BEBERAPA HARI Nana habiskan antara gua persembunyian yang bernama Proyek Gemini, tapi Susi dan Raida hanya bilang itu "rumah", dan desa yang belakangan diketahuinya disebut Rimba Hijau. Seperti biasa, Susi ke sana setiap hari untuk menikmati dientot banyak lelaki. Nana juga memberikan tubuhnya dientot para pemuda, kini tidak kurang dari empat orang lelaki, yang harus menghujamkan kontol mereka yang kekar besar berurat ke dalam memeknya. Para lelaki itu seperti menjadi corong bagi Kai dicurahkan ke dalam aliran energi tubuhnya, membuatnya meningkat dengan pesat. Namun, ternyata semakin tinggi tingkatnya dalam Mutu Manikam, efek dari satu lelaki juga semakin berkurang. Semakin berkurang juga kenikmatannya.
Menyadari itu, Nana berhenti bersetubuh beramai-ramai, sebaliknya ia mulai menjelajahi hutan di sekitar desa Rimba Hijau. Pada suatu ketika Nana masuk lebih dalam ke sisi hutan yang lebat, dan setelah beberapa km berjalan ia menjumpai sebatang pohon Arkana yang besar. Memandang ke atas, Nana menemukan ada bangunan di sana, tapi sama sekali tidak ada tangga. Ia lantas mulai memanjat dengan berusaha mencengkram dahan pendek yang muncul di sana sini, sementara kulit pohon hitam itu terasa licin seperti plastik, namun amat keras. Dengan kekuatannya, Nana bisa bergerak lebih cepat dan kuat, tapi dengan itu pun ia membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk memanjat sampai ke bangunan di atas pohon.
Rumah pohon itu terbuat dari kayu lain, bukan kayu Arkana, dan nampak lapuk. Tetapi kerangka bangunannya memakai batangan kayu bulat yang besar, jadi masih kokoh. Tapi dindingnya bolong-bolong, jadi daun-daunan dari pohon masuk memenuhi bagian dalam. Tidak ada pintu, Nana terus masuk. Di dalam kabin, Nana menemukan sebuah ranjang, meja, dan kursi. Di atas ranjang yang penuh daun membusuk, tertutup di bawah dedaunan ia mendapati ada tengkorak seorang manusia. Pasti sudah lama sekali.
Di atas meja ada sebuah kotak hitam. Tepatnya, sebuah koper hitam, seperti yang digunakan di laboratorium untuk membawa peralatan. Koper itu terbuat dari bahan yang tahan karat, tapi penguncinya tertutup debu mengeras dan membatu. Sudah berapa lama berlalu? Pasti lama sekali! Nana mengerahkan tenaganya, memecahkan batu itu, sehingga bisa melepas kait pengunci. Koper itu bisa dibuka, setelah begitu lama.... Di dalamnya ada sebuah tablet, seperangkat alat berbentuk kotak dengan panel surya dan kabel-kabel, dan sebuah buku notes dengan pensil terikat di sisinya. Nana mengambil buku notes itu, masih bagus, walau umurnya pasti lama. Mungkin karena koper itu benar-benar tertutup rapat ya?
Tulisannya di dalamnya memakai bahasa Inggris. Bukan orang Kriloga! Tertulis di dalamnya:
13 Okt 2143
Diary sayang,
Aku sudah tidak berharap bisa kembali. Cyclotron terbenam di bawah danau di dunia asing ini, tidak ada cara untuk turun ke sana. Monster-monster memenuhi danau dan sudah membunuh Ryker dan Sandra. Mengapa mereka berkeras untuk turun ke sana? Dasar mahasiswa paska-sarjana yang sok mau jadi peneliti hebat! Mengapa dulu aku mau saja ikut Ryker bersembunyi sementara semua orang evakuasi? Bodoh! Bodoh!
Tinggal aku dan Richard, dan kami menemukan rumah pohon yang terbengkalai. Di dalam aku menemukan gulungan-gulungan berisi tulisan aneh, nampaknya seperti aksara Cina kuno. Maka aku memutuskan untuk menyelidikinya lebih lanjut merekamnya dengan SciPad. Ini menarik, tapi siapa yang akan menemukan hasil penelitianku?
Apa gunanya jadi sarjana arkeologi di dunia asing seperti ini?
2 Nov 2143
Diary sayang,
Aku merasa Richard lebih gagah dengan janggutnya. Juga jumpsuit ini terasa mengganggu. Aku mulai berani bertelanjang di atas sini, kalau tidak ada Richard. Hah, si orang nyentrik penggila komputer itu sekarang malah rajin berkeliling! Dia meninggalkanku sendiri berjam-jam. Apa dipikirnya aku tidak khawatir?
Penelitianku belum membuahkan hasil. Ini benar-benar tersusun seperti aksara Cina dari jaman lebih kuno.
4 Feb 2144
Akhirnya, Richard memandangku sebagai perempuan! Aku sungguh menikmati remasannya di kedua dadaku. Tapi Richard masih belum mau memasukkan kontolnya.
Kenapa, sayangku? Aku menunggumu memetik keperawananku! Tidak ada orang lain di dunia ini!
14 Feb 2144
Diary sayang,
Aku sungguh menikmati Richard yang gagah berada di atasku. Jilatan lidahnya benar-benar membuatku melayang ke surga! Dan akhirnya, setelah aku mengangkang lebar, Richard mengentotiku
NGENTOT! Ini bukan makian, tapi kenikmatan! Mengapa tidak dari dulu aku membiarkan Richard mengentotiku? Aku tidak bisa menghitung berapa kali orgasme. Aku benar-benar merasa menjadi wanita, bukan lagi gadis.
Aku kira kita akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk ngentot. Ini hiburan yang sangat menyenangkan. Aku cinta kontolmu, Richard!
24 Mei 2144
Aku sangat marah! Richard sungguh tidak berperasaan! Apa dia pikir aku tidak berniat untuk kembali?
Dan kini dia selalu ejakulasi di luar! Hah, menyebalkan!
Hah, aku pusing.
10 Juni 2144
Richard belum juga kembali. Oh ya Tuhan, apa yang terjadi padanya?
Aku ingin menyusul, tapi hari ini aku mual-mual hebat lagi
Aku pikir, aku hamil. Tapi Richard belum tahu.
4 Juli 2144
HAPPY HARI KEMERDEKAAN!
Aku berharap semua keluargaku baik-baik saja. Apakah mereka kehilangan diriku?
Aku merasa sangat sedih dan sendirian. Malas untuk mengerjakan apapun juga.
Semua peralatan SciPad dan SunCharge aku simpan saja. Semua passwordnya sudah dihapus.
Buat apa dibuka lagi?
Di halaman terakhir:
....aku tidak tahu tanggal berapa ini. SciPad sudah habis baterenya. Aku malas untuk menchargenya
Aku merasa lemah sekali.... terlalu sedih... aku tidak tahu mau apa... Richard, aku sungguh rindu padamu
Apakah engkau akan membaca ini? Aku sungguh cinta padamu, Richard! Maafkan semua perkataanku dulu.
Aku simpan diary ini, yang selalu membuatmu penasaran. Kamu lihat, ini hanya tulisan untukku sendiri.
Tapi sungguh, aku menyerahkan diriku padamu dengan rela dan penuh cinta. Aku sungguh ingin bertemu lagi.
Dengan penuh cinta,
Clara
Nana menutup notes tipis itu sambil menghela nafas. Membacanya sekali lagi. Mungkin Richard mengalami musibah dari mahluk-mahluk jahat? Nana terus menaruh diary itu di sebelah kerangka yang ada di ranjang, jenasah Clara. Ia terus membawa keluar koper hitam itu bersamanya. Dari atas rumah pohon, ia bisa melihat ada danau di kejauhan. Juga ada desa Rimba Hijau. Nana mengernyitkan keningnya. Pasangan Richard dan Clara ini cukup lama berada di sini dan bisa tinggal dengan aman.
Begitu juga desa Rimba Hijau, mereka tidak mempunyai perisai pelindung atau apalah, seperti yang dimiliki Lembah Kesuburan, sebelum dirusak. Tetapi desa Rimba Hijau juga aman-aman saja.
Jadi memang sepertinya di sekitar sini tidak ada mahluk jahat. Kalau begitu, apa yang terjadi dengan Richard? Apakah dia mengalami kecelakaan? Atau ada sesuatu yang lain?
Selagi Nana masih berada di atas pohon, ia melihat ada debu mengepul ke udara dari arah danau. Apa itu? Nampaknya seperti ada segerombolan besar mahluk keluar dari danau dan terus bergerak melintasi hutan, menuju desa Rimba Hijau! Pemandangan mencekam terlihat dari atas rumah pohon Arkana.
Sementara itu, Susi masih bertelanjang dan enam orang lelaki terkapar di sekelilingnya. Cairan putih meleleh-leleh keluar dari memeknya yang merah. Entah berapa banyak orgasme, yang menjadi kebutuhannya setiap hari.
Raida berada tidak jauh di sebelah lapangan, dengan tiga orang gadis berambut biru yang telanjang bulat. Entah berapa usia mereka, karena tetek-tetek mereka besar, namun memek mereka hanya ditumbuhi bulu-bulu halus, dengan bibir memek berwarna merah muda. Dan berdarah-darah.
Kontol Raida masih keras, bergantian menghujam dari belakang, masuk ke dalam memek perempuan yang membungkuk dalam-dalam. Dua perempuan lain memegangi perempuan yang membungkuk dari kiri dan kanannya, sehingga ia tidak jatuh selagi Raida dengan bertenaga menekan masuk kontolnya, lalu menarik keluar lagi. Setiap kali ia ditusuk, perempuan itu menjerit kuat-kuat.
Di saat itu, terdengar gemuruh. Para Akirosk berambut merah nampak berlarian masuk ke tengah lapangan.
"MUNDUR!! MUNDUR!! PERGI KE HUTAN!! PERGIIII!!" teriak seorang Akirosk.
Susi segera bangun dari dipan batunya. Tanpa memakai baju, ia terus melayang ke arah Akirosk. Tak lama di belakang si Akirosk itu muncul sesosok mahluk, berkaki dua, bertangan dua, namun mempunyai kepala ikan, dengan mulut besar penuh gigi tajam. Tubuhnya berwarna hijau bertotol-totol kuning, Tangannya memegang sebilah tombak, seperti tulang ikan yang besar sekali, dua meter panjangnya dan berdiameter sebesar tangan anak kecil.
Dengan jurus Peri Air, Susi menghantam mahluk jahat yang baru muncul ini. BRAAAKK! Buah dadanya yang besar berayun setiap kali tangannya mengerahkan pukulan. Mahluk itu tidak bertahan lama, kepalanya hancur berantakan.
Namun sejurus kemudian, muncul puluhan, bahkan ratusan mahluk jahat serupa dari balik pepohonan hutan. Para Akirosk satu demi satu bertumbangan terkena tombak tajam. Mereka terus mengepung Susi yang mengamuk dengan kedua tangan dan kakinya.
Raida datang dengan kekuatan cakra buminya, juga masih bertelanjang bulat seperti Susi. Ia membentuk basis pertahanan yang kuat, seperti perisai, sehingga mahluk-mahluk itu tidak bisa menembus dinding tak terlihat. Susi terus melancarkan pukulannya, setiap kali membunuh satu atau dua mahluk jahat.
Tetapi mahluk-mahluk jahat itu mengalir terus seperti air yang tidak terbendung oleh Susi dan Raida. Mereka terus menyerbu ke desa, membunuhi para Glosk dan Edisk yang tidak berdaya, yang berlarian masuk ke dalam hutan.
Nana terus mengeluarkan senapannya, memasang kartridge persegi di bawahnya. Ia tidak tahu seperti apa nanti -- Nana tidak pernah menggunakan senapan, tapi memakai intuisinya saja. Ia mencoba senapannya, diarahkan ke pohon. Menarik pelatuk.
Tidak terjadi apa-apa.
Duh, bagaimana ini? Nana memperhatikan senapan di tangannya. Ternyata ada saklar kecil di sebelah kiri. Ia menekan saklar itu. Senapan langsung terasa bergetar pelan. Nana mengarahkan lagi senapannya ke pohon. Menarik lagi pelatuknya.
DZIIIIINNNGGGG!!
Diiringi bunyi desingan keras, moncong senapan mengeluarkan seberkas cahaya merah. Pohon yang diarahnya terus berlubang!
Berbekal senapan, Nana meloncat turun, menggunakan jurus naga airnya. Ia mendarat dengan ringan, terus berlari menuju desa Rimba Hijau. Di tengah hutan, beberapa puluh meter di depan ia melihat ada seorang lelaki Glosk yang dikejar mahluk bertombak. Nana mengarahkan senapannya. Cakra mengalir ke mata, ke kepala, dan ke tangannya. Matanya seperti lebih tajam membidik.
DZZIIINNNGG! Sinar merah membelah hutan lebat yang gelap, tepat menghancurkan kepala mahluk itu. Si Glosk dengan kaget memandang ke depan dan ke belakang, tubuh mahluk yang jatuh dengan kepala hancur. Ia terus berlari lagi di antara pepohonan.
Glosk dan Edisk lain bermunculan di belakangnya, juga ada banyak mahluk jahat yang mengejar mereka. Nana mengambil posisi di atas pohon yang banyak cabang, terus mengarahkan senapannya ke kiri dan kanan. Berkat ilmunya, ia bisa mengarahkan dengan cepat dan tepat, hanya sesekali saja meleset. Mahluk-mahluk itu bergelimpangan dengan kepala hancur atau dada bolong.
Sayangnya, senapan itu hanya menembak sebanyak 50 kali. Nana terus melepaskan kartridge, menggantinya dengan kartridge lain. Mulai menembak lagi.
Mahluk-mahluk itu tidak mempunyai akal yang cerdas, mereka mulai ketakutan melihat ada sinar merah turun dari pohon terus membantai. Jadi mereka mulai berhenti dan berbalik badan, tidak lagi mengejar para Glosk dan Edisk.
Melihat itu, Nana terus turun dari pohon dan terus berlari ke arah desa. Ada lebih banyak Glosk dan Edisk yang berlarian masuk ke hutan, dan beberapa mahluk jahat yang hancur ditembak Nana. Ia terus berlari menuju desa.
Perjalanan balik ini menjadi panjang, hampir tiga jam baru Nana sampai di desa Rimba Hijau. Tidak ada lagi mahluk jahat di sana. Banyak orang-orang dengan rambut biru dan ungu dan merah bergelimpangan bersimbah darah.
Di ujung jalan desa, Nana menemukan tubuh telanjang Susi dan Raida bersimbah darah, di antara amat sangat banyak bangkai mahluk jahat, yang mengeluarkan bau amis menyengat. Mati dengan kepala hancur dihantam pukulan dan tendangan.
Nun, mereka sangat banyak. Kedua ibu dan anak itu penuh berlubang oleh serangan tombak. Mengerikan. Menyedihkan. Dengan penuh duka, Nana menutup mata kedua orang itu, yang baru beberapa hari dikenalnya dan mulai disukainya.
Tidak ada tempat yang aman di Kriloga.
Nana terus berbalik berlari ke desa, terus ke rumah pohon. Ia mengambil koper hitam, sambil mengumpulkan para Glosk dan Edisi yang masih hidup. Bersama-sama mereka kembali ke desa.
Jerit dan isak tangis terdengar dimana-mana, mengiringi kengerian pembantaian di hari terkutuk ini. Mereka yang masih hidup terus membakar semua jenazah, termasuk tubuh Susi dan Raida, dengan memberikan sujud sebagai penghormatan terakhir.
Orang-orang itu terus mengumpulkan segala milik mereka, dan memulai perjalanan ke bawah, ke tempat desa kaum manusia di Prefektur Ooki. Tidak ada lagi keamanan di tempat ini.
Nana sendiri terus berbalik ke gua. Ia masih ingin tinggal di sana, tempat yang menyerupai apa yang dikenalnya sebagai rumah.
Satu pertanyaan masih menggantung di benaknya.
Mengapa Clara, Richard, dan lainnya meninggalkan Proyek Gemini?
Padahal semuanya masih berfungsi baik untuk tinggal, bahkan setelah melewati waktu yang entah berapa panjang?