andytama124
Guru Semprot
- Daftar
- 25 Dec 2014
- Post
- 565
- Like diterima
- 88
BAB 1 Mengawal Tokoh-Tokoh Dunia Persilat
1 Mengawal Tokoh-Tokoh Dunia Persilat
Sepuluh hari telah lewat setelah meninggalnya salah seorang Tokoh Ajaib Rimba Persilatan, Kian Ti Hosiang. Bahkan jasadnyapun sudah diperabukan melalui upacara keagamaan yang sangat khusyuk dan diiringi sejumlah tokoh besar rimba persilatan jaman itu. Dan malam itu, memasuki malam pada hari kesebelas, ataupun 3 hari setelah perdebatan masalah bengcu rimba persilatan yang berujung pada pengembalian mandat bengcu oleh Kiang Ceng Liong.
Malam yang sungguh-sungguh kelam. Dan kesenyapan juga melingkupi gunung Siong San, bahkan juga lingkungan sekitar Kuil Siauw Lim Sie di Gunung terkenal itu. Bahkan mereka yang berjaga-jaga di seputar gunung Siong San, yakni para pendeta kelas rendahan di Kuil itu, juga berdiri dengan disiplin tinggi, nyaris seperti orang mati.
Suasana senyap itu, bahkan juga menjalari Kuil Siauw Lim Sie, yang nampak lengang, kendatipun masih banyak tokoh besar rimba persilatan yang masih tetap tinggal.
Sebetulnya, tinggalnya para tokoh tersebut, bukan semata masih kangen dan berat meninggalkan Siong San. Bukan juga karena kerasan alias betah dan terkesan dengan keindahan pemandangan si Gunung Siong San yang memang sangat terkenal itu. Tetapi, lebih karena tiba-tiba mereka menjadi sadar, bahwa pertikaian 3 hari beselang, bakal meninggalkan banyak kerumitan bagi rimba persilatan yang sedang dalam ancaman terror pembunuhan yang mengerikan.
Bahkan, banyak dan sebagian besar tokoh persilatan tersebut, mulai menyesalkan beberapa orang dari antara mereka yang memicu dan menimbulkan huru hara. Huru-hara yang pada akhirnya membuat dan mendorong Ceng Liong menanggalkan kewajibannya sebagai bengcu. Meskipun juga secara jantan Ceng Liong menyatakan tetap akan memanggul tugas untuk mengamankan rimba persilatan bukan sebagai bengcu, tetapi sebagai tanggungjawab insan persilatan, dan tanggungjawab Lembah Pualam Hijau bersama Siauw Lim Sie, Bu Tong dan Kay Pang.
Selain itu juga, lebih banyak lagi yang merasa seram dan menjadi sangat ketakutan karena Siong San barusan diganggu oleh tokoh-tokoh hitam yang sangat menakutkan. Siapa yang berani menjamin, bahwa gerombolan pembunuh Thian Liong Pang tidak akan mencegat mereka di perjalanan dan kemudian membasmi mereka satu persatu? Bukankah merupakan kesempatan besar bagi Thian Liong Pang untuk mengurangi kekuatan kelompok Pendekar? Dan bukankah itu sangat mungkin dalam perjalanan turun dari Kuil Siauw Lim Sie?
Beralasan apabila kemudian banyak diantara tokoh rimba persilatan yang merasa ngeri untuk melakukan perjalanan terpisah dari rombongan para pendekar turun dari Siong San. Siapa pula yang bersedia kehilangan nyawa cuma-cuma, terlebih setelah melihat dan mendengar kehebatan para penyerang, yang bukan tidak mungkin adalah Kim-i-Mo Ong dan Koai Tung Sin Kay.
Dan, siapa pula Pendekar jaman ini yang tidak merasa seram dengan kedua maha iblis yang pernah mengganas 40 tahun sebelumnya, dan hanya dengan turun tangannya tokoh sekelas Kiong Siang Han dan Kiang Sin Liong sajalah yang sanggup mengikat mereka puluhan tahun. Dan, mereka sadar betul, bahwa mereka belum nempil melawan kedua maha iblis itu, bahkan mungkin mendekati sajapun masih belum, apalagi nempil menandingi keduanya.
Begitulah gambaran pada tokoh yang masih berada di Siuw Lim Sie, meskipun waktu untuk turun gunung sudah tiba. Tetapi, masih belum ada yang memiliki keberanian untuk mengambil insiatif turun gunung dengan alasan yang tentu berbeda-beda. Ciangbunjin Siauw Lim Sie sebagai salah seorang sesepuh dunia persilatan sungguh mengerti keadaan ini, dan karena itu, orang tua saleh ini sedang berdaya upaya keras untuk memikirkan bagaimana cara mengatasi keadaan terakhir ini.
Bersama dengan beberapa sesepuh atau yang dituakan di dunia persilatan dewasa ini, seperti Ciangbunjin Bu Tong Pay, Ciangbunjin Kun Lun Pay dan Hu Pangcu Kay Pang serta juga Jin Sim Todjin, Sian Eng Cu, utusan Thian San Pay dan Wakil Ciangbunjin Siauw Lim Sie, mereka merundingkan sesuatu di sebuah ruangan khusus yang tersedia bagi mereka. Karena itu, percakapan mereka sama sekali tidak menarik perhatian dan tidak ketahuan siapapun. Siapa lagi pulakah yang nekad untuk mengintip percakapan tokoh-tokoh besar dunia persilatan beraliran putih itu?
Sementara itu, ke-enam tokoh muda, Kiang Ceng Liong, Liang Mei Lan, Liang Tek Hoat, Siangkoan Giok Lian dan Pendekar kembar Siauw Lim Sie, Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song, juga mengadakan pertemuan sejenis. Sebetulnya, topik dan keprihatinan merekapun tidak berbeda jauh dengan topik para sesepuh dunia persilatan.
Jikapun ada bedanya, maka percakapan para anak muda ini adalah membicarakan bagaimana melaksanakan tugas yang dititipkan suhu mereka masing-masing terkait dengan masa depan Rimba Persilatan Tionggoan. Serta juga, mereka masing-masing merasa agak kaget dan terkejut dengan pengunduran diri Ceng Liong, justru pada saat-saat menentukan untuk melakukan perlawanan dan pembasmian atas para pengacau Thian Liong Pang. Karena itu, para pendekar muda ini, bercakap dengan tindak lanjut dan bagaimana mereka akan berupaya untuk melakukan tugas mereka terkait dengan masalah di Tionggoan.
Karena tingginya kepandaian para pemuda ini, maka percakapan mereka nyaris tidak diketahui siapapun. Sama juga dengan percakapan para sesepuh yang sedang menganalisis kejadian-kejadian terakhir dengan penuh keprihatinan. Percakapan yang tidak saja sangat serius, tetapi terkesan sangat genting karena sejumlah besar persoalan dunia persilatan sangat penting untuk sesegera mungkin dipecahkan dan ditangani.
Percakapan para sesepuh yang terpisah dari percakapan para pendekar muda itu, dibuka oleh suara Ciangbunjin Siauw Lim Sie yang nampaknya berbicara dengan mimik sangat serius dan penuh dengan keprihatinan itu:
Saudara-saudara, punco sangat terkejut dengan perkembangan terakhir. Pengunduran diri Kiang Bengcu yang masih muda sungguh akan mengakibatkan banyak persoalan dan banyak kerumitan. Kita paham bersama, bahwa bahkan jalan turun dari bukit inipun masih rahasia, dan belum tahu ada perkembangan apa nantinya. Memang, setelah penyerangan waktu lalu, tidak nampak lagi aktifitas Thian Liong Pang disekitar Siong San, tetapi keadaan ini justru semakin mengkhawatirkan punco. Sangat mungkin mereka akan mengurangi kekuatan kaum pendekar dengan menyergap satu persatu dalam perjalanan dari Siong San ini. Bagaimana pendapat saudara saudara, siancai-siancai
Kekhawatiran Ciangbunjin sangat beralasan. Pikiran serupa juga sudah lohu pikirkan sejak beberapa hari terakhir. Terlalu mencurigakan tingkah dan pola Thian Liong Pang, dan tidak mungkin mereka tidak menyiapkan langkah lebih jauh. Karena itu, dibutuhkan kesiagaan tinggi dari para pendekar, baik sejak turun dari Siong San, maupun untuk keadaan selanjutnya. Tapi sayangnya, kenyataan bahwa Kiang Ceng Liong dipaksa oleh keadaan dan darah mudanya untuk mengundurkan diri sebagai Bengcu, justru tambah membuat kacau keadaan kita. Lohu melihat, lebih banyak ruginya ketimbang untungnya bagi kita Pengemis Tawa Gila, Kay Pang Hu Pangcu berkomentar juga dengan nada yang sangat serius. Betapapun, rasa terima kasih dan hormatnya kepada Ceng Liong tidak bisa disembunyikan.
Benar, benar sekali saudara Hu Pangcu. Dari kita semua, nampaknya lohu dan Pengemis Gila Tawa yang paling sering melihat sepak terjang bekas Bengcu muda itu. Kepandaiannya sungguh mengagumkan, bahkan sudah jauh melampaui lohu, sudah mendekati para guru besar kita. Tetapi kepahlawanan dan pribudinya sungguh mengagumkan. Caranya mengalahkan Bouw Lim Couwsu yang sangat sakti itu dan bahkan kemudian mengampuni nyawa orang tua sesat itu, sungguh sangat mengesankan. Karena itu, sungguh kerugian besar menciptakan kondisi yang memaksa Ceng Liong mengundurkan diri. Lohu melihat, dibutuhkan saran dan masukan dari para sesepuh, Ciangbunjin sekalian untuk menjernihkan masalah ini. Baik kepada Kiang Ceng Liong, maupun terhadap para pendekar Sian Eng Cu angkat bicara, yang dibenarkan dengan anggukan kepala oleh Hu Pangcu Kay Pang yang langsung berkata singkat;
Lohu sangat sependapat, usulan Tong Hengte sangat masuk akal. Hanya kekuatan dan pengaruh para sesepuh yang mungkin bisa mengatasi masalah ini secepatnya
Bila Ji Suheng sampai memuji anak itu, maka bisa dimengerti bahwa Kiang Ceng Liong bukan orang sembarangan. Artinya, sangat dibutuhkan tokoh muda semacam dia, disamping anak muda lainnya yang sudah sanggup memperlihatkan kemampuan mereka menghadapi para perusuh. Murid locianpwe Kiong Siang Han, Liang tek Hoat dan adiknya, Sumoy kami, juga nampak sudah bisa diandalkan. Dan jangan lupa, juga kedua murid kembar Siauw Lim Sie didikan dari Kian Ti Suhu, serta nona dari Bengkauw. Hanya, sebelum tercipta suasana kebersamaan, rasanya sangat sulit mencapai hasil yang baik Jin Sim Todjin Menambahkan segera setelah Pengemis Tawa Gila menyetujui usulan Sian Eng Cu.
Suasana sejenak berubah menjadi lebih hening, ketika para sesepuh tersebut merenungkan semua yang disampaikan tokoh-tokoh yang sangat mengenal keadaan rimba persilatan, yakni Sian Eng Cu, Tong Li Koan dan Pengemis Tawa Gila. Beberapa dari mereka menjadi teperanjat mendengar Ceng Liong sanggup mengalahkan Bouwl Lim Couwsu. Dalam usia mudanya dan kemampuannya mengalahkan Bouw Lim Couwsu, sungguh membayangkan betapa hebat dan dahsyatnya anak muda itu.
Fakta bahwa dia dari Lembah Pualam Hijau memang hebat, tetapi fakta dia mengalahkan Bouw Lim Couwsu, sungguh berita yang terlampau besar. Tetapi, semua juga sadar, bahwa melakukan tugas menjernihkan persoalan benar-benar membutuhkan energi yang besar. Terutama menjelaskan dan membuat mengerti para tokoh rimba persilatan di satu sisi, dan setelah itu, masih belum tentu Kiang Ceng Liong akan menerima begitu saja meskipun para jago telah dibuat paham. Karena itu, para sesepuh yang berkumpul ini menjadi serba salah, memikirkan langkah terbaik apa yang bisa ditempuh dalam suasana yang sangat tidak menyenngkan ini.
Tidak mungkin menampung semua jago di Siong San, tapi juga tidak mungkin membiarkan mereka semua turun gunung dengan resiko terbunuh satu persatu. Apalagi, nyaris semua perguruan tinggi ternama, memiliki utusan khusus di Siong San saat itu, dan bila dihitung jumlah tamu masih cukup banyak, sekitar 150-an orang dari demikian banyak perguruan silat dan pendekar pengelana. Keheningan para jago kemudian ditingkahi dan dipecahkan keheningannya oleh Ciangbunjin Bu Tong Pay;
Menurutku begini saja, melihat posisi dewasa ini, paling benar Ciangbunjin Siauw Lim Sie didampingi Ciangbunjin Kun Lun Pay, Hu Pangcu Kay Pang dan nantinya Lohu sendiri untuk menjelaskan posisi yang serba sulit dewasa ini. Sangat dibutuhkan perjuangan bersama, bukannya saling curiga seperti saat ini dan saling tidak percaya. Paling utama, kita yakinkan dulu para jago saat ini, kemudian urusan dengan Kiang Ceng Liong, nanti kita pikirkan menyusul sarannya.
Benar, lohupun setuju dengan usulan Ciangbunjin Bu Tong Pay. Sebaiknya segera kita percakapkan hal dan upaya meyakinkan para jago tersebut, baru setelah itu kita menjumpai para jago muda untuk kelak menjadi tokoh utama dalam pertarungan melawan Thian Liong Pang Ciangbunjin Kun Lun Pay menimpali dan nampaknya sangat setuju dan mendukung apa yang telah menjadi usulan Ciangbunjin Bu Tong Pay. Dan tak lama kemudian terdengar Ciangbunjin Siauw Lim Sie menarik nafas panjang, dan beberapa saat kemudian pada akhirnya berkata:
Baiklah, kita tetapkan demikian. Biarlah kita bersama menghadapi para pendekar yang masih ada, tetapi punco mengusulkan agar Sian Eng Cu Tayhiap bersama yang lainnya yang lebih mengenal Kiang Ceng Liong untuk menjajaki pikiran anak muda itu, juga para pendekar muda lainnya untuk menghadapi situasi yang sangat rumit ini
Beberapa kepala nampak mengangguk-angguk menyetujui pembagian tugas tersebut. Bahkan Sian Eng Cu Tayhiap juga nampaknya mendukung penugasan atas dirinya serta sesepuh lainnya untuk bercakap dengan para pendekar muda. Dan selanjutnya para sesepuh tersebut nampaknya melanjutkan tukar pikiran dan strategi yang akan mereka lakukan terhadap tugas yang mesti segera mereka laksanakan.
Percakapan para sesepuh ini sendiri terasa agak tegang dan panas, meski udara sekitar Siong San agak dingin menusuk dan ditengah kesenyapan malam yang terasa mencekam. Percakapan mereka berlangsung sampai jauh malam, sampai tiba saat mereka beristirahat dan saling berjanji melakukan tugas masing-masing besok harinya.
Sementara itu para pendekar muda, di ruangan yang lain nampak juga sedang melakukan perundingan atas prakarsa Ceng Liong dan Tek Hoat dan dengan dibantu fasilitas oleh Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song. Kepedulian anak-anak muda ini, sebetulnya tidak jauh berbeda dengan para sesepuh, meski mengambil jalan yang berbeda untuk menanganinya. Bahkan mereka sudah berpikir lebih maju dari ketimbang membicarakan persoalan mundurnya Ceng Liong dan keributan dalam pertemuan para jagi sebelumnya.
Anak-anak muda ini, sudah menganggap hal tersebut lewat meski merasa masih sangat penasaran dengan kejadian tersebut. Terlebih Tek Hoat dan Mei Lan yang sangat dekat dengan Ceng Liong. Pertemuan para anak muda itu, memperlihat kepemimpinan dan wibawa Ceng Liong dan kecerdasan Tek Hoat dan Kwi Song, serta ketelitian Mei Lan serta kesabaran Kwi Beng. Menariknya, kehadiran Giok Lian diantara mereka, sama sekali tidak menimbulkan pesoalan, malah sebaliknya.
Terlebih bagi Kwi Song yang semakin hari semakin jelas nampaknya menaruh hati terhadap Giok Lian, juga Tek Hoat yang juga memiliki perasaan yang sama terhadap gadis itu. Dan, Giok Lian juga menunjukkan tingkat pemahaman atas situasi dan ketelitian yang tidak di bawah Mei Lan. Seperti itulah kondisi para pendekar muda yang bertemu di sebuah ruangan dalam kuil Siauw Lim Sie atas bantuan kedua pendekar kembar asal Siauw Lim Sie itu. Dan seperti telah bersepakat sebelumnya, Ceng Liong yang kemudian membuka pertemuan itu dan mengarahkan percakapan mereka:
Kawan-kawan, kita sedang menyaksikan suasana yang berkembang menjadi tidak menyenangkan dan lama-kelamaan akan menyulitkan Siauw Lim Sie. Bahkan, juga lama-kelamaan menyebabkan suasana disini dan suasana rimba persilatan menjadi semakin runyam. Masalah pertemuan dengan para jago dan mundurnya aku dari jabatan Bengcu, tidak usah kita persoalkan lebih jauh. Lebih baik kita segera membicarakan tugas yang diembankan para guru kita dalam melawan Thian Liong Pang. Menurut perkiraanku, tugas tersebut harus segera kita mulai bersama sejak dari Siauw Lim Sie ini. Bagaimana pemikiran kawan-kawan sekalian, baik atas suasana terakhir dan bagaimana cara kita memulai perlawanan terhadap perusuh Thian Liong Pang?
Saudara Ceng Liong, sebetulnya, akupun sangat kesal dengan tingkah para jago yang seakan-akan merasa sangat jago itu. Tapi, mempersoalkannya tidaklah mungkin lagi dewasa ini. Lawan-lawan kita, terbukti bukan olah-olah kehebatannya, dan kita semua sudah menyaksikan dan mengalaminya masing-masing. Ketimbang membicarakan persoalan siapa memimpin siapa, adalah lebih baik kita membicarakan bagaimana kita melakukan tugas guru kita masing-masing. Dalam hal ini, apabila saudara Ceng Liong memimpin kita dan mengkoordinasikan bagaimana kita melakukan tugas itu, dan masing-masing kita membagi tugas dalam keseluruhan perlawanan kita itu. Misalnya, Saudara Tek Hoat menggunakan keunggulan Kay Pang dalam mengendus informasi dan lawan, Hong Moi juga melakukan hal yang sama dengan kawan-kawan Beng Kauw, Lan Moi juga melakukan yang sama dengan jaringan Bu Tong Pay, sementara kami dengan jaringan Siauw Lim Sie. Rasanya kemungkinan kita melaksanakan tugas dengan baik cukup besar Kwi Song memaparkan secara cemerlang apa yang dipikirkannya, dan dengan semangat yang sangat terekspresikan di wajahnya.
Usulan Kwi Song Heng rasanya sangat masuk akal. Hanya, tugas bukannya menanti jauh disana, tetapi justru didepan mata sekarang. Bahkan untuk keluar dan turun dari Kuil Siauw Lim Sie, sangat mungkin dan bahkan nyaris pasti sangat berbahaya. Saya mengkhawatirkan nasib para jago yang bukan tidak mungkin terbantai satu demi satu dalam perjalanan turun gunung. Karena itu, selain membicarakan tugas kedepan, mengkoordinasikannya, kita juga harus membicarakan bagaimana mengawal para jago keluar dari Siauw Lim Sie. Dalam tugas ini, sepakat dengan Song heng, maka sudah seharusnya yang memimpin kita adalah engkau Liong-Ko. Biarlah kita semua bersama keluar mengawal para jago untuk turun gunung, dan kemudian dalam perjalanan turun gunung kita kali ini, sekaligus menjalankan rencana melawan pengaruh Thian Liong Pang, jika mungkin langsung dengan pentolannya Tek Hoat menunjukkan tingkat kematangan dan kecerdikan yang tidak disebelah Kwi Song. Gaya dan ucapannya yang simpatik membuat semua orang mau tidak mau mengaguminya. Dan Giok Lian nampaknya semakin lama semakin condong menyukai pemuda ini. Tapi, sudah tentu dipendamnya jauh-jauh di lubuk hatinya. Apalagi, dia sadar betul, disudut lain pandang mata Kwi Song bersinar dengan nada yang sama kearahnya.
Pikiran-pikiran Saudara Kwi Song dan Tek Hoat tidaklah salah. Tapi, apakah para jago itu tidak tersinggung di bawah pengawalan kita yang muda-muda ini? Giok Lian mengajukan pertanyaan yang cukup menyentak. Dan mebuat semua nampak berpikri cermat atas suasana itu.
Benar Hong Moi, keadaan ini hampir pasti menimbulkan salah sangka diantara para jago. Bagaimana sebaiknya menurut saudara Kwi Beng atau Lian Moi? Ceng Liong yang secara langsung sudah merasakan penolakan para jago beberapa hari sebelumnya nampak memang terpengaruh oleh pertanyaan Giok Lian.
Liong Ko, rasanya kita boleh melakukan tugas kita berterang ataupun dengan tidak berterang. Maksudku, kita berterang mengatakan bahwa mulai besok kita akan turun gunung melawan Thian Liong Pang. Kita lihat nanti bagaimana reaksi para jago. Atau, kita mengawal mereka secara diam-diam, dan turun tangan pada saat dan waktu yang tepat Mei Lan mengusulkan sebuah saran yang pantas dipertimbangkan.
Benar saudara Ceng Liong, usulan Lian Moi rasanya sangat masuk akal. Kita tinggal memilih salah satu dari kedua saran tersebut, atau bisa juga keduanya kita lakukan Kwi Song menyarankan sambil memandang Tek Hoat yang mengangguk-angguk dan kemudian menambahkan:
Benar, kita bisa mencoba keduanya sekaligus. Ada saat kita berterang dan ada saat kita melakuan secara diam-diam
Mungkin sebaiknya kita meminta bantuan atau pertolongan para sesepuh kita untuk beberapa hal. Pertama, menyangkut dukungan partai dan golongan kita masing-masing. Kedua, untuk melakukan tugas pengawalan agar tidak menyinggung orang lain. Ini perlu karena saudara Ceng Liong sudah meletakkan jabatan bengcunya. Ketiga, untuk membangun perlawanan secara menyeluruh sejak kita turun dari Siong San ini. Bila secara menyeluruh kaum pendekar Tionggoan bergerak, maka kemungkinan suksesnya sangatlah besar Kwi Beng yang sebelumnya banyak berdiam diri dan menyimak, menyampaikan pikirannya yang nampak sangat matang dan terukur.
Tapi, apakah para sesepuh itu mau membantu kita koko? Kwi Song bertanya ragu
Mereka, mau tidak mau membantu kita adikku. Karena masing-masing guru besar 4 perkumpulan besar sudah jelas menunjuk siapa yang mewakili dalam pertarungan dengan Thian Liong Pang
Jika demikian, bagaimana bila kita menghubungi para sesepuh itu sesegera mungkin, karena tidak mungkin kita membuat keadaan ini berlarut-larut dan lebih tidak mungkin lagi memberi banyak ketika bagi Thian Liong Pang untuk mengganas dan kemudian membantai banyak pesilat yang tidak berdosa? Tek Hoat bertanya sambil mengusulkan.
Ya, memang sebaiknya begitu Liong Ko, lebih cepat lebih baik. Karena waktu terus berjalan, dan tidak mungkin selamanya kita membiarkan kesusahan ini banyak mengganggu para pendeta di Siauw Lim Sie. Kebetulan lagi, hampir semua perguruan dan perkumpulan besar memiliki utusan dan anak murid di sini. Dengan demikian memudahkan kita untuk menggalang persatuan ketimbang mengunjungi perguruan itu satu demi satu Mei Lan menambahkan.
Ceng Liong dan anak-anak muda itu nampak terdiam sejenak sebelum kemudian akhirnya Ceng Liong memecahkan keheningan itu dengan sebuah kesimpulan bagi mereka semua untuk segera mereka lakukan.
Hm, baiklah kawan-kawan. Satu hal yang pasti, jabatan bengcu sudah kutanggalkan. Dan tidak pernah lagi akan kupertimbangkan menjabatnya sebelum Thian Liong Pang dihancurkan. Untuk tugas melawan Thian Liong Pang, tugas memimpin kita, para anak murid 4 guru besar Tionggoan, sanggup kulaksanakan dengan bantuan dan kerjasama kita semua. Terlebih, leluhur perguruan kita masing-masing, sudah sering melakukan kerjasama seperti ini. Seharusnya kitapun mampu dan bisa melakukannya dengan baik. Tugas untuk berbicara dengan para sesepuh, kuminta dilakukan bersama dengan saudara Kwi Beng dan Hong Moi, sementara yang lainnya melakukan kontak dengan perguruan masing-masing untuk memberitahu rencana kita. Paling tidak, kita butuh persiapan 1-2 hari sebelum turun dari Siong San. Bukan cuma mengawal para jago, tetapi melawan Thian Liong Pang, jika mungkin sampai menghancurkan pusat kekuatan mereka. Karena kepergian kita, waktunya atau lamanya belum bisa dipastikan, maka kita harus menyiapkan diri kita selama 1-2 hari terakhir. Nampaknya, lawan terakhir yang datang, sudah merupakan bagian dari inti kekuatan Thian Liong Pang. Jika tidak salah, maka Kim-i-Mo Ong yang kemarin menjadi lawanku, dan kemungkinan Koai Tung Sin Kai yang menyerang Lan Moi. Musuh kita sangat kuat, maka kita perlu meningkatkan kemampuan kita setiap ada saat dan ketika, karena itu akan menentukan kesuksesan kita kelak. Baiklah, malam ini kita beristirahat dan melakukan latihan-latihan terakhir, dan besok kita mulai dengan tugas masing-masing. Malamnya, kita kembali bertemu disini, dan 2-3 hari kemudian kita mulai bergerak
1 Mengawal Tokoh-Tokoh Dunia Persilat
Sepuluh hari telah lewat setelah meninggalnya salah seorang Tokoh Ajaib Rimba Persilatan, Kian Ti Hosiang. Bahkan jasadnyapun sudah diperabukan melalui upacara keagamaan yang sangat khusyuk dan diiringi sejumlah tokoh besar rimba persilatan jaman itu. Dan malam itu, memasuki malam pada hari kesebelas, ataupun 3 hari setelah perdebatan masalah bengcu rimba persilatan yang berujung pada pengembalian mandat bengcu oleh Kiang Ceng Liong.
Malam yang sungguh-sungguh kelam. Dan kesenyapan juga melingkupi gunung Siong San, bahkan juga lingkungan sekitar Kuil Siauw Lim Sie di Gunung terkenal itu. Bahkan mereka yang berjaga-jaga di seputar gunung Siong San, yakni para pendeta kelas rendahan di Kuil itu, juga berdiri dengan disiplin tinggi, nyaris seperti orang mati.
Suasana senyap itu, bahkan juga menjalari Kuil Siauw Lim Sie, yang nampak lengang, kendatipun masih banyak tokoh besar rimba persilatan yang masih tetap tinggal.
Sebetulnya, tinggalnya para tokoh tersebut, bukan semata masih kangen dan berat meninggalkan Siong San. Bukan juga karena kerasan alias betah dan terkesan dengan keindahan pemandangan si Gunung Siong San yang memang sangat terkenal itu. Tetapi, lebih karena tiba-tiba mereka menjadi sadar, bahwa pertikaian 3 hari beselang, bakal meninggalkan banyak kerumitan bagi rimba persilatan yang sedang dalam ancaman terror pembunuhan yang mengerikan.
Bahkan, banyak dan sebagian besar tokoh persilatan tersebut, mulai menyesalkan beberapa orang dari antara mereka yang memicu dan menimbulkan huru hara. Huru-hara yang pada akhirnya membuat dan mendorong Ceng Liong menanggalkan kewajibannya sebagai bengcu. Meskipun juga secara jantan Ceng Liong menyatakan tetap akan memanggul tugas untuk mengamankan rimba persilatan bukan sebagai bengcu, tetapi sebagai tanggungjawab insan persilatan, dan tanggungjawab Lembah Pualam Hijau bersama Siauw Lim Sie, Bu Tong dan Kay Pang.
Selain itu juga, lebih banyak lagi yang merasa seram dan menjadi sangat ketakutan karena Siong San barusan diganggu oleh tokoh-tokoh hitam yang sangat menakutkan. Siapa yang berani menjamin, bahwa gerombolan pembunuh Thian Liong Pang tidak akan mencegat mereka di perjalanan dan kemudian membasmi mereka satu persatu? Bukankah merupakan kesempatan besar bagi Thian Liong Pang untuk mengurangi kekuatan kelompok Pendekar? Dan bukankah itu sangat mungkin dalam perjalanan turun dari Kuil Siauw Lim Sie?
Beralasan apabila kemudian banyak diantara tokoh rimba persilatan yang merasa ngeri untuk melakukan perjalanan terpisah dari rombongan para pendekar turun dari Siong San. Siapa pula yang bersedia kehilangan nyawa cuma-cuma, terlebih setelah melihat dan mendengar kehebatan para penyerang, yang bukan tidak mungkin adalah Kim-i-Mo Ong dan Koai Tung Sin Kay.
Dan, siapa pula Pendekar jaman ini yang tidak merasa seram dengan kedua maha iblis yang pernah mengganas 40 tahun sebelumnya, dan hanya dengan turun tangannya tokoh sekelas Kiong Siang Han dan Kiang Sin Liong sajalah yang sanggup mengikat mereka puluhan tahun. Dan, mereka sadar betul, bahwa mereka belum nempil melawan kedua maha iblis itu, bahkan mungkin mendekati sajapun masih belum, apalagi nempil menandingi keduanya.
Begitulah gambaran pada tokoh yang masih berada di Siuw Lim Sie, meskipun waktu untuk turun gunung sudah tiba. Tetapi, masih belum ada yang memiliki keberanian untuk mengambil insiatif turun gunung dengan alasan yang tentu berbeda-beda. Ciangbunjin Siauw Lim Sie sebagai salah seorang sesepuh dunia persilatan sungguh mengerti keadaan ini, dan karena itu, orang tua saleh ini sedang berdaya upaya keras untuk memikirkan bagaimana cara mengatasi keadaan terakhir ini.
Bersama dengan beberapa sesepuh atau yang dituakan di dunia persilatan dewasa ini, seperti Ciangbunjin Bu Tong Pay, Ciangbunjin Kun Lun Pay dan Hu Pangcu Kay Pang serta juga Jin Sim Todjin, Sian Eng Cu, utusan Thian San Pay dan Wakil Ciangbunjin Siauw Lim Sie, mereka merundingkan sesuatu di sebuah ruangan khusus yang tersedia bagi mereka. Karena itu, percakapan mereka sama sekali tidak menarik perhatian dan tidak ketahuan siapapun. Siapa lagi pulakah yang nekad untuk mengintip percakapan tokoh-tokoh besar dunia persilatan beraliran putih itu?
Sementara itu, ke-enam tokoh muda, Kiang Ceng Liong, Liang Mei Lan, Liang Tek Hoat, Siangkoan Giok Lian dan Pendekar kembar Siauw Lim Sie, Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song, juga mengadakan pertemuan sejenis. Sebetulnya, topik dan keprihatinan merekapun tidak berbeda jauh dengan topik para sesepuh dunia persilatan.
Jikapun ada bedanya, maka percakapan para anak muda ini adalah membicarakan bagaimana melaksanakan tugas yang dititipkan suhu mereka masing-masing terkait dengan masa depan Rimba Persilatan Tionggoan. Serta juga, mereka masing-masing merasa agak kaget dan terkejut dengan pengunduran diri Ceng Liong, justru pada saat-saat menentukan untuk melakukan perlawanan dan pembasmian atas para pengacau Thian Liong Pang. Karena itu, para pendekar muda ini, bercakap dengan tindak lanjut dan bagaimana mereka akan berupaya untuk melakukan tugas mereka terkait dengan masalah di Tionggoan.
Karena tingginya kepandaian para pemuda ini, maka percakapan mereka nyaris tidak diketahui siapapun. Sama juga dengan percakapan para sesepuh yang sedang menganalisis kejadian-kejadian terakhir dengan penuh keprihatinan. Percakapan yang tidak saja sangat serius, tetapi terkesan sangat genting karena sejumlah besar persoalan dunia persilatan sangat penting untuk sesegera mungkin dipecahkan dan ditangani.
Percakapan para sesepuh yang terpisah dari percakapan para pendekar muda itu, dibuka oleh suara Ciangbunjin Siauw Lim Sie yang nampaknya berbicara dengan mimik sangat serius dan penuh dengan keprihatinan itu:
Saudara-saudara, punco sangat terkejut dengan perkembangan terakhir. Pengunduran diri Kiang Bengcu yang masih muda sungguh akan mengakibatkan banyak persoalan dan banyak kerumitan. Kita paham bersama, bahwa bahkan jalan turun dari bukit inipun masih rahasia, dan belum tahu ada perkembangan apa nantinya. Memang, setelah penyerangan waktu lalu, tidak nampak lagi aktifitas Thian Liong Pang disekitar Siong San, tetapi keadaan ini justru semakin mengkhawatirkan punco. Sangat mungkin mereka akan mengurangi kekuatan kaum pendekar dengan menyergap satu persatu dalam perjalanan dari Siong San ini. Bagaimana pendapat saudara saudara, siancai-siancai
Kekhawatiran Ciangbunjin sangat beralasan. Pikiran serupa juga sudah lohu pikirkan sejak beberapa hari terakhir. Terlalu mencurigakan tingkah dan pola Thian Liong Pang, dan tidak mungkin mereka tidak menyiapkan langkah lebih jauh. Karena itu, dibutuhkan kesiagaan tinggi dari para pendekar, baik sejak turun dari Siong San, maupun untuk keadaan selanjutnya. Tapi sayangnya, kenyataan bahwa Kiang Ceng Liong dipaksa oleh keadaan dan darah mudanya untuk mengundurkan diri sebagai Bengcu, justru tambah membuat kacau keadaan kita. Lohu melihat, lebih banyak ruginya ketimbang untungnya bagi kita Pengemis Tawa Gila, Kay Pang Hu Pangcu berkomentar juga dengan nada yang sangat serius. Betapapun, rasa terima kasih dan hormatnya kepada Ceng Liong tidak bisa disembunyikan.
Benar, benar sekali saudara Hu Pangcu. Dari kita semua, nampaknya lohu dan Pengemis Gila Tawa yang paling sering melihat sepak terjang bekas Bengcu muda itu. Kepandaiannya sungguh mengagumkan, bahkan sudah jauh melampaui lohu, sudah mendekati para guru besar kita. Tetapi kepahlawanan dan pribudinya sungguh mengagumkan. Caranya mengalahkan Bouw Lim Couwsu yang sangat sakti itu dan bahkan kemudian mengampuni nyawa orang tua sesat itu, sungguh sangat mengesankan. Karena itu, sungguh kerugian besar menciptakan kondisi yang memaksa Ceng Liong mengundurkan diri. Lohu melihat, dibutuhkan saran dan masukan dari para sesepuh, Ciangbunjin sekalian untuk menjernihkan masalah ini. Baik kepada Kiang Ceng Liong, maupun terhadap para pendekar Sian Eng Cu angkat bicara, yang dibenarkan dengan anggukan kepala oleh Hu Pangcu Kay Pang yang langsung berkata singkat;
Lohu sangat sependapat, usulan Tong Hengte sangat masuk akal. Hanya kekuatan dan pengaruh para sesepuh yang mungkin bisa mengatasi masalah ini secepatnya
Bila Ji Suheng sampai memuji anak itu, maka bisa dimengerti bahwa Kiang Ceng Liong bukan orang sembarangan. Artinya, sangat dibutuhkan tokoh muda semacam dia, disamping anak muda lainnya yang sudah sanggup memperlihatkan kemampuan mereka menghadapi para perusuh. Murid locianpwe Kiong Siang Han, Liang tek Hoat dan adiknya, Sumoy kami, juga nampak sudah bisa diandalkan. Dan jangan lupa, juga kedua murid kembar Siauw Lim Sie didikan dari Kian Ti Suhu, serta nona dari Bengkauw. Hanya, sebelum tercipta suasana kebersamaan, rasanya sangat sulit mencapai hasil yang baik Jin Sim Todjin Menambahkan segera setelah Pengemis Tawa Gila menyetujui usulan Sian Eng Cu.
Suasana sejenak berubah menjadi lebih hening, ketika para sesepuh tersebut merenungkan semua yang disampaikan tokoh-tokoh yang sangat mengenal keadaan rimba persilatan, yakni Sian Eng Cu, Tong Li Koan dan Pengemis Tawa Gila. Beberapa dari mereka menjadi teperanjat mendengar Ceng Liong sanggup mengalahkan Bouwl Lim Couwsu. Dalam usia mudanya dan kemampuannya mengalahkan Bouw Lim Couwsu, sungguh membayangkan betapa hebat dan dahsyatnya anak muda itu.
Fakta bahwa dia dari Lembah Pualam Hijau memang hebat, tetapi fakta dia mengalahkan Bouw Lim Couwsu, sungguh berita yang terlampau besar. Tetapi, semua juga sadar, bahwa melakukan tugas menjernihkan persoalan benar-benar membutuhkan energi yang besar. Terutama menjelaskan dan membuat mengerti para tokoh rimba persilatan di satu sisi, dan setelah itu, masih belum tentu Kiang Ceng Liong akan menerima begitu saja meskipun para jago telah dibuat paham. Karena itu, para sesepuh yang berkumpul ini menjadi serba salah, memikirkan langkah terbaik apa yang bisa ditempuh dalam suasana yang sangat tidak menyenngkan ini.
Tidak mungkin menampung semua jago di Siong San, tapi juga tidak mungkin membiarkan mereka semua turun gunung dengan resiko terbunuh satu persatu. Apalagi, nyaris semua perguruan tinggi ternama, memiliki utusan khusus di Siong San saat itu, dan bila dihitung jumlah tamu masih cukup banyak, sekitar 150-an orang dari demikian banyak perguruan silat dan pendekar pengelana. Keheningan para jago kemudian ditingkahi dan dipecahkan keheningannya oleh Ciangbunjin Bu Tong Pay;
Menurutku begini saja, melihat posisi dewasa ini, paling benar Ciangbunjin Siauw Lim Sie didampingi Ciangbunjin Kun Lun Pay, Hu Pangcu Kay Pang dan nantinya Lohu sendiri untuk menjelaskan posisi yang serba sulit dewasa ini. Sangat dibutuhkan perjuangan bersama, bukannya saling curiga seperti saat ini dan saling tidak percaya. Paling utama, kita yakinkan dulu para jago saat ini, kemudian urusan dengan Kiang Ceng Liong, nanti kita pikirkan menyusul sarannya.
Benar, lohupun setuju dengan usulan Ciangbunjin Bu Tong Pay. Sebaiknya segera kita percakapkan hal dan upaya meyakinkan para jago tersebut, baru setelah itu kita menjumpai para jago muda untuk kelak menjadi tokoh utama dalam pertarungan melawan Thian Liong Pang Ciangbunjin Kun Lun Pay menimpali dan nampaknya sangat setuju dan mendukung apa yang telah menjadi usulan Ciangbunjin Bu Tong Pay. Dan tak lama kemudian terdengar Ciangbunjin Siauw Lim Sie menarik nafas panjang, dan beberapa saat kemudian pada akhirnya berkata:
Baiklah, kita tetapkan demikian. Biarlah kita bersama menghadapi para pendekar yang masih ada, tetapi punco mengusulkan agar Sian Eng Cu Tayhiap bersama yang lainnya yang lebih mengenal Kiang Ceng Liong untuk menjajaki pikiran anak muda itu, juga para pendekar muda lainnya untuk menghadapi situasi yang sangat rumit ini
Beberapa kepala nampak mengangguk-angguk menyetujui pembagian tugas tersebut. Bahkan Sian Eng Cu Tayhiap juga nampaknya mendukung penugasan atas dirinya serta sesepuh lainnya untuk bercakap dengan para pendekar muda. Dan selanjutnya para sesepuh tersebut nampaknya melanjutkan tukar pikiran dan strategi yang akan mereka lakukan terhadap tugas yang mesti segera mereka laksanakan.
Percakapan para sesepuh ini sendiri terasa agak tegang dan panas, meski udara sekitar Siong San agak dingin menusuk dan ditengah kesenyapan malam yang terasa mencekam. Percakapan mereka berlangsung sampai jauh malam, sampai tiba saat mereka beristirahat dan saling berjanji melakukan tugas masing-masing besok harinya.
Sementara itu para pendekar muda, di ruangan yang lain nampak juga sedang melakukan perundingan atas prakarsa Ceng Liong dan Tek Hoat dan dengan dibantu fasilitas oleh Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song. Kepedulian anak-anak muda ini, sebetulnya tidak jauh berbeda dengan para sesepuh, meski mengambil jalan yang berbeda untuk menanganinya. Bahkan mereka sudah berpikir lebih maju dari ketimbang membicarakan persoalan mundurnya Ceng Liong dan keributan dalam pertemuan para jagi sebelumnya.
Anak-anak muda ini, sudah menganggap hal tersebut lewat meski merasa masih sangat penasaran dengan kejadian tersebut. Terlebih Tek Hoat dan Mei Lan yang sangat dekat dengan Ceng Liong. Pertemuan para anak muda itu, memperlihat kepemimpinan dan wibawa Ceng Liong dan kecerdasan Tek Hoat dan Kwi Song, serta ketelitian Mei Lan serta kesabaran Kwi Beng. Menariknya, kehadiran Giok Lian diantara mereka, sama sekali tidak menimbulkan pesoalan, malah sebaliknya.
Terlebih bagi Kwi Song yang semakin hari semakin jelas nampaknya menaruh hati terhadap Giok Lian, juga Tek Hoat yang juga memiliki perasaan yang sama terhadap gadis itu. Dan, Giok Lian juga menunjukkan tingkat pemahaman atas situasi dan ketelitian yang tidak di bawah Mei Lan. Seperti itulah kondisi para pendekar muda yang bertemu di sebuah ruangan dalam kuil Siauw Lim Sie atas bantuan kedua pendekar kembar asal Siauw Lim Sie itu. Dan seperti telah bersepakat sebelumnya, Ceng Liong yang kemudian membuka pertemuan itu dan mengarahkan percakapan mereka:
Kawan-kawan, kita sedang menyaksikan suasana yang berkembang menjadi tidak menyenangkan dan lama-kelamaan akan menyulitkan Siauw Lim Sie. Bahkan, juga lama-kelamaan menyebabkan suasana disini dan suasana rimba persilatan menjadi semakin runyam. Masalah pertemuan dengan para jago dan mundurnya aku dari jabatan Bengcu, tidak usah kita persoalkan lebih jauh. Lebih baik kita segera membicarakan tugas yang diembankan para guru kita dalam melawan Thian Liong Pang. Menurut perkiraanku, tugas tersebut harus segera kita mulai bersama sejak dari Siauw Lim Sie ini. Bagaimana pemikiran kawan-kawan sekalian, baik atas suasana terakhir dan bagaimana cara kita memulai perlawanan terhadap perusuh Thian Liong Pang?
Saudara Ceng Liong, sebetulnya, akupun sangat kesal dengan tingkah para jago yang seakan-akan merasa sangat jago itu. Tapi, mempersoalkannya tidaklah mungkin lagi dewasa ini. Lawan-lawan kita, terbukti bukan olah-olah kehebatannya, dan kita semua sudah menyaksikan dan mengalaminya masing-masing. Ketimbang membicarakan persoalan siapa memimpin siapa, adalah lebih baik kita membicarakan bagaimana kita melakukan tugas guru kita masing-masing. Dalam hal ini, apabila saudara Ceng Liong memimpin kita dan mengkoordinasikan bagaimana kita melakukan tugas itu, dan masing-masing kita membagi tugas dalam keseluruhan perlawanan kita itu. Misalnya, Saudara Tek Hoat menggunakan keunggulan Kay Pang dalam mengendus informasi dan lawan, Hong Moi juga melakukan hal yang sama dengan kawan-kawan Beng Kauw, Lan Moi juga melakukan yang sama dengan jaringan Bu Tong Pay, sementara kami dengan jaringan Siauw Lim Sie. Rasanya kemungkinan kita melaksanakan tugas dengan baik cukup besar Kwi Song memaparkan secara cemerlang apa yang dipikirkannya, dan dengan semangat yang sangat terekspresikan di wajahnya.
Usulan Kwi Song Heng rasanya sangat masuk akal. Hanya, tugas bukannya menanti jauh disana, tetapi justru didepan mata sekarang. Bahkan untuk keluar dan turun dari Kuil Siauw Lim Sie, sangat mungkin dan bahkan nyaris pasti sangat berbahaya. Saya mengkhawatirkan nasib para jago yang bukan tidak mungkin terbantai satu demi satu dalam perjalanan turun gunung. Karena itu, selain membicarakan tugas kedepan, mengkoordinasikannya, kita juga harus membicarakan bagaimana mengawal para jago keluar dari Siauw Lim Sie. Dalam tugas ini, sepakat dengan Song heng, maka sudah seharusnya yang memimpin kita adalah engkau Liong-Ko. Biarlah kita semua bersama keluar mengawal para jago untuk turun gunung, dan kemudian dalam perjalanan turun gunung kita kali ini, sekaligus menjalankan rencana melawan pengaruh Thian Liong Pang, jika mungkin langsung dengan pentolannya Tek Hoat menunjukkan tingkat kematangan dan kecerdikan yang tidak disebelah Kwi Song. Gaya dan ucapannya yang simpatik membuat semua orang mau tidak mau mengaguminya. Dan Giok Lian nampaknya semakin lama semakin condong menyukai pemuda ini. Tapi, sudah tentu dipendamnya jauh-jauh di lubuk hatinya. Apalagi, dia sadar betul, disudut lain pandang mata Kwi Song bersinar dengan nada yang sama kearahnya.
Pikiran-pikiran Saudara Kwi Song dan Tek Hoat tidaklah salah. Tapi, apakah para jago itu tidak tersinggung di bawah pengawalan kita yang muda-muda ini? Giok Lian mengajukan pertanyaan yang cukup menyentak. Dan mebuat semua nampak berpikri cermat atas suasana itu.
Benar Hong Moi, keadaan ini hampir pasti menimbulkan salah sangka diantara para jago. Bagaimana sebaiknya menurut saudara Kwi Beng atau Lian Moi? Ceng Liong yang secara langsung sudah merasakan penolakan para jago beberapa hari sebelumnya nampak memang terpengaruh oleh pertanyaan Giok Lian.
Liong Ko, rasanya kita boleh melakukan tugas kita berterang ataupun dengan tidak berterang. Maksudku, kita berterang mengatakan bahwa mulai besok kita akan turun gunung melawan Thian Liong Pang. Kita lihat nanti bagaimana reaksi para jago. Atau, kita mengawal mereka secara diam-diam, dan turun tangan pada saat dan waktu yang tepat Mei Lan mengusulkan sebuah saran yang pantas dipertimbangkan.
Benar saudara Ceng Liong, usulan Lian Moi rasanya sangat masuk akal. Kita tinggal memilih salah satu dari kedua saran tersebut, atau bisa juga keduanya kita lakukan Kwi Song menyarankan sambil memandang Tek Hoat yang mengangguk-angguk dan kemudian menambahkan:
Benar, kita bisa mencoba keduanya sekaligus. Ada saat kita berterang dan ada saat kita melakuan secara diam-diam
Mungkin sebaiknya kita meminta bantuan atau pertolongan para sesepuh kita untuk beberapa hal. Pertama, menyangkut dukungan partai dan golongan kita masing-masing. Kedua, untuk melakukan tugas pengawalan agar tidak menyinggung orang lain. Ini perlu karena saudara Ceng Liong sudah meletakkan jabatan bengcunya. Ketiga, untuk membangun perlawanan secara menyeluruh sejak kita turun dari Siong San ini. Bila secara menyeluruh kaum pendekar Tionggoan bergerak, maka kemungkinan suksesnya sangatlah besar Kwi Beng yang sebelumnya banyak berdiam diri dan menyimak, menyampaikan pikirannya yang nampak sangat matang dan terukur.
Tapi, apakah para sesepuh itu mau membantu kita koko? Kwi Song bertanya ragu
Mereka, mau tidak mau membantu kita adikku. Karena masing-masing guru besar 4 perkumpulan besar sudah jelas menunjuk siapa yang mewakili dalam pertarungan dengan Thian Liong Pang
Jika demikian, bagaimana bila kita menghubungi para sesepuh itu sesegera mungkin, karena tidak mungkin kita membuat keadaan ini berlarut-larut dan lebih tidak mungkin lagi memberi banyak ketika bagi Thian Liong Pang untuk mengganas dan kemudian membantai banyak pesilat yang tidak berdosa? Tek Hoat bertanya sambil mengusulkan.
Ya, memang sebaiknya begitu Liong Ko, lebih cepat lebih baik. Karena waktu terus berjalan, dan tidak mungkin selamanya kita membiarkan kesusahan ini banyak mengganggu para pendeta di Siauw Lim Sie. Kebetulan lagi, hampir semua perguruan dan perkumpulan besar memiliki utusan dan anak murid di sini. Dengan demikian memudahkan kita untuk menggalang persatuan ketimbang mengunjungi perguruan itu satu demi satu Mei Lan menambahkan.
Ceng Liong dan anak-anak muda itu nampak terdiam sejenak sebelum kemudian akhirnya Ceng Liong memecahkan keheningan itu dengan sebuah kesimpulan bagi mereka semua untuk segera mereka lakukan.
Hm, baiklah kawan-kawan. Satu hal yang pasti, jabatan bengcu sudah kutanggalkan. Dan tidak pernah lagi akan kupertimbangkan menjabatnya sebelum Thian Liong Pang dihancurkan. Untuk tugas melawan Thian Liong Pang, tugas memimpin kita, para anak murid 4 guru besar Tionggoan, sanggup kulaksanakan dengan bantuan dan kerjasama kita semua. Terlebih, leluhur perguruan kita masing-masing, sudah sering melakukan kerjasama seperti ini. Seharusnya kitapun mampu dan bisa melakukannya dengan baik. Tugas untuk berbicara dengan para sesepuh, kuminta dilakukan bersama dengan saudara Kwi Beng dan Hong Moi, sementara yang lainnya melakukan kontak dengan perguruan masing-masing untuk memberitahu rencana kita. Paling tidak, kita butuh persiapan 1-2 hari sebelum turun dari Siong San. Bukan cuma mengawal para jago, tetapi melawan Thian Liong Pang, jika mungkin sampai menghancurkan pusat kekuatan mereka. Karena kepergian kita, waktunya atau lamanya belum bisa dipastikan, maka kita harus menyiapkan diri kita selama 1-2 hari terakhir. Nampaknya, lawan terakhir yang datang, sudah merupakan bagian dari inti kekuatan Thian Liong Pang. Jika tidak salah, maka Kim-i-Mo Ong yang kemarin menjadi lawanku, dan kemungkinan Koai Tung Sin Kai yang menyerang Lan Moi. Musuh kita sangat kuat, maka kita perlu meningkatkan kemampuan kita setiap ada saat dan ketika, karena itu akan menentukan kesuksesan kita kelak. Baiklah, malam ini kita beristirahat dan melakukan latihan-latihan terakhir, dan besok kita mulai dengan tugas masing-masing. Malamnya, kita kembali bertemu disini, dan 2-3 hari kemudian kita mulai bergerak
Terakhir diubah: