Part 40
Rika: Egi…
Rika: Gue… suka sama lo…
Ucap Rika bersamaan dengan air mata yang keluar dari kedua matanya.
Mendengar isi hati Rika yang tercurahkan sekaligus saat itu membuat gue speechless.
Walaupun gue sudah mengetahui bahwa dia suka sama gue sebelumnya, tapi saat mendengarkan langsung itu rasanya beda.
Karena sekedar mengetahui dan merasakan langsung saat mendengar itu adalah dua hal yang berbeda.
Gue bisa merasakan tulusnya perasaan yang disimpan oleh Rika untuk gue selama ini.
Gue juga bisa merasakan betapa menyesalnya Rika atas apa yang telah dia perbuat.
Gue pun bisa merasakan murninya permintaan maaf Rika pada gue.
Sekilas terlintas dalam pikiran untuk memeluk Rika di momen itu untuk menenangkan dirinya. Tapi, gue tau itu tidak boleh dilakukan.
Note by Aradara: ya iyalah,kalo gitu kesempatan lu anjg wkwk.
Gue pun bangkit dari duduk, berlutut di hadapan Rika yang pandangannya mengikuti pergerakan gue.
Gue patting (BUKAN PETTING YA) dan mengelus kepala Rika sembari menatap Rika.
Gue: iya Rika, gue maafin kok.
Ucap gue dengan nada rendah dan suara yang dalam sembari tersenyum pada Rika.
Mata Rika terbuka lebar dan wajahnya memerah. Namun terlihat ada campuran ekspresi kelegaan disana.
Sesaat kemudian kebiasaan Rika kumat lagi, yaitu langsung menunduk, lalu bertingkah seperti anak kecil kalo diliatin seperti itu.
Jujur, setelah mendengar semuanya dari Rika, gue juga merasa lega. Karena kalo ngomong dengan seseorang yang kita tau dia mau ngomong sesuatu ke kita itu rasanya ada yang ganjel juga.
Lalu gue mengulurkan tangan bagaikan pangeran yang hendak mengajak sang putri untuk berdansa. Bedanya adalah, gue mau ngajak balik ke penginapan.
Rika pun menyambutnya, kemudian kita berdiri bersama. Saat itu kita berdua menatap Sunset sesaat.
Dan disaat yang tidak disangka-sangka, Rika mencium pipi gue lalu berkata.
Rika: Egii… makasih yaaa…
Dengan suara khas anak-anaknya, kemudian histeris sendiri dan menutup wajahnya.
Kini mata gue yang terbuka lebar karena kaget, jujur deg-degan juga tiba-tiba dicium begitu.
Waktu itu pengen gue bales sih ciumnya wkwk.
Erin maafin abang yaa pernah mikir gitu. :’(
Kemudian gue melangkah hingga kini berhadapan kembali dengan Rika dan menatap wajahnya.
Rika yang baru saja melepas tangannya dari wajahnya seketika matanya melebar, kemudian memejamkan matanya erat-erat seolah cowok yang disukainya hendak ciuman dengannya.
Dan memang iya, waktu itu gue kepikiran begitu.
Tapi…
Rika: aww!
Gue menyentil lembut kening Rika dan mendekatkan wajah gue padanya.
Gue: hayoo mikir apa barusan??
Rika: hah?? ehh… itu… emmm…
Rika yang kegep oleh gue atas tingkahnya seketika salting.
Gue: pasti mikir itu ya?
Rika: ihh! enggaa!!
Gue: emang “itu” apa? kok jawab “engga”?
Rika langsung speechless yang gue sambut dengan senyuman.
Melihat senyuman kemenangan di wajah gue, Rika akhirnya sadar bahwa dirinya sedang gue isengin.
Gue: udah yuk balik.
Gue: sunsetnya bagus sih, tapi kalo gelap susah pulang.
Gue: liatnya sambil jalan aja.
Gue meraih tangan Rika dan Rika pun menerimanya.
Di tengah perjalanan, untuk pertama kalinya Gue dan Rika bisa ngobrol banyak. Barangkali karena sudah tidak ada yang dipendam lagi dalam hatinya, Rika jadi bisa lancar ngobrol dengan gue.
Di tengah perjalanan, Rika cerita kalo pasca Indah jatuh dari tangga menimpa gue, Indah baper ke Gue. Jadi berantem karena suatu saat Indah cerita ke Rika soal perasaannya ke Gue. Rika yang merasa dikhianati sahabat yang selama ini mendukung dirinya untuk mengungkapkan perasaannya ke Gue jadi marah.
Di tengah perjalanan saat Rika sedang panas-panasnya bercerita soal Indah, gue mampir dulu ke warung membelikan es krim untuk Rika. Sembari makan es krim, panasnya pun mereda dan Rika berencana untuk berbaikan dengan Indah.
Saat sudah dekat rumah, Gue dan Rika bertemu Ardit dan Irfan yang ternyata mencari kita. Setelah itu akhirnya kita sampai di rumah, kemudian Rika dan Indah akhirnya berbaikan. Lalu Gue dengar dari Ardit bahwa Irfan menyerah mendekati Rika setelah melihat bagaimana sikap Rika saat dekat dengan gue.
Bagi Irfan, cewek bisa saja dibikin baper oleh cowok yang mahir. Namun kalo pada dasarnya sudah memberikan hati untuk seseorang, itu percuma. Karena bapernya dan perasaannya itu palsu yang hanya akan menjadi bom waktu di suatu saat nanti.
Yaitu di saat ketika cewek itu menyadari perasaannya sendiri. Dan menjalani hubungan hanya karena sudah terlanjur pacaran atau sudah terlanjur menikah itu tidak akan bahagia.
Bahkan suatu saat hanya akan cenderung untuk mencari yang lain atau mudah tertarik pada yang lain karena kebutuhan akan cinta tidak terpenuhi.
Dan akan terus begitu karena kebutuhan mencari yang asli tidak terpenuhi, sehingga hubungan dan perselingkuhan seolah menjadi infinite loop. Padahal jika bertemu cinta yang aslinya, yaitu yang benar-benar disukai hatinya, maka infinite loop itu akan berhenti.
Begitulah filosofi cinta Irfan yang diceritakan oleh Ardit pada Gue. Bukan untuk pembelaan kepada yang berselingkuh, karena yang selingkuh itu ada yang memang orangnya bejat, tapi ada juga yang karena kebutuhan “cinta asli”nya tidak terpenuhi seperti yang dimaksud oleh Irfan.
Tapi namanya cowok, yang tadinya curhat ke Ardit doang. Tapi begitu tiba tengah malam, tibalah momen Deep Talk.
(Pasti tau kan maksudnya? Cowok-cowok kalo nongkrong itu awalnya main, bercanda, ngomongin cewek atau ga ngapa-ngapain. Eh begitu tengah malem, jadi Deep Talk, ngomongin Politik, arti kehidupan, atau Filosofi hidup masing-masing. Ya kan? Ya kan?? Wkwkwk.)
Dan tema Deep Talk malam itu disampaikan oleh Irfan, yaitu dengan curhat ke cowok-cowok dalam kelompok kita mengenai Filosofi Cintanya yang sudah diceritakan pada Ardit sebelumnya.
Boleh dibilang, curhatan Irfan soal filosofi cintanya itu cukup berpengaruh pada cowok-cowok di kelompok KKN waktu itu. Thanks to Irfan.
Beberapa Hari Kemudian
Rika dan Indah sudah akrab lagi, Irfan sudah sembuh dari sakit hatinya dan sudah tidak curi-curi pandang lagi ke Rika. Harus gue akui, Irfan ini oke juga Healing Factor hatinya wkwk.
Dan bukan sok sembuh, tapi memang beneran sembuh. Irfan juga sadar bahwa perasaan sukanya pada Rika itu hanya sesaat.
Sedangkan Mira, entah bagaimana ceritanya jadi sering melirik ke arah Irfan.
Sikap Rika ke gue pun kini semakin luwes, namun dengan perasaan yang masih sama. Indah pun seperti Irfan, dia sadar bahwa bapernya pada gue karena jatuh dari tangga menimpa Gue itu hanya sesaat.
Dan pemuda sekitar yang sebelumnya dibohongi oleh Ijat, kini jadi percaya bahwa Rika itu pacar Gue karena melihat bagaimana sikap Rika pada Gue yang seperti cewek pada cowoknya.
Pengalaman KKN Paling Membekas
Suatu saat, desa tempat kita KKN mati listrik pada malam hari. Cowok-cowok udah pada tidur, yang cewek-cewek pun sepertinya begitu. Gue yang masih terbangun, ke dapur untuk minum segelas air putih.
Sesaat kemudian terdengar pintu kamar cewek terbuka, ternyata Rika.
Rika: ehh.. Egii..
Sapa Rika pada gue.
Gue menyapa balik dengan tersenyum, senyuman gue pasti kelihatan karena lampu darurat yang gue bawa ke dapur.
Rika: kok belum tidur Gi? abis telponan yah?
Tanya Rika tanpa beban. Gue paham sih maksudnya telponan sama Erin. Tapi gue seneng juga Rika ngomong begitu sudah tanpa beban karena kini sudah lega.
Gue: engga, lagi ga bisa tidur aja.
Rika: hmmm… Egii…
Rika: tungguin Gue sebentar yah..
Gue: hmm?? keman… (ohh)
Baru ngeh, maksudnya minta temenin ke kamar mandi yang letaknya di dapur.
Gue: ohh iya iyaa..
Rika tersenyum karena akhirnya Gue peka akan maksudnya.
Karena di dapur ga ada yang bisa di duduki, maka gue pun bersandar di samping pintu kamar mandi.
Beberapa saat kemudian,
“hhuuuuu…. hu.. hu.. hu..”
Terdengar suara lirih perempuan menangis seperti Witch di L4D.
GUE SADAR BETUL ITU BUKAN SUARA RIKA.
DAN GUE SADAR BETUL ITU BUKAN SUARA CEWEK KELOMPOK KITA.
KENAPA?
KARENA ARAHNYA DARI TANAH KOSONG DI BELAKANG PENGINAPAN
DAN POSISINYA TEPAT DI BELAKANG DAPUR.
Sesaat kemudian Rika keluar dari kamar mandi dan langsung memeluk Gue.
Rika: Egiiiiiiiiii…..!
Suara Rika rendah namun terdengar jelas pelan yang memekik.
Gue: ssshhhh…
Gue memeluk balik Rika dan mengelus lembut punggungnya untuk menenangkannya.
Beberapa kali elusan gue baru sadar…
Gue dalem hati: ehh… kok kayak kulit ya yang gue elus..
Kemudian gue teringat pandangan singkat yang sebelumnya gue saksikan, pandangan singkat yang seketika dilupakan sejenak karena suatu keadaan.
RIKA KELUAR KAMAR MANDI DALAM KEADAAN . . .
Rika: Egi…
Rika: Gue… suka sama lo…
Ucap Rika bersamaan dengan air mata yang keluar dari kedua matanya.
Mendengar isi hati Rika yang tercurahkan sekaligus saat itu membuat gue speechless.
Walaupun gue sudah mengetahui bahwa dia suka sama gue sebelumnya, tapi saat mendengarkan langsung itu rasanya beda.
Karena sekedar mengetahui dan merasakan langsung saat mendengar itu adalah dua hal yang berbeda.
Gue bisa merasakan tulusnya perasaan yang disimpan oleh Rika untuk gue selama ini.
Gue juga bisa merasakan betapa menyesalnya Rika atas apa yang telah dia perbuat.
Gue pun bisa merasakan murninya permintaan maaf Rika pada gue.
Sekilas terlintas dalam pikiran untuk memeluk Rika di momen itu untuk menenangkan dirinya. Tapi, gue tau itu tidak boleh dilakukan.
Note by Aradara: ya iyalah,kalo gitu kesempatan lu anjg wkwk.
Gue pun bangkit dari duduk, berlutut di hadapan Rika yang pandangannya mengikuti pergerakan gue.
Gue patting (BUKAN PETTING YA) dan mengelus kepala Rika sembari menatap Rika.
Gue: iya Rika, gue maafin kok.
Ucap gue dengan nada rendah dan suara yang dalam sembari tersenyum pada Rika.
Mata Rika terbuka lebar dan wajahnya memerah. Namun terlihat ada campuran ekspresi kelegaan disana.
Sesaat kemudian kebiasaan Rika kumat lagi, yaitu langsung menunduk, lalu bertingkah seperti anak kecil kalo diliatin seperti itu.
Jujur, setelah mendengar semuanya dari Rika, gue juga merasa lega. Karena kalo ngomong dengan seseorang yang kita tau dia mau ngomong sesuatu ke kita itu rasanya ada yang ganjel juga.
Lalu gue mengulurkan tangan bagaikan pangeran yang hendak mengajak sang putri untuk berdansa. Bedanya adalah, gue mau ngajak balik ke penginapan.
Rika pun menyambutnya, kemudian kita berdiri bersama. Saat itu kita berdua menatap Sunset sesaat.
Dan disaat yang tidak disangka-sangka, Rika mencium pipi gue lalu berkata.
Rika: Egii… makasih yaaa…
Dengan suara khas anak-anaknya, kemudian histeris sendiri dan menutup wajahnya.
Kini mata gue yang terbuka lebar karena kaget, jujur deg-degan juga tiba-tiba dicium begitu.
Waktu itu pengen gue bales sih ciumnya wkwk.
Erin maafin abang yaa pernah mikir gitu. :’(
Kemudian gue melangkah hingga kini berhadapan kembali dengan Rika dan menatap wajahnya.
Rika yang baru saja melepas tangannya dari wajahnya seketika matanya melebar, kemudian memejamkan matanya erat-erat seolah cowok yang disukainya hendak ciuman dengannya.
Dan memang iya, waktu itu gue kepikiran begitu.
Tapi…
Rika: aww!
Gue menyentil lembut kening Rika dan mendekatkan wajah gue padanya.
Gue: hayoo mikir apa barusan??
Rika: hah?? ehh… itu… emmm…
Rika yang kegep oleh gue atas tingkahnya seketika salting.
Gue: pasti mikir itu ya?
Rika: ihh! enggaa!!
Gue: emang “itu” apa? kok jawab “engga”?
Rika langsung speechless yang gue sambut dengan senyuman.
Melihat senyuman kemenangan di wajah gue, Rika akhirnya sadar bahwa dirinya sedang gue isengin.
Gue: udah yuk balik.
Gue: sunsetnya bagus sih, tapi kalo gelap susah pulang.
Gue: liatnya sambil jalan aja.
Gue meraih tangan Rika dan Rika pun menerimanya.
Di tengah perjalanan, untuk pertama kalinya Gue dan Rika bisa ngobrol banyak. Barangkali karena sudah tidak ada yang dipendam lagi dalam hatinya, Rika jadi bisa lancar ngobrol dengan gue.
Di tengah perjalanan, Rika cerita kalo pasca Indah jatuh dari tangga menimpa gue, Indah baper ke Gue. Jadi berantem karena suatu saat Indah cerita ke Rika soal perasaannya ke Gue. Rika yang merasa dikhianati sahabat yang selama ini mendukung dirinya untuk mengungkapkan perasaannya ke Gue jadi marah.
Di tengah perjalanan saat Rika sedang panas-panasnya bercerita soal Indah, gue mampir dulu ke warung membelikan es krim untuk Rika. Sembari makan es krim, panasnya pun mereda dan Rika berencana untuk berbaikan dengan Indah.
Saat sudah dekat rumah, Gue dan Rika bertemu Ardit dan Irfan yang ternyata mencari kita. Setelah itu akhirnya kita sampai di rumah, kemudian Rika dan Indah akhirnya berbaikan. Lalu Gue dengar dari Ardit bahwa Irfan menyerah mendekati Rika setelah melihat bagaimana sikap Rika saat dekat dengan gue.
Bagi Irfan, cewek bisa saja dibikin baper oleh cowok yang mahir. Namun kalo pada dasarnya sudah memberikan hati untuk seseorang, itu percuma. Karena bapernya dan perasaannya itu palsu yang hanya akan menjadi bom waktu di suatu saat nanti.
Yaitu di saat ketika cewek itu menyadari perasaannya sendiri. Dan menjalani hubungan hanya karena sudah terlanjur pacaran atau sudah terlanjur menikah itu tidak akan bahagia.
Bahkan suatu saat hanya akan cenderung untuk mencari yang lain atau mudah tertarik pada yang lain karena kebutuhan akan cinta tidak terpenuhi.
Dan akan terus begitu karena kebutuhan mencari yang asli tidak terpenuhi, sehingga hubungan dan perselingkuhan seolah menjadi infinite loop. Padahal jika bertemu cinta yang aslinya, yaitu yang benar-benar disukai hatinya, maka infinite loop itu akan berhenti.
Begitulah filosofi cinta Irfan yang diceritakan oleh Ardit pada Gue. Bukan untuk pembelaan kepada yang berselingkuh, karena yang selingkuh itu ada yang memang orangnya bejat, tapi ada juga yang karena kebutuhan “cinta asli”nya tidak terpenuhi seperti yang dimaksud oleh Irfan.
Tapi namanya cowok, yang tadinya curhat ke Ardit doang. Tapi begitu tiba tengah malam, tibalah momen Deep Talk.
(Pasti tau kan maksudnya? Cowok-cowok kalo nongkrong itu awalnya main, bercanda, ngomongin cewek atau ga ngapa-ngapain. Eh begitu tengah malem, jadi Deep Talk, ngomongin Politik, arti kehidupan, atau Filosofi hidup masing-masing. Ya kan? Ya kan?? Wkwkwk.)
Dan tema Deep Talk malam itu disampaikan oleh Irfan, yaitu dengan curhat ke cowok-cowok dalam kelompok kita mengenai Filosofi Cintanya yang sudah diceritakan pada Ardit sebelumnya.
Boleh dibilang, curhatan Irfan soal filosofi cintanya itu cukup berpengaruh pada cowok-cowok di kelompok KKN waktu itu. Thanks to Irfan.
Beberapa Hari Kemudian
Rika dan Indah sudah akrab lagi, Irfan sudah sembuh dari sakit hatinya dan sudah tidak curi-curi pandang lagi ke Rika. Harus gue akui, Irfan ini oke juga Healing Factor hatinya wkwk.
Dan bukan sok sembuh, tapi memang beneran sembuh. Irfan juga sadar bahwa perasaan sukanya pada Rika itu hanya sesaat.
Sedangkan Mira, entah bagaimana ceritanya jadi sering melirik ke arah Irfan.
Sikap Rika ke gue pun kini semakin luwes, namun dengan perasaan yang masih sama. Indah pun seperti Irfan, dia sadar bahwa bapernya pada gue karena jatuh dari tangga menimpa Gue itu hanya sesaat.
Dan pemuda sekitar yang sebelumnya dibohongi oleh Ijat, kini jadi percaya bahwa Rika itu pacar Gue karena melihat bagaimana sikap Rika pada Gue yang seperti cewek pada cowoknya.
Pengalaman KKN Paling Membekas
Suatu saat, desa tempat kita KKN mati listrik pada malam hari. Cowok-cowok udah pada tidur, yang cewek-cewek pun sepertinya begitu. Gue yang masih terbangun, ke dapur untuk minum segelas air putih.
Sesaat kemudian terdengar pintu kamar cewek terbuka, ternyata Rika.
Rika: ehh.. Egii..
Sapa Rika pada gue.
Gue menyapa balik dengan tersenyum, senyuman gue pasti kelihatan karena lampu darurat yang gue bawa ke dapur.
Rika: kok belum tidur Gi? abis telponan yah?
Tanya Rika tanpa beban. Gue paham sih maksudnya telponan sama Erin. Tapi gue seneng juga Rika ngomong begitu sudah tanpa beban karena kini sudah lega.
Gue: engga, lagi ga bisa tidur aja.
Rika: hmmm… Egii…
Rika: tungguin Gue sebentar yah..
Gue: hmm?? keman… (ohh)
Baru ngeh, maksudnya minta temenin ke kamar mandi yang letaknya di dapur.
Gue: ohh iya iyaa..
Rika tersenyum karena akhirnya Gue peka akan maksudnya.
Karena di dapur ga ada yang bisa di duduki, maka gue pun bersandar di samping pintu kamar mandi.
Beberapa saat kemudian,
“hhuuuuu…. hu.. hu.. hu..”
Terdengar suara lirih perempuan menangis seperti Witch di L4D.
GUE SADAR BETUL ITU BUKAN SUARA RIKA.
DAN GUE SADAR BETUL ITU BUKAN SUARA CEWEK KELOMPOK KITA.
KENAPA?
KARENA ARAHNYA DARI TANAH KOSONG DI BELAKANG PENGINAPAN
DAN POSISINYA TEPAT DI BELAKANG DAPUR.
Sesaat kemudian Rika keluar dari kamar mandi dan langsung memeluk Gue.
Rika: Egiiiiiiiiii…..!
Suara Rika rendah namun terdengar jelas pelan yang memekik.
Gue: ssshhhh…
Gue memeluk balik Rika dan mengelus lembut punggungnya untuk menenangkannya.
Beberapa kali elusan gue baru sadar…
Gue dalem hati: ehh… kok kayak kulit ya yang gue elus..
Kemudian gue teringat pandangan singkat yang sebelumnya gue saksikan, pandangan singkat yang seketika dilupakan sejenak karena suatu keadaan.
RIKA KELUAR KAMAR MANDI DALAM KEADAAN . . .
no quote