Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Terimakasih untuk update Part 42nya hu.
Dari judulnya saja sudah jelas, Gigolo.
Jadi isinya pasti soal sex seorang gigolo dengan
klien2nya. Untuk yang mengharapkan konflik dsb.,
mendingan nonton drakor deh. Biar puas.
wakakaaka


ya kalo ngga
pada ngarang sendiri aja coy yg penuh konflik.


tinggal baca dan ngaceng aja pada ribett sih ah

hikhikhik
 
Part 42



T
ubuhku masih bercucuran keringat. Begitu pula Bu Aryati. Karena itu kuajak Bu Aryati mandi bareng.

Lalu kami masuk ke dalam kamar mandi dalam keadaan masih sama - sama telanjang.

“Sep, punya pisau silet ?” tanyanya ketika aku baru mau memutar keran shower.

“Buat cukur apa ?”

“Mau bersihin jembut dan bulu ketek. “

“Kenapa dicukur ?”

“Pengen bersihin aja. Kalau Asep udah tua sih takkan dicukur. Tapi karena Asep masih sangat muda, aku jadi malu sendiri, jembutku lebat begini. “

“Itu ada silet - silet baru di lemari kaca kecil itu. Pisau cukur electric juga ada. “

“Pakai silet biasa aja deh, “ sahut Bu Aryati.

“Shaving cream-nya juga ada Bu. Pakai aja, “ kataku sambil memutar keran shower air panas.

Maka air hangat pun memancar dari atas kepalaku, membuat kepala dan sekujur tubuhku basah kuyup.

Ketika aku menyabuni sekujur tubuhku berikut sela - sela yang tersembunyi, kulihat Bu Aryati sudah melumuri jembut lebatnya dengan shaving cream. Kemudian mencukur jembutnya dengan shaving blade bertangkai plastik kuning itu dengan telitinya. Seolah tak mau ada rambut keriting yang tersisa sehelai pun.

Ketiaknya pun tak ketinggalan, dicukurnya sampai benar - benar bersih.

Ketika aku sedang membilas busa dan air sabun dengan pancaran air shower, Bu Aryati sudah selesai mencukur habis jembut lebat dan bulu ketiaknya. Lalu ia menghampiriku sambil tersenyum - senyum. Dan aku seolah menemukan memek baru di bawah perut Bu Aryati.

“Jadi ada memek baru, “ ucapku sambil mengusap - usap memek Bu Aryati yang sudah gundul itu.

“Asep pasti lebih suka plontos gini ya ?” tanyanya sambil berdiri di bawah pancaran air shower.

“Yang gondrong dan yang gundul punya keistimewaan masing - masing, “ sahutku, “Kalau gondrong, seperti menyimpan misteri. Kalau gundul, enak jilatinnya. Hihihiiii ... “ sahutku sambil mendekap tubuh telanjang Bu Aryati dari belakang,

Bu Aryati seperti diingatkan pada sesuatu. Bahwa di dalam mobil ia seperti mau mengoralku, tapi keburu sampai di hotelku. Maka kini ia berjongkok di depan kakiku untuk menjilati dan mengulum kontolku.

Spontan kontolku ngaceng lagi. Karena Bu Aryati memang sangat trampil menyelomoti dan mengurut - urut kontolku.

Lalu wanita itu berdiri menghadap ke washtafel dan membungkuk sambil berpegangan pada meja washtafel yang terbuat dari batu marmer itu. Aku yang baru selesai mandi, tidak menyia - nyiakan kesempatan ini. Memek plontos Bu Aryati yang tampak full dari belakang ini membuat nafsu birahiku menggelegak lagi. Lalu kungangakan memek yang sudah kelihatan bentuk asliknya itu. Dan kubenamkan lagi kontolku sambil berpegangan pada kedua sisi pantatnya yang tidak segede bokong Bu Arini, tapi bentuknya sangat indah dan proporsional ini.

Terkadang tanganku menjulur ke depan dan ke bawah, untuk menangkap sepasang toket gede yang bergelantungan di dadanya. Untuk meremas sepuasnya.

Karena tidak ada permintaan aku tidak menepuk - nepuk pantatnya. Aku hanya mengusap usapnya sambil menggencarkan entotanku.

“Asep ... ooooh ... Seeep ... kok digenjot sama kamu ... dalam posisi apa pun enak terus Seeep ... “ rengekan Bu Arini mulai terdengar.

“Baru aku mau bilang, memek Ibu ini legit dan pulen banget ... selalu enak rasanya, “ sahutku tanpa menghentikan entotanku. Namun tanganku mulai berusaha mencari sesuatu di daerah kemaluan Bu Aryati. Mencari kelentitnya ... !

Dan setelah menemukannya, aku jadi punya keasyikan tersendiri. Mengentot liang memek Bu Aryati sambil menggerak - gderakkan ujung jariku di permukaan kelentitnya.

“Dudududuuuuuh ... Aseeeep ... kamu tau aja yaaa ... oooohhh ... Seeeep ... ooooooh ... kalau itilku sudah dielus - elus begini, pasti aku gak bisa nahan ... Seeep ... ooooooh ... Seeeep ... Seeeep .... “

Memang benar. Baru beberapa menit aku memainkan kelentitnya, Bu Aryati mulai melenggak - lenggok. Lalu kedua kakinya mengejang. Dan ... ia duluan mencapai orgasmenya. Sementara aku belum apa - apa.

Namun hebatnya Bu Aryati tidak terkulai lemas. Dia malah menunjuk ke meja marmer yang menyangga bak washtafel. “Aku mau duduk di situ ya, “ ucapnya.

“Iya, “ sahutku sambil mencabut kontolku dari liang memek legitnya.

Lalu Bu Aryati naik ke atas meja marmer itu. Lalu duduk di pinggirannya, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai.

Aku berdiri di lantai kamar mandi sambil menghadap ke arah memek Bu Aryati yang sudah digunduli itu. Dengan mudahnya aku bisa membenamkan kembali kontolku ke dalam liang memek Bu Aryati yang baru mengalami orgasme itu.

Sambil memegang sepasang toket gede itu aku mulai melancarkan entotanku. Dan ketika entotanku sudah lancar, aku tak cuma memegangnya, melainkan meremas sepasang toket gede yang masih pepal, sama sekali belum kendor.

Bibirku pun dipagutnya, sehingga kusambut dengan lumatan hangat, dibalas dengan lumatan lagi. Sepasasng tanganku pun tidak meremas toketnya lagi, karena lebih asyik mendekap pinggang Bu Aryati sambil saling lumat bibir, sementara entotanku semakin lancar menggenjot liang memek legitnya.

Mungkin inilah ciuman dan saling lumat bibir yang terlama di sepanjang kehidupanku. Lebih dari 10 menit aku saling lumat bibir dengan Bu Aryati, sementara kontolku tetap lancar mengentot liang memek legitnya.

Saking nikmatnya ngewe Bu Aryati dalam posisi yang sangat romantis ini, perasaanku pun terbawa hanyut. Nafsu birahiku dimanjakan oleh keindahan dan kenikmatan. Akibatnya ... aku tak kuasa lagi menahannya. Lalu kudesakkan kontolku sedalam mungkin, sampai menyundul dan mendorong dasar liang memek Bu Aryati. Tanpa sadar aku menjambak rambut panjang Bu Aryati, sementara kontolku mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku ... !

Crettttt .... crooooooooooooottttttttt ... crooooooooooooooooottttttt ... crettttcrettttttttttttttttt ... crooooooooooooooooooooooooooooooottttttttttttttttttttttttttttt .... !

“Akhirnya bucat juga ya ?” cetus Bu Aryati sambil menciumi sepasang pipiku.

“Iya ... jujur, memek Ibu terlalu enak buatku, “ sahutku sambil menarik kontolku sampai terlepas dari liang memek Bu Aryati.

“Hmmm ... sukurlah kalau kamu suka sama memekku sih, “ uca Bu Aryati sambil turun dari meja marmer itu, “Sekarang mau lanjutin mandi. “

Lalu Bu Aryati melangkah ke bawah shower. Memutar keran air panas. Dan air shower pun memancar dari atas kepalanya.

Aku pun berdiri di dekat Bu Aryati, untuk membersihkan kembali badanku, terutama untuk membersihkan kontolku yang berlepotan lendir.

Setelah sama - sama menghanduki badan masing - masing, kubuka lemari kaca yang isinya handuk dan kimono baru semua.

“Ini ada kimono buat tidur Bu. Silakan aja pilih sendiri, “ kataku sambil mengambil kimono putih yang terbuat dari bahan handuk. Lalu mengenakannya.

Bu Aryati memilih kimono yang terbuat dari bahan satin berwarna hitam polos. Lalu mengenakannya juga.

“Kita jadi lapar ya, “ ucapku setelah keluar dari kamar mandi.

“Iya, “ sahut Bu Aryati sambil tersenyum. Hmm ... aku jadi menyadari sesuatu. Bahwa kalau sedang tersenyum, Bu Aryati lebih cantik daripada Bu Arini. Kalau masalah keseksiannya, tak diragukan lagi, Bu Aryati itu jauh lebih seksi daripada adiknya. Juga rasa memeknya, jauh lebih legit dan pulen daripada memek Bu Arini.

“Kita makan di sini aja ya, biar gak usah ganti baju lagi, “ kataku sambil mengangkat gagang telepon lalu memijat nomor kitchen, “Ibu mau makan apa ?”

“Kalau ada sih sop buntut aja, “ sahutnya.

Terdengar suara dari kitchen, “Selamat malam Big Boss. “

“Malam. Masih ada sop buntut ?” tanyaku.

“Masih Big Boss. “

“Bikin nasi goreng seafood satu, sop buntut dan nasinya satu. “

“Siap Big Boss. Maaf, minumnya apa ?”

Aku menoleh ke arah Bu Aryati, “Mau minum apa Bu ?”

“Coffee late aja, “ sahutnya.

Lalu aku ngomong di dekat gagang telepon lagi, “Minumnya satu coffee late, satu lomon juice panas. Antarkan ke kamarku ya. “

“Siap Big Boss. “

Setelah meletakkan kembali gagang telepon, kuhampiri Bu Aryati yang sedang duduk di sofa. Lalu aku duduk di samping kanannya.

Lalu aku berbisik ke telinga wanita 32 tahunan itu, “Abis makan kita ewean lagi ya. “

Bu Aryati ketawa cekikikan, “Hihihiiiii ... emangnya belum kenyang juga ?”

“Belum, “ sahutku, “Memek Ibu enak sekali sih. Jadi ketagihan. Masih kuat wikwik lagi ?”

“Perempuan sih bagaimana lelakinya aja. Karena perempuan kan gak usah ngaceng dulu. Diembat sepuluh kali semalam juga bisa. “

Tiba - tiba akju teringat Bu Arini. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada Bu Aryati. Lalu tanyaku, “Bu Arini itu sudah punya pacar ?”

“Sudah, “ sahut Bju Aryati, “Pacarnya sesama guru juga. Mungkin tiga bulan lagi juga mereka menikah. Emang kenapa ?”

“Gak, “ sahutku sambil berusaha menenangkan diriku sendiri, “Cuma ingin tau aja. “

Hmmm ... jadi ternyata Bu Arini seperti itu. Sudah punya calon suami yang sesama guru. Lalu mengapa Bu Arini menyerahkan memeknya padaku ? Apakah Bu Arini terpikat juga olehku dan ingin merasakan fresh-nya kontol muda belia ? Entahlah.

Pantesan saja Bu Arini bersikeras tidak bisa menjalin hubungan serius dan sah bersamaku. Alasannya karena malu kalau menikah dengan bekas muridnya (padahal aku juga tidak berniat menikah secara sah dengannya). Ternyata karena dia sudah punya calon suami.

Lalu dia menawarkan adiknya atau kakaknya untuk berhubungan secara serius denganku. Dan kini aku sudah mendapatkan kakaknya. Sementara adiknya (Nuke) masih kupikirkan kelanjutannya. Karena kalau hubungan serius menuju ke pelaminan, aku sudah banyak calonnya. Bahkan jumlah calon istriku sudah mewati batas yang telah ditentukan oleh agamaku. Ada Hui Ying, ada Anggraeni, ada Tina, ada Tini, ada Dheaku dan ada Gabby Gabriela. Dan aku hanya bisa memilih empat orang di antara mereka semua. Berarti ada dua yang harus kureject atau hanya kunikahi secara siri.

Tak lama kemudian makanan dan minuman pesananku datang. Semuanya dihidangkan di atas meja makan. Setelah pelayan berlalu, aku dan Bu Aryati menyantap makanan yang sudah dihidangkan.

“Jam segini rumah makan di depan sudah tutup. Jadi ini makanan seadanya dari kitchen hotel, “ kataku.

“Segini juga sudah bagus, “ kata Bu Aryati yang duduk di kursi yang berdampingan dengan kursiku, “Yang membuat semua serba lezat, karena aku sedang seorang lelaki muda yang tampan dan mulai kugilai. “

Sebagai jawaban, kukecup pipi kanan Bu Aryati. Lalu melanjutkan makan lagi.

“Jujur ... aku belum pernah merasakan sebahagia seperti saat ini, “ kata Bu Aryati dengan nada serius. “Makanya aku sih dijadikan simpananmu juga mau Sep. “

“Hamil di luar nikah mau ?” tanyaku.

“Mau aja, asalkan Asep yang menghamiliku. “

“Kebayang kalau Bu Yati hamil ... perutnya buncit ... pasti semakin seksi di mataku. “

“Ya udah, hamili aja aku. Asalkan aku disimpan di tempat yang aman. Maksudku di tempat yang tetangganya gak pada usil. “

Aku terdiam. Namun hatiku sedang bicara. Bahwa sejujurnya Bu Aryati ini punya nilai plus di hatiku. Sehingga aku pun punya keinginan untuk meletakkan wanita super seksi itu sebagai simpananku. Karena aku sudah bisa membayangkan, bahwa Bu Aryati bisa kujadikan “obat” manakala diriku sedang dilanda kejenuhan.

Dan ketika aku sedang menyantap makan malamku ini, diam - diam kontolku mulai bangun. Mulai menuntut “sesuatu” yang sangat enak rasanya.

Hal ini adalah bukti bahwa Bu Aryati punya nilai plus di hatiku. Bahwa setelah aku ngecrot dua kali di dalam memeknya, sekarang aku sudah kepengen ngentot memeknya lagi ... !

Bu Aryati memiliki aura birahi yang sangat kuat. Dan aku yakin, sampai kapan pun aku takkan bosan mengentot memek Bu Aryati yang bibir luarnya tebal sekali itu.

Lalu aku teringat pada dua rumah kembar yang sudah kubeli seminggu yang lalu dari orang - orang bule yang akan dipindahtugaskan ke negara lain. Kedua rumah itu terletak di kompleks perumahan elit dan lengkap dengan segala perabotannya.

Kedua rumah itu kubeli dengan harga yang sangat murah. Tadinya aku bermaksud akan menjualnya kembali. Tapi setelah aku mendapatkan kakaknya Bu Arini ini, apa salahnya kalau kusimpan Bu Aryati di salah satu rumah yang sangat layak itu ?

Aku harus memikirkannya nanti.

Yang jelas, setelah selesai makan malam, aku dan Bu Aryati rebahan di atas bed, sambil nonton bokep di laptopku, hasil download dari internet.

Ternyata Bu Aryati cepat juga terangsang oleh adegan sepasang bule yang sedang main 69 itu. Sehingga baru juga 5 menit video itu diputar, Bu Aryati langsung memegang kontolku. Saat itu baik aku mau pun Bu Aryati sama - sama tidak mengenakan celana dalam di balik kimono yang kami pakai.

Ikatan tali kimonoku sudah dibuka, sehingga Bu Aryati leluasa untuk menjilati kontolku. Lalu dimasukkan ke dalam mulutnya. Dan mulai menyelomoti kontolku dengan lincahnya.

Namun sesaat kemudian aku memegangi kedua bahu Bu Aryati. “Kita main enam-sembilan aja seperti mereka, “ ucapku sambil menunjuk ke layar laptopku.

“Ayo deh ... sapa tatut ?” sahut Bu Aryati sambil menanggalkan kimononya. Lalu merayap ke atas tubuhku dengan posisi sungsang. Wajahnya berada di atas kontolku, sementara wajahku di bawah memeknya yang ternganga kemerahan itu.

Sambil menelungkup di atas perutku, Bu Aryati mulai mengulum dan menyelomoti kontolku. Sementara aku pun mulai menarik bokong Bu Aryati agar mulutku berdekatan dengan memek gundul yang sudah merekah kemerahan itu.

Lalu dengan lahap aku pun mulai menjilati memek Bu Aryati yang masih tercium harum sabun cair ini. Bu Aryati juga semakin lahap menyelomoti kontolku, dibantu dengan kedua tangannya untuk mengocok batang kontolku yang tidak termasukkan ke dalam mulutnya.

Ketika aku semakin lahap menjilati memeknya, pantat Bu Aryati terasa mengejut - ngejut. Mungkin karena sedang menahan rasa geli - geli enaknya jilatanku. Terlebih ketika ujung jari tanganku “ikut campur” untuk mengelus - elus kelentitnya ... semakin “bergitek - gitek” jugalah pantat yang bentuknya proporsional itu.

Belasan menit kami melakukan posisi 69 ini. Sampai akhirnya Bu Aryati “menyerah”. Lalu ia merangkak dan menunggingkan bokongnya. “Ayo entot pakai kontol lagi aja Sep, “ katanya sambil menepuk - nepuk pantatnya yang indah dipandang mata itu.

Tanpa buang - buang waktu aku pun berlutut di depan pantat menggiurkan itu, sambil meletakkan kepala kontolku di mulut memek Bu Aryati yang sudah semakin merekah dan basah itu.

Dengan mudahnya aku bisa membenamkan kontolku ke dalam liang memek Bu Aryati ... blesssssssskkkk .... amblas sampai mentok di dasar liang memeknya. “Duuuuuh ... kontolmu sampai nabrak dasar liang memekku Sep. Saking panjangnyaaa ... “ rintih Bu Aryati.

Lalu mulailah kuentot liang memek yang senantiasa legit ini. Dengan segenap gairah dan nafsu birahiku. Biasanya dalam posisi doggy ini ada beberapa wanita yang minta dikemplagi pantatnya sampai mereh padam seperti bekas kerokan. Tapi karena Bu Aryati tidak memintanya, aku pun tak mau melakukannya. Supaya telapak tanganku tidak panas. Cukup dengan mengusap - usapnya saja.

Namun seperti biasa, tanganku meraba - raba di seputar perutnya, lalu kuturunkan ke bawah, untuk mencari cari kelentitnya. Karena memek Bu Aryati sudah dicukur bersih, dengan mudah aku menemukan kelentitnya.

Maka sambil tetap mengentot liang memek legitnya, aku pun mulai melengkapinya dengan mengelus - elus kelentitnya dengan ujung jariku.

Rintihan - rintihan histeris Bu Aryati pun mulai berkumandang lagi di kamar pribadiku ini. “Dudududuuuuu ... Aseeep ... enaaaak ... mainkan terus itilku Seeeeep ... enaakkkk .... itilnya elusin terusssss ... itilnya ... iiitiiiiilnyaaaaaaaa ... iyaaaa ... iyaaaa ... iyaaaa ... iyaaaaaa ... elus terus itilkuuuu .... itiiiillllkuuuu ... iyaaaaaaaa ... aaaaaah ... aaaaaaa ... aaaaaaaaaaahhhhhh .... entot terus Seeep ... entooooot ... entooooooooooooootttttttt ... aaaa ... aaakuuu udaaaah maju lepas lagiiiiii ... aaaawwwww ... leppppaaaassssssss Seeeeeeppppp .... “

Bu Aryati tersungkur dan terkapar seperti kodok terlindas mobil. Kontolku pun sudah terlepas dari cengkraman memek legitnya.

Namun itulah keistimewaan Bu Aryati. Hanya 2-3 detik ia terkapar dalam keadaan tengkurap. Lalu ia menelentang sambil menepuk - nepuk memeknya yang sudah bersih dari jembut itu, sambil berkata, “Ayo deh ... masukin lagi kontolmu ... aku udah siap diewe lagi sepuasmu. Hihihihiiiii ... “

Aku pun spontan menanggapi ajakannya. Sambil menelungkupi perut dan dadanya, kubenamkan kembali kontolku ke dalam liang memek legit dan pulennya.

Memang Bu Aryati ini punya keistimewaan. Makanya kukatakan bahwa dia memiliki nilai plus di hatiku. Ketika aku mulai mengentotnya kembali, nilai plus itu terasa lagi olehku. Bahwa dia baru saja orgasme. Maka wajar saja kalau liang memeknya jadi basah. Tapi basahnya liang memek Bu Aryati ini bukan basah becek. Liang memeknya tetap legit dan mencengkram.

Karena itu aku sangat bersemangat untuk mengentot Bu Aryati yang sudah berkali - kali orgasme tapi masih tetap tahan meladeni entotanku dalam posisi missionary ini. Malah ketika aku mulai menggencarkan entotanku, Bu Aryati pun mulai bergoyang pantat lagi dengan lincahnya.

Aku pun mulai melengkapi entotanku dengan aksi tangan dan mulutku. Bahwa aku mulai menjilati leher jenjangnya diiringi gigitan - gigitan kecil sementara tangan kiriku meremas - remas toket kanannya.

Mulailah ia merintih - rintih histeris lagi. “Ouwhhhh ... Aseeeep ... dalam posisi apa pun kontolmu memang luar biasa ... membuatku semakin tergila - gila padamu Seeep ... oooohhhh ... Aseeeeeppp ! Ufff ... “ Bu Aryati menutup mulutnya dengan gtelapak tangannya sendiri. Seperti kaget karena waktu menyebutkan namaku, ia berteriak ... bukan cuma merintih biasa lagi.

“Di dalam kamar ini Bu Yati bebas berteriak, karena kamar ini kedap suara. Berteriak setinggi langit pun takkan terdengar ke luar. Aku cobain ya, oooooooooiiiii ! Urang keur ewean yeuh !! Ewean teh ngeunah euuuuy !!! Ewean jeung Bu Yati teh ngeunah pisaaaaaaaan !!!” teriakku sekeras mungkin.

Bu Aryati melotot dan ternganga. Tapi lalu ia melanjutkan geolan - geolan pantatnya. Sambil tersenyum - senyum.

Namun pada suatu saat, ketika tangannya terangkat ke dekat kepalanya, kuserudukkan mulutku ke ketiaknya yang bersih dari bulu ketek. Dengan lahap kujilati ketiaknya yang tidak berbau sedikit pun itu. Padahal jelas dia tidak menggunakan parfum sedikit pun. Ini juga nilai plus bagiku. Sehingga aku semakin lahap menjilati ketiak kanannya, lalu pindah ke ketiak kirinya. Disertai dengan isapan - isapan sekuat mungkin.

Sehingga tubuh Bu Aryati melenggak - lenggok, seperti ular terinjak kepalanya. Dan aku semakin gencar mengentotnya.

“Seeep ... ooooooowhhhhh ... Seeeeep ... barengin lagi lepasinnya yuk ... aku udah ma ... mau lepas lagiiii ... oooooooh .... ooooooh ...... ! “

Aku memang sudah letih. Tubuhku pun sudah bersimbah keringat lagi. Sehingga ajakan “bucat bareng” itu kusetujui. Lalu aku memusatkan konsentrasiku, agafr bisa ngecrot secepat mungkin. Entotanku pun makin kupercepat ... cepat sekali. Seperti gerakan hardcore di film - film biru.

Dan akhirnya ... ketika Bu Aryati mengejang tegang, aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai menabrak dasar liang memeknya. Lalu kutancapkan terus sekuatnya, tanpa mengayunnya lagi. Pada saat itulah liang memek Bu Aryati berkedut - kedut kencang, pertanda sedang orgasme. Sedetik kemudian kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir surgawiku.

Creeettttttt ... crooooooooooooooooottttt ... crooooooooooooooottttt ... cretttttcrettttttttttttt ... croooooooooooooooooooooooooootttttttttt .... !

Lalu tubuh kami sama - sama terkulai lemas, namun dengan kepuasan sedalam lautan.

Sepasang mata bundar Bu Aryati terpejam agak lama. Dan setelah mata bundar bening itu terbuka, ia menatapku sambil tersenyum. “Indah sekali Sep. Kamu telah membuatku bahagia, karena bisa merasakan lagi kenikmatan hidup ini. Terima kasih ya Sep, “ ucapnya yang diikuti kecupan mesranya di bibirku.

Perlahan kutarik kontolku yang sudah lemas ini dari liang memek Bu Aryati. Lalu aku menelentang di samping wanita itu. Sampai akhirnya tertidur pulas, dalam keadaan sama - sama telanjang.



Esok paginya aku terbangun agak kesiangan. Sudah jam 09.15 pagi baru turun dari bed. Sementara Bu Aryati sudah mandi dan sedang duduk di sofa yang berhadapan dengan televisi.

Aku pun masuk ke dalam kamar mandi. Dan mandi sebersih mungkin.

Setelah mandi, tubuhku terasa segar kembali.

Setelah mengenakan celana jeans dan baju kaus hitam, aku duduk di samping kanan Bu Aryati.

Lalu Bu Aryati berkata, “Kayaknya aku sudah jatuh cinta padamu Sep. Aku takkan mingta kawin, karena aku yakin kamu sudah punya calon istri. Tapi aku mohon, jangan tinggalkan aku ya Sep. “

“Iya Bu. Kalau calon istri aku memang sudah punya. Tapi aku belum mau kawin. Mungkin enam atau tujuh tahun lagi aku baru mau kawin. Soal hubungan kita, harus tetap terjalin sampai kapan pun. Karena aku sudah sangat terkesan oleh semua yang telah kota lakukan. “

“Makanya aku takkan minta kawin. Asalkan hubungan kita tetap berjalan. “

“Ayolah ikut aku, “ kataku, “Aku akan menunjukkan sesuatu kepada Ibu. “

“Mau ngajak ke mana ?” tanyanya.

“Pokoknya ikut aja. Nanti di sana akan kutunjukkan sesuatu. “

“Aku harus ganti baju dulu dong. Masa pakaim kimono gini. “

“Iya silakan, “ sahutku yang agak bergegas menuju ruang kerjaku, karena handphoneku berdenting. Siapa yang call ya ?

Ternyata dari Mamih. Lalu :

“Hallo Mamih ... apa kabar ?”

“Baik - baik aja Sef. Aku cuma mau ngasih tau, hari Rabu kamu harus menemui wanita bernama Fransiska. Katanya sih dia itu puteri seorang pengusaha yang sangat tajir. Jadi kamu harus meladeninya sebaik mungkin. “

“Sekarang kan hari Senin. Apakah hari Rabu lusa Mam ?”

“Iya. Dia minta sebelum jam sepuluh pagi, kamu harus sudah berada di villanya. Alamat lengkapnya akan kukirimkan lewat WA ya. “

“Siap Mamih. “

Setelah hubungan seluler ditutup, aku menerima WA dari Mamih. Berisi alamat lengkap villa yang harus dituju hari Rabu lusa.

Kumasukkan handphone ke dalam saku celana jeansku. Kemudian menghampiri Bu Aryati di kamar pribadiku. Ternyata dia sudah mengenakan gaun putih yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya.

Tapi kelihatannya dalam pakaian apa pun Bu Aryati itu selalu tampak bagus.

“Sudah siap ?” tanyaku.

“Udah, “ Bu Aryati mengangguk. Lalu kubuka pintu menuju keluar, bukan pintu menuju ruang kerjaku. Karena di dekat pintu ke luar itu mobilku diparkir.

Setelah Bu Aryati masuk ke dalam mobilkju, kuhidupkan mesin mobilku sambil berkata, “Sebentar ya ... harus dipanaskan dulu sekitar lima menitan. “

“Asep ... kamu kan bukan muridku. Jangan manggil ibu dong. Rasanya terlalu jauh jaraknya. “

“Terus harus manggil apa dong ?” tanyaku.

“Panggi Euceu atau Teteh aja. “

“Sebentar ... Bu Arini kan mau menjodohkanku dengan Nuke. “

“Nuke adik bungsuku ?”

“Iya. Tapi jujur, sekali pun ada hubungan dengan Nuke di kemudian hari, aku takkan bisa menikahinya. Kecuali kalau mau nikah siri, mungkin masih bisa. Jadi ... kalau aku nikah siri dengan Nuke, panggilan Ceu atau Teteh itu jadi ngepas juga ya. “

“Iya. Masalah Nuke sih urusan pribadimu dengan Nuke. Aku takkan ikut campur. Yang penting Asep jangan tinggalkan aku. Itu aja. “

“Tenang. Aku takkan meninggalkan Ceu Yati sampai kapan pun .... hehehee mulai manggil Ceu ya ... “

Bu Aryati yang selanjutnya akan kupanggil Ceu Yati, tampak senang dengan jawabanku. Lalu ia mencium pipi kiriku diikuti dengan bisikan, “Sebenarnya cintaku sudah mendalam nih Sep. Makanya gak kebayang sakit dan sedihnya kalau Asep meninggalkanku. “

“Santai aja. Aku juga membutuhkan Ceu Yati. Makanya sekarang Ceu Yati akan kubawa ke suatu tempat yang letaknya tak seberapa jauh dari sini, “ sahutku sambil memindahkan persneling matic ke D. Lalu sedan hitamku mulai kujalankan, meninggalkan tempat parkir dan mulai menginjak jalan aspal.

Ceu Yati kubawa menuju rumah kembar yang baru kubeli dari keluarga bule itu. Tentu saja aku akan memperlihatkan 1 rumah saja.

Kedua rumah itu bernomor 3 dan 5. Aku membawa Ceu Yati ke rumah bernomor 5.

Ceu Yati tampak kagum dan heran ketika dia kubawa masuk ke dalam rumah yang perabotannya sudah lengkap itu. “Ini rumah siapa ?” tanyanya.

“Kalau Ceu Yati sudah menjadi simpananku, rumah ini akan menjadi tempat tinggal Ceu Yati. “

“Haaaa ?! Serius ?” Ceu Yati memegang kedua bahuku.

“Serius, “ sahutku, “Jadi kalau Ceu Yati tinggal di rumah ini, takkan ada orang usil. Meski pun Ceu Yati hamil, takkan ada mulut usil. Karena rumah ini berada di dalam kompleks perumahan elit. Suasananya takkan sama dengan rumah - rumah di kampung. Takkan ada yang nyari kutu sambil ngomongin tetangga di sini sih. “

“Jadi aku nanti tinggal di rumah sebesar dan semewah ini ?”

“Ya perabotannya impor semua. Silakan aja dicek sendiri sama Euceu. “

“Wah ... kalau tinggal di rumah segede dan semewah ini sih, mungkin pakaian pun harus yang serba mahal. Kalau pakai baju yang murah - murah, bisa dikira pembantu nanti. “

“Gampang soal pakaian sih bisa diatur - atur nanti. Yang penting Ceu Yatinya sudah siap tinggal di sini ?”

“Siaplah. Besok juga aku akan pindah ke sini. Tapi Asep tak mungkin terus - terusan tinggal di sini kan ?”

“Iya Ceu. Nanti sore aku harus ke luar kota. Lusa juga ada acara penting yang tak bisa ditinggalkan. . “

“Gak apa - apa sih. Cuman bagaimana kalau aku ngajak saudara sepupuku tinggal di sini untuk menemaniku ? “

“Saudaranya cowok apa cewek ?”

“Cewek. Kan biar aku gak kesepian tinggal sendirian di sini. Sekalian ada juga yang bantu - bantu aku di sini nanti. “

“Iya. Aku setuju. Kalau malam sih gak usah takjut. Karena keamanan di kompleks perumahan ini terjamin. Dijaga di setiap sudut oleh para petugas security. Jadi kapan Ceu Yati mau mulai tinggal di sini ?”

“Besok juga bisa. Ohya ... nanti kalau Arini nanya - nanya, aku harus bilang apa ya ?”

“Aaaah ... bilang aja Ceu Yati sudah menjadi simpananku. Atau terserah Euceu deh mau bilang gimana. Yang penting jangan jadi heboh di kemudian hari.

“Terus ... mobil juga kalau baru beli kan harus inreyen dulu. Apa kita takkan inreyen dulu di rumah ini ?”

“Aseeeep ... emangnya tadi malam sampai ngecrot tiga kali belum cukup ?”

“Kalau suasana beda, suka beda pula rasa dan kesannya, “ kataku sambil mendekap pinggang ramping Ceu Yati.

Di luar rumah, tiba - tiba saja hujan turun dengan derasnya. Menambah romantisnya suasana di dalam rumah ini. Terutama ketika kami berada di dalam kamar utama, ketika Ceu Yati mengerling manja sambil menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya.
Gila.. Gila.. si Yosep bisa naklukin tante² liar

Apalagi di scene kebun bambu sama naklukin gurunya

Lagi bayangin Yosep garap istri orang waktu suami istri lagi berkunjung ke pabriknya

Si suami lagi rapat dengan bawahan yosep
Yosepnya garap si istri sampe kelojotan

:semangat::semangat::semangat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd