ketok_mejik
Semprot Baru
- Daftar
- 20 Aug 2012
- Post
- 27
- Like diterima
- 5
Sebenarnya aku hanya mau
jalan-jalan saja hari itu. Karena di
rumahku suntuk, akhirnya
kuputuskan untuk jalan-jalan di
hutan sekedar refreshing.
Setelah lama jalan-jalan dan hari
sudah menjelang sore, hutan itu
juga sudah mulai gelap, aku
melihat ada sosok yang sedang
berjalan ke arahku. Makin lama,
semakin jelas ternyata dia
wanita, kutebak umurnya tidak
lebih dari 15 tahun, malah
mungkin kurang karena
tubuhnya masih langsing dan
dadanya juga belum begitu
besar. Dia memakai celana
pendek dan T-shirt.
Ya ampun, pahanya yang putih
itu membuatku menelan ludah.
Pasti dia anak orang kaya yang
sedang berkemah atau
menginap di salah satu villa yang
ada di sekitar hutan ini. Aku
tidak tahu kenapa dia bisa
sampai masuk hutan, sendirian
lagi, yang jelas aku tidak tahan
kalau harus melepaskan
kesempatan yang baik ini,
karena aku kebetulan sudah
lama tidak pernah merasakan
bagaimana nikmatnya tidur
bersama anak di bawah umur.
Aku cepat-cepat merunduk ke
semak-semak yang ada sambil
menunggu dia lewat. Begitu dia
lewat langsung kusergap dari
belakang sambil menutup
mulutnya, soalnya biar sudah
malam tapi kami masih ada di
pinggiran hutan, jadi aku tidak
mau ambil resiko orang-orang
mendengar teriakan anak ini.
Sambil meronta-ronta, kubawa
dia masuk lebih jauh ke tengah
hutan. Kalau sudah masuk di
dalam hutan, aku jamin tidak
ada yang bisa dengar teriakan
dia, soalnya orang-orang di
sekitar situ percaya kalau hutan
itu angker, padahal mereka tidak
tahu kalau ada tempat seukuran
yang agak lapang tempat aku
biasa menyepi. Ketika aku
sampai ke tempat pribadiku, ada
sinar bulan purnama yang
menerangi tempat itu,
kebeneran juga soalnya
sekitarku sudah gelap gulita.
Lepaskan! Lepaskan! Jangan
Om! dia langsung berteriak-
teriak ketika mulutku lepas dari
mulutnya. Om? Enak aja dia
panggil aku Om, langsung saja
aku kepalkan tanganku dan
kupukul keras-keras di perut. Dia
langsung tersungkur ke tanah
sambil memegang perutnya dan
mengerang. Tidak hanya itu,
langsung kutendang
punggungnya sampai dia
berguling-guling menabrak
batang pohon yang sudah
roboh. Setelah itu kutarik
rambutnya yang sebahu sampai
wajahnya dekat dengan
wajahku.
Sekarang dengerin anak kecil!
kataku pelan tapi pasti.
Aku bukan om elo, tapi elo
sebaiknya jangan banyak
tingkah, kalo tidak mau mati!
aku hanya pengen ngajarin elo
kesenengan yang belon pernah
elo dapetin di sekolah elo!
Tau?! Dia hanya menangis
sambil mendorong-dorongku,
tapi tenaganya sudah lemah
gara-gara kutendang tadi.
Jawab ******! bentakku
sambil menampar pipinya
berkali-kali sampai memerah.
Ampuun, ampun! dia menjerit
kesakitan karena tamparanku
tadi. Aku langsung saja tidak
buang waktu, dia langsung
kudorong ke batang kayu roboh
tadi, sambil kutindih,
kutelanjangi dia. Mulai dari T-
shirtnya terus celana pendeknya,
kutarik BH-nya sampai putus.
Terakhir kulepaskan juga celana
dalamnya sekaligus sepatu
dengan kaos kakinya. Akhirnya
dia telanjang bulat sambil
meronta-ronta karena
tangannya kupegangi dengan
tangan kiriku. Wow, kulitnya
benar-benar putih mulus,
dadanya belum begitu besar tapi
sudah membulat, kemaluannya
juga masih jarang rambutnya.
Dia mengerang lemas ketika
kuraba dan remas dadanya.
Hei, lo suka ya! Sabar aja entar
aku tunjukin yang lebih enak!
aku melihat sekelilingku, dan
aku akhirnya menemukan
cabang pohon dengan diameter
sekitar 5 cm. Dia sudah tidak
bisa bergerak karena kesakitan
gara-gara pukulanku, tapi untuk
amannya kupukuli juga perutnya
berkali-kali sampai perutnya
membiru. Dia masih sadar tapi
yang pasti dia tidak mungkin
bisa bergerak untuk lari dariku.
Bersambung
jalan-jalan saja hari itu. Karena di
rumahku suntuk, akhirnya
kuputuskan untuk jalan-jalan di
hutan sekedar refreshing.
Setelah lama jalan-jalan dan hari
sudah menjelang sore, hutan itu
juga sudah mulai gelap, aku
melihat ada sosok yang sedang
berjalan ke arahku. Makin lama,
semakin jelas ternyata dia
wanita, kutebak umurnya tidak
lebih dari 15 tahun, malah
mungkin kurang karena
tubuhnya masih langsing dan
dadanya juga belum begitu
besar. Dia memakai celana
pendek dan T-shirt.
Ya ampun, pahanya yang putih
itu membuatku menelan ludah.
Pasti dia anak orang kaya yang
sedang berkemah atau
menginap di salah satu villa yang
ada di sekitar hutan ini. Aku
tidak tahu kenapa dia bisa
sampai masuk hutan, sendirian
lagi, yang jelas aku tidak tahan
kalau harus melepaskan
kesempatan yang baik ini,
karena aku kebetulan sudah
lama tidak pernah merasakan
bagaimana nikmatnya tidur
bersama anak di bawah umur.
Aku cepat-cepat merunduk ke
semak-semak yang ada sambil
menunggu dia lewat. Begitu dia
lewat langsung kusergap dari
belakang sambil menutup
mulutnya, soalnya biar sudah
malam tapi kami masih ada di
pinggiran hutan, jadi aku tidak
mau ambil resiko orang-orang
mendengar teriakan anak ini.
Sambil meronta-ronta, kubawa
dia masuk lebih jauh ke tengah
hutan. Kalau sudah masuk di
dalam hutan, aku jamin tidak
ada yang bisa dengar teriakan
dia, soalnya orang-orang di
sekitar situ percaya kalau hutan
itu angker, padahal mereka tidak
tahu kalau ada tempat seukuran
yang agak lapang tempat aku
biasa menyepi. Ketika aku
sampai ke tempat pribadiku, ada
sinar bulan purnama yang
menerangi tempat itu,
kebeneran juga soalnya
sekitarku sudah gelap gulita.
Lepaskan! Lepaskan! Jangan
Om! dia langsung berteriak-
teriak ketika mulutku lepas dari
mulutnya. Om? Enak aja dia
panggil aku Om, langsung saja
aku kepalkan tanganku dan
kupukul keras-keras di perut. Dia
langsung tersungkur ke tanah
sambil memegang perutnya dan
mengerang. Tidak hanya itu,
langsung kutendang
punggungnya sampai dia
berguling-guling menabrak
batang pohon yang sudah
roboh. Setelah itu kutarik
rambutnya yang sebahu sampai
wajahnya dekat dengan
wajahku.
Sekarang dengerin anak kecil!
kataku pelan tapi pasti.
Aku bukan om elo, tapi elo
sebaiknya jangan banyak
tingkah, kalo tidak mau mati!
aku hanya pengen ngajarin elo
kesenengan yang belon pernah
elo dapetin di sekolah elo!
Tau?! Dia hanya menangis
sambil mendorong-dorongku,
tapi tenaganya sudah lemah
gara-gara kutendang tadi.
Jawab ******! bentakku
sambil menampar pipinya
berkali-kali sampai memerah.
Ampuun, ampun! dia menjerit
kesakitan karena tamparanku
tadi. Aku langsung saja tidak
buang waktu, dia langsung
kudorong ke batang kayu roboh
tadi, sambil kutindih,
kutelanjangi dia. Mulai dari T-
shirtnya terus celana pendeknya,
kutarik BH-nya sampai putus.
Terakhir kulepaskan juga celana
dalamnya sekaligus sepatu
dengan kaos kakinya. Akhirnya
dia telanjang bulat sambil
meronta-ronta karena
tangannya kupegangi dengan
tangan kiriku. Wow, kulitnya
benar-benar putih mulus,
dadanya belum begitu besar tapi
sudah membulat, kemaluannya
juga masih jarang rambutnya.
Dia mengerang lemas ketika
kuraba dan remas dadanya.
Hei, lo suka ya! Sabar aja entar
aku tunjukin yang lebih enak!
aku melihat sekelilingku, dan
aku akhirnya menemukan
cabang pohon dengan diameter
sekitar 5 cm. Dia sudah tidak
bisa bergerak karena kesakitan
gara-gara pukulanku, tapi untuk
amannya kupukuli juga perutnya
berkali-kali sampai perutnya
membiru. Dia masih sadar tapi
yang pasti dia tidak mungkin
bisa bergerak untuk lari dariku.
Bersambung