujung kepala penisnya terasa seperti berkedut ingin muntah.

“Pas papanya Neng masuk ke kamar, Abang kecrotin Neng sampe bunting, yaaa?!” si kuli berbisik sekali lagi. Kali ini sambil tersenyum lebar.

Mata Ve langsung terbelalak mendengar rencana si kuli.

‘Tidak!'

‘Tidak boleh!'

‘Aku sedang kehabisan pil KB!'

‘Papa tidak boleh ngelihat aku dalam kondisi seperti ini!'

Cklek!

“Papa masuk ke kamar kamu ya Jess…”

Papanya Ve membuka pintu kamar anak gadisnya perlahan-lahan dan melihat ruangan yang tak berpenghuni. Sebagai laki-laki di sebuah keluarga, dia merasa tidak berhak masuk ke dalam kamar anak gadis sembarangan meski status dirinya adalah papa kandungnya.

Makanya papanya Ve hanya melongokan kepalanya sedikit ke dalam dan mengecek kondisi kamar tersebut. Lampu kamar dan AC sudah dimatikan, jendela terbuka lebar, kasur dan bedcovernya tertata rapih.

‘Hmmm… sepertinya anakku sudah pergi shooting’ gumam papanya Ve sambil menutup kembali pintu kamar tersebut.

Padahal….

Kalau saja dia mau membuka pintu itu sedikit lebih lebar lagi. Dan masuk ke dalam kamar meski cuma tiga atau empat langkah. Dia akan bisa melihat…

Di balik ranjang springbed anaknya, ada sepasang manusia berpelukan tanpa busana. Yang perempuan berbaring terlentang di bawah dengan tangan mendekap dan mengunci tubuh si pria erat-erat agar menunduk serendah mungkin. Bibir keduanya saling berpagutan. Kelamin keduanya saling berkedutan. Cairan putih kental merembes keluar dari sela-sela liang vagina anaknya. Menetes mengalir membasahi karpet yang menjadi alas persetubuhan terlarang; antara seorang kuli dengan buah hatinya sendiri.

Andai saja….

Dia mau melangkah dan memeriksa kamar itu lebih dekat.
Dia akan bisa melihat.
Cucunya sedang dibuat.

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Lanjut ke Chapter 7
[/CENTER]
 
Terakhir diubah:
Selamat berbuka bagi agan yang menjalankan :D



CHAPTER 6

IMG_20180218_064451.jpg

“Halo Veeee!!!”

Perempuan yang sedang dipanggil namanya kaget mendengar suara lawan bicaranya. Dia sampai menjauhkan speaker handphone dari lubang telinganya untuk memastikan matanya tidak salah baca. Benar kok, nama yang tertera di layar handphonenya adalah ‘Abang JKT48’ tapi kok suaranya…..

“Kinal?”

“Iyak betululululul!! Hahaha… Ve lagi apa?”

“Hngg… lagi tidur-tiduran aja” jawab Ve berbohong. Ya, tidak mungkin juga sih dia cerita tentang vaginanya yang banjir karena baru selesai masturbasi.

“Tidur-tidurannya sendirian aja apa ada temen tidurnya nihh...?”

“Hah?”

“Hahahaha… Ve, weekend ini kita ketemuan yukkk? Kangennn...”

“Waaa...ayo ketemuan! Aku kangen juga sama Kinal....eh tapi aku bingung deh, ini nomor kamu apa Abang sih?”

“Huhahahahahaa… iya ini nomor Abang,” jawab Kinal sambil menyodorkan ujung telepon agar mendekat ke mulut Abang.

“Halo Ve..” sapa pria itu.

“Halo Bang! Apa kabar? Kangen ih udah lama ga ketemu!” sapa Ve.

“Hahaha.. Iya nih gue kangen juga. Eh, kita ngumpul-ngumpul yuk?”

“Threesome nih kita?” tanya Ve yang langsung disesali gadis cantik itu. Member dan pihak manajemen JKT48 tidak boleh ada yang tahu tentang dirinya yang nakal. Ve berkali-kali menepuk jidatnya sendiri menyadari kebodohannya yang bisa berujung bencana.

“Hahaha.. Gue udah ngajak Stella sama Fendy juga sih Ve. Berlima jadinya. Udah lama banget kan kita gak ngumpul bareng?”

Huuufftt… Ve langsung mengelus dadanya yang telanjang. Untung saja si Abang tidak mikir macam-macam.

“Yaa.. walapun sebenernya sih…” lanjut Abang tanpa menunggu reaksi Ve. “Jujur aja nih… gue pengen ketemu sama Ve karena mau ngomong sesuatu. Semacam...yahh... mau minta tolong gitu deh sama lo.”

“Ooohh, kalo boleh tahu minta tolong apa nih, Bang?”

“Hmm.. besok aja deh gue ceritain. Ga enak kalo lewat telepon. Nanti disadap KPK hahaha…”

“Waduhh… berat nih kayaknya hahahaha…”

“Becanda, Ve… gak berat kok, tenang aja hehe.. Dan... lo juga bisa nolak bantuin gue kok kalo gak mau…”

“Gak mungkinlah gue nolak Abang…. Hutang budi gue sama Abang tuh banyak banget.. Dari jaman masih jadi member jeketi sampai kemarin pas gue skripsi juga Abang bantuin mulu! Sekarang giliran gue bayar utang ke Abang!”

“Yaelah Ve.. yang kemarin mah gue ikhlas.. Gak usah dibahas lagi lah…”

“Enggak! Gue bisa aja gagal lulus kemarin kalo enggak dibantuin Abang. Pokoknya sekarang gue mau bantuin Abang! Titik!”

“Hahaha.. Aduh.. jadi ga enak”

“Lemesin aja Bang..… biar enak!”

“Hahaha... Yaudah... besok kita obrolin sambil lunch bareng deh. Gimana?”

“Boleh.. Tempat biasa?”

“Oke. Kata Kinal juga mending di tempat biasa aja sih. Enak, nggak terlalu rame.”

“Oke deh. Gue jam 12 ke sana ya…”

“Oke. Sip. Thanks Ve!” sahut Abang sambil mengakhiri obrolan.

“Dadah Veee!” sahut Kinal dari kejauhan.

Selesai menekan tombol End Call di layar hapenya, mata Ve menerawang menatap langit-langit kamar. ‘Dalam rangka apa Kinal bisa jalan berdua sama Abang ya? Apa jangan-jangan mereka pacaran? Wah, kalau benar, Ve sudah ketinggalan banyak cerita nih sejak graduate.’

Tapi…

Gak mungkin lah Abang & Kinal jadian. Abang itu kru JKT48. Kalau ada kru yang jadian sama member pasti ributnya gede sih, nggak akan bisa ditutupin. Member baru yang ketahuan punya pacar aja hebohnya parah, apalagi kalau member lama seperti Kinal yang ketahuan pacaran sama kru. Teater di fX bisa dibakar habis sama WOTA.

‘Wait. Kenapa gue jadi nuduh mereka pacaran ya?’ pikir Ve dalam hati. ‘Abang tuh emang supel banget orangnya. Akrab banget sama semua member. Hhhh… Apa ini gara-gara Nadia & Wibi?’

Tanpa disadari, permintaan Wibi & Nadia yang mengijinkan Ve masuk ke dalam hubungan mereka sebagai pihak ketiga sudah membuka pintu hati Ve untuk menerima kehadiran pria untuk mengisi kekosongan hatinya.

Ve menuduh Kinal dan Abang pacaran, karena Ve sendiri yang ingin punya pacar.

Abang itu orang baik yang senang menolong dan dekat dengan semua member. Kalau sekarang Abang dan Kinal pergi berduaan saja, itu pasti karena Abang sedang butuh bantuan dan Kinal dengan senang hati menolongnya dalam rangka membalas budi. Persis seperti apa yang akan Ve lakukan.

Ve ingat betapa dirinya sangat tertolong oleh bantuan Abang yang mengurus percetakan skripsi dan tugas akhirnya. Hampir saja Ve batal ikut sidang jika tidak ditolong Abang. Sebab saat itu Ve sedang sibuk-sibuknya mengurus graduation dan ada masalah di kos-kosannya.

Duh, kalau ingat soal kos-kosannya, Ve jadi teringat lagi soal kejadian waktu itu. Malam yang mengubah hidup Ve menjadi seperti sekarang. Ve tidak ingat keseluruhan peristiwanya karena otaknya sedang dalam pengaruh obat perangsang dosis tinggi. Yang Ve ingat hanya erangan nikmat yang keluar dari mulutnya saat hatinya menjerit dan menolak persetubuhan itu.

Hati memang menolak, tapi otak dan tubuhnya tidak pernah berontak saat Pak Ujang menggaulinya lagi dan lagi dan lagi selama beberapa malam berikutnya, meski tanpa bantuan obat perangsang.

Ve pun sebenarnya bingung, persetubuhannya dengan Pak Ujang yang kedua dan berikutnya, terjadi tanpa adanya paksaan. Tidak ada ancaman dari Pak Ujang sama sekali, misalnya seperti “kalo Non gak mau layanin saya, foto bugil Non akan saya sebar” atau sebagainya. Tidak ada. Pak Ujang hanya meminta dan merayu. Mencoba merangsang Ve dengan meremas payudaranya dari luar kaos untuk membangkitkan gairahnya. Meski menolak, tapi sikap Ve seperti malu-malu kucing. Pada akhirnya dia pasrah juga ketika pakaiannya dipreteli satu per satu oleh Pak Ujang.

Entah obat apa yang Ve minum, dia tidak ingat. Semua memori pada malam itu hanya samar-samar. Ve tidak ingat bagaimana caranya Pak Ujang bisa masuk ke kamarnya. Apakah dirinya diperawani dengan paksa atau pasrah? Apakah kemurnian tubuhnya hanya dinikmati oleh Pak Ujang seorang? Apakah ada yang merekam adegan persetubuhan mereka? Dan entah berapa kali dirinya digagahi pria tua itu. Semuanya tidak ada yang Ve ingat sama sekali, kecuali satu hal. Sebuah memori atas betapa nikmatnya persetubuhan panas dengan Pak Ujang di malam itu.

Setiap berusaha mengingat apa yang terjadi pada malam itu, bulu kuduk Ve selalu merinding. Bukan karena ngeri, tapi karena horny.

Berbeda dengan malam pertamanya yang dipengaruhi obat perangsang dosis tinggi, pada persetubuhan dengan Pak Ujang yang berikutnya, Ve ingat betul setiap detailnya. Bagaimana jemari kasar dan kapalan milik pria tua itu menjelajahi setiap jengkal kulit mulus Ve yang mulus. Kecupan-kecupan lembut yang tidak berbekas di leher dan belakang telinganya. Serta permainan lidah dan jari yang sukses membuat vaginanya becek hingga orgasme, padahal belum dicoblos.

Mungkin bisa dibilang, memori persetubuhan yang kedua dan seterusnya lah yang membuat Ve jadi hypersex seperti sekarang. Pada saat itu, Ve tahu yang dia lakukan adalah salah. Tapi semua sudah terlanjur basah. Resiko yang terbayang di benak Ve adalah kehamilan. Dan untuk itu Ve sudah membeli pil KB sebagai pencegahan. Situasi nothing to lose ini membuat Ve jadi ingin tahu lebih jauh lagi tentang seks. Jika dirangsang oleh benda kecil seperti jari tangan saja bisa membuat vaginanya membanjir kemana-mana, bagaimanakah rasanya jika batang yang lebih besar yang bermain di sana?

Tanpa Ve sadari, dirinya mengambil alih kendali adegan persetubuhan dengan Pak Ujang. Dia yang menahan kepala Pak Ujang agar terus terbenam di selangkangannya. Dia yang (lagi-lagi, seperti malam pertamanya) menyuruh Pak Ujang berbaring terlentang agar dia bisa duduk menindih selangkangan pria tua itu. Awalnya Ve hanya menggesek-gesekkan vaginanya di atas penis Pak Ujang yang tertekuk menempel ke atas ke perut keriputnya. Tapi sensasi gesekan itu begitu nikmat hingga Ve justru memposisikan tubuhnya condong ke belakang, agar penis di bawahnya bisa kembali tegak menjulang.

Tubuh Ve yang condong ke belakang otomatis membuat kakinya lebih mengangkang. Vaginanya yang berkilat karena dipenuhi cairan cintanya kini terbuka lebar. Maka tidak heran ketika Ve terus menggesek-gesekkan vaginanya ke penis Pak Ujang, pentungan tumpul milik pria tua itu pun bisa dengan mudah menancap di lubang surga milik Ve.

vee.jpg

Hanya ada desahan kecil “ahh…” yang keluar dari mulut Ve ketika itu terjadi. Tidak ingin suaranya terdengar hingga keluar kamar, Ve menggigit bibir bawahnya saat tubuhnya mendorong vaginanya agar mencaplok penis Pak Ujang seutuhnya. Tanpa perlawanan, penis itu pun menyusup masuk ke vagina Ve dengan lambat. Alon-alon asal ketancep palkon..

Nikmat. Sangat nikmat. Jika dilihat dari mata Ve yang hanya tersisa bagian putihnya saja, gadis cantik ini sepertinya tidak sanggup menahan nikmat dunia yang dia rasakan. Apalagi saat Pak Ujang mengambil inisiatif untuk mulai menggoyangkan pinggulnya. Penis tuanya keluar-masuk vagina Ve hingga menimbulkan sensasi yang lebih luar biasa lagi.

Sebagai pria yang kenyang dengan pengalaman dalam urusan ranjang, Pak Ujang membiarkan Ve mengembil kendali permainan sesuka hatinya. Berkali-kali Ve orgasme dalam waktu berdekatan, membuat tubuh gadis cantik itu lemah terkulai dalam satu jam permainan. Ketika goyangan Ve mulai melemah, Pak Ujang merebahkan tubuh Ve, lalu mulai menyetubuhi istri mudanya dengan perkasa.

Ve hanya bisa mendesah dan mendesah. Dia kira setelah dirinya orgasme berkali-kali, maka sensasi nikmat bercinta akan mulai berkurang. Tapi pada kenyataannya tidak. Meski tubuhnya sudah lemah tak berdaya, tapi hasratnya untuk dipuaskan sepanjang malam terus menyala. Hingga pada akhirnya, pria tua lawan main Ve meminta ijin untuk menumpahkan benih-benih cintanya ke rahim Ve; yang dijawab dengan anggukan lembut dari gadis cantik itu.

Ve sadar bahwa dirinya sedang tidak dalam masa subur. Dia juga sudah melakukan pencegahan dengan meminum pil KB. Tapi inilah pertama kalinya dia mengalami proses pembuahan. Jantungnya berdegub semakin kencang sehingga pompaan darah ke seluruh tubuhnya pun semakin deras. Akibatnya, otot vaginanya semakin mengencang dan membuat penis yang sedang menyodoknya jadi seperti 2x lebih besar. Nikmat yang Ve rasakan pun jadi berlipat ganda.

Ve orgasme duluan. Vaginanya menyemburkan cairan cinta dengan sangat deras sekali, hingga berkali-kali. Apalagi Pak Ujang tidak menghentikan genjotannya saat Ve kelojotan. Ketika semburan orgasme Ve sudah reda, Pak Ujang menyodokkan penisnya dalam-dalam, dan Ve pun merasakan semburan penuh kehangatan di rahimnya. Sensasi hangat yang membuai. Tak pernah dia merasakan kehangatan seperti ini sebelumnya.

‘Jadi ini yang dinamakan nikmat bercinta?’ tanya Ve sambil menatap langit-langit kamar kosannya.

Pada akhirnya, tanpa bantuan obat perangsang pun Pak Ujang malah menjadi guru privat Ve dalam mata pelajaran sex education. Mereka mempraktekkan berbagai macam gaya dan pastinya titik mana saja yang bisa membuat seorang pria merem-melek. Saking getolnya Ve dalam belajar bagaimana caranya melayani pria, gadis cantik ini sampai bertanya kepada diri sendiri:

‘Kenapa gue kepingin tahu cara memuaskan pria, ya?’

Apakah karena Ve ingin membuat para pria jadi tergila-gila dengan tubuhnya? Wah, tentu tidak.

Apakah karena Ve ingin membahagiakan Pak Ujang?

Untuk apa dia membahagiakan Pak Ujang? Dia pria tua yang tidak punya apa-apa. Dia yang merenggut kehormatan Ve! Kasihan suami Ve nantinya, mendapatkan istri yang sudah tidak suci lagi.

Kecuali…

Suaminya Ve nanti adalah, orang yang sama dengan yang telah merenggut kehormatan Ve.

Ya..

Kalau Pak Ujang jadi suami Ve, tidak ada masalah soal kehormatan Ve, bukan?

Pikiran seperti itu sempat terlintas dalam benak Ve. Lebih dari sekedar wanita yang melayani dalam urusan ranjang. Ve jadi mulai melayani Pak Ujang dalam hal lain. Mencucikan pakaiannya, menyiapkan makan malam, memberi ucapan ‘hati-hati di jalan’ sebelum pria tua itu berangkat ngojek di pagi hari.

Ve tidak bisa membohongi hatinya. Dia menikmati perannya sebagai istri muda seorang pria tua. Pelan-pelan perasaan itu mulai tumbuh semakin kuat setiap harinya. Dan mungkin karena ada rasa cinta yang berperan besar di sana, persetubuhan Ve dengan Pak Ujang pun jadi terasa semakin nikmat.

Pernah pada suatu ketika Ve sangat menikmati persetubuhannya dengan Pak Ujang. Saking nikmatnya Ve bahkan sampai kepikiran untuk tidak meminum obat pencegah kehamilan dan membiarkan sel telurnya dibuahi oleh Pak Ujang. Ve sempat berkeinginan untuk menjadi istri simpanan Pak Ujang saja. Sebab seperti perempuan baik-baik pada umumnya, Ve ingin tubuhnya hanya untuk dinikmati satu orang saja, yakni suaminya. Dan Pak Ujang terlanjur jadi pria pertama yang melihat dan merenggut kepolosan tubuh Ve.

Tapi sayangnya Pak Ujang tidak se-romantis itu. Ambisi dan keserakahan yang tinggi membuat Pak Ujang ingin menjadikan Ve sebagai istrinya hanya untuk mengincar harta orangtua Ve saja. Di situlah rasa cinta Ve langsung menguap. Dia harus menyingkirkan Pak Ujang secepatnya dari hidupnya.




Hati Ve jadi tertutup dan terkunci rapat terhadap yang namanya lelaki. Hingga akhirnya, kemesraan Nadia dan Wibi mengetuk pintu hatinya dengan cara yang tidak biasa.

Jauh di dalam lubuk hatinya, keinginan untuk mengabdi kepada seorang laki-laki saja tidak pernah Ve singkirkan dari dalam hatinya. Dan keinginan Ve untuk menjadi seorang istri, kini muncul kembali. Mungkin karena barusan saja, Nadia sukses membuat Ve iri. Punya pacar itu ternyata membahagiakan. Punya pasangan yang bisa diajak berjuang dan menabung bersama menuju gerbang pernikahan. Serta saling terbuka soal perasaan dan keinginan, meski hal itu mengenai permintaan seks bertiga bersama teman.

Ah, mungkin ini saatnya Ve membuka pintu hatinya sepenuhnya. Dia sudah bukan member jeketi, dia tidak perlu menuruti Golden Rules lagi.

Toktok! Toktok! Tok!

Cuma mamanya yang mengetuk pintu dengan nada seperti itu. Ketukan dari arah pintu membuat Ve jadi ingat dirinya belum sempat mengunci kamar. Ve buru-buru menutup tubuh telanjangnya dengan selimut dan pura-pura tidur. Benar saja, tidak lama kemudian mamanya membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.

Dalam akting tidurnya, Ve merasa rambutnya diusap dan keningnya dicium dengan lembut.

‘Apakah kalau aku punya pacar dia juga akan mengecup keningku saat aku terlelap?’ tanya Ve dalam diam.

Ve pura-pura terbangun. “Hhh.. eh mama.. Kenapa Ma?”

“Udah tidur ya sayang? Maaf ya mama ganggu.”

“Jam berapa ini? Aku kayaknya ketiduran dari sore deh.”

“Udah malem pokoknya, papa baru pulang tuh. Dia cerita, katanya besok pagi ada tukang yang mau ngecat rumah. Kalau kamar kamu mau dicat juga, kasih tahu mama ya! Mumpung ada tukangnya.”

“Oh.. iya deh Ma, aku pikir-pikir dulu mau cat warna apa.”

“Iya. Gih lanjut bobok lagi sayang!”

“Iya ma.. Love you~”

“Love you too honey, goodnight!”

Begitu bunyi ‘cklik’ terdengar dari pintunya, Ve mengintip dari balik selimut untuk memastikan mamanya sudah keluar dari kamar. Fyuhh.. Untung saja mamanya tidak mengintip ke balik selimutnya. Apa jadinya kalau mamanya tahu anak gadisnya tidur dalam keadaan telanjang saat rumahnya akan dikerubungi tukang bangunan?

Gara-gara kejadian singkat ini… Ve jadi kepikiran: mungkin sebaiknya aku tinggal di kos-kosan saja ya... Biar tidak ada lagi yang tiba-tiba masuk ke kamar saat kondisi Ve sedang acak-acakan. Dan…. biar lebih aman kalau mau nakal-nakalan sama pacar heheheh..

‘Nakal-nakalan sama pacarnya siapa, Mbak?’ tanya Ve ke dirinya sendiri sambil menjitak kepalanya. ‘Cari pacar dulu keleus, baru nakal-nakalan di kosan’




ve.jpg

Keesokan paginya Ve terbangun karena suhu tubuhnya terasa hangat. Ketika dia buka matanya, gorden jendela kamarnya sudah tersibak sehingga sinar matahari bisa leluasa masuk. Hal ini membuat suhu kamarnya jadi tidak sejuk lagi. Ditambah lagi AC yang sudah dimatikan dan selimut yang menutupi tubuh Ve cukup tebal.

Ve mengecek jam di hapenya. 11:16. Pasti mamanya yang mematikan AC dan membuka jendela. Mamanya selalu melakukan trik ini agar anak-anaknya tidak terbiasa bangun terlalu siang.

Benar saja, sebuah notifikasi Whatsapp dari mamanya sekitar satu jam yang lalu membuktikan dugaan Ve.

WA.png

Ah iya.. Cat kamar. Semalam Ve asik browsing desain kamar berwarna biru hingga ketiduran. Ada beberapa desain kamar dengan kombinasi warna biru yang bagus dan Ve berniat mengirimkan fotonya ke mamanya lewat Whatsapp. Tapi…

Duh, sebuah notifikasi berwarna merah mendadak muncul di layar hapenya. Ve segera bangkit dari tempat tidur untuk mengambil charger handphone di tasnya. Batere di handphonenya tinggal 1%, Ve buru-buru membongkar tasnya mencari charger.

Ketemu! Ve setengah berlari menuju ke meja rias. Di kolongnya ada terminal kabel berisi 4 colokan. Sayang, sebelum chargernya terpasang handphone Ve terlanjur shutting down sendiri.

‘Hadeehhhh…Telat sedetik doang padahal’ ujar Ve dalam hati. Saat itulah dia melirik ke arah cermin dan….

HAH?

veee.jpg

Ve kaget bukan main ketika melihat cermin meja riasnya. Selama ini pandangannya terlalu fokus ke layar hape sehingga dia tidak sadar ada orang yang memandanginya dari luar jendela. Lebih parahnya lagi, posisi Ve saat ini sedang berada di depan meja rias. Sehingga pantat dan punggungnya terpampang jelas jika dilihat dari arah jendela, sementara bagian payudaranya terpantul dengan jelas di cermin besar. Ve membalikkan badannya.

Orang yang mengintipnya barusan langsung sadar dirinya sudah ketahuan. Si tersangka langsung buru-buru melarikan diri, namun dari suara berdebum yang terdengar, sepertinya dia terjatuh cukup keras. Kamar Ve ada di lantai 2 dan orang tadi sepertinya mengintip menggunakan tangga.

Ve masih terpaku di depan meja rias. Ia masih shock, sehingga tidak terpikirkan sama sekali untuk pergi ke arah jendela dan langsung menutup gorden. Namun shock yang Ve rasakan bukan karena ada yang mengintip tubuhnya, tapi karena mendadak vaginanya membanjir dan terasa gatal.

Tangan Ve berpegangan ke pinggiran meja. Tubuhnya sedikit membungkuk sedangkan kedua kakinya menyilang. Persis seperti orang yang sedang menahan pipis. Namun Ve tidak kebelet pipis. Ini sensasi kebelet yang lain.

Ve berusaha menahan sekuat tenaga tapi pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otaknya malah membuatnya semakin horny.

Siapa tadi yang mengintip?
Sudah berapa lama dia mengintip?
Kemana si pengintip itu kabur?
Apakah si tukang ngintip itu memanggil teman-temannya?
Jangan-jangan dirinya akan diperkosa ramai-ramai lagi?
Bagaimana kalau mereka semua berusaha menyemprotkan sperma di rahimnya?
Stok pil KB Ve sedang kosong! Siapa yang akan bertanggung jawab kalau Ve sampai hamil?

Bagaimana kalau mereka merekam juga?
Bagaimana kalau rekamannya disebar ke internet?
Bagaimana kalau videonya sampai diposting oleh akun Lambe Turah?
Apakah akun Instagramnya akan dipenuhi komentar yang melecehkan dirinya?
Jangan-jangan akan mulai banyak orang mentag/mention akun Ve di postingan yang berisi foto/video mereka yang sedang coli sambil menonton video Ve?

Semua pertanyaan itu membuat tubuh Ve semakin panas. Ve cepat-cepat mengambil sweater tebal yang agak panjang untuk menutupi tubuh polosnya dan putingnya yang mengeras. Ve pergi ke arah jendela untuk melihat ke arah mana si pengintip itu kabur.

Saat dirinya menjulurkan badan keluar jendela...

Itu dia!
Itu orang yang mengintip tadi!
Dia memanjat tangga untuk kembali ke kamar Ve!

“KYAAahppppmmmm”

Ve berusaha teriak tapi tangan orang itu langsung membekap mulutnya. Saking cepatnya serangan si pengintip, tubuh Ve sampai tertubruk. Ve berusaha menahan diri agar tidak terjatuh tapi posisi tubuhnya sudah terlalu condong ke belakang. Yang bisa Ve lakukan hanya berjalan mundur untuk menjaga keseimbangan agar tidak jatuh terlentang di lantai kamar.

Namun si pengintip mengira Ve berusaha melarikan diri. Dia mendorong tubuhnya agar bekapan tangannya tidak terlepas dari mulut Ve. Akibat situasi ini, sekarang tubuh Ve dan si pengintip malah terhuyung-huyung masuk ke dalam kamar. Ve sempat menjaga keseimbangannya beberapa langkah, namun pada akhirnya kakinya malah terpentok tepian tempat tidurnya. Tidak bisa lagi melangkah untuk menjaga keseimbangan, tubuh Ve pun terhempas ke atas kasur dengan tubuh si pengintip menimpanya dari atas.

Ve berusaha berontak dan teriak tapi suara dan gerakan tubuhnya dikunci dengan kuat oleh si pengintip.

“Ssssshhhh!!!!” si pengintip memberi instruksi agar Ve diam. “Saya lepasin, saya lepasin, tapi non tolong jangan teriak… Sssshhhhh!!!!”

Ve menatap mata si pengintip yang hanya berjarak 15cm dari wajahnya. Bekapan di mulutnya mengendur, beban yang menimpa tubuhnya pun perlahan-lahan berkurang. Si pengintip memang berniat melepaskan Ve.

Ve bersiap menunggu momen yang tepat. Begitu tubuhnya terbebas, dia bisa teriak minta tolong. Kamar jendelanya masih terbuka. Pasti ada yang akan mendengar teriakannya.

Namun yang tidak Ve duga adalah..

Si pengintip malah berlutut mohon ampun di hadapannya. Dia menangis. Si pengintip bercerita cepat-cepat dengan struktur kalimat yang berantakan karena terbawa emosi. Tapi Ve bisa memahami inti ceritanya.

Si pengintip adalah salah seorang kuli yang akan mengecat rumah Ve. Dia tidak sengaja melihat tubuh Ve saat sedang mengecat tembok luar kamar. Dia takut dipecat. Dia takut dilaporkan ke polisi. Siapa yang akan memberi makan anak-istrinya di kampung kalau dia dipenjara?

Ve jadi iba.

“Non tolong ampunin saya Non…hiks.. saya rela dihukum apa aja huhuhuhu… tapi tolong jangan dilaporinnnnn. Saya takut dipecat Nonnnn. Saya takut dipenjaraaa…huhuhuhu...”

“Bener nih rela dihukum apa aja?” tanya Ve.

“Beneran Non… sumpahhh…”

“Hmmmm… kalau gitu….” Ve melihat ke sekeliling kamarnya. “Mas harus beresin kasur aku!”

“Hah? Oh. Ya.. siap Non”

“Mas namanya siapa tadi?” tanya Ve yang melihat pria melas di hadapannya mulai merapihkan kasur.

“Scholihin non..” jawab pria itu dengan suara tidak jelas karena hidungnya tertutup ingus.

“Hah? Coli-in?”

“Bukan..” si pengintip menyeka hidung dan air matanya. “Solihin, Non.”

“Oh..”

“Kalo coli-in mah beda arti Non..”

“Apa artinya Coli-in?” tanya Ve dengan ekspresi polos.

“Nggg...aduhh… jangan Non...”

“Kalo Mas Solihin gak mau kasih tau saya, nanti saya laporin ke papa.”

“Non..non jangan dong.. tolong lah… kasian saya cuma orang kecil…”

“Apanya yang kecil?”

“Duh… Non.. tolong jangan mancing-mancing dong Non…”

“Mancing apa?”

“Non.. saya nih punya anak istri di kampung… tolong jangan pancing saya yang enggak-enggak Non…”

Solihin cepat-cepat merapikan kasur Ve seperti yang diminta. Dia ingin cepat-cepat pergi dari situasi ini.

“Kalau Mas Solihin kabur, saya akan bilang papa buat lapor ke polisi!”

Diancam seperti itu, seluruh otot tubuh Solihin langsung kaku. Mukanya memelas dan sepertinya bersiap untuk menangis lagi. Ve jadi tidak tahan untuk menahan tawanya.

“Hahahahaha….” Ve tertawa geli sambil menutup mulutnya.

Solihin bengong. Ini pertama kalinya dia dapat pekerjaan di Jakarta dan anak majikannya ternyata gila.

“Mas Solihin aku cuma bercanda….” sambung Ve. “Aku gak tahan buat becandain Mas Solihin. Habis mukanya melas banget…”

Mendengar pengakuan Ve, tubuh Solihin lepas dari tegangnya. Di satu sisi dia lega karena (harusnya) nona majikannya ini tidak akan lapor polisi. Tapi di sisi lain, dia sedih juga dianggap cowok yang melas.

Ve menatap rona kekecewaan di wajah Solihin. Sepertinya dia sudah kelewatan dalam bercanda.

Ve turun dari duduknya di kasur dan bersimpuh di depan Solihin. Dia genggam kedua tangan pria yang tadi mengintipnya, lalu tersenyum manis sekali. “Mas Solihin maafin aku ya….”

“I..iya Non.. gapapa…”

“Makasih… Mas Solihin baik banget deh” lanjut Ve. Sambil masih terus tersenyum manis.

“I...iyaa..hehe...Saya juga.. Sama lah, mau minta maaf. Biar impas” sahut Solihin sambil garuk-garuk kepala. Mukanya menunduk, tidak berani menatap Ve lama-lama.

“Enak aja impas” sahut Ve sambil berdiri bertolak pinggang. Senyum manisnya hilang, bibir Ve kini tersenyum kecut. “Impas dari mana? Mas Solihin udah ngeliat aku telanjang, terus dengan minta maaf jadi impas gitu?”

“Lah? Kan tadi saya udah beresin kasur, Non? Saya mesti ngapain lagi biar impas?” tanya Solihin dengan bingung.

“Aku harus lihat Mas Solihin harus telanjang juga!”

“Hah? Duh Non.. tolong jangan Non….”

“Gak mau tahu. Pokoknya aku harus lihat Mas Solihin telanjang juga! Cepetan!”

“Non.. gak ada yang lain apa hukumannyaa??”

“Gak ada! Pokoknya Mas Solihin harus buka baju sama celana sampai bugil. Terus aku foto. Cepet!”

“HAH? Difoto? Buat apa Non?”

“Ya buat jaminan lah! Kalo Mas Solihin nyebarin foto-foto aku yang lagi telanjang, aku bisa bales nyebarin foto mas Solihin juga!”

“Non.. gak ada Non..” jawab Solihin panik. Dia mengeluarkan handphone Blackberry jadul dari kantongnya. “Tadi saya cuma sempet lihat Non sebentar doang.. Gak saya foto… Cek aja kalo ga percaya…”

Ve menerima handphone yang disodorkan Solihin lalu mencek galeri fotonya. Tidak ada foto Ve. Yang ada cuma foto-foto keluarga Solihin dan teman-temannya.

Tapi….

Ve mengeklik aplikasi kamera, lalu membuka sweater yang dia kenakan. Dia berdiri dan memotret dirinya sendiri yang dalam keadaan telanjang.

veeeeeee.jpg

Melihat kelakuan Ve, Solihin bengong tidak bergerak. Yang bergerak hanya bagian selangkangannya yang menggembung karena ada yang berontak di dalam sana.

“Mas Solihin sudah punya foto telanjang aku. Sekarang gantian!” perintah Ve sambil mengembalikan hape Blackberry Solihin. “Aku harus punya foto telanjang Mas Solihin biar impas!”

Ibu kota tidak kejam. Tapi gila. Ketika berangkat dari kampungnya, Solihin sudah mendengar ribuan kisah dan nasihat tentang betapa kerasnya kehidupan di Jakarta. Solihin sudah siap fisik dan mental. Jika bertemu preman atau penipu, Solihin siap menghadapinya. Tapi saat ini bukan fisik dan mental Solihin yang diuji. Tapi iman dan kesetiaan.

Solihin tidak bisa kabur. Kalau dia pergi, nona gila di hadapannya ini pasti lapor polisi. Solihin hanya bisa menuruti keinginan nona majikannya ini. Dengan harapan, dirinya akan terhindar dari tuduhan yang macam-macam.

“Tapi Non harus janji. Saya telanjang, non foto sekali, habis itu saya boleh pergi.”

“Janji” sahut Ve singkat.

Solihin segera melepaskan ikat pinggangnya. Celananya dipelorotkan turun, berbarengan dengan celana dalamnya sekalian. Setelah itu barulah kaos lusuhnya dia lepas. Solihin kini bugil di hadapan Ve.

“Cepetan foto!” perintah Solihin sambil menahan malu.

Ve tidak menjawab. Dia hanya berjalan santai menuju meja riasnya untuk mengambil handphonenya yang sedang di-charge.

“Wah elu bukannya kerja malah enak-enakan di sini sama amoy”

Ve menoleh ke arah jendela. Seorang pria bertampang kasar baru saja masuk ke kamarnya lewat jendela. Sepertinya tangga yang dinaiki Solihin tadi masih terpasang di tembok kamar Ve.

“Ikutan dong!?!” tanya pria itu basa-basi. Dia langsung menurunkan celananya tanpa menunggu jawaban dari Ve atau pun Solihin.

Ve panik. Dia kira cuma Solihin yang disuruh papanya mengecat rumah.

Kuli kedua yang baru datang ini dengan berani langung mendekati Ve di meja rias dan mendekap tubuh Ve dari belakang. Kedua tangannya mengusap perut rata Ve untuk merasakan betapa mulusnya kulit seorang gadis yang rajin dirawat. Kedua telapak tangan kasar itu pun merayap ke atas, menggenggam payudara Ve dan memainkan pentilnya dengan gemas.

Ve hanya bisa mendesah. Tubuhnya seolah menolak dan berusaha melepaskan diri dari dekapan pekerja kasar yang dibayar papanya. Tapi rabaan dan rangsangan yang diterima tubuh Ve malah membuatnya terlena. Tangan kasar yang menjelajahi tubuhnya saat ini terasa sama seperti tangan Pak Ujang yang menjamah tubuhnya beberapa bulan yang lalu. Seolah terjebak nostalgia, Ve malah jadi pasrah. Bahkan tangannya menurut saja ketika dibimbing menuju penis si kuli.

Berbeda dengan telapak tangan si kuli yang biasa menggenggam pacul atau alat pertukangan lainnya, telapak tangan Ve terasa lembut dan mulus sekali. Si kuli merasa penisnya seperti sedang dikocok-kocok lembut menggunakan kain sutera. Sebetulnya sih dia tidak pernah tahu kain sutera itu lembutnya seperti apa, tapi yang pasti tangan Ve adalah yang benda paling lembut yang pernah menyentuh tubuh si kuli.

“Lah mau kemana lo? Kok malah pake celana?” tanya si kuli kedua ke Solihin.

Ve sebetulnya juga cukup heran melihat Solihin kini sudah memakai kembali seluruh pakaiannya. Dia kira pagi ini tubuhnya akan digarap dua kuli sekaligus.

“Gue nggak mau ikut-ikutan deh Im. Gue punya anak bini di kampung. Gak mau macem-macem gue!”

“Wah, bego lu! Ini mah ceweknya yang mau. Mubazir kalo dianggurin” celetuk si kuli kedua sambil mengecup leher kanan Ve. Membuat si gadis jadi mendesah keenakan.

“Lu aja deh. Gue gak mau ikut-ikutan. Gue gak akan kasih tau siapa-siapa deh, tapi lo juga jangan bawa-bawa nama gue kalo ada apa-apa ya!”

“Terserah lu deh!” jawab si kuli kedua.

Solihin pergi menyibakkan gorden kamar Ve lalu keluar dari jendela menggunakan tangga yang terpasang di bawah jendela kamar Ve.

Meski menikmati rangsangan yang diterimanya, tapi Ve merasa risih. Bukan karena kehadiran kuli kedua yang tiba-tiba muncul dan meraba-raba tubuhnya. Tapi jendela kamarnya kini terbuka lebar tanpa ada gorden yang menutupinya. Meski jendela itu tidak menghadap rumah atau bangunan apapun, tapi tetap saja Ve merasa risih.

“Udah becek aja nih, Neng?” tanya si kuli sambil mencolek-colek belahan vagina Ve.

“Aahhh.. Iya Bang.. bentar saya tutup jendela dulu..” jawab Ve sambil melepaskan diri dari dekapan si kuli.

Meski posisi Ve saat ini tidak akan bisa dilihat dari luar, Ve menutup kedua payudaranya dengan tangan kanannya saat berjalan menuju ke jendela. Tepat saat tangan kiri Ve akan mengambil ujung gorden untuk menutupi jendela kamarnya, tiba-tiba sebuah tangan hitam dan kasar menyelinap dari belakang dan merangkul perut Ve. Si kuli mengunci tubuh Ve tepat di ambang jendela.

Sekali lagi si kuli kembali merangsang Ve. Dia meremas kedua payudara Ve dan menghujani leher putih Ve dengan kecupan-kecupan ganas.

Sambil berusaha melepaskan diri, Ve berkata “Bang.. jangan… nanti ada yang liatthmmmmppp…”

Kepala Ve dimiringkan dan mulutnya langsung disumpal dengan ciuman. Lidah si kuli menari masuk ke mulut Ve dan bersilat lidah di dalam sana. Secara reflek Ve membalas pagutan si kuli, membuat keduanya terlibat dalam french kiss yang panas.

Sedikit kesadaran Ve masih bertahan. Tangan kirinya berusaha menggapai ujung gorden untuk menutupi jendela. Tapi tangan itu melemah dan malah berpegangan ke tepian jendela ketika si kuli menggesek-gesekkan batang penisnya ke belahan vagina Ve.

Tubuh Ve kini sedikit membungkuk. Matanya melihat, di bawah perut ratanya ada penis panjang si kuli sedang bergerak maju-mundur di sela-sela selangkangannya. Vagina Ve terasa gatal dan ingin disodok secepatnya. Ve mengumpulkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk membuat tubuhnya bangkit untuk cepat-cepat menutup gorden agar bisa bercinta bersama si kuli dengan bebas.

Namun perhatian Ve lagi-lagi teralihkan. Bunyi lagu tahu bulat tiba-tiba mengalun dari arah luar jendela. Ve mendongakkan kepalanya. Oh, shit! Sepertinya orang-orang akan bisa melihat tubuh telanjangnya dari jalanan depan rumahnya. Mobil bak yang berjualan tahu bulat tampak berjalan pelan memancing pelanggan untuk kemudian berhenti hanya beberapa meter dari rumah Ve. Beberapa motor yang ditunggangi remaja berseragam putih abu-abu tampak berhenti di belakang mobil bak. Tampaknya mereka akan membeli tahu bulat.

“Wiihhh… kayaknya bakalan banyak yang nontonin kita nih Neng…” goda si kuli.

Ve tidak menjawab, dia fokus untuk melepaskan diri agar bisa menutup gorden, tapi dekapan si kuli sangat kuat. Anak-anak sekolah di jalanan masih menunggu pesanan mereka digoreng oleh si penjual tahu bulat. Ve berharap mereka tidak mendongakkan kepala ke arah jendela kamarnya.

Penis si kuli yang dari tadi digesek-gesek di belahan vagina Ve, kini mulai berusaha ditancapkan ke dalam liang kewanitaan Ve. Kondisi Ve yang berontak membuat si kuli terpaksa sedikit memfokuskan usahanya untuk menancapkan penisnya. Hal ini membuat Ve jadi punya sedikit kesempatan untuk bergerak. Dia kerahkan seluruh tenaganya dan tangan kirinya pun berhasil meraih ujung gorden.

Tanpa buang waktu, Ve langsung menarik gorden untuk menutupi jendela kamarnya. Meski hanya setengah jendela yang berhasil ditutup, namun setidaknya tubuh telanjangnya kini terlindungi dari pandangan orang-orang di jalanan.

Merasa sudah aman, Ve jadi lengah. Karena terlalu fokus untuk menarik gorden, si kuli jadi bebas bergerak dan menancapkan penisnya ke vagina Ve. Kepala penis si kuli sudah berhasil masuk dan terkunci dinding vagina Ve yang kencang. Merasa tidak bisa lari lagi dari dekapan kuat si kuli, akhirnya Ve pasrah saja vaginanya dijebol oleh penis panjang si kuli yang menerobos masuk perlahan-lahan.

veeee.jpg

Ini salah satu penis terpanjang yang pernah memasuki vagina Ve. Sebetulnya diameternya tidak terlalu besar. Tapi otot Ve sedang tegang karena merasa takut diintip orang dari luar. Akibatnya tekstur kulit dan urat-urat penis si kuli jadi begitu terasa saat benda hitam dan panjang itu menggesek masuk dinding vagina Ve.

Ve menggenggam kuat-kuat gorden yang barusan ditutupnya untuk menahan kenikmatan yang dia rasakan di area kewanitaannya. Saking kuatnya dia memegang gorden, sebagian kain berwarna biru itu malah tertarik lepas dari tempatnya.

Ve panik dan berusaha mencari cara untuk mengaitkan kembali gordennya dari tempatnya semula. Tapi si kuli berpikir lebih cepat, dia menarik lepas seluruh gorden dari tempatnya dan mencampakkannya ke luar jendela. Kini siapa pun yang ada jalanan depan rumah Ve bisa melihat seorang gadis cantik menungging di ambang kusen jendela kamarnya dengan tubuh telanjang, dengan sebuah penis panjang menancap vaginanya dari belakang.

Tanpa buang-buang kesempatan, si kuli langsung memompa vagina Ve sesuka hatinya. Tampaknya dia memang sengaja ingin membuat gadis yang menungging di hadapannya ini untuk mendesah-desah sehingga menarik perhatian orang-orang di jalan.

Meski Ve merasa nikmat, namun tentu saja Ve berusaha mati-matian untuk tidak mengeluarkan suara desahan sedikit pun. Dengan terpaksa dia menutup mulutnya kuat-kuat dengan sebelah tangannya.

Tapi tidaklah mungkin bagi gadis langsing seperti Ve untuk sanggup menahan tubuhnya dari genjotan kuli kasar. Tubuh telanjang Ve pun perlahan tapi pasti mulai terdorong-dorong ke arah jendela.

Mobil bak penjual tahu bulat sudah meninggalkan lokasi jualannya. Tapi anak-anak SMA tadi masih ada di bawah sana. Sambil duduk di atas motor masing-masing, mereka menikmati jajanan rakyat yang barusan dibeli di depan pagar rumah Ve.

Bagaimana jadinya kalau mereka ternyata adalah WOTA? Apa reaksi mereka begitu tahu kalau seorang ex-center JKT48 sedang bercinta dengan buruh kasar di jendela kamarnya? Mereka pasti segera merekam dan menyebarkan videonya ke internet.

Tapi….

Ah, tanpa mengetahui status Ve di JKT48 pun mereka pasti merekam adegan persetubuhan seorang gadis kulit putih dengan buruh kasar berkulit hitam yang tersaji di hadapan mereka.

Jika itu sampai terjadi, hancurlah reputasi Ve selama ini.

Tentu Ve tidak ingin karirnya hancur, apalagi jika sampai mencoreng nama baik keluarganya. Namun Ve tidak bisa menolak sensasi ini. Bercinta di tempat terbuka dengan kemungkinan yang besar untuk ketahuan orang lain seperti ini, memberikan pengalaman baru yang tidak bisa Ve tolak. Yang bisa Ve lakukan saat ini hanya menahan agar suara erangannya tidak bocor keluar dari mulutnya. Serta menjaga agar tubuhnya tidak terlempar keluar jendela karena sodokan si kuli di belakangnya ini makin lama semakin brutal.

Wait…

Suara erangan dari mulutnya memang bisa Ve tahan. Tapi suara benturan selangkangan Ve dan si kuli…. gimana cara ditahannya? Bagaimana jika anak-anak SMA di bawah jadi menengok ke atas karena mendengar suara ‘plok-plok-plok-plok’ yang berasal dari arah jendela kamar Ve?

Ve berusaha bangkit dari posisi nungging untuk menggeser tubuhnya ke dalam kamar tapi si kuli lagi-lagi menahannya. Bahkan hentakan pinggul si kuli semakin diperkuat, seolah memang sengaja ingin membuat payudara Ve yang tergantung indah di ambang jendela semakin terombang-ambing mengikuti goyangan tubuh seksi pemiliknya.

Suara benturan selangkangan mereka yang semakin keras dan posisi tubuhnya yang terkunci sehingga tidak bisa pindah kemana-mana membuat Ve pasrah jika pada akhirnya persetubuhannya kali ini jadi tontonan orang-orang di jalan. Tapi untungnya… Ve melihat anak-anak SMA itu menyalakan motornya. Tampaknya mereka akan pergi. Akhirnya kekhawatiran Ve berakhir.

Tapi harapan tinggal lah harapan karena penderitaan Ve rupanya belum berakhir. Ternyata anak-anak SMA di bawah sana menyalakan motor karena posisi mereka menghalangi sebuah mobil yang ingin memasuki rumah Ve. Lebih tepatnya: mobil milik papanya Ve.

Kedua orangtua Ve sudah pulang dari belanja beberapa kebutuhan renovasi rumah. Bagaimana jadinya kalau mereka melihat gorden kamar Ve yang jatuh di taman bawah. Mereka pasti menoleh ke atas, ke tempat dimana anak gadis mereka yang sedang digarap oleh buruh kasar yang mereka bayar.

Seolah sadar dengan kekhawatiran Ve, si kuli memanfaatkan situasi tersebut untuk menggenjot lebih kuat lagi hingga nyaris membuat Ve terlempar keluar jendela. Ve langsung melepas dekapan di mulutnya agar bisa berpegangan ke kusen jendela dengan kedua tangan untuk menahan tubuhnya.

Di momen itulah si kuli langsung mencengkeram kedua pergelangan tangan Ve dan menariknya ke belakang. Kedua kaki Ve direnggangkan dan ditahan oleh kaki si kuli. Kini Ve berdiri telanjang di ambang jendela kamarnya dengan kaki mengangkang dan dada membusung ke depan.

Meski posisi ini membuat si kuli tidak bisa menggenjot tubuh Ve dengan kecepatan tinggi, tapi pria berkulit hitam itu bisa mengunci korbannya agar tidak bisa kabur dan cuma bisa pasrah tubuh polosnya jadi terpampang bebas untuk siapa pun yang bisa melihatnya dari jalanan di depan rumah Ve.

Si kuli mulai memompa penisnya perlahan-lahan. Tentu saja Ve mati-matian berusaha menahan suara erangan dari mulutnya. Dia tidak ingin papa-mamanya tahu anak gadisnya sudah tidak gadis lagi.

“Ayo teriak Neng! Teriak biar papa-mamanya Neng ngelihat kita lagi ngentot!” bisik si kuli di telinga Ve. Dia terus memompa penisnya di vagina Ve. Pompaannya semakin lama semakin cepat. Dia tahu, Ve sudah di ambang batasnya. Dia bisa merasakan penisnya diremas-remas vagina Ve dengan kuat. Gadis cantik yang jadi lawan mainnya sudah terangsang begitu hebat.

Plok... Plok... Plok... Plok...

“Ayo Neng… jangan ditahan…heheh..”

“Hnnggghhh….” Ve menggigit kedua bibirnya kuat-kuat, mencoba untuk bertahan.

“Lepasin aja… Bang Boim kencengin ya entotannya…”

Plok-Plok-Plok-Plok-Plok-Plok-Plok

“Hnnnggghhhh….hhhmmmmhhhhh….. hhhnnNNGGGGGHHHHH”

Tidak butuh waktu lama bagi Ve untuk menyerah kalah. Rangsangan birahi yang diterimanya terasa amat dahsyat, hingga akhirnya rasa nikmat itu memuncak dan….

“HHHHNNNNNnnnggggggggaaaAAaahhhnnnnggg….”

Ve mengerang panjang. Ve tidak peduli lagi kalau papa-mamanya atau orang yang kebetulan melewati jalan di bawah sana bisa mendengar suaranya dan melihat kondisi tubuhnya yang polos tanpa busana.

Efek orgasme itu membuat Ve lemas. Dan karena tangannya ditarik ke belakang oleh si kuli, tubuhnya pun terkulai ke belakang, menimpa tubuh si kuli yang jatuh terlentang ke lantai kamar Ve.

Dengan kondisi penis si kuli masih menancap di vaginanya, tubuh Ve terguncang-guncang penuh kenikmatan. Entah berapa banyak cairan kewanitaan Ve yang menyembur. Yang jelas, lantai kamarnya yang tertutup karpet, kini warnanya menjadi sedikit gelap karena terkena tetesan cairan cinta milik Ve.

Gadis cantik melihat dadanya naik-turun mengikuti paru-parunya yang kembang-kempis. Orgasmenya sudah reda tapi napasnya masih belum kembali normal. Sambil memandang pendaran sinar matahari yang masuk dari jendela dan menyorot langit-langit kamarnya, Ve meresapi sisa-sia orgasmenya. Apakah orangtuanya mendengar erangan driinya barusan?

Entahlah. Yang jelas saat ini si kuli bangkit dan memposisikan tubuh Ve untuk permainan ronde kedua. Mungkin karena dirinya pun sudah kehabisan tenaga, si kuli tidak mengangkat tubuh Ve ke atas kasur yang tadi sudah dirapihkan oleh Solihin. Dia biarkan Ve tergeletak di atas karpet, tepat di samping ranjang springbed-nya. Dia tancapkan penis panjangnya sekali lagi dan langsung dia genjot tubuh Ve dalam posisi misionaris.

veranda.jpg

Ve berusaha mendorong tubuh si kuli namun tenaganya kalah. Dia pun pasrah. Ve biarkan saja mulutnya mendesah-desah dan mengerang seirama dengan genjotan kuli yang cengengesan memandangi kecantikan Ve.

BLAM! BLAM!

Ve mendengar suara pintu mobil ditutup. Pasti saat ini orangtuanya sudah memasuki rumah. Apakah mereka akan naik ke lantai dua menuju kamar anak gadis kesayangan mereka? Ah, apa jadinya kalau mereka memergoki dirinya yang sedang digarap oleh kuli bangunan?

Si kuli tampaknya tidak peduli dengan nasib yang akan menimpa keluarga ini kalau kedua orangtua Ve melihat anak perempuannya sedang digagahi kuli. Dia fokus menikmati erangan merdu dari mulut Ve dan ayunan indah kedua bongkahan gunung kembar Ve. Ini rejeki nomplok. Tidak setiap hari dia bisa menikmati gadis cantik dan seksi seperti Ve. Jika pada akhirnya aksinya dipergoki dan dia dilaporkan ke polisi, tidak masalah. Sudah dua kali dia keluar dari penjara, yang terakhir kali bahkan dengan cara kabur.

Tok-tok-tok!

Ve dan si kuli sama-sama mendengar pintu kamar diketuk. Ve menggelengkan kepala. Memohon kepada si kuli untuk menghentikan aksinya. Tentu saja Ve panik dan takut orangtuanya masuk kamar saat kondisinya seperti ini.

Namun karena melihat gelengan kepala Ve, seringai si kuli malah semakin lebar. Dia mempercepat genjotannya agar erangan Ve semakin kencang.

“Jessi, ini Papa.” terdengar suara papanya dari balik pintu kamar Ve.

“Wah, papanya dateng mau ngelihat Non lagi dientot tuh!” bisik si kuli di telinga Ve.

Ve tidak yakin seberapa hebat kemampuan pintu kamarnya dalam meredam suara. Semoga saja cukup bagus. Karena saat ini si kuli menggenjotnya dengan brutal, tapi enak. Otomatis bibir manis Ve terus mengeluarkan erangan-erangan yang semakin kencang.

“Jessi, kamu di dalam?”

Oh no. Apakah papanya mendengar erangan Ve?

“Wh, disuruh keluarin di dalam nih sama papanya Non..” Bisik si kuli setengah tertawa. Dia begitu bahagia menikmati kepanikan Ve dan tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi papanya kalau masuk kamar dan melihat anak gadisnya sedang digagahi dirinya. Situasi yang sangat erotis ini sangat menggairahkan dan membawa si kuli menuju ke puncak kenikmatan. Dia tidak sanggup bertahan lebih lama lagi.

“Neng. Bang Boim dikit lagi nyampe nih…” bisik si Kuli sekali lagi. Kali ini dengan suara yang sedikit tertahan karena ingin orgasme.

Ve tidak sanggup menjawab. Tanpa dibilangin pun sebetulnya Ve sudah tahu karena genjotan si kuli semakin kasar dan ujung kepala penisnya terasa seperti berkedut ingin muntah.

“Pas papanya Neng masuk ke kamar, Abang kecrotin Neng sampe bunting, yaaa?!” si kuli berbisik sekali lagi. Kali ini sambil tersenyum lebar.

Mata Ve langsung terbelalak mendengar rencana si kuli.

‘Tidak!'

‘Tidak boleh!'

‘Aku sedang kehabisan pil KB!'

‘Papa tidak boleh ngelihat aku dalam kondisi seperti ini!'

Cklek!

“Papa masuk ke kamar kamu ya Jess…”

Papanya Ve membuka pintu kamar anak gadisnya perlahan-lahan dan melihat ruangan yang tak berpenghuni. Sebagai laki-laki di sebuah keluarga, dia merasa tidak berhak masuk ke dalam kamar anak gadis sembarangan meski status dirinya adalah papa kandungnya.

Makanya papanya Ve hanya melongokan kepalanya sedikit ke dalam dan mengecek kondisi kamar tersebut. Lampu kamar dan AC sudah dimatikan, jendela terbuka lebar, kasur dan bedcovernya tertata rapih.

‘Hmmm… sepertinya anakku sudah pergi shooting’ gumam papanya Ve sambil menutup kembali pintu kamar tersebut.

Padahal….

Kalau saja dia mau membuka pintu itu sedikit lebih lebar lagi. Dan masuk ke dalam kamar meski cuma tiga atau empat langkah. Dia akan bisa melihat…

Di balik ranjang springbed anaknya, ada sepasang manusia berpelukan tanpa busana. Yang perempuan berbaring terlentang di bawah dengan tangan mendekap dan mengunci tubuh si pria erat-erat agar menunduk serendah mungkin. Bibir keduanya saling berpagutan. Kelamin keduanya saling berkedutan. Cairan putih kental merembes keluar dari sela-sela liang vagina anaknya. Menetes mengalir membasahi karpet yang menjadi alas persetubuhan terlarang; antara seorang kuli dengan buah hatinya sendiri.

Andai saja….

Dia mau melangkah dan memeriksa kamar itu lebih dekat.
Dia akan bisa melihat.
Cucunya sedang dibuat.




Yay update wakaka
 
Aye, sensasi eksibis memang susah ditolak, apalagi dalam posisi hubungan seks.. Mantap karya tulisnya suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd