SEASON 1 : -Light and Dark- Arc
EPISODE 1 : Hajimari
Scene 1
Takeru Yamamoto
Asuka Kiriyama
Kagura Nakagawa
Matsuyama Edo
Ayumi Nakata
Namaku Takeru Yamamoto. Aku adalah seorang manager di Bank of Tokyo di Jepang. Aku berumur 35 tahun, menikah. Aku dan istriku belum juga dikaruniai anak, padahal usia perkawinan kami sudah menginjak 10 tahun. Aku orangnya cenderung panikan. Aku sangat sulit mengambil keputusan.
Nama istriku Asuka Kirishima. Dalam darah Asuka, mengalir darah orang Jepang dan orang Indonesia. Kakeknya terdahulu adalah orang Indonesia asli. Kakeknya bermigrasi ke Jepang pada tahun 1945, yang kutahu adalah kemerdekaan Bangsa Indonesia dari penjajahan yang katanya dilakukan oleh negara kami. Sampai ke Jepang, kakek Asuka jatuh cinta dengan neneknya Asuka, yang adalah orang Jepang asli. Mereka menikah, dan memiliki seorang anak laki-laki, yaitu ayah dari Asuka. Hal ini menjadikan ayah Asuka berdarah campuran Indonesia dan Jepang. Ayahnya Asuka itu menikah dengan istrinya, yang kemudian menjadi ibu dari Asuka. Ibu dari Asuka itu orang Jepang asli. Mereka memiliki anak wanita satu-satunya, yaitu Asuka.
Kakek dari Asuka itu memiliki kekentalan dengan ke-Indonesia-annya yang sangat kuat. Sampai ia melahirkan anaknya pun, Bahasa Indonesia masih digunakan sebagai bahasa rumah mereka. Dan hal itu berlanjut sampai Asuka dilahirkan oleh mereka. Dulu, waktu aku berusaha mendekati Asuka sewaktu kami baru mengenal satu sama lain, aku belajar Bahasa Indonesia dengan sangat intensif. Hanya dua bulan aku belajar Bahasa Indonesia. Masa dua bulan itu juga kugunakan untuk berlibur ke Pulau Bali di Indonesia. Disana, aku sangat banyak bicara dengan orang pribumi disana demi memperlancar Bahasa Indonesiaku. Orang Bali sangat ramah-ramah. Padahal aku sudah siap kena semprot karena aku banyak bicara. Tapi, mereka meladeniku dengan sangat sabar dan ramah. Aku sendiri juga heran, kok ada ya orang sebaik mereka? Dalam dua bulan saja, aku sudah lancar berbahasa Indonesia, sampai ke bahasa percakapan sehari-hari.
Dengan bermodalkan kemampuan ber-Bahasa Indonesia, aku datang untuk mengajak kencan Asuka yang waktu itu baru saja kukenal dan belum kunikahi.
"Selama siang, om, tante. Apa kabar?" Tanyaku.
Mereka semua langsung terkejut mendengarku berbicara dalam Bahasa Indonesia. Wanita yang waktu itu nantinya menjadi istriku itu juga sangat kagum dengan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia-ku yang sangat fasih itu. Dalam sekejap, kami menjadi sangat dekat, lalu pacaran, dan mendapatkan restu pernikahan dengan sangat mudah. Haah, perjuanganku selama dua bulan tidak sia-sia rupanya.
Di suatu pagi hari yang indah, aku terbangun. Aku biasanya bangun cukup pagi. Disebelahku, terbaringlah Asuka yang begitu cantik. Walaupun ia sudah berumur 31 tahun, ia tetap cantik seperti orang berumur 25 tahun saja. Disaat aku mengagumi kecantikannya yang begitu murni, tiba-tiba Asuka membuka matanya masih dalam keadaan ngantuk.
"
Ohayou gozaimasu, anata. (Selamat pagi, sayang)" Kataku sambil mengecup pipinya.
Asuka tersenyum dengan lembut. Argh, senyumannya begitu lembut. Kurasa tidak ada wanita yang bisa mengalahkan Asuka dalam hal kecantikan.
"
Ohayou gozaimasu, anata. (Selamat pagi, sayang)" Kata Asuka sambil kemudian mencium bibirku.
Aku pun membalas ciuman bibir Asuka. Kami berciuman dengan intens untuk beberapa lama saatnya. Lidah kami pun mulai kami julurkan ke mulut masing-masing. Mulutku ini betul-betul terasa sangat hangat dan geli mendapat rangsangan dari lidah Asuka. Lama-kelamaan, kami mulai saling berpelukan dengan erat. Pelukan erat Asuka membuatku semakin nyaman dan bergairah. Lidah kami masih terus bermain-main satu sama lain. Asuka memiliki perawakan yang kalem, tidak sepertiku.Tapi, kalau sudah di ranjang... Uuuhh, tidak ada yang bisa mengalahkan kebuasannya.
Aku melepaskan ciuman di bibir Asuka, dan mulai mencium dan menjilati lehernya. Ia tampak mendesah kecil mendapatkan rangsangan yang kuberikan. Tangannya mulai menjambak rambutku, tanda bahwa nafsunya mulai naik. Nafsuku pun juga mulai naik. Lalu, kutarik daster biru yang dikenakan oleh Asuka itu keatas. Asuka tidur tanpa mengenakan pakaian dalam, sehingga kini ia sudah telanjang dihadapanku. Astaga, meskipun pemandangan ini sudah sering kulihat, tapi aku tidak pernah bosan melihat ini. Kulitnya yang putih mulus, rambutnya yang panjang, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang begitu bulat dan indah, perutnya yang cukup ramping dan indah, paha yang menggoda dan kaki yang ramping, serta rambut kemaluan yang tertata dengan rapi. Dalam sekejap, nafsuku langsung melonjak naik.
Aku masih berusaha untuk menahan diri. Aku tidak boleh terlalu cepat terbawa nafsu. Aku mulai mengulum buah dada kiri Asuka dengan perlahan, sementara tanganku bermain-main meremas dan memuntir puting buah dada kanan Asuka. Asuka mulai mendesah kenikmatan.
"Uuuhhh... Aaahhhh..." Desah Asuka.
Desahan Asuka membuat nafsuku makin naik lagi. Kurasakan batang kemaluanku sudah tegak mengacung dan sudah ingin keluar dari suatu penjara bernama celana pendek yang kukenakan. Kemudian, aku mulai menciumi sekujur tubuhnya, dari tangannya sampai kepundaknya, dan menjalar sampai ke perutnya. Kedua tanganku masih sibuk meremas-remas kedua buah dada Asuka.
"Ssshhh... ssshhhh..." Asuka mulai mendesis-desis tidak karuan.
Kini, aku telah sampai di pahanya. Aku mengelus-elus paha Asuka yang begitu indah. Setelah beberapa lama saatnya, aku kembali mencium bibir Asuka. Asuka sangat giat membalas ciumanku. Tangannya mulai merambah ke dalam celana pendekku, dan mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah sangat tegang. Aih, sudah tegang maksimum begini, dielus-elus ya makin tegang lagi tentunya. Aku juga mulai memainkan jariku di klitoris miliknya. Mendapat rangsangan yang kuberikan, nafas Asuka makin tidak beraturan. Ciumannya semakin menggila, dan tangannya semakin kencang mengocok-ngocok batang kemaluanku.
"
I..ikoouu, anataa! (Ayoo sayaangg!)" Erang Asuka.
Kemudian, aku membuka seluruh pakaianku, sehingga kini aku telanjang bulat. Aku membuka kedua paha Asuka, dan memposisikan batang kemaluanku di depan lubang kemaluannya. Aku mulai menggesek-gesekkan batang kemaluanku di bibir lubang kemaluannya. Asuka hanya bisa merem-melek mendapatkan rangsangan yang kuberikan ini.
"
Dou kaa (Bagaimana?)" Tanyaku sambil tersenyum menggodanya.
"
Kii.. kimochii daaaa... (Ni.. nikmaattt)" Erang Asuka.
Kemudian, aku mendorong pinggulku sekeras-kerasnya, sehingga kini batang kemaluanku sudah terbenam sepenuhnya di dalam lubang kemaluannya. Aku mulai menggerakan pinggulku dan juga memompa selangakan Asuka. Asuka memeluk tubuhku dengan sangat erat, sambil juga memutar-mutar pantatnya untuk mengimbangi iramaku. Ough, betul-betul nikmat yang tidak tertahankan.
"Gii.. gimana rasanyaah sayaaanggg?" Desahku yang mulai berbicara Bahasa Indonesia.
"Nikmaat sayaangg... Teruusss..." Kata Asuka yang juga menjawabnya dengan Bahasa Indonesia.
Aku terus memompa selangkangan Asuka. Tubuh kami berdua sudah basah kuyup oleh keringat kami masing-masing. Lama-kelamaan, aku mulai merasakan Asuka yang semakin terangsang. Ciuman di bibirnya semakin liar, pelukannya semakin erat, dan putaran pantatnya juga semakin tidak beraturan.
"Sayaangg... Akuu maauu sampaaaiii..." Erang Asuka.
Melihat Asuka yang hampir orgasme, aku semakin kuat memompa selangkangannya. Lidahku kujulurkan di buah dadanya untuk menggelitik buah dadanya. Asuka semakin tidak karuan memutar pantatnya.
"Ouuuggghhh... Sayaaanggg.. Akuu orgaassmeeee..." Erang Asuka.
Saat itu juga, aku menghentikan genjotanku. Aku merasakan aliran cairan kenikmatan Asuka yang begitu deras. Rongga-rongga vaginanya pun terus berkontraksi dengan sangat hebat. Nah disini nih kelemahanku. Entahlah, aku belum pernah berhubungan seks dengan wanita lain selain Asuka jadi aku tidak tahu rasanya, tapi kontraksi vagina milik Asuka ini sangat kuat. Hanya dengan merasakan kontraksi-nya saja, penisku berasa seperti dipijat-pijat dengan sangat kuat. Belum lagi ditambah semprotan cairan kenikmatannya. Lalu juga, wajahnya yang sedang menikmati orgasme nya itu, membuat penisku semakin tidak tertahankan. Akibatnya, penisku pun mulai tidak tahan. Aku pun membuka pertahananku, dan akhirnya kutembakan sperma yang sangat banyak ke dalam liang rahimnya.
Kami betul-betul menikmati orgasme kami berdua. Aku masih menindih tubuh Asuka. Bibir kami pun masih saling berciuman. Lama-kelamaan, gelora birahi kami berdua mulai padam. Aku mencabut penisku, dan berguling ke samping Asuka.
"
Aishiteiru yo, anata. (Aku mencitaimu, sayang.)" Kata Asuka.
"
Aishiteiru mo, anata. (Aku juga mencintaimu, sayang.)" Kataku.
Setelah itu, kami berdua bangun untuk melaksanakan tugas masing-masing. Aku mandi dan bersiap-siap ke kantor, sementara Asuka membuatkan aku sarapan. Di pagi hari pada saat musim panas begini memang paling cocok mandi dengan air dingin. Rasanya segar sekali.
Selesai mandi, aku segera mengenakan pakaianku. Aku mengenakan kemeja berwarna putih, jas hitam, dan dasi berwarna biru. Haah, pekerjaan di bank memang mengharuskanku menjaga penampilan. Repot sekali memang. Setelah aku selesai berpakaian, aku segera keluar kamar untuk menuju ruang makan. Di meja makan, sudah tersedia nasi telur. Nasi telur milik Asuka memang tiada tandingannya. Asuka pun datang dari dapur membawa sepiring nasi telur lagi untuk dirinya. Kini, kami berdua sudah ada di meja makan, dengan sepiring nasi telur di hadapan kami masing-masing.
"
Inorimashou, anata. (Mari kita berdoa, sayang)." Kataku.
Kami berdoa menurut kepercayaan kami masing-masing. Aku menganut kepercayaan Shinto, seperti yang dianut oleh orang Jepang pada umumnya. Sedangkan Asuka menganut kepercayaan agama Katolik. Untungnya, kami ini orang yang sama-sama liberalis dalam masalah agama, sehingga perbedaan agama tidak pernah menjadi penyebab pertengkaran kami. Kami sudah memutuskan diawal sebelum pernikahan bahwa walaupun kita berbeda agama, tapi agamamu adalah agamamu, dan agamaku adalah agamaku.
Setelah selesai berdoa menurut kepercayaan kami masing-masing, kami segera melahap nasi telur yang ada di hadapan kami. Nasi telur adalah makanan yang sangat umum dimasak oleh Orang Jepang untuk sarapan. Nasi telur ini dibuat dengan cara menumpahkan telur matang diatas nasi yang betul-betul masih panas setelah dimasak, sehingga telur itu matang akibat panasnya nasi. Aku pernah mencoba membuat nasi telur ini, tetapi gagal. Yah, aku memang tidak pernah ahli dalam memasak. Urusan memasak kuserahkan saja semuanya pada Asuka.
Di tengah-tengah makan, tiba-tiba aku melihat cahaya yang menyala-nyala dari dapur. Hmm, kok perasaanku tidak enak ya? Aku berdiri dan berjalan menuju dapur.
"
Dou shita no, anata? (Ada apa, sayang?)" Tanya Asuka.
Aku tidak menjawab pertanyaannya, hanya terus berjalan makin cepat ke dapur. Saat aku sampai di dapur, aku melihat pemandangan yang cukup menyeramkan. Rupanya Asuka lupa mematikan kompor, sehingga minyak yang masih ada di wajan kini sudah terbakar dan apinya menyala sangat hebat.
"Waduh, bagaimana ini? Gawaatt!" Teriakku refleks dalam Bahasa Indonesia.
"Ada apa sayang?" Tanya Asuka yang kini sudah ada dibelakangku.
"Kompor meledaak! Watashitachi ga shinu shiyou to shite imasu! (Kita akan mati!)" Teriakku panik.
"Tenang sayang." Kata Asuka sambil menepuk pundakku.
Asuka berjalan dengan pelan kearah kompor yang sudah membakar minyak itu. Ia segera mematikan kompornya. Kemudian menyarungi tangannya dengan sarung tangan yang tidak menghantar panas, kemudian mengambil wajan itu. Ia meletakkan wajan itu di tempat yang jauh dari kompor, kemudian menyiram apinya sampai padam. Dan kini, seluruh masalah telah terselesaikan. Huff, untunglah ada Asuka yang selalu kalem begini. Aku memang orangnya sangat panikan begitu mendapat masalah. Didampingi oleh Asuka yang selalu kalem, kami menjadi pasangan yang sempurna hehehe.
"
Ochitsuite, anata. (Tenanglah, sayang.)" Kata Asuka sambil mencium pipiku, kemudian kembali ke ruang makan.
Betul-betul hebat istriku ini. Ketenangannya tidak ada yang mengalahkan. Aku lega bersamanya. Setelah menghabiskan makanan kami, aku dan Asuka segera meletakkan piring makan kami di tempat cuci piring di dapur. Masih ada waktu, pikirku. Kupikir aku akan membantu Asuka sebentar mencuci piring untuk sedikit meringankan bebannya. Tapi begitu aku hendak mencuci piring, Asuka langsung menangkap pergelangan tanganku.
"Memastikan rumah ini bersih adalah tanggung jawab yang kamu berikan kepadaku, sayang. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat rumah ini bersih ketika kamu pulang kerja nanti." Kata Asuka.
Sekali lagi, istriku ini memang hebat. Rasa tanggung jawabnya begitu besar. Aku sungguh bersyukur memiliki istri yang hebat seperti Asuka. Aku segera membereskan persiapanku untuk berangkat ke kantor. Tidak lama kemudian, aku telah siap di ruang depan rumahku untuk menuju mobil yang akan kukemudikan menuju kantor.
"
Jitaku de sewa wo shimasu. (Jaga dirimu di rumah)" Kataku sambil mencium bibir Asuka.
"
Un. (Iya.)" Kata Asuka sambil membalas mencium bibirku.
Aku segera menyalakan mobilku, lalu memundurkannya. Sebelum menginjak gas, aku melambaikan tanganku kepada Asuka. Asuka membalas lambaian tanganku disertai dengan senyumnya yang sangat manis. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu istriku nanti pulang kerja.
Aku menerobos kemacetan Kota Tokyo. Maklum saja deh, perkotaan di jam kantor begini selalu macet, tidak ada perbedaan di negara manapun. Dalam 45 menit, aku akhirnya sampai di Bank of Tokyo. Aku segera masuk, dan bertemu dengan customer service.
"
Watashi ha Mr. Iwajima to no yakusoku wo motte imasu. (Saya ada janji dengan Mr. Iwajima.)" Kataku.
Customer service itu tidak berkata apa-apa, melainkan hanya mempersilakanku masuk ke pintu yang ada di ujung ruangan. Aku segera menuju ujung ruangan, tetapi tidak masuk ke pintu yang ditunjukkannya, melainkan pintu yang ada di sebelah kanan pintu yang ditunjukkan tadi. Pintu itu langsung terbuka begitu aku menempelkan kartuku pada mesin kartu yang ada disamping pintu itu. Di dalam ruangan kecil tempat aku berada sekarang, hanya ada elevator. Aku segera menekan tombol bawah elevator itu. Tidak lama kemudian, elevator pun terbuka. Aku segera masuk.
Tidak sampai semenit, kini aku telah tiba di tempat tujuanku. Aku melihat para bawahanku sudah datang semua.
"
Ohayou gozaimasu, Yamamoto-sama. (Selamat pagi, tuan Yamamoto.)" Kata semua orang yang ada didekatku sambil membungkukkan badannya.
"
Ohayou gozaimasu, minna-sama. Watashitachi no saikou no kyou yara semasu! (Selamat pagi, semua yang saya hormati. Mari kita lakukan yang terbaik hari ini!)" Kataku sambil membungkukkan badan kepada semua orang.
Di depanku, aku melihat layar yang memantau seluruh kota Jepang. Aku juga melihat ada beberapa orang yang berkonsentrasi sedang menyadap pembicaraan orang-orang. Tunggu? Benarkah ini Bank of Tokyo?
"Matsuyama, Kagura, Ayumi, aku ingin mendengar laporan kalian." Kataku kepada tiga tangan kananku di kantor ini.
Kok mereka bisa mengerti Bahasa Indonesia yang aku ucapkan ya?
Kini, aku, Matsuyama, Kagura, dan Ayumi sudah berada di suatu ruangan tertutup.
"Sejauh ini dari yang kupantau, tidak ada aktivitas yang aneh dari Yami. Apa yang mereka lakukan normal-normal saja. Ya, menjaga keseimbangan dunia ini. Transaksi gelap obat dan senjata api. Sampai sekarang belum ada yang mereka lakukan." Kata Matsuyama.
"Bagus. Ayumi, Kagura?" Tanyaku.
"Kemarin ini, Kage membuat ulah. Mereka memutus jalur perdagangan obat yang ditempuh oleh Yami. Sempat terjadi baku tembak kecil diantara mereka. Tetapi, tidak ada yang terluka. Mereka berdua berhasil kabur dari tempat mereka masing-masing." Kata Ayumi.
"Bagaimana dengan transaksi obatnya?" Tanyaku.
"Pihak Yami berhasil mengambil barang yang akan dikirimkan. Cukup biasa sih sepertinya, tapi tumben sekali pihak Kage merampok. Biasanya sangat jarang." Kata Kagura.
"Matsuyama, persediaan barang apa saja yang masuk ke pihak Yami selama tiga hari ini?" Tanyaku.
"Hmmm, dua jenis pistol yang belum kuketahui jenisnya, dan juga beberapa kilogram *****." Kata Matsuyama.
"Hmmm, pistol ya." Kataku sambil kemudian berpikir.
"Hanya pistol biasa saja. Senjata api pada umumnya." Kata Matsuyama.
"Matsuyama, apa yang terjadi jika kamu mendekatkan benda berbubuk mesiu ke bahan yang mudah terbakar seperti daun *****?" Tanyaku.
"Tentu saja gawat karena bisa terbaka-... Oh iya, kenapa mereka melakukan sesuatu yang aneh begitu?" Tanya Matsuyama.
"Itu dia. Karena pistol itu bukan pistol biasa. Barang yang dikirimkan oleh pihak Yami adalah pistol itu, tidak salah lagi. Yang diincar oleh pihak Kage adalah pistol itu, bukan obat." Kataku.
"Ah, iya. Tentu saja. Memang pengamatan yang hebat, Takeru-san." Kata Matsuyama.
Sekedar pengetahuan, -san adalah pelengkap yang digunakan sebagai sapaan kepada orang, hanya saya –san ini ditujukan untuk orang yang kedudukannya lebih tinggi dari kita.
"Takeru-san memang selalu tenang dan cermat." Kata Ayumi.
"Ya, setuju. Tanpa orang seperti anda, kita dari polisi rahasia Hikari pasti sudah kerepotan menghadapi dunia bawah." Kata Kagura.
Hmmm? Perdagangan narkoba? Perdangangan senjata api? Polisi rahasia? Apa sih daritadi maksudnya? Mengapa seorang manager sebuah bank bisa membahas hal-hal seperti ini?
"Ayumi, aku minta kepadamu untuk menjelaskan kepada kita semua, siapa sebenarnya kita ini." Kataku.
"Baik, Takeru-san. Kita adalah polisi rahasia berkode nama Hikari. Kita adalah cabang dari kepolisian Negara Jepang. Keberadaan kita benar-benar rahasia, karena itu kita disebut polisi rahasia. Tugas kita adalah menjaga kestabilan dunia, dengan memonitor aktivitas dunia bawah atau
Underground Business." Kata Ayumi.
"Terima kasih, Ayumi. Kagura, tolong jelaskan mengapa kita berhubungan dengan Bank of Tokyo." Kataku.
"Baik, Takeru-san. Kita bekerja sama dengan Bank of Tokyo, atau lebih tepatnya dengan Direktur Bank of Tokyo, yang sebetulnya adalah kepala seluruh kepolisian Negara Jepang. Seluruh polisi rahasia Hikari diberikan perlindungan oleh Bank of Tokyo, atau lebih tepatnya dengan Direktur Bank of Tokyo, berupa perlindungan informasi. Nama kita semua dimasukkan dalam database Bank of Tokyo sebagai karyawan mereka, sehingga verifikasi antara data palsu yang kita berikan sebagai Karyawan Bank of Tokyo dan data asli milik Bank of Tokyo selalu cocok." Kata Kagura.
"Terima kasih, Kagura. Matsuyama, jelaskan mengapa kita selalu menggunakan Bahasa Indonesia." Kataku.
"Baik, Takeru-san. Sewaktu itu, kita mendapat tugas rahasia untuk menyelidiki seseorang yang kita curiga kriminal dunia bawah di Bali. Agar bisa berbaur dan serahasia mungkin, kita mempelajari Bahasa Indonesia sampai sangat dalam. Dan sepertinya, hal itu menjadi kebiasaan sampai sekarang, karena struktur Bahasa Indonesia ternyata cukup simpel dan menarik." Kata Matsuyama.
"Dan ternyata, orang yang kita selidiki itu bukanlah kriminal. Tetapi yang lebih ternyata adalah bahwa sebetulnya Takeru-san hanya mencari teman dalam belajar Bahasa Indonesia, guna mencuri hati wanita bernama Kirishima Asuka-san yang sekarang menjadi istri Takeru-san." Kata Ayumi dengan senyum penuh arti.
"Bagus, Matsuyama, Ayumi. Baiklah, pertanyaan terakhir. Kenapa aku merahasiakan pekerjaanku sebagai polisi rahasia kepada Asuka dan keluarganya?" Kataku.
Matsuyama, Ayumi, dan Kagura saling melihat satu sama lain, kemudian mengangguk.
"Karena Asuka-san dan keluarganya sangat membenci polisi!" Kata Matsuyama, Ayumi, dan Kagura.
Heh heh. Ya, inilah aku. Aku bukan seorang manager di Bank of Tokyo. Aku bukanlah seorang yang panik ketika menghadapi masalah. Aku Takeru Yamamoto, seorang yang sangat luar biasa tenang dalam menghadapi masalah. Aku adalah kepala dari divisi rahasia kepolisian bagian investigasi dunia bawah, Hikari.