PERTEMUAN UNTUK PERPISAHAN
“Gimana bro, foto yang kemaren ana kasih, sudah antum cek,” tanya doni pada temannya seorang anggota digital forensik, doni meletakkan sekaleng nescafe latte dan sepotong sandwich di meja temannya itu.
“Ana belum sempat don, ini baru ana scan, kasih ana waktu beberapa hari sob, liat tuh,” jawab temannya itu sambil menunjuk tumpukan map dokumen kasus yang sedang diselidiki kepolisian, doni hanya mengangguk , “santai aja,”
“Tapi foto itu bisa diperjelas kan bro,” tanya doni lagi, “Insya Alloh bisa don, omong-omong foto siapa sih itu, kasus apa?” tanya kawannya, “pribadi bro, bukan kasus, minta tolong sekali ini saja,” jawab doni.
“Wah-wah menarik ini, seorang doni tiba-tiba ngasih foto buat diperjelas, apa ada cerita menarik ini bro,” tanya kawannya lagi.
“Panjang ceritanya sob, kapan-kapan aku ceritain,” jawab doni, “oke bro ana cabut dulu,” doni berpamitan, “thanks sob atas sarapannya,” ujar temannya itu
Doni berjalan menyusuri koridor sambil menebak-nebak seseorang yang merasa dia kenal, “siapa ya, kenapa rasanya udah diujung lidah ini, tapi kok susah banget,”, tiba-tiba hpnya berbunyi, doni tersenyum melihat nama yang menlponnya.
“Halo kak rina selamat pagi, mimpi apa saya semalam ya, tiba-tiba kakak saya nelpon, wkwk, gimana kabar ka rina semua sehat kan,” ucap doni sumringah.
“Hahah, bisa aja kamu don, alhamdulillah, kabar kakak sekeluarga sehat-sehat semua, akbar sedang di palembang ikut kakeknya don, kalau nanda tuh lagi maen, kamu sendiri apa kabarnya,” tanya rina.
“Saya sehat juga kak, oh ya ada apa ini kakak nelpon,” doni balas bertanya, rina memberitahu doni kalau andi sedang ada di surabaya.
“Ohh ya, dimana kak sekarang mas andi,”, rina menjelaskan andi sedang dinas di surabaya dalam rangka persiapan KTT, rina memberikan alamat kantor andi di surabaya.
“Baik, nanti kalau ada waktu saya akan temui mas andi, nanti kirim nomor kontak mas andi kak,” ujar doni, lalu mereka terus berbincang, tak lama kemudian rina menyudahi pembicaraan karena ingin masak, sms dari rina kemudian diterima doni, doni kemudian menyimpan nomor kontak andi.
***
Di apartemennya siang itu frans sedang kedatangan tamu, dominggus melaporkan bahwa dia sudah melakukan kontak dengan anak buahnya di surabaya, dominggus sangat berhutang budi pada frans, saat kasus perebutan lahan parkir yang berujung pembunuhan kepala kelompok lain, frans yang menyelamatkannya dari jeruji besi, frans pula yang mengenalkannya pada pak erik yang sekarang jadi bosnya.
“Sesuai arahan pak bon, saya sudah berkoordinasi dengan anak buah saya, dan mereka paham dengan tugasnya, tinggal keputusan pak bon kapan eksekusi akan dilakukan,” ujar dominggus, “nanti akan kuberitahu secepatnya,” frans menjawab singkat, kemudian dominggus berpamitan pada frans.
Sepeninggal dominggus, frans menelpon woro, dia meminta woro untuk segera meninggalkan surabaya malam ini, karena tugas woro telah selesai, woro pun memberitahu frans kalau dia akan segera terbang kembali ke singapura untuk melanjutkan pekerjaannya.
Frans lalu mengetik chat pada rina, setelah mengetik apa yang ingin dia sampaikan, frans lalu mengirimkan chat tersebut, chatnya itu dibaca oleh rina namun tak dibalas, frans lalu meletakkan hpnya, dia berbaring bermalasan-malasan di kamarnya.
***
Rina membaca chat frans, “mah, bisakah papah bertemu mamah sekali lagi untuk yang terakhir, papah ingin pergi jauh dari mamah, papah tau perasaan mamah mungkin telah menghilang, saat papah kecelakaan dan koma, pertama kali papah ingat adalah sosok mamah, saat papah lumpuh, papah berusaha keras untuk pulih, dan motivasi papah adalah mamah, karena mamah, papah semangat untuk sembuh, maafkan papah yang terlambat mengingat kembali mamah, jika mamah berkenan, sudikah mamah menemui papah untuk yang terakhir kali, papah tak akan menganggu kebahagiaan mamah dan andi, papah hanya ingin mengobrol dan berpamitan pada mamah, besok papah akan pergi, mungkin tak akan kembali, namun perlu mamah tau papah sangat bahagia pernah menerima cinta mamah, please temui papah untuk yang terakhir sore ini di cafe tempat kita bertemu kemaren.”
Rina menutup hpnya tanpa membalas pesan tersebut, dia tak tahu harus bagaimana, rina memang pernah mencintai frans, namun sepertinya waktu dan sikap andi telah menguapkan perasaan rina pada frans, rina juga tahu, frans telah membahagiakannya, namun rina juga merasa perbuatannya dulu sangat salah.
Rina menganggap pernikahannya itu hanyalah didorong fantasinya, namun rina juga tak bisa memungkiri dia jatuh cinta pada frans, karena frans mampu memberikan sesuatu yang tak dia dapat dari suaminya andi.
Perhatian, rasa dicintai, kepuasan seksual, kini bahkan rina mulai tak tahu, apakah dirinya benar-benar mencintai frans atau hanya terhanyut oleh perlakuan frans terhadapnya.
Yang jelas, rina kini sangat mencintai suaminya andi, ketulusan andi menerima nanda yang bukan darah dagingnya, kesabaran andi saat rina dalam keadaan terburuknya, kelembutan andi dan semua perlakuan suaminya telah merenggut seluruh hatinya, tak ada sisa ruang di hatinya untuk orang lain.
Namun rina juga harus memberikan kesempatan frans untuk berpamitan, rasanya tidak adil mengabaikan seseorang yang pernah mengisi hatinya, apalagi rina pernah berprasangka buruk padanya, padahal frans mengalami tragedi yang mengerikan.
Rina kembali mengambil hpnya, dia memutuskan untuk memenuhi undangan frans, rina ingin berpamitan dengan benar, sehingga tak ada lagi ganjalan di kemudian hari, rina merasa sepertinya frans tulus melepaskan dirinya.
***
“Hai mas doni, wah tau darimana saya disini,” tanya andi menyalami doni yang datang ke kantornya, “tadi pagi kak rina cerita katanya mas andi sedang dinas di surabaya, sore nih baru sempat kesini,” jawab doni.
“Sebentar lagi saya ada pertemuan mas doni, tapi masih sempat ngopi lah, yuk kita ngobrol sambil ngopi,” ajak andi menuju kantin, doni tersenyum mengikuti.
“Saya gak nyangka mas andi jadi bagian panitia pelaksana, kalau tau dari kemaren sudah saya temui mas andi,” ucap doni, seorang pelayan kantin membawakan minuman pesanan mereka berdua, Terima kasih mbak,” ucap doni.
“Ya, saya juga gak ingat kalau mas doni tinggal disini, giman kabarnya mas,” tanya andi, “saya baik mas, mas andi sendiri gimana kabarnya, kelihatannya gemukan, oh ya selamat ya mas, tempo hari kak rina bilang katanya sedang hamil,” ucap doni, andi tersenyum, “makasih mas, mas doni sendiri kapan nih married,” tanya andi, “ahh belum kepikiran mas, ya dua tahun lagi lah, heheh,” jawab doni.
“Saya kangen sekali ama abang, dan nanda, walau cuma sebenatr di jakarta, kayaknya inget terus ama mereka berdua,” ujar doni, “oh ya gimana abang, sudah pulih dari operasinya kan,” tanya doni lagi.
“Sudah mas, malah dia lagi di palembang ikut liburan sama kakeknya,” jawab andi, mereka lalu saling bercerita tentang kegiatan mereka masing, kadang mereka saling tertawa terbahak-bahak, doni juga bercerita kemungkinan dia juga akan menjadi bagian keamanan KTT Apec yang akan datang.
“Oh ya mas doni saya harus ke tempat seminar kembali,” ucap andi berpamitan.
“Mas andi sampai kapan di surabaya,” tanya doni, “3 hari lagi saya pulang mas,” jawab andi, “ohh oke nanti sebelum pulang saya mau ajak mas andi keliling surabaya, kita makan makanan khas surabaya, sekalian mau nitip oleh-oleh buat anak-anak dan kak rina,” ujar doni.
Andi mengangguk, kemudian mereka menuju tempat parkir, “mari mas, nanti saya hubungi mas doni, kita ngobrol lagi,” andi berpamitan pada doni sebelum masuk ke mobilnya, doni melambaikan tangan, sekilas dia melihat plat nomor mobil yang dipakai andi.
***
“Terima kasih sudah mau datang mah,” ucap frans menarik kursi untuk diduduki rina, “mamah kelihatan cantik,” ujar frans lagi, “terima kasih mas,” ucap rina singkat.
“Papah, ehmm maksudnya mas akan ke kalimantan dek, mungkin tak kembali lagi, mas akan pensiun disana, mas cuma ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, mungkin ini saatnya kita berpisah, maafkan mas ya dek, atas sikap mas kemaren, mas terlalu rindu, makanya mas berbuat seperti itu, maafkan mas,” frans mengenggam tangan rina.
Rina membiarkan frans mengengam tangan rina, bagi rina paling tidak itulah yang bisa dia lakukan.
“Saya sudah baca, catatan diari mas frans, saya juga minta maaf telah keliru menyangka mas frans yang bukan-bukan,” ujar rina lirih, ada perasaan sedikit sedih di hatinya.
“Andai semua tragedi itu tak terjadi, mungkin kini kita telah bahagia ya dek, mas akan membahagiakanmu sepanjang sisa umur mas, dan kamu tahu itukan,” ujar frans semakin erat menggenggam tangan halus rina.
Rina menatap wajah pria didepannya, walau bagaimanpun, masih ada sedikit rasa sayang yang tertinggal, rina merasa bersalah pada pria yang pernah dicintainya ini.
“Sudahlah mas frans, jangan ungkit masa lalu yang menyakitkan, mari kita lupakan masa lalu, kita membuka hubungan baru sebagai teman,” ucap rina melepaskan genggaman tangan frans.
Rina mengambil sesuatu dari tasnya, diserahkan kembali kotak cincin kepada frans, “saya gak berhak menerimanya mas, maafkan saya jika telah menyakiti mas frans, tapi saat ini..” rina tak melanjutkan ucapannya.
“Ya mas paham dek, ini semua sudah jalannya, ambillah sedikit kenangan dari mas itu,” frans menyerahkan kembali kotak cicncin itu.
Rina menggeleng, “maaf mas, saya gak bisa menerima itu, saya gak bisa lama-lama, saya harus segera kembali, saya punya bayi yang masih menyusu,” rina berdiri.
Rina menjulurkan tangannya untuk bersalaman pada frans, frans pun menyambut tangan rina, “mas frans, mari kita berpisah baik-baik, saya akan selalu mendoakan mas frans untuk sehat dan selalu berbahagia, lupakan saya mas, permisi,”
Rina kemudian melepaskan tangan frans dan bergegas pergi, entah kenapa air mata rina menetes deras, ada perasaan terenggut dari sanubarinya, rina merasa hatinya perih.
Frans memandangi rina yang pergi, dia lalu duduk kembali, bibirnya tersenyum memegang kotak cincin yang tadi diserahkan rina, “tunggulah mah, suatu saat mamah akan memakai cincin ini, dan kita akan bersama kembali tanpa ada yang menganggu kita lagi,” frans tersenyum lebar.
***
BERSAMBUNG