Episode 2 – Obsesi
POV Deyara
Tiga minggu sebelumnya...
“Kamu pernah nonton bokep belum?” Dinah mencolek pinggangku… aku hanya diam sambil menggelengkan kepala…
“Deyara… kamu itu tuh… culun banget. Masak udah mahasiswa belum pernah nonton bokep. Hahaha…. Pasti kamu masih segel kan?” Dinah mengejekku…
“Ihhhh apaan!” Aku tetap tidak menjawab, dan hanya diam saja ketika ia menyetel DVD-nya dengan JAV dengan cowok bule. Mulainya dengan softcore, pake jalan cerita…. Ia membuka sebuah kaleng bir, dan disodorkan kepadaku. Aku cuek aja, gengsi!
“Aku mau mandi dulu, kamu nonton aja sendiri…” Mungkin ia melihat kecanggunganku, lalu pergi menjauh. Aku masih jaim, pura-pura gak tertarik dengan filmnya.
Tak butuh waktu lama aku langsung larut dalam adegan panas yang mengalir dengan sempurna. Ceweknya kayak malu-malu… awalnya menolak, tapi lama-lama setelah di-ssi nyerah juga. Makin lama makin keenakan
Aku sampai terbelalak melihat kontol cowoknya… ih besar sekali. Bule sih! Terus ceweknya kelihatan pasrah menikmati… sampai kejang-kejang gitu… gak sakit, emang?
“Deya…. kalo butuh tissue, ada diatas meja yah…” Dinah menggodaku dari kamar mandi… Aku masih diam menghayati setiap adegan yang ditayangkan. Mumpung ia belum ada, eh, apa Dinah tauh aku lagi nonton? Ah cuek aja…
Dan peristiwa yang sama terjadi sampe tiga kali, selalu modusnya diputarin sendiri lalu ia pergi mandi. Dan aku makin berani...
-----
Nia sedang buka-buka fb di sampingku. Kebetulan kami sudah di tempat tidur rumahku. Aku kembali melamun mengingat peristiwa grepe-grepe tadi malam...
Koq bisa yah? Kenapa aku jadi begini? Malam itu bersama Rivo aku gak lagi pikir panjang, Eh… sempat-sempat aku kecolongan.
Eh, tapi Rivo juga bahaya lho!
Cowok itu kayaknya benar-benar playboy. Cekatan sekali tangannya meraba-raba tubuhku… dan sampe membuka segitiga pengamanku, ihhh! hampir aja…
Tapi dia sempat terpaku, lho. Hehehe.... pasti terpesona melihat tubuhku yang padat berbentuk dengan dada bulat menantang ... ooopsss! Koq? Ihhh mesum!
Apa aku sudah jadi cewek gampangan?
Pasti ini gara-gara dekat dengan Dinah, kakak tingkat yang memperkenalkanku tentang film bokep…
'Terus keknya kontol Rivo besar juga, hihihi... apa sama enak dengan di film yah?'
'Apa karena ia blasteran bule yah? Jadi ingat Todd, hehehe...
Flashback tahun lalu…
Ketemu-nya gak sengaja di counter tiket Bioskop di Manado Town Square (Mantos). Terus kenalan dan diajak nonton bersama. Setelah beli tiket, kita sempat ngobrol-ngobrol dengan dia di food court sambil minum es teler… ganteng sih, buat cewek-cewek lain jadi ngiri. Todd-nya juga jago merayu membuat kita terasa nyaman.
Tapi apa yang terjadi di bioskop, kayaknya gak bisa terlupakan, hehehe.
Pas nonton Todd duduk di tengah. Cowok itu langsung pegang-pegang tangan ku terus diremas-remas di atas pahanya. Nia hanya tertawa, karena tak lama kemudian tangannya juga dipegangpegang. Aku hanya diamkan saja, tiba ketika film lagi tegang, Todd menuntun tanganku untuk memegang sesuatu.
Dasar aku masih polos gak sadar apa itu, sebuah batang yang besar dan berdenyut-denyut. Aku biarkan aja, tapi kemudian ia memintaku mengocoknya.
Disaat itu aku langsung sadar telah memegang kontolnya yang sudah tegang. Aku langsung melepaskannya sambil teriak kuat, membuat heboh. Aku langsung lari keluar...
Melania sampe bingung kenapa aku teriak. Tapi setelah melihat dan memegangnya ia malah teriak lebih kencang. Malah sempat Nia meremasnya saking gemes ketika Todd berdiri menahan Nia, dan batangnya terayun2 didepan wajah Nia. Untung Nia cepat lolos. Kami pun segera keluar dari bioskop, meninggalkan cowok mesum itu.
"Hahahahaha.... aduh sakit perut!" Kami berdua masih terus tertawa sampai di rumah.
Kejadian itu terus menjadi rahasia kami dan terus muncul dalam setiap joke di antara kami berdua.
-----
Kembali ke masa sekarang, diatas ranjang dengan Nia.
Kali ini Melania yang numpang tidur di kamar ku. Kami kembali membahas peristiwa dengan Todd… cowok blasteran Prancis yang super ganteng.
“Deya… aku tauh kalo Todd itu tipe loe banget!” Melania mencoba menapak hatiku…
“Huh? Siapa bilang?” Aku coba mengelak.
“Kamu tuh… Dari dulu juga aku tahu kamu suka banget cowok yang rada-rada bule, gitu. Kamu kan masih terobsesi ke pacar almarhum kakakmu kan?” Melania menunjuk ke poster sebesar 1x2 meter dengan foto Ryno Marcello aka Romeo.
Mungkin hanya Nia yang tahu alasan sebenarnya mengapa poster itu tertempel di kamar ini, bukan karena kakaknya. Tapi Deyara sendiri yang menempelkan foto musisi klasik Amerika itu.
“Nia, Kak Ryno itu sudah kawin dengan sepupuku sendiri, Kak Titien!” Deyara mencoba menegaskan…
“Terus kenapa kamu masih tempel fotonya?” Nia bertanya langsung. Ia tauh sekali bagaimana Deyara mengagumi cowok itu dari cerita-cerita kakaknya. Puncaknya waktu Ryno datang mencari kuburan kakaknya, bagaimana ia menatap mata yang tajam dan mempesona itu.
Sayang aku masih SMA kelas 1 waktu itu…
Dan aku hanya bisa menatapnya dan membiarkan ia berlalu, membawa sebagian hatiku!
Apes-nya justru cowok itu jadian dengan kakak sepupuku. Aku sampe bingung, apa dia gak tahu kalo Kak Deyana punya adik cewek yang gak kalah cantiknya?!? Helllooo….!!!!
“Deyara Arlita Dien!” Nia menyadarkanku lagi… ah! Aku melamun lagi….
“Apa… eh ngomong apa kamu tadi?” Aku lupa lagi pertanyaannya tadi.
“Sampe kapan fotonya Ryno di kamarmu… ganti dong dengan foto cowok lain.” Nia tersenyum.
“Belum dapat tuh foto yang lain… “
“Pake foto nya sih Rivaldo aja! Kan ganteng… blasteran lagi!” Nia promosi tentang seorang cowok mantanku!
“Ihhhhh…. “ Aku tertawa… "Mending aku pasang foto-nya One Direction! Aku tahu pasti di kamar loe masih ada foto artis Korea itu kan? Eh, siapa sih namanya?"
"Min-ho!"
Kami tertawa lagi... tapi aku tetap memandang foto Kak Ryno! Ia tampak tersenyum menatapku tajam.
Eh aku baru ingat, Kak Deyana pernah ngomong bisik-bisik ke Kak Titien. "Tien, Romeo itu jago banget memuaskan wanita, lho! Apalagi kontolnya besar... segini laki!" Kak Titien sampe kesedak " Huh?!" Mereka berdua langsung tertawa tergelak-gelak.
-----
"Kringggg"
Deyara membaca nama yang muncul di hape-nya... Rivo.
Perlahan ia senyum, cowok itu gak pernah nyerah... terhitung dari kemarin dulu udah 20-an kali ia nelpon tambah sms minta ketemu.
Walau dengan perasaan enggan, ia mengangkat telponnya...
"Haloooo" Suara cowok itu terdengar parau. "Sayang, koq gitu sih!"
Aku cuma diam! Kembali ia menggombal, intinya minta maaf dan kembali jalan dengannya.
"Sudah, hanya itu mau bilang?" Aku kesal.
"Sayang, aku masih mau bicara! Eh jangan dulu tutup dong!" Rivo kembali merayu.
"Rivo, kita sudah gak ada hubungan lagi, gak ada lagi yang perlu dibicarakan!" Aku siap-siap menutup telpon.
"Sayang, dengar dulu satu menit aja!" Rivo masih meminta.
Aku merasa di awan-awan, bayangkan aja. Cowok idola kampus lagi merengek minta ngomong dengan ku... hehehe
"Iya, bawel. Aku dengar, tapi kalo macam-macam telpon aku tutup! Ingat yah, satu menit!" Aku menahan tawa.
"Gini, aku tahu kita gak bisa lagi sama-sama. Tapi kita masih bisa jadi teman kan? Bulan depan sehabis wisuda, aku akan pindah ke America... tepatnya di San Diego, California. Aku harus melanjutkan bisnis papku di sana..." Suara Rivo lebih mirip bisikan.
"Huh!?" Ih norak banget alasannya.
"Deya, sebentar ikut aku yah ke Mantos, aku mau pamit! Paling tidak kamu maukan kasih aku memori indah sebelum pergi? Aku gak punya siapa-siapa!" Suara Rivo kedengaran parau, pasti lagi galau.
"Hanya itu? Kayaknya gak ngefek tuh!?!" Gumamku setengah mengejek.
"Aku nyerah.. mau peringatkan kamu soal Dinah! Kamu harus hati-hati dengan Dinah... aku mau jujur soal kesepakatanku dengan cewek itu. Aku bersalah sudah jadikan kamu objek transaksi... dan parahnya kamu gak tahu apa-apa soal itu!" Suara Rivo makin pelan dan parau... agaknya ia bersungguh-sungguh kali ini.
"Eh, apa maksudnya?" Aku jadi penasaran.
"Aku mau ngomong jujur, Deya... tapi kasih aku kesempatan ngomong empat mata." Nafas Rivo terdengar serius dan penuh penyesalan.
"Ok, kamu menang! Kita ketemu di RM Cabe Merah di Multimart, jam 3 sore. Jangan sampai terlambat, dan ingat... kamu yang traktir!" Aku langsung memutuskan telepon. Apa maksud Rivo? Aku jadi objek transaksi?
-----
Pov Author
Sementara itu di tempat lain terlihat seorang gadis lain sementara makan bersama dengan seorang cowok keren lainnya. Tampak keduanya santai menikmati minuman beralkohol yang disuguhkan sementara menatap beberapa meja bilyar dan pelayan-pelayan yang mondar-mandir dengan pakaian mengundang. Keduanya tampak tidak terpengaruh dengan asap rokok yang sesekali menutup pandangan. Lampu remang-remang ditempat itu membuat suasana berbeda.
"Oke deal, ini 5 jt pertama aku transfer sekarang ke rekeningmu!" Kata si cowok yang bernama Kevin.
"Iya! sudah ada notifikasi bank! Jadi setoran kedua nanti kalo sudah dapat perawannya, dan setoran ketiga waktu seks party..." Kata si cewek dengan gaya cool.
"Kamu yakin si Deyara mau gituan? Tampaknya ia gadis baik-baik lho!" Kevin masih ragu-ragu.
"Sudah, kamu tenang aja, nanti Dinah yang atur, yah!" Gumam si cewek.
"Tapi Din, benerkan si Rivaldo sudah gak lanjut lagi?" Kevin meminta kepastian.
"Iya, cowok itu sendiri yang mau keluar koq! Padahal langkah sebenarnya udah jauh lebih gampang tuh..." Dinah sangat yakin.
"Kamu ini tega banget lho, padahal ia percaya banget kalo kamu itu sohibnya!" Kevin mencela cewek itu.
"Kev, business is business... jangan pake hati... Eh, lagi pula siapa suruh si Deya itu ternyata sepupu Titien! Aku masih ada perhitungan dengan cewek itu!" Dinah makin semangat.
"Aku penasaran kenapa Rivaldo mundur, jangan-jangan karena ia sudah dapat perawannya?" Kevin masih penasaran!
"Kalo itu aku berani jamin Deyara masih segel. Aku jaga terus koq, lagian waktu di mobil sendiri yang sengaja pergoki..." Jelas Dinah
Tapi aku masih penasaran kenapa Rivaldo cabut, apa karena ia berteman baik dengan Doni, adik Titien?" Kata Kevin.
"Apa?! Rivaldo temenan dengan Doni? Astaga kok aku baru tahu!" Dinah kaget.
"Ia... mereka kan sama-sama pdkt ke Cherry*, eh justru bukannya saingan justru temenan."
"Aku takut jangan gara-gara Doni, ia justru berkhianat dan memperingati Deyara! Kamu tahu sendiri kan bagaimana awalnya ia yang demen banget dikenalin dengan Deya! Malah aku pikir Rivaldo udah beneran jatuh hati sama cewek itu!" Sambung Kevin mewanti-wanti cewek itu.
"Kayaknya kita harus hati-hati, deh! Memang sih kecil kemungkinan Rivaldo berkhianat, tapi harus diawasi. Untunglah Deya sudah aku wanti-wanti putusin cowok itu dan jangan dekat-dekat! Eh, aku mau telpon Deya dulu tanya kalo Rivaldo telpon!" Ujar Dinah sambil mengambil telpon.
-----
POV Rivaldo
"Wah enak dong bisa lihat konsernya One Dimension di LA. Kan dekat? Itu kan keinginan terbesar kamu selama ini! Akhirnya yah!" Gadis yang didepanku tauh banget keinginanku, padahal minggu lalu aku cuma ngomong sekilas.
"Iya sih... hehehe itulah untungnya. Sayang gak ada kamu... gak lengkap lho..." Aku gak mau ia alihkan cerita lain. Malam ini topiknya hanya tentang kamu Deya...
Tak terasa sudah satu jam kita ngomong. Cewek ini nyambung banget ngomongnya, eh malah hobi juga nonton bola sama basket. Benar-benar tipe cewek idaman... And I make a big mistake for letting her go!
Sepanjang bercerita aku tak berani menatap mata itu lama-lama... benar-benar menghanyutkan. Deya dan kecantikannya yang alami... mata, hidung, bibir... kadang aku bingung, koq bisa yah ada seorang gadis yang sempurna ini? Tipe gue banget!
Gayanya sih agak cuek, seakan gak pusing apa yang terjadi disekelilingnya. Malah cenderung tomboy walau rambutnya panjang agak ke pirang-pirangan. Satu lagi, mood-nya suka berubah-ubah, dari sedih ke senang atau sebaliknya. Orangnya polos dan tak bisa simpan rahaaia.
Deya itu bukan cewek pajangan, kecantikannya justru muncul waktu ia aktif bergerak. Gak anggun-anggun banget, tapi ekspresinya yang luwes ditambah senyum yang manis menambah sempurna penampilan gadis ini.
Dari tadi Deya diam saja waktu aku benerkan transaksiku dengan Dinah. Deya hanya mengangkat kening sedikit seakan cuek soal segalanya. Padahal kehormatannya dipertaruhkan.
Aku terus ngomong dan ngomong, lengkap dengan bukti-bukti. Berulangkali Deya mengeritkan dahi tanda berpikir. Aku memang tidak mengharapkan Deya percaya 100%, hanya mewanti-wanti! Deya kelihatan ragu-ragu...
"Deya, dengar kata-kataku, minggu depan pasti Dinah akan mendekatimu, dan mengodamu dengan film-film bokep, ato malah pura-pura tidak sengaja kasih live show, kasih obat perangsang di minuman, lalu kenalin sama cowok cakep, pake taruhan segala. Mungkin si Kevin, ia yang paling menggebu-gebu minta kamu." Aku coba memperingatkan.
"Kamu yakin?" Deya masih bimbang.
"Aku yakin sekali... aku tahu modusnya karena aku mendapatkan kamu seperti itu...!" Aku buka-bukaan semuanya! Kali ini gak perlu ada rahasia lagi, aku gak perduli lagi. Deya berhak tahu segalanya...
"Astaga! Selama ini... waktu kita ketemu pertama kali itu sudah direncanakan?" Deya mulai tanya lagi. Aku hanya mengangguk...
"Jadi yang kemarin itu kamu beneran pake perangsang, yah?" Deya tampak kaget baru menyadari sasuatu... kali ini aku hanya mengangguk...
"Ihhhhh mesum! Kamu menjijikkan, tahu! Ih.... najis!" Deya memukul-mukul lengan ku melampiaskan kesalnya...setelah puas ia terdiam sambil menahan emosi... perlahan tetes air mata turun di pipinya.
"Deya, aku bersalah... pukul aku terus, aku gak kan melawan! Asal bisa mengobati kekesalanmu!"
Aku terus tunduk.
"Koq kamu tega! Kamu mempermainkanku! Sampe segitunya lagi!" Deya mulai terisak...
"Aku benci kamu! Jangan dekat-dekat aku lagi...." Deya tambah terisak sementara aku terus diam membiarkan gadis itu melampiaskan emosinya!
Setelah beberapa saat ia mulai menarik nafas panjang. Kesempatan buat aku bicara...
Deya...! Aku tahu aku bukan siapa-siapa lagi! Tapi kali ini aku benar-benar jatuh cinta padamu! Aku sedih... justru ketika aku jatuh cinta, aku tidak bisa mendapatkanmu." Aku memegang tangannya dan menggenggamnya erat. Kali ini aku memenatapnya tajam... gak ada lagi yang perlu disembunyikan. Deya masih terisak... ia masih terpukul mengetahui soal perangsang.
"Deya, Ingat aku akan berubah... satu-satunya cara adalah pergi ke AS supaya tidak terpengaruh lagi dengan masa laluku. Aku akan buktikan bahwa aku sudah jadi cowok yang berbeda... Maaf, aku gak bisa melindungimu lagi." Aku masih menggenggamnya, Deya hanya diam...
"Tapi aku akan terus mencintaimu... kapan saja kamu membuka hati intukku atau butuh bantuanku, jangan ragu-ragu." Aku ngomong terus walau tidak ada tanggapan darinya.
"Aku tahu aku gak pernah memiliki hatimu. Kamu mencintai seseorang... aku gak tahu siapa itu, tapi cowok itu benar-benar memiliki pengaruh besar padamu." Tambahku melihat ia diam saja.
"Selamat tinggal, Deya! Kalo memang jodoh pasti kita ketemu lagi... aku gak bisa akan lupakan ... itu... eh...." Aku sengaja menggantung kata-kataku.
"Lupakan apa?" Deya ternyata memperhatikan. Suaranya lirih! Kayaknya sudah gak kesal lagi...
"Itu lho, toketmu yang bulat dengan pentil kecil, serta memek merah mudamu yang rimbun dan tembem... ih mantap sekali!" Aku balas bercanda.
"Huh?!? Ihhhh... mesum!" Deya menutup telinganya kuat- kuat seakan-akan gak mau dengar apa-apa. Kembali beberapa cubitan jatuh ke pinggangku.
Sejak itu aku merasa ada harapan lagi untuk merebut gadis ini.
-----
POV Deyara
Sejak peristiwa kemarin, aku kembali membiarkan Rivaldo bertamu di rumah malam minggu.
Kali ini pertemuan kami sangat berkesan, walaupun tidak disertai nafsu... kami terus bercakap-cakap. Rivo menceritakan banyak tentang cita-citanya dan keinginannya. Ia banyak bicara sementara aku masih malu. Gimana gak malu, cowok ini sudah melihat tubuh telanjangku...
Aku terus menatap dari depan pintu ketika cowok itu berlalu setelah pamit pulang. Tadi Rivo sempat mencium pipiku tanda perpisahan, kehangatannya masih terus membekas.
'Koq aku selemah itu, mau aja dirayu sampe dicium segala...'
'Deya.... kamu tahu kan cowok itu terkenal buaya darat dari dulu, ia sendiri bilang ia banyak mempermainkan hati cewek2. Raja gombal itu gak boleh dipercaya...' aku berbisik ke hatiku.
'Eh, apa benar yah Dinah serendah itu? Masak sih jadikan sohibnya objek uang? Ihhh ngeri kalo beneran. Aku harus hati-hati, apa lagi kalau akan minum apa-apa.'
Dari jauh aku masih menatap cowok itu. Rasanya berat melepaskan Rivo... 'apa sih yang buat aku tertarik ke cowok itu?'
'Eh... maksudnya?'
Kayaknya aku gak bisa mendustai diri kalo aku mulai kesemsem sama raja gombal ganteng itu.
'Apa sih lebihnya dibanding puluhan cowok yang antri mendekatiku dan tunggu-tunggu hint sekecil apapun dariku.'
'Apa karena mata...elangnya yang tajam menusuk? Atau alisnya yang lebat melengkung?!!!
Bisa jadi karena mulut nakal dan jago merayu...? Atau karena kulitnya yg putih? Rico memang punya darah blasteran... indo campur bule' ihhhh koq jadi
Ingat Romeo lagi... Deya, cowok itu sudah menjadi suami sah dari Titien.
'Eh apa mungkin karena kontolnya yang besar dan tegang? Hihihi...'
'Apa miliknya sama besar dengar Romeo? Kan di bokep kontol bule itu besar-besar!'
Aku ingat lagi waktu curi dengar Anita cerita ke Titien. Kontol cowok bule besar, Romeo kontol besar… puas banget… hehehehe…
Maaf Rivo, kalo aja Romeo belum mencuri hatiku? Agaknya kamu akan jadi pilihanku melabuhkan cintaku. Romeo sangat ganteng dan macho... tayapannya masih membelas di hatiku... duh, susah banget move on kalo gini. Kutatap kembali posternya di kamarku...
Dia lagi ngapain yah?