Chapter 1
Malam ini adalah malam paling berkesan di hidupku. Akhirnya aku bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai. Dia adalah safira, perempuan yang selalu menutup tubuhnya dengan pakaian takwa. Dengan gamis hitam menutupi aurat yang selalu dia jaga, hijab panjang dan cadar yang menutupi wajah indah yang membuat setiap lelaki penasaran. Ah safira, aku berdecak kagum saat malam pertama. Detik-detik cadar yang menutupi wajahnya terbuka. Duh begitu indah, mata indahmu ternyata mengisyaratkan bahwa dibalik cadarmu tersimpan mutiara. Hidung yang mbangir dengan ujung lancip, bibir tipis berwarna merah merona. Ku kecup perlahan, safira malu-malu. Dia tertunduk tersipu saat kupuji kecantikan wajahnya.
Kamu cantik dek, dia tertunduk.
Kok menunduk gitu? Aku malu kak.
Kenapa malu sayang? Kan kita sudah halal.
Eng-enggak, a-adek emm. Kupegang wajahnya lalu kembali kukecup bibirnya.
Kukecup, sedikit kupagut bibir bawahnya. Dengan sedikit aku kulum lembut.
Aku basahi dengan lumatan membasahi bibirnya.
Kak? Dia menatap mataku, saat kulepas pagutan dari bibirnya.
Kenapa dek? Emm, Elm, dia membalas lumatanku.
Kita saling kecup, lumat, sampai bibir kita sama-sama basah.
Aku coba aku keluarkan lidahku menyentuh bibirnya yang terbuka. Dia mulai dengan agak-agak kikuk mengeluarkan lidahnya.
Lidah kita saling bertemu, bersentuhan seperti sepasang kekasih yang saling bersenggama. Lalu saling mengulum satu sama lain.
Kak?
Iya sayang?
Aku cinta kakak, aku sayang kakak.
Hijab aku buka, perlahan. Jantungku semakin berdetak kencang. Rambut pendeknya mulai terlihat. Cantik banget kamu fira, kataku dalam hati. Lalu aku buka gamis, terpampang bh putih yang menutupi payudara mungil tetapi bulat sempurna.
Kemaluanku langsung on sempurna. Aku lanjutkan dengan membuka bh putihnya. Ternyata payudara fira lebih besar dari dugaanku setelah keluar dari sarangnya.
Payudara fira berayun. Kucium lehernya, aku jilat. Beralih ke kuping lalu kembali aku cium bibirnya.
Ah kak, payudaranya aku remas perlahan. Aku mainkan puting berwarna coklat tuanya. Geli kak.
Tapi enak kan? He'em, Fira mengangguk.
Lalu mukaku turun untuk menghisap payudaranya. Jantung Fira berdetak kencang. Dengan dada naik turun.
Dadanya semakin kencang, dengan puting mengacung sempurna. Ntah sejak kapan gamis Fira sudah terlepas. Kini tubuh indahnya begitu sempurna terlihat begitu menggairahkan.
Celana dalam putihnya terlepas. Vaginanya dengan bulu kemaluan yang bersih tanpa bulu, membuat aku menelan ludah berkali-kali.
Pergumulan kita dimulai dengan posisi missionari, dengan aku di atas Fira di bawah. Darah segar keluar bersamaan dengan orgasme Safira yang pertama.
Lalu berganti fira berada di atas aku dibawah. Dengan posisi wot, safira memacu birahinya. Tubuhnya yang terpampang indah, dengan payudara seukuran tangkupan tanganku bergetar. Bibir vaginanya yang mungil, berwarna coklat, dengan rongga berwarna merah sempit merenggang, kempis. Kemaluanku sepanjang 16cm keluar masuk. Bunyi ceplak ceplok membahana memenuhi ruangan kamar kecil kami.
Kak, enak kak. Remas payudara adek.
Rambut safira yang sepundak, menampakkan keindahan leher jenjangnya.
Kita berganti posisi, ah ah kak. Dalam posisi doggy style pinggul safira yang ramping dengan panggul yang lebar, pantat yang bulat putih bersih menambah nafsuku semakin tinggi.
Ntah berapa jam pergumulan panas kami. Tak ada bosannya, penisku menggenjot lubang sempit safira.
Berkali-kali Safira menyemburkan cairan kenikmatan.
Kak adek mau pipis.
Itu cairan kenikmatan, keluarin aja sayang. Enak kan?
He'em, enak kak.
Ntah berapa kali Safira orgasme, dengan squrting berkali-kali juga. Sampai kita lupa waktu. Dan terbangun hingga menjelang subuh.
Bangun sayang, udah mau subuh nih.
Emmm, safira mengulat. Mengusap muka dan matanya.
Jam berapa kak?
Jam 03.30 sayang. Ayuk mandi junub dulu.
Ayok kak, safira tanpa sadar keluar kamar dalam kondisi telanjang bulat.
Eh, aku lupa. Saat itu safira sudah dalam posisi membuka pintu. Dan saat itu juga ayahku dan ibuku melongo saat melihat menantunya secara tak sengaja keluar kamar dalam posisi telanjang bulat.
Duh, maaf pak, maaf Bu, Fira lupa. Fira menunduk malu lalu membuka pintu kamar dan menghambur dalam pelukanku.
Aku malu kak, ayah dan ibu melihatku telanjang. Kepalanya ditempelkannya ke dadaku.
Udah, udah, aku usap-usap punggungnya. Aku besarkan hatinya agar dia tak merasa bersalah. Namanya juga lupa dek. Udah gapapa, ayah dan ibu kan udah jadi orang tua Fira juga.
Eh iya ya, Fira lupa. Lalu Fira tersenyum. Yaudah deh, Fira gak malu lagi.
Loh, Fira keluar lagi dalam kondisi telanjang bulat. Eh dek, kok... Kata-kataku terputus.
Aku kejar safira, dek Safira kenapa sih, kataku dalam hati.
Kok gak ada, aku cari ke kamar mandi sudah gak ada.
Oh iya aku dedi, anak pertama dari 5 bersaudara. Adek-adekku ke empat-empatnya cowok. Yang pertama kelas 12 SMA, yang kedua kelas 11 SMA. Dan yang ketiga dan ke empat kembar kelas 10 SMA.
Aku mendengar suara teriakan tertahan, seperti mulut sedang disekap. Ternyata berada di belakang rumah kami. Kuintip dari balik kamar mandiku yang terletak di luar rumah. Kebetulan rumah kami berada di kampung.
Sssst, mbak jangan teriak. Sssstt.
Istriku mengangguk ketakutan.
Yaudah, mbak manut kami ya.
Bersambung
Malam ini adalah malam paling berkesan di hidupku. Akhirnya aku bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai. Dia adalah safira, perempuan yang selalu menutup tubuhnya dengan pakaian takwa. Dengan gamis hitam menutupi aurat yang selalu dia jaga, hijab panjang dan cadar yang menutupi wajah indah yang membuat setiap lelaki penasaran. Ah safira, aku berdecak kagum saat malam pertama. Detik-detik cadar yang menutupi wajahnya terbuka. Duh begitu indah, mata indahmu ternyata mengisyaratkan bahwa dibalik cadarmu tersimpan mutiara. Hidung yang mbangir dengan ujung lancip, bibir tipis berwarna merah merona. Ku kecup perlahan, safira malu-malu. Dia tertunduk tersipu saat kupuji kecantikan wajahnya.
Kamu cantik dek, dia tertunduk.
Kok menunduk gitu? Aku malu kak.
Kenapa malu sayang? Kan kita sudah halal.
Eng-enggak, a-adek emm. Kupegang wajahnya lalu kembali kukecup bibirnya.
Kukecup, sedikit kupagut bibir bawahnya. Dengan sedikit aku kulum lembut.
Aku basahi dengan lumatan membasahi bibirnya.
Kak? Dia menatap mataku, saat kulepas pagutan dari bibirnya.
Kenapa dek? Emm, Elm, dia membalas lumatanku.
Kita saling kecup, lumat, sampai bibir kita sama-sama basah.
Aku coba aku keluarkan lidahku menyentuh bibirnya yang terbuka. Dia mulai dengan agak-agak kikuk mengeluarkan lidahnya.
Lidah kita saling bertemu, bersentuhan seperti sepasang kekasih yang saling bersenggama. Lalu saling mengulum satu sama lain.
Kak?
Iya sayang?
Aku cinta kakak, aku sayang kakak.
Hijab aku buka, perlahan. Jantungku semakin berdetak kencang. Rambut pendeknya mulai terlihat. Cantik banget kamu fira, kataku dalam hati. Lalu aku buka gamis, terpampang bh putih yang menutupi payudara mungil tetapi bulat sempurna.
Kemaluanku langsung on sempurna. Aku lanjutkan dengan membuka bh putihnya. Ternyata payudara fira lebih besar dari dugaanku setelah keluar dari sarangnya.
Payudara fira berayun. Kucium lehernya, aku jilat. Beralih ke kuping lalu kembali aku cium bibirnya.
Ah kak, payudaranya aku remas perlahan. Aku mainkan puting berwarna coklat tuanya. Geli kak.
Tapi enak kan? He'em, Fira mengangguk.
Lalu mukaku turun untuk menghisap payudaranya. Jantung Fira berdetak kencang. Dengan dada naik turun.
Dadanya semakin kencang, dengan puting mengacung sempurna. Ntah sejak kapan gamis Fira sudah terlepas. Kini tubuh indahnya begitu sempurna terlihat begitu menggairahkan.
Celana dalam putihnya terlepas. Vaginanya dengan bulu kemaluan yang bersih tanpa bulu, membuat aku menelan ludah berkali-kali.
Pergumulan kita dimulai dengan posisi missionari, dengan aku di atas Fira di bawah. Darah segar keluar bersamaan dengan orgasme Safira yang pertama.
Lalu berganti fira berada di atas aku dibawah. Dengan posisi wot, safira memacu birahinya. Tubuhnya yang terpampang indah, dengan payudara seukuran tangkupan tanganku bergetar. Bibir vaginanya yang mungil, berwarna coklat, dengan rongga berwarna merah sempit merenggang, kempis. Kemaluanku sepanjang 16cm keluar masuk. Bunyi ceplak ceplok membahana memenuhi ruangan kamar kecil kami.
Kak, enak kak. Remas payudara adek.
Rambut safira yang sepundak, menampakkan keindahan leher jenjangnya.
Kita berganti posisi, ah ah kak. Dalam posisi doggy style pinggul safira yang ramping dengan panggul yang lebar, pantat yang bulat putih bersih menambah nafsuku semakin tinggi.
Ntah berapa jam pergumulan panas kami. Tak ada bosannya, penisku menggenjot lubang sempit safira.
Berkali-kali Safira menyemburkan cairan kenikmatan.
Kak adek mau pipis.
Itu cairan kenikmatan, keluarin aja sayang. Enak kan?
He'em, enak kak.
Ntah berapa kali Safira orgasme, dengan squrting berkali-kali juga. Sampai kita lupa waktu. Dan terbangun hingga menjelang subuh.
Bangun sayang, udah mau subuh nih.
Emmm, safira mengulat. Mengusap muka dan matanya.
Jam berapa kak?
Jam 03.30 sayang. Ayuk mandi junub dulu.
Ayok kak, safira tanpa sadar keluar kamar dalam kondisi telanjang bulat.
Eh, aku lupa. Saat itu safira sudah dalam posisi membuka pintu. Dan saat itu juga ayahku dan ibuku melongo saat melihat menantunya secara tak sengaja keluar kamar dalam posisi telanjang bulat.
Duh, maaf pak, maaf Bu, Fira lupa. Fira menunduk malu lalu membuka pintu kamar dan menghambur dalam pelukanku.
Aku malu kak, ayah dan ibu melihatku telanjang. Kepalanya ditempelkannya ke dadaku.
Udah, udah, aku usap-usap punggungnya. Aku besarkan hatinya agar dia tak merasa bersalah. Namanya juga lupa dek. Udah gapapa, ayah dan ibu kan udah jadi orang tua Fira juga.
Eh iya ya, Fira lupa. Lalu Fira tersenyum. Yaudah deh, Fira gak malu lagi.
Loh, Fira keluar lagi dalam kondisi telanjang bulat. Eh dek, kok... Kata-kataku terputus.
Aku kejar safira, dek Safira kenapa sih, kataku dalam hati.
Kok gak ada, aku cari ke kamar mandi sudah gak ada.
Oh iya aku dedi, anak pertama dari 5 bersaudara. Adek-adekku ke empat-empatnya cowok. Yang pertama kelas 12 SMA, yang kedua kelas 11 SMA. Dan yang ketiga dan ke empat kembar kelas 10 SMA.
Aku mendengar suara teriakan tertahan, seperti mulut sedang disekap. Ternyata berada di belakang rumah kami. Kuintip dari balik kamar mandiku yang terletak di luar rumah. Kebetulan rumah kami berada di kampung.
Sssst, mbak jangan teriak. Sssstt.
Istriku mengangguk ketakutan.
Yaudah, mbak manut kami ya.
Bersambung