Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Desa Waringin. (Terjebak kawin kontrak)

Status
Please reply by conversation.
Bab 13

Cukup lama Jumirah berpikir. Dengan menimbang-nimbang segala kemungkinan yang terjadi. Lalu setelahnya dia menatapku.
"300rb tapi kasih saya uang mingguan ya pak, itung-itung uang sayuran saya, gimana?"

"Hem..." Aku berpikir, sebenernya untuk uang segitu tidak menjadi masalah untukku, jika di total, mungkin aku mengeluarkan uang 500 ribu dengan uang belanja mingguan Jumirah.

"Saya cuma bisa kasih 50 perminggu." Putuskan kemudian.

"Tapi bener kasih saya 10 juta ya pak?"

"Gampang, 10 juta langsung kalo ibu mau."

"Ya udah deh saya setuju pak." Jawab Jumirah.

"Jadi udah ada kesepakatan nih?" Tanya bik Sri.

"Iya sri, dari pada aku di siksa, mending aku ambil deh."

"Waduh. Kami jadi madu ku dong Jum?"

"Iya sri, kita kontrak sama bapak yang sama, kaya sebelumnya juga gitu kan?"

"Hihi nggak papa sih Jum. Asal jangan embat jatahku."

"Heleh! Kamu tuh yang embat jatahku."

Aku tersenyum senang mendengar keputusan ini. Setidaknya aku bisa bersenang-senang lebih jauh lagi.

Haha, aku tidak sabar melihat reaksi Adi dan Rudi saat melihat aku memilih dua wanita yang bisa memuaskan ku kapan pun dan dimana pun, ku yakin mereka akan iri setengah mampus saat mengetahui fakta itu.

Tapi sebelum itu...

"Ehem..." Aku herdeham sebentar untuk menarik perhatian mereka. Bik Sri dan Jumirah langsung terdiam dan menatap ke arahku.

Setelah perhatian mereka teralihkan ke arahku. Aku langsung berdiri dan menurunkan celana boxer yang ku kenakan.

Kelakuan ku tentu membuat kedua wanita di hadapanku langsung tersipu. Apalagi Jumirah yang membelalakkan matanya saat menatap komandan.

Komandan yang masih tertidur terlihat mengenaskan di hadapan mereka. "Sini buk, tes Drive dulu." Kataku santai sembari duduk lagi di kursi panjang.

Entah keberanian dari mana, seolah urat Maluku sudah putus karena aku berani bugil di teras rumah orang.

"Sekarang pak?" Tanya Jumirah menatap ke arah penisku ragu-ragu.

"Iya dong, kasih service ringan dulu aja." Jawabku santai sembari memberi kode kepada Jumirah.

"Tuh Jum, katanya tadi pagi pingin nyicip, udah keluar tuh burung pak Adit." Ujar bik Sri mengkompori Jumirah.

"Iya sih Sri, tadi aku liatnya nggak jelas banget. tapi pas liat gini, kok serem yah? Belum bangun aja udah sebesar itu apalagi kalo udah bangun." Jawab Jumirah ragu-ragu saatelihat ke arah penisku. Yah wajah sih, dengan ukuran penis seperti itu ada banyak wanita yang mungkin akan takut. Berbeda dengan bik Sri yang malah suka dengan ukuran penisku.

"Ku jamin longgar memek mu Jum." Ledek bik Sri sembari terkekeh. "Lawon aku saja Sampek kejang-kejang di buat kontol den adit."

"Iya sih, sobek nggak yah?" Jumirah masih menatap penisku dengan intens.

"Udah sini, katanya mau nyicip?" Kataku sembari menggerakkan komandan yang masih loyo ke kanan ke kiri lalu ku putar-putar di depan Jumirah.

"Tuh Jum. Nggak mau emang? Kali nggak mau biar buat aku aja sini!" Kata bik Sri bersiap untuk turun..

"Ehh enak aja! Kamu udah tadi pagi Sri. Jatah ku ini!" Sahut Jumirah sembari merangkak ke arahku. Lalu saat sampai di depan penisku dia menatap sejenak, tangannya bergerak menyentuh penisku lalu mengurutnya pelan dan di bolak balik untuk memastikan.

"Ini muat nggak ya pak?" Tanyanya ragu-ragu.

"Coba aja?" Ujarku santai.

Dalam hati aku tersenyum melihat bagaimana Jumirah memainkan penisku. Aku tak percaya bahwa fantasiku akan bertambah kali ini, dan jujur ini sungguh diluar ekspektasi ku.

Sesaat kemudian Jumirah menggerakkan kepalanya ke penisku lalu menjulurkan lidah untuk menjilat bagian kepala penisku.

Aku mendesah nikmat di buatnya, Jumirah menjilati penisku seperti seorang anak kecil yang tengah menjilati es krim.

Lalu saat nikmat itu masih memenuhi kepalaku, Jumirah langsung melahap penisku. Aku menahan napas sejenak, apalagi saat Jumirah mulai menarik turunkan kepalanya dan memasukkan kepala penisku ke tenggorakannya. Sensasi itu luar biasa. Terlebih saat isi penisku terasa di hisap habis oleh Jumirah.

Aku mendengus pelan menikmati sensasi hisapan Jumirah yang sungguh luar biasa. Bahkan saat ada beberapa anak yang lalu Lalang di depan rumah, aku tak peduli. Aku hanya bisa merem melek menikmati permainan Jumirah.

Tak ingin rasa hampa di tanganku dan mulutku yang gatal untuk menyesap sesuatu, lantas segera ku tarik bik sri agar mendekat ke arahku.

"Loh den! Kok bibi juga?" Tanya bik Sri, tapi tetap mengikuti kemauanku.

"Mau nenen bik." Jawabku lagi.

"Oalah. Kayak bayi aja Aden ini." Jawab bik Sri sembari terkekeh.

"Habisnya nenen bibik bikin Adit nggak tahan." Ku sibak daster bibik, ku keluarkan kedua payudara bik Sri lalu segera ku tenggelamkan wajahku ke belahan payudaranya, kedua tanganku ku gunakan untuk meremas kedua payudaranya, lalu ku sibak dan ku gerakkan hingga wajahku benar-benar tenggelam di sana. Setelahnya ku tamparkan bongkahan kenyal itu di wajahku.

Ohh sungguh nikmat, bisa menikmati payudara jumbo dan bibir tipis yang masih bekerja di bawah sana. Sungguh kenikmatan yang hakiki

Jumirah dengan lihai memainkan lidahnya di penisku. Membuatku mengeram Nikmat.

"Arggghhhh..... Gila enak banget buk!" Erangku saat Jumirah memainkan lidahnya di batang penisku, sedangkan tenggorokan Jumirah seolah memijat kepala penisku.

Aku hampir saja klimaks jika tak pandai mengatur tempo pernapasan ku. Tentu aku tak ingin permainan ini segera berakhir, aku mencoba menahan diri agar mendapat hidangan utama, karena ku lihat Jumirah sudah mulai gelisah di bawah sana. Tangan kirinya sudah turun ke bawah, menggesek selangkangannya sendiri.

"Pak..." Ucap Jumirah parau. Napasnya tersengal, dia mendongak sembari memegang penisku dan mengocoknya pelan.

Aku mengangkat wajahku untuk melihat Jumirah. Dengan wajah yang memerah.

"Boleh ku masukkan?" Tanya Jumirah dengan wajah penuh nafsu.

"Masuk?" Tanya sok polos.

Jumirah mengangguk. "Pengen ini." Jarinya menunjuk penisku. "masuk ke sini." Lalu menunjuk ke arah selangkangannya.

"Ini apa?" Tanya ku memancing.

"Kontol bapak masuk ke memek Jumirah." Ujar Jumirah dengan nada parau dan serak. Seolah menahan nafsu yang sudah menggebu-gebu.

"Tapi kan kita cuma tes Drive. Emang nggak papa?" Pancingku pada Jumirah yang sudah mupeng itu.

"Tapi aku pengen pak...."

"Ya udah deh, buka bajumu dulu!" Perintah ku.

Segera Jumirah berdiri dan membuka bajunya satu persatu hingga bugil. Seolah tak punya rasa malu, Jumirah telanjang bulat memperlihatkan payudara proposional dan vagina pelontos tanpa ada bulu jembut satupun di sana. Jujur aku suka bentuk vagina Jumirah, tipikal vagina yang tembam tanpa ada bulu sedikitpun. Dia berdiri di teras rumah tanpa peduli dengan tatapan orang-orang, yang mana depan rumah kami adalah jalan yang di lalui oleh penghuni kamp.

Dan ku lihat sudah ada lima atau enam orang yang lewat berjalan kaki di depan kami sembari memperhatikan apa yang kami lakukan.

Benar-benar gila bukan? Lingkungan yang tidak peduli dengan hal tabu seperti ini, dimana lagi aku bisa menemukan tempat segila ini. Bahkan di benakku sekalipun rasanya aku masih tidak percaya, bahwa ada tempat segila ini.

"Udah boleh. Pak?" Tanya Jumirah dengan suara parau.

Aku mengangguk lalu ku tarik tangan Jumirah agar mendekat ke arahku. Setelahnya ku suruh dia untuk duduk di pangkuanku dengan posisi saling menghadap, hingga posisi ini aku bisa menikmati empat payudara sekaligus. Salah satu yang menjadi fetisku, aku sungguh tergila-gila pada wanita yang memiliki payudara yang besar. Dan akan semakin bernafsu saat menemukan wanita seperti mereka berdua ini.

Jumirah meraih penisku, diarahkannya ke belahan vaginanya, sebelum menjebol vaginanya sendiri, Jumirah menggesek-gesekkan sebentar penisku di sana, seolah sebagainya tanda perkenalan, lalu setelahnya dia mulai bergerak turun dengan perlahan.

"Oghhhh...." Lenguh Jumirah. "Peennuujhhhh pak!!!" Lenguhnya lagi, dengan wajah mendongak dan mata terpejam. Tubuhnya melengkung ke belakang membuat payudaranya membusung jelas di wajahku.

Aku segera melahap payudara Jumirah, sedangkan tangan kananku masih asik meremas payudara bik Sri.

Aku benar-benar puas dengan payudara yang begitu indah itu.

Ku rasakan Jumirah mulai menarik turunkan tubuhnya, membuat penisku mulai mendapatkan gesekan nikmat. Penuh sesak ku rasakan, seolah vagina Jumirah masih begitu rapat dan rasanya seperti menembus perawan, begitu sesak dan sempit hingga terasa sedikit ngilu.

"Ohghhhhhh iyyahhhh, penuhhhh! Kontol bapakkkk bessarrr bangggeettt! Mentok pak!" Ricau Jumirah.

Aku hanya meringis kecil saat rasa ngilu bercampur nikmat karena sensasi sempit dari vagina Jumirah ku rasakan. remasan ku di payudara bik Sri semakin kuat, apalagi saat Jumirah semakin cepat menggoyangkan pinggulnya.

Dia mendorong tubuh ku sedikit kebelakang, tangannya menopang pada kursi panjang yang ku duduki bersebelahan dengan bik Sri. Lalu dengan santainya dia menggoyangkan pantatnya ke kanan dan ke kiri mirip seperti yang ada di film porno. Yang bergoyang hanya pantatnya saja tidak dengan pinggang apalagi tubuhnya.

Aku mendesis nikmat.

"Oghhhh gilaaakk, enakk buuu!" Aku melenguh panjang.

Goyangan Jumirah semakin menggila membuat klimaks ku hampir di ujung, aku tak bisa menahan lagi, dan ku pikir aku akan jebol saat itu juga.

"Bukkkkk mau keluarrr!" Erangku keras.

"Iyahhh .... Bareng pak!" Ujar Jumirah yang semakin gila menggoyangkan pantatnya di sana.

Aku tak kuasa lagi, tak sampai satu menit setelah aku berteriak, air maniku segera menyembur dengan derasnya ke dalam vagina Jumirah, aku yakin air maniku berhasil menembus rahim Jumirah saat itu.

Napas Jumirah terengah-engah, kepalnya ambruk ke pundakku, hingga aku mampir mendengar deru napas yang begitu memburu itu.

"Gimana Jum? Mantap kan kontol den adit?" Tanya bik Sri sembari tersenyum puas. Apalagi melihat Jumirah yang terkapar dengan napas yang masih memburu.

"Hosshhh hoshhh! Gila! Memek ku sampe mau sobek rasanya!" Balas Jumirah.

"Tapi enak kan?"

"Enak banget! Gila! Kalo gini sih nggak akan mampu aku Sri! Kayaknya bakal minta sama pak Adit aja! Beda jauh sama Hartono!"

Gelak tawa bik Sri langsung pecah. "Hahaha! Burung emprit kami samain sama burung elang. Ya beda jauh toh Jum!"

"Iya sri! Bisa mati klimaks aku kalo gini caranya?"

"Jadi gimana? Sanggup ambil jatah sendiri layani den adit?"

"Angkat bendera aku Sri. Ini aja kontol pak Adit masih tegang aja di dalam, mentok pula!"

Aku akui, aku masih ingin bermain lagi, berhubungan komandan masih tegak dengan semangat 45, aku merasa jika permainan singkat ini belum memuaskan hasrat dalam diriku.

"embat lagi aja! Mumpung masih banyak waktu!" Pancing bik Sri.

"Nyerah aku sri. Memek ku udah perih banget!"

"Hihi! Cemen kamu mah. Masak gitu aja dah nyerah. Kayak gitu tadi ngotot!"

"Ampun Sri! Kali ini aku nyerah dulu." Jawab Jumirah sembari berdiri dari pangkuan ku.

PLOP!

suara penisku yang berhasil keluar dari vagina Jumirah. Aku masih duduk bersandar pada dinding, melihat Jumirah turun dan duduk tepat di sebelahku.

"Jadi ku ambil nih jatahmu?" Pancing bik Sri.

"Ambil Sri, ambil yang satu ini, aku tak istirahatin memek aku dulu, kaget dia dapat bareng jumbo gitu."

"Ya udah deh. Aku ambil nih ya?!" Ujar bik Sri sembari berdiri dan segera mengangkang dan duduk di pangkuanku, dia segera mengambil penisku dan segera dia masukkan ke dalam vaginanya yang sudah basah, hingga membuat penisku masuk dengan begitu mudah.

Walau tak sesempit vagina Jumirah, milik bik Sri tak kalah nikmat, malah sangat nikmat bagiku. Aku mendesah di setiap goyangan bik sri.

Dia tak mau kalah dari Jumirah dan segera unjuk gigi, di keluarkan semua jurus andalannya, dari haya goyang ngebor. Goyang patah-patah dan gaya miring kiri kanan di gunakan semua, membuat variasi permainan ku semakin menggila lagi.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd