tt12oit
Semprot Baru
- Daftar
- 6 Dec 2018
- Post
- 43
- Like diterima
- 118
CHAPTER 1
TTRREETTT!!!
Mamah Desi melangkah masuk ke dalam kamar. "Misya."
Misya yang sedang memasukan buku-buku pelajaran ke dalam tas sekolah langsung menoleh. "Ehh iya Mah?"
"Kamu hari ini sekolah sayang?" tanya Mamah Desi berjalan menghampiri Misya.
"Iya sekolah Mah," jawab Misya.
"Lohh Mamah kira kamu tidak sekolah dulu hari ini?"
"Sekolah lah Mah, lagian ngapain enggak sekolah?"
Mamah Desi membelai lembut rambut Misya. "Emangnya keadaan sekolah kamu sudah aman, trus bukannya kamu masih Shok?"
"Aman Mahh, emangnya sekolah Misya diserang teroris gitu?. sudah, Mamah jangan khawatir Misya hanya sedikit Shok aja kemarin, tapi sekarang sudah enggak apa-apa," ujar Misya sambil mengengam tangan Mamahnya dengan lembut.
"Untung saja kemarin kamu tidak kenapa-kenapa sayang, Mamah akan sedih sekali kalau terjadi sesuatu sama kamu," ujar Mamah Desi memeluk tubuh Misya.
"Allah masih melindungi Misya
Mah," Misya melirik ke arah jam dinding
yang menempel di sudut ruangan kamar.
"Mah Misya berangkat dulu yah takut telat nih."
"Ya sudah, Mamah antar yah sampai depan sekolah?"
"Engga deh Mah, Misya naik angkot aja."
"Yaudah terserah kamu aja, tapi
ingat yah kalo ada kejadian seperti kemarin lagi mending kamu langsung masuk ke dalam sekolah, cari tempat berlindung," ucap Mamah Desi.
"Iya Mah," Miya berdiri lalu ia mengambil tas sekolah.
Misya mencium tangan Mamahnya. "Misya pamit yah."
"Iya hati-hati."
Misya melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rumah, Mamah Desi tersenyum melihat Misya yang sudah pergi menjauh dari rumah.
--0--
Jarak rumah dengan SMA Mandala tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu lima belas menit naik angkot Misya sudah sampai di depan gerbang luar sekolah.
"Bang kanan bang!" ucap Misya kepada supir angkot.
Angkot yang Misya naiki langsung menepi dan berhenti di sisi kiri jalan. Misya langsung turun dan membayar ongkos angkot yang ia naiki.
"Kalo mau berhenti biasanya orang-orang mah bilangnya kiri Neng?" tanya supir angkot.
Misya menyerahkan uang kepada supir angkot. "Biar beda aja Bang hihi."
"Bisa aja si neng mah," ucap supir angkot. Misya langsung membalikkan badan lalu ia berjalan menuju pintu gerbang sekolah.
Misya menghentikan langkah, ia melihat ke sekeliling area luar pagar sekolah. Beberapa serpihan batu, kayu dan besi
berukuran panjang tampak berserakan
di area luar sekolah. Misya terbayang kembali kejadian pada saat pulang sekolah kemarin.
"Aku benci kekerasan," gumam Misya.
Misya melangkahkan kakinya kembali menuju ke dalam sekolah. Saat Misya sudah sampai di depan pagar, terdengar Caca memanggil dari arah belakang.
"Misyaaa!!" teriak Caca sambil berlari.
Mendengar suara Caca memanggil,
Misya langsung membalikkan badan. "Misyaa ... ya Allah lu engga apa-apakan? tubuh lu ada yang luka enggak," ujar Caca sambil memeriksa tubuh Misya.
"Tenang aku engga apa-apa kok."
"Syaa sorry yah kemarin gue enggak bisa tolongin lu, keadaannya keos banget."
"Iya engga apa-apa, yang penting kamu selamat Ca."
"Ihhh tapi gue khawatir banget
Syaa sama lu."
"Santai aja sih, nih buktinya aku enggak kenapa-kenapa kan."
"Tapi lu kok bisa selamat sih Syaa kemarin?" tanya Caca.
"Dah Caa nanti aku jelasin deh sekarang kita masuk dulu, lima menit lagi sudah jam tujuh pas nih," jawab Misya sambil melirik jam tangan berwarna pink yang ia kenakan.
"Iyaa deh."
Misya dan Caca melangkahkan kaki mereka menuju ke dalam sekolah.
.
.
.
"Caa kok anak-anak pada ngumpul di lapangan yah?" tanya Misya sambil memandang ke arah Siswa dan Siswi yang sedang berkumpul di lapangan sekolah.
"Ehh tau deh ada apa yah?" jawab Caca sambil mengaruk pelan kepalanya.
"Tess ... tess, satu ... dua ... tiga, tes," ucap seorang guru yang sedang mengecek suara sound system.
"Untuk semua Siswa dan Siswi SMA Mandala yang masih ada di dalam kelas harap segera turun!, dan bagi Siswa dan Siswi yang baru sampai agar segera bergabung dengan teman-teman yang sudah ada di lapangan, kepala sekolah akan memberi himbauan atas insiden pada siang hari kemarin," ucap salah seorang guru SMA Mandala.
Misya pelan menarik tangan
Caca. "Yukk Caaa ngumpul sama
yang lain."
"Yaudah santai aja kali, buru-buru
amat." Misya dan Caca langsung berjalan menuju lapangan sekolah kemudian mereka berdiri di barisan Siswi yang sudah berbaris rapih.
"Assalamualaikum wrb. Selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua. Saya sebagai kepala sekolah sungguh prihatin
atas insiden yang terjadi pada siang hari kemarin. Sekolah kita di serang, beberapa fasilitas lingkungan sekolah menjadi rusak. Tapi saya bersyukur, tidak ada diantara Siswa dan Sisiwi di sekolah kita ini mejadi korban. Saya himbau kepada para Siswa SMA Mandala jangan ada yang melakukan aksi balasan serupa kepada sekolah yang menyerang kita.
Jika ada saya akan menindak tegas Siswa yang melakukan hal itu!. Apa bisa di mengerti." ujar Pak Amsar kepala sekolah SMA Mandala.
"Mengerti pak!" ucap serentak Siswa dan Siswi.
"Jika sudah mengerti, silahkan kalian kembali menuju kelas masing-masing dengan tertib."
Pak Amsar turun dari podium,
ia berjalan mengarah ke beberapa
orang guru yang sedang berdiri di dekat tiang bendera, Siswa dan Siswi serempak membubarkan diri dengan tertib dan bergerak menuju kelas masing-masing.
"Lah cuman mau ngomong gitu doang ngapain pakai acara ngumpulin anak-anak di lapangan, dia aja yang datang ngasih himbauan ke setiap kelas," bisik Caca.
"Kepala sekolah mah bebas," ucap Misya sambil berjalan menuju ruang kelas.
--0--
TTTRRRRIINGG!! TTRRIINGGG!!
Bell tanda istirahat mengema, Siswa
dan Siswi berhamburan keluar dari
dari kelas. Ada yang pergi ke kantin,
ada yang langsung pergi ke lapangan untuk bermain futsal dan ada juga
yang hanya sekedar duduk di teras
depan kelas.
Di kelas XII IPA1 yang berposisi di
pinggir gedung sekolah, Misya terlihat duduk sendiri di dalam kelas. Ia tampak serius membaca buku novel. Pancarona sebuah novel karya Erisca Febriani adalah buku novel yang Misya baca saat ini. Saat Misya membaca novel, terlihat Caca sedang berjalan menuju ke dalam
kelas, tampak Caca membawa sebuah bungkusan plastik berisi siomay.
BRRUUKK!!!
"Woyy. diem-diem aja," ucap Caca sambil menggebrak meja dengan kencang.
Misya sangat terkejut karena ulah jahil sahabat nya ini. "Ihhh. Caa! bikin kaget aku aja deh."
"Haha.. abis serius banget bacanya."
Caca melirik ke arah Misya. "Baca apan sih?" tanya Caca.
"Nih," Misya menujukkan buku Novel yang sedang ia baca.
"Ohh novel," jawab Caca sambil duduk di sebelah Misya.
"Nih gue bawain syomai buat luh," Caca memberikan syomai kepada Misya.
"Thanks," ucap Misya.
"Syaa lu tuh yah, sekali-sekali gaul gitu sama manusia, bukannya sama buku pelajaran atau buku novel melulu," ujar Caca.
"Emangnya kamu bukan manusia Ca?" Tanya Misya sambil tersenyum jahil.
"Ihh!, luhh tuhh yahh," ucap Caca kesal sambil mencubit pinggang Misya.
"Aw ... aww sakit, iya ... iya ampun."
"Nyebelin!, maksud gue tuh lu sekali-sekali berbaur sama yang lain," ucap Caca.
"Yaa aku mah orangnya seperti ini Ca."
"Huhh lu mah, padahal banyak loh cowo-cowo di sekolah kita yang naksir sama kamu."
"Bodo!" acuh Misya sambil membaca novel kembali.
"Huuhh pantas anak-anak julukin lu buku berjalan."
"Biarin."
"Ihh nyebelin banget sih."
Misya terasa ingin tertawa melihat ekspresi wajah Caca yang sedang cemberut saat ini.
"Hihihi kamu lucu Ca kalau lagi ngabek gitu."
"Bodo!"
"Hehe sorry deh." Misya merentangkan jari kelilingnya kepada Caca.
"Huftt, iya deh takut nanti enggak ada
yang bantu gue ngerjain PR." Caca menempelkan jari kelilingnya dengan
jari tangan Misya.
"Haha," Misya terkekeh.
"Ehh Ca, kelas kamu lagi bahas gosip apa hari ini?" tanya Misya.
"Hemm biasa kasus kemarin siang," jawab Caca.
"Ohh sama di kelas aku pada rame bahas itu."
"Pastinya lah satu sekolah bakal bahas kejadian kemarin."
"Tapi kenapa yah anak SMA Harapan nyerang sekolah kita?" tanya Misya.
"Hemm gini sih, kata temen sekelas gue Siswa SMA Harapan nyerang sekolah kita, karna mereka enggak terima kalau salah satu rekan mereka digubukin sama salah satu Siswa di sekolah kita." ujar Caca.
"Hah siapa Siswa nya?" tanya Misya.
"Gue belum tau siapa Siswanya, yaa paling besok juga ketawan siapa yang gebukin Siswa SMA Harpan, tunggu aja ada cepu yang ngadu keguru BP," jawab Caca.
"Ohh, ya paling kamu Ca cepunya."
"Bukan gue lah, cari mati itu mah."
"Hihi yaa kali aja."
"Ehh Syaa gue kepo nih lu kemarin kok bisa selamat sih?, padahal posisi lu tuh lagi di tengah-tengah keributan loh."
"Gini Ca pas aku lagi ada di tengah-
tengah keributan, tiba-tiba tangan aku ada seorang Siswa yang narik dari arah depan, terus dia bawa aku ke gang deket sekolah."
"Hahh ada yang narik?"
"Iya."
"Lu tau engga siapa orangnya?" tanya Caca.
"Aku engga terlalu melihat jelas wajahnya Ca, saat itu aku panik banget jadi aku ngikutin dia aja, pas aku sampai di gang eh dia tiba-tiba menghilang," ujar Misya.
"Hemm, siapa yah orangnya?" terka Caca.
"Entah Lah." ucap Misya.
TTTRRRRIIINGGGGG!!.
"Yahh udah bell aja, belom sempet
nih Syomai aku makan," ucap Misya.
"Yaudah gue ambil lagi," Caca mengambil sebungkus syomai yang tadi ia berikan, lalu Caca berlari menuju pintu kelas.
"Ihhhh Cacaaa!!" geram Misya.
"Byee Misyaa, weeee," ledek Caca sambil menjulurkan lidahnya.
"Awas kamu yah!" ancam Misya.
--0--
"Baik anak-anak untuk pelajaran
hari ini kita sudahi sampai disini dulu, untuk anak-anak tolong PR Trigonometri dikerjakan," ujar Buk Diah.
"Baik Buk!" ucap Siswa dan Siswi bersamaan.
"Dan untuk Misya, tolong jangan bantu teman-teman kamu mengisi jawaban PR mereka. bisa dimengerti!" seru Bu Diah.
"Mengerti Buk!" ucap Misya.
"Bagus, oke silahkan kalian langsung pulang ke rumah masing-masing,
jangan ada yang keluyuran dan nongkrong-ngomong," ucap Buk Diah.
Setelah Buk Diah keluar, beberapa teman sekelas Misya langsung mendekat kearah tempat duduk yang Misya duduki.
"Syaaa, tolong kerjain lagi yah hihi, sumpah anak-anak enggak ada yang mengerti sama sekali," ucap Rara teman sekelas Misya.
"Iya Syaa jawabannya share di grup Whatsapp yah," timpal Damar teman sekelas Misya.
"Aku kerjain beberapa aja yah sisa nya kalian mikir sendiri, biar enggak ketawan sama Buk Diah," ucap Misya.
"Oke deh," ucap Damar.
"Thanks yah Syaa lu Aset berharga di kelas kita hihi." Kekeh Rara.
"Iya ... iya," ujar Misya.
Misya langsung merapihkan buku-buku pelajarannya ke dalam tas, setelah itu ia berjalan menuju keluar kelas.
.
.
.
"Ihh si Caca kebiasaan lama keluarnya," gumam Misya sambil berdiri di depan gerbang sekolah.
Setelah tujuh menit Misya menunggu akhirnya Caca muncul dari dalam sekolah, namun kali ini ia tak sendiri, Caca sedang dibonceng oleh seorang Siswa bernama Rido.
Misya menoleh dan menatap Caca dengan kesal. "Lama amat sih kamu?"
"Hihi, Ca sorry nih gue engga jadi bareng lu yah hari ini, soal nya gue bareng cowo gue," ucap Caca.
"Hahh parah kamu Ca aku udah lama nunggu juga."
"Hehe sorry."
"Caca nya gua bawa dulu yah," ucap Rido.
"Huftt, yaudah deh aku naik angkot sendiri aja," ucap Misya.
"Sorry banget yah Syaa," ucap Caca.
Tampak Misya hanya tersenyum kecut ke arah Caca. "Byee, Syaa." ucap Rido sambil menekan pedal Gas motor.
BRUMMM!!
"Huufftt," Misya berdengus pelan.
Misya melangkahkan kakinya menuju ke seberang jalan untuk menunggu angkot yang lewat.
.
.
.
Udara sangat terasa panas membuat kening Misya sedikit berkeringat. Misya ingin segera cepat pulang ke rumah karna ia sangat merasa letih sekali.
"Huhh lama amat nih angkot!" gerutu Misya sambil menoleh ke arah kiri dan kanan jalan.
Saat Misya sedang menunggu angkot, sebuah motor Vespa matic berhenti
persis di depannya. Misya tampak bingung, ia berusaha melihat wajah pengemudi Motor Vespa matic yang berada di hadapannya ini.
"Di tinggal lagi?" tanya pengemudi motor Vespa matic.
Misya tak menjawab, ia memperhatikan orang yang ada di hadapannya ini dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Kamu siapa?" tanya Misya.
"Hehe lu engga kenal gua." ucap
pengemudi Vespa matic.
Misya menggelengkan kepalanya. "Hemn wajar sih, si buku berjalan engga kenal siapa gua," ucap pengemudi Vespa matic.
"Mau bareng?" ajak pengemudi Vespa matic.
"No sorry," tolak Misya.
"Yakin?, panas loh udaranya."
"Sudah bisa panas-panasan," ucap Misya.
Pengemudi Vespa matic tersenyum. "Yaudah deh gua engga maksa, oh iya saran gua kalo ada kejadian seperti kemarin langsung lari jangan diam bahaya masih untung ada gua," ucap pengemudi Vespa matic.
"Ehh kamu?"
BBRUMMMM.....
Belum selesai Misya berbicara pengemudi Vespa itu langsung menekan pedal Gas motor nya. Misya menatap motor Vespa
yang bergerak menjauh darinya.
"Jangan-jangan tadi??" gumam Misya sambil mengusap keningnya.
--0--
A/N: Hello Guys, thanks sudah baca Chapter 1 cerita ini, jangan lupa comment and Likenya yah.
"Happy Reading."
Terakhir diubah: