Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AZUMATH: WORLD OF MAGIC

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 7


Aku terbangun saat ada tubuh yang menyentuhku. Ternyata Daru sedang mencari posisi untuk tidur. Aku pun terbangun lalu bangkit duduk. Daru ngengir kuda sambil menatap wajahku. Mungkin maksud hati tidak ingin membangunkanku tetapi aku adalah tipe orang yang tidak bisa diganggu sedikit pun saat tidur. Suara sekecil apapun, gerakan tubuh selembut apapun, aku akan selalu terjaga.

β€œMaaf pak ...” Kata Daru masih dengan senyum bersalahnya.

Aku mengacak-acak rambutnya lalu keluar tenda. Kulihat Barda berada di depan api unggun. Aku menghampirinya dan pria itu pun langsung tersenyum menyambut kedatanganku. Barda menyodorkan kelapa muda kepadaku dan langsung saja kutenggak airnya. Kami pun ngobrol-ngobrol, bercanda, saling tertawa, dan masih banyak hal seru lainnya. Barda berbeda sekali saat pertama kali berkenalan yang sangat serius. Tetapi sekarang terlihat sekali kalau pria ini orangnya sangat ceria dan cukup konyol.

β€œPak ... Saya ingin sekali menjadi prajurit kerajaan.” Tiba-tiba suara Barda sangat serius.

β€œKalau ingin menjadi prajurit kerajaan, mas tinggal daftar saja. Saya pikir asal mau, pasti diterima.” Kataku.

β€œTidak pak ... Syaratnya harus mempunyai energi sihir minimal sebesar 4000 poin.” Jelas Barda.

β€œOh ... Begitu ya ... Saya kok baru tahu ...?” Kataku benar-benar baru tahu ada syarat semacam itu.

β€œIya pak ... Tadi saya ngecek kapasitas energi sihir saya ... Baru 3683 ... Tapi benar-benar luar biasa kenaikannya pak. Saya satu hari ini saja peningkatan energi sihir saya mencapai 900 poinan. Padahal saya setiap hari melatih untuk meningkatkan kapasitas energi saya yang dalam sebulan hanya naik 2 poin saja.” Katanya.

β€œTingkatkan terus mas, setinggi-tingginya. Tapi kalau sudah tinggi jangan digunakan untuk menindas yang lemah, jangan dipakai menyakiti orang lain. Kekuatan itu harus digunakan untuk melindungi orang-orang yang lemah, menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan. Orang terkuat bukanlah mereka yang menunjukkan kekuatan di depan orang-orang, tetapi mereka yang memenangkan pertempuran atas dirinya sendiri. Satu lagi, tidak perlu menyombongkan kekuatan kita, karena di atas langit ada langit.” Kataku.

β€œJujur ... Saya sangat kagum sama bapak. Bapak berilmu tinggi tetapi bapak tidak pernah menyombongkan diri. Saya berjanji, saya akan menggunakan kekuatan saya untuk kebaikan. Alasan saya ingin bergabung menjadi prajurit kerajaan adalah saya ingin sekali membantu menumpas kejahatan. Sekarang ini, banyak manusia yang bersekongkol dengan Demon. Itu sangat menyakitkan bagi saya.” Ucap Barda yang sukses membuatku terperanjat.

β€œMas tahu ... Orang-orang yang bersekongkol dengan demon?” Tanyaku menjadi sangat penasaran.

β€œSaya pernah mengantar rombongan ke sebuah pulau. Ya, saya disumpah dan dibayar besar untuk tidak membocorkan rahasia mereka. Tapi setelah mengenal bapak, saya merasa kalau bapak orang yang tepat untuk membocorkan rahasia saya.” Katanya seperti sedang ia jeda.

β€œSiapa mereka itu?” Tanyaku setengah mendesak.

β€œPemimpinnya bernama Bisma, dia adalah kepala pasukan healing kerajaan. Ada dua anak buahnya yang ikut bersama Bisma, keduanya perempuan. Namanya Utami dan Utari. Kedua perempuan ini kembar.” Ungkap Barda. Tentu saja aku semakin terperanjat.

β€œBisma???” Gumamku sedikit tak percaya.

β€œApakah bapak pernah bertemu dengannya?” Tanya Barda.

β€œYa, saya pernah bertemu dengannya beberapa kali. Tapi, saya tidak percaya kalau dia bersekongkol dengan bangsa Demon. Yang saya tahu, dia sangat menyanjung bangsa manusia.” Kataku sambil mengingat bagaimana marahnya Bisma saat aku memprediksi kekalahan ras manusia.

β€œKalau dilihat wajah dan cara bicaranya memang orang tidak akan mengira kalau dia bersekongkol dengan bangsa Demon. Dan menurutnya, bukan dia saja yang bersekongkol. Di kerajaan-kerajaan lain pun sudah banyak orang yang bersekutu dengan bangsa Demon. Tujuannya ingin melemahkan bangsa manusia dari dalam dengan menciptakan teror dan merekrut anggota sebanyak-banyaknya.” Jelas Barda yang membuatku sangat terbuka.

β€œHhhmm ... Tanda-tandanya memang sudah ada. Sebelum ke sini, saya membersihkan hampir setengah warga kampung yang terkena virus sihir hitam. Ada kemungkinan mereka lah yang membuat teror itu.” Kataku.

β€œBisa jadi.” Sahut Barda.

Jelas keadaan ini menjadi buah pikirku. Kini aku dihadapkan pada musuh yang terselubung dari bangsaku sendiri. Musuh seperti ini seolah tak tampak dan yang pasti pandai mengelabui. Apalagi jika orang itu dekat dengan kekuasaan, akan sangat sulit untuk ditindak. Akhirnya Barda menceritakan rencana orang-orang yang kuanggap sebagai beraliran hitam. Mereka akan membuat dunia manusia kacau balau dan saling berperang antara satu kerajaan dengan kerajaan lain.

β€œMas Barda untuk saat ini dan seterusnya jangan pernah lagi berbicara tentang orang-orang itu pada siapa pun. Lanjutkan saja cita-cita Mas Barda menjadi prajurit, kalau bisa menjadi pimpinan yang dekat dengan kekuasaan. Tetap lah berjalan di jalan yang benar. Mas Barda harus membela bangsa manusia sekuat tenaga. Lindungi bangsa manusia dari kepunahan.” Kataku.

β€œSaya akan selalu menjadi manusia, pak. Saya rela mati untuk membela bangsa saya sendiri.” Terdengar kejujuran dari suaranya.

β€œSekarang lebih baik Mas Barda istirahat. Mulai besok pagi, Mas Barda lanjutkan berburu kalajengkingnya. Berburulah sebanyak-banyaknya supaya energi sihir Mas Barda meningkat pesat.” Kataku.

β€œYa, pak ... Kebetulan saya sudah mengantuk ...” Jawabnya sambil berdiri. β€œSaya duluan ya pak.” Katanya kemudian.

β€œSilahkan.” Kataku.

Bintang bersinar terang, bulan begitu sempurna dan terlihat dekat. Tanpa sadarkan diri, aku tersenyum melihat pemandangan itu. Dunia ini benar-benar serupa dengan bumi sehingga mengingatkanku pada kampung halaman, pada kakek, pada istri tercinta dan anak-anak. Aku di sini baru saja lima bulan kurang, tetapi rasanya sudah seperti puluhan tahun. Aku mencoba untuk menenangkan diri dengan bersila, mengambil posisi bermeditasi. Ini adalah salah satu caraku untuk ralaksasi. Tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik, namun juga bagi kesehatan mental. Kali ini aku melakukan teknik meditasi yang berfokus pada perhatian dan kesadaran diri secara penuh. Hal ini, akan melatihku untuk lebih fokus terhadap keadaan yang dirasakan dan menerimanya secara terbuka. Aku mengambil posisi duduk senyaman mungkin. Lalu mengatur nafas dan fokuskan pikiran pada sesuatu. Seperti suara detak jantung, deburan ombak dan merasakan sensasi udara saat menarik dan menghembuskan nafas.

Aku benar-benar menikmati meditasiku hingga waktu tak terasa. Sebuah suara cukup keras yang berasal dari tenda membangunkan meditasiku. Ternyata hari sudah terang walau matahari baru muncul di batas cakrawala. Daru lantas mengajakku untuk membersihkan badan di laut dan itu memang kebiasaan kami selama tinggal di pulau ini. Daru lantas mencuci pakaian walau hanya dibilas saja tanpa sabun setelah kami berganti pakaian yang disimpan di lemari sihirku. Setelahnya, kami mulai membakar daging kalajengking sisa semalam dan mulai sarapan.

β€œMas Barda bangunin ya pak?” Tanya Daru meminta ijinku.

β€œYa ...” Jawabku singkat.

Daru kemudian berlari ke tenda yang ditiduri Barda. Tak lama terdengar suara tertawa Daru dan anak itu langsung keluar dari tenda masih dengan tertawa ngakaknya. Ternyata Daru melihat kejantanan Barda yang tegang keluar dari celananya. Dengan keisengan tanpa perasaan, Daru menyentil batang ereksi Barda hingga si pemilik β€˜barang’ bangun sambil kesakitan. Beberapa saat kemudian, Barda keluar dari tenda sambil menggerutu namun bibirnya tersungging senyum. Kami bertiga pun menikmati sarapan daging kalajengking.

β€œSekarang kalian agak masuk ke dalam hutan. Di sana akan kalian temukan banyak sekali kalajengking kecil. Ingat! Jangan melawan kalajengking yang besar, lebih baik hindari saja.” Kataku sambil berdiri dan mengeluarkan pedangku dari lemari sihir.

β€œIya pak ...” Sahut Daru dan Barda hampir bersamaan.

β€œKalian berhati-hatilah!” Kataku lagi kemudian melesat pergi meninggalkan keduanya.

Aku teruskan pekerjaanku yang tertunda kemarin. Namun pertama yang kulakukan adalah memastikan ring pertamaku aman dari kalajengking sebesar kerbau, karena di ring pertama ini yang akan menjadi tempat Daru dan Bara berburu. Aku menemukan beberapa saja dan langsung kuhabisi. Setelah itu, aku mulai masuk ke dalam hutan lebih dalam lagi. Ring yang kulalui memang lebih kecil dari ring sebelumnya, namun kalajenking yang kutemukan lebih banyak dari ring pertama. Pedang petirku seolah mempunyai mata dan begitu cepat memburu kalajengking-kalajengking yang terlintasinya. Untuk saat ini, aku tidak lagi memilih kalajengking berukuran besar, yang berukuran kecil pun aku jadikan debu.

Aku terus berkelebat memburu mangsa hingga masuk lebih dalam lagi mencapai ring selanjutnya yang pastinya lebih kecil lagi dari ring sebelumnya. Ibarat sedang menyapu, aku bersihkan semua kalajengking yang ada, sampai terkadang ada pohon yang tumbang karena sabetan pedang petirku. Jika saja ada orang yang melihat dari kejauhan, pasti terlihat kepulan asap dan debu yang membumbung tinggi ke angkasa. Tak aku sangka, ternyata aku sudah sampai di ring terakhir. Kini aku berada di atas bukit paling tinggi. Di depanku terdapat goa yang mulutnya luar biasa besarnya, tetapi sebagian besar tertutup oleh pohon-pohon besar. Kuperkirakan panjang goa sekitar 20 meteran dengan ketinggian 10 meteran.

β€œAku harus memulihkan energi sihirku dulu sebelum masuk ke dalam.” Batinku lalu duduk bersila mengambil sikap bersemedi dengan teknik pemulihan.

Luar biasa! Energi sihirku terasa sekali menggelora seperti badai yang luar biasa besarnya. Aku merasakan energi sihirku menempati semua sel dalam tubuh. Anehnya, aku tidak memerlukan lagi pemulihan, seakan energi sihirku penuh tak pernah terpakai.

β€œSetelah energi sihir mencapai lebih 100 ribu poin. Proses pemulihan energi sihir menjadi otomatis.” Itu suara Petteri.

β€œPet ... Aku akan masuk ke goa itu sekarang.” Kataku namun tak ada jawaban.

BRAAASSSS ...

Aku yang hendak melangkah maju dikejutkan dengan kemunculan mahkluk berupa kalajengking raksasa. Aku bukannya takut malah takjub melihat makhluk yang pertama kali ini aku lihat. Kalajengking di depanku berukuran lebar sekitar 5 meteran dan tinggi sekitar 7 meteran. Entahlah panjangnya belum bisa aku perkirakan karena sebagian tubuhnya masih berada di dalam goa.

β€œWow! Besarnya ...” Kataku bermonolog. Aku takjub melihat makhluk di depanku ini. Aku secepatnya meloncat ke atas ketika capit si kalajengking menyerangku dan mengincar diriku.

BLAAARRR ...

Ledakan terjadi saat capit yang menyerangku menghantam tanah. Aku sendiri tak ingin berlama-lama mengagumi makhluk yang harus aku bunuh, secepat kilat aku menebaskan pedangku ke capit kalajengking raksasa itu. Sudah kuduga, induk kalajengking berbeda dengan anak-anaknya yang sekali tebas musna. Kali ini aku seperti menebas baja tebal. Sabetan pedangku tak menggores sedikit pun. Kalau sudah begini, aku langsung saja mengarahkan seranganku ke arah matanya. Tubuhku melesat secepat kilat dan ...

TRAAANNGG ...

Lagi-lagi aku membentur baja yang tebalnya puluhan meter. Mata si kalajengking tiba-tiba menutup dan aku tak bisa menembus penutup matanya. Tiba-tiba dari sudut mataku aku melihat capit di sebelah kananku menderu kencang. Aku yang tak ingin terkena capitannya segera meloncat ke atas dan salto dengan kecepatan kilat untuk menjaga jarak dengan makhluk sihir ini. Saat setelah menghindari serangannya, si kalajengking raksasa bergerak maju ke depan memburuku. Tanah bergetar hebat menandakan betapa dahsyatnya serangan kalajengkik raksasa tadi sampai-sampai bumi pun bergetar.

Cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan loncat tinggi ke udara. Sungguh, aku terbelalak saat melihat panjang kalajengking ini, mungkin lebih dari 25 meter. Lagi-lagi aku dipaksa untuk tidak mengaguminya karena kini ekornya sedang melesat cepat ke arahku. Jelas, aku tidak mungkin lagi melesat ke atas karena aku bukan Superman. Aku segera menukik sambil berniat menancapkan pedangku ke bagian tubuh yang tidak dilapisi cangkang.

TRAAANNGG ...

Rupa-rupanya kulit yang tak dilapisi cangkan pun sekeras baja puluhan meter. Pada akhirnya aku terus berkelebatan menghindari serangan sambil sesekali menyerang dan mencari kelemahan. Sudah hampir setengah jam mencari-cari titik lemah monster kalajengking ini, hanya satu yang aku dapat yaitu mata. Tetapi saat hendak menyerang matanya selalu saja ditutup atau tepatnya menutup mata. Serangan sihirnya pun luar biasa. Aku beberapa kali terkena tombak yang keluar dari ekor si monster kalajengking. Belum lagi racun yang dia keluarkan, bila terhirup oleh manusia biasa sudah barang tentu akan mati seketika.

Setelah puas β€˜bermain-main’, aku akhirnya mengeluarkan teknik andalanku, Chidorigatana level tiga. Sambil berkelebatan laksana kilat, aku terus menebaskan pedang petir sampai ratusan bahkan ribuan tebasan dalam satu menitnya. Serangan pedang petirku sampai menimbulkan suara gemuruh bagaikan benturan ombak di atas batu karang! Benar saja apa yang dikatakan Petteri, untuk mengalahka magical beast ini memerlukan energi sihir yang sangat besar, buktinya setelah satu jam menghantamnya dengan Chidorigatana level tiga tidak tampak efek yang aku harapkan.

Namun aku tidak patah arang. Putus asa hanya bagi mereka yang lemah, dan aku adalah insan yang perkasa. Aku hujani terus tubuh magical beast ini dengan sabetan pedang petirku. Memang perlu perjuangan dan kerja keras yang melebihi batas untuk mengalahkannya. Tidak ada alasan untuk berhenti. Aku harus tetap berjuang, karena aku percaya bahwa setiap lelahku tak akan sia-sia.

Tahapan pengerahan kekuatan dan ilmu sihir mujijat lainnya yang menyebabkan lingkungan sekitar kami terganggu dan ikut menggelegak seirama dengan kekuatan yang terpancar dari pertarungan hebat kami. Aku dan magical beast kalajengking raksasa menciptakan angin dan hujan dalam pengertian simbolis. Angin adalah unsur yang dihasilkan dari gerakanku yang berkelebatan sangat cepat dan gerakan kuat dari kalajenking raksasa. Sementara hujan merupakan kiasan akan tarung yang membentengi diri kami sedemian rapat. Serangan-serangan yang terkirim dari kami terasa sangat tajam dan mampu memenggal batu sekali pun atau memecahkan batu menjadi tepung atau menjadi debu akibat kuat dan luar biasanya serangan masing-masing.

Aku bertarung jurus demi jurus sepanjang hari dan selama itu aku menggunakan ilmu pedang petir Chidorigatana untuk menghadapi magical beast ini. Jika aku melihat posisi matahari sekarang, diperkirakan sudah lebih tujuh jam aku berhadapan dengan sang kalajengking raksasa. Dan usahaku tidak sia-sia, kalajengking raksasa itu akhirnya tidak bisa lagi bergerak, aku yakin syaraf geraknya sudah mati. Aku kini berdiri di depan kepala sang kalajengking raksasa. Matanya terbuka lebar menatapku penuh amarah. Tak ingin berlama-lama, aku ciptakan sayatan pedang petir jarak jauh yang aku arahkan ke matanya. Ratusan sayatan pedang petir langsung menerpa kedua mata sang magical beast.

BLAAAAARRR .....

Suara ledakan terdengar berdebum. Tanah bergetar hebat. Serangan pedang petir Chidorigatana berhasil mengenai kedua mata sang magical besat dan melemparkannya ke belakang menggusur tanah. Kilatan petir itu, dengan sekejap berubah menjadi api yang sangat panas, membakar tubuh monster itu tanpa sisa. Tiba-tiba kulihat sinar berwarna kuning melesat sangat cepat ke arahku. Kali ini kubiarkan sinar itu menerpa tubuhku.

DESH!!!

Sinar kuning keemasan telak menghantam dadaku. Kini aku tidak terkejut, dan seperti yang sudah kuduga, aku tidak merasakan sakit, yang ada tubuhku terasa sangat segar, rasanya seperti baru bangun dari tidur. Dapat kurasakan aliran energi sihir dalam tubuhku melonjak-lonjak sangat dahsyat. Perasaan ini adalah perasaan saat energi sihirku bertambah dalam tubuh.

β€œMasuklah ke dalam goa itu. Ada sesuatu yang harus kau ambil.” Terdengar suara Petteri di telingaku.

Tanpa menjawab, aku melesat melewati kobaran api yang masih menyala-nyala. Goa yang kumasuki begitu luas bagaikan lapangan sepakbola. Dengan pencahayaan dari api bakaran tubuh kalajengking raksasa, aku bisa melihat sangat jelas di ujung barat goa ada sesuatu yang mengkilat-kilat. Segera saja berkelebat ke arah sesuatu yang mengkilat itu. Luar biasa! Setumpukan koin emas dan perak yang jumlahnya sangat banyak. Bisa kuperkirakan semua koin berharga itu sebanyak satu ruangan kamar bila dikumpulkan menjadi satu. Tanpa berlama-lama, dengan menggunakan teknik sihir bergerak cepat, aku masukan semua koin emas dan perak itu ke dalam lemari sihir. Tidak lebih dari 20 menit, semua koin berharga tersebut sudah berpindah tempat ke dalam lemari sihirku.

β€œTerima kasih Pet ...” Kataku bermonolog.

Tidak ada jawaban tetapi aku tahu kalau Petteri merestui kalau harta karun itu aku bawa pergi. Aku pun segera melesat keluar goa dan langsung menuruni bukit. Aku menghentakkan kaki, melompat dari dahan ke dahan dalam kecepatan kilat. Karena waktu sudah mulai gelap, aku mempercepat laju agar cepat sampai. Tidak sampai empat menit, akhirnya aku sampai di tenda. Barda dan Daru sedang asik membakar daging kalajengking hasil buruannya. Keduanya agak terperangah melihatku datang. Mereka bertanya-tanya ada apa di puncak bukit yang kata mereka terlihat seperti ada kebakaran dan banyak sekali batu berjatuhan.

β€œItu tadi adalah induk dari para kalajengking, yang artinya tugas bapak selesai di sini dan kita harus segera meninggalkan pulau ini.” Kataku sambil duduk di samping Daru.

β€œBegitu ya pak ...” Kata Daru bersedih.

β€œKenapa kamu seperti tidak suka? Apa kamu mau tinggal di sini selamanya?” Candaku sambil mengacak-acak rambutnya.

β€œAku belum puas berburu pak. Energi sihirku masih 4560 dan Kak Barda baru 4722. Kami ingin mencapai 5000 lebih.” Daru memberi alasan.

β€œKalian bisa berlatih meningkatkan kapasitas energi sihir kalian. Lagi pula, dengan hancurnya induk kalajengking, anak-anaknya juga ikut mati. Jadi di pulau ini sudah tidak ada lagi kalajengking.” Jelasku yang aku sendiri sebenarnya tidak yakin dengan ucapanku itu.

β€œHhhmm ... Kalau begitu, sebaiknya kita pergi sekarang supaya pagi kita bisa sampai di daratan.” Ucap Barda.

β€œAyo! Kita pulang!” Kataku sangat bersemangat.

β€œBapak makan dulu ini!” Ujar Daru sambil menyodorkan daging kalajengking bakar.

Aku mengambilnya lalu memakannya. Memang lezat daging kalajengking ini. Setelah memakan dua tusuk daging berukuran besar, aku segera mengajak Daru dan Barda melaut, meninggalkan Pulau Kobba Klintar. Sepanjang mengarungi lautan, kami banyak bercerita terutama tentang pengalaman di Pulau Kobba Klintar. Daru paling banyak dan paling keras saat bercerita. Anak itu benar-benar menikmati petualangan singkatnya di Pulau Kobba Klintar. Aku dan Barda sering tertawa mendengar cerita Daru yang terkadang konyol menggelitik.

.....
.....
.....


Pelayaranku sangat lancar, tidak ada gangguan sama sekali. Laut seakan mengerti kalau aku sedang melewatinya dan memberikan ketenangan dan kedamaian. Hingga pagi menjelang, kami sampai di dermaga dan langsung saja memburu sebuah kedai untuk mengisi perut yang terasa keroncongan. Aku, Daru dan Barda menyantap makanan dengan lahap, terutama Barda yang semalaman menjadi nahkoda tentu saja selain lapar dia juga pasti kelelahan.

β€œMas Barda ... Saya ucapkan terima kasih karena sudah mau mengantarkan saya. Dan ini, kekurangan ongkos yang saya janjikan.” Kataku sambil memberinya empat keping koin emas.

β€œSudah pak ... Tidak usah lagi membayar saya, yang kemarin juga sudah sangat berlebihan. Saya malah yang berterima kasih karena saya sudah diberi kesempatan meningkatkan kapasitas energi sihir saya. Dan besok saya akan ke kota raja untuk mendaftar sebagai prajurit kerajaan.” Ucap Barda sambil mendorong koin emas yang aku berikan.

Aku mendorongnya lagi sambil berkata, β€œBisnis tetaplah bisnis, terima kasih urusan lain lagi. Saya telah berjanji membayar Mas Barda delapan keping koin emas, dan saya harus menepatinya. Ambillah buat bekal perjalanan ke kota raja. Pesanku, perjuangkan ras manusia sekuat tenaga. Berjalan lurus jangan melenceng dari tujuan.”

β€œTerima kasih, pak ... Bapak memang luar biasa. Selain berilmu tinggi, bapak juga baik hati.” Puji Barda sambil mengambil koin emas yang aku berikan.

β€œMas Barda terlalu berlebihan. Masih banyak orang yang lebih dari saya.” Kataku.

β€œBapak memang sangat baik, kok.” Sambar Daru sambil cengengesan disela minum teh manis hangatnya.

β€œKamu ini kalau sudah bilang begitu pasti ada maunya.” Kataku sambil tersenyum.

β€œPak! Aku ingin belajar sihir kayak punya bapak!” Ujar Daru sambil bangkit dari duduknya.

β€œHe he he ... Sinar energi sihirmu lain dengan yang punya bapak, nak ... Kamu itu sudah ditakdirkan menjadi penyihir elemen api. Belajarlah menjadi ksatria sihir elemen api. Kalau kamu sungguh-sungguh, kamu juga bisa mengalahkan sihir bapak.” Kataku coba membesarkan hati anak angkatku.

β€œOh... Benar begitu pak?” Wajah Daru semakin sumringah.

β€œYa ... Belajar dan berlatih lah sungguh-sungguh, biar kamu bisa mengalahkan bapak ...” Kataku.

β€œSiap pak ...!” Ujar Daru sambil duduk kembali.

Setelah selesai makan pagi, akhirnya aku berpisah dengan Barda. Aku dan Daru langsung ke tempat penitipan kuda. Aku senang dengan kinerja penyewa tempat karena kuda-kuda kami benar-benar dirawat dengan baik. Si Black dan kuda Daru tampak sangat sehat dan bugar. Maka aku tidak ragu memberinya bonus beberapa keping koin perak lagi padanya.

Setelahnya, aku dan Daru memacu kudaku ke arah Timur. Aku menyusuri wilayah pantai karena jalan ini lebih datar tidak terlalu banyak gunung dan perbukitan sehingga lebih cepat mencapai tujuanku berikutnya yaitu sebuah daerah yang bernama Lochalsh. Kota pelabuhan itu terkenal dengan hasil lautnya yang mendunia. Kota Lochalsh berada di bawah kekuasaan Kerajaan Qaarsut. Itulah yang aku dengar dari penduduk yang kebetulan bertemu denganku sepanjang perjalanan ke Kota Lochalsh.

Pada perjalanan hari ketujuh sejak dari kepulanganku dari Pulau Kobba Klintar, aku memasuki perbatasan kerajaan. Ada pemeriksaan yang dilakukan prajurit Kerajaan Qaarsut bagi pendatang yang memasuki perbatasan. Beberapa pertanyaan pun diajukan tentang identitasku. Tentu saja aku menjawab apa yang pernah aku alami di dunia ini. Tentang namaku, tempat tinggalku di Kerajaan Tinberg, profesiku dan lain sebagainya. Aku merasa aneh saat selesai pemeriksaan, ternyata aku tidak langsung diperkenankan melewati perbatasan. Aku malah dibawa ke pos penjagaan. Di sana aku disambut oleh pemimpin pasukan penjaga.

β€œBenarkah tuan adalah Tabib Azka dari Kota Graheim Kerajaan Tinberg?” Tanya pemimpin pasukan penjaga perbatasan yang terdengar cukup ramah dan bersahabat.

β€œBenar tuan ...” Jawabku tak kalah ramah.

β€œSebenarnya Tuan Tabib memang kami cari. Bahkan kami sempat ke tempat Tuan Tabib di Kota Graheim, hanya kami terlambat sehari, Tuan Tabib telah pergi. Dan sekarang kebetulan kami menemukan Tuan Tabib di sini.” Ungkap pemimpin pasukan penjaga perbatasan.

β€œTuan mencari saya?” Tanyaku lumayan terkejut.

β€œBenar Tuan Tabib. Kami memerlukan bantuan Tuan Tabib. Sebaiknya kita bicarakan di dalam.” Ajak pemimpin pasukan penjaga perbatasan.

β€œSebaiknya tuan segera ceritakan, tuan perlu bantuan apa dari saya?” Aku menolak ajakannya secara lembut.

β€œTuan Putri Padmasari menderita sakit yang aneh. Sudah berpuluh-puluh tabib mengobatinya tetapi tidak sembuh-sembuh. Menurut informasi yang kami dapat, Tuan Tabib adalah orang yang bisa menyembuhkan sakit-sakit aneh. Saya harap Tuan Tabib mau menolong Tuan Putri Padmasari.” Ungkap pemimpin pasukan penjaga perbatasan.

β€œKalau begitu ... Antarkan saya ke kediamannya. Saya coba untuk mengobati tuan putri. Mudah-mudahan tanganku ini berjodoh dengannya.” Kataku.

β€œBaik, Tuan Tabib. Anak buah saya akan mengantar tuan ke tempat Tuan Putri Padmasari.” Sahut pemimpin pasukan penjaga perbatasan sangat bersemangat.

Akhirnya aku dan Daru berkuda lagi mengikuti dua prajurit yang berada di depanku. Saat itu hari masih terbilang pagi, sinar matahari masih terasa hangat menerpa wajah dan kulit. Aku pikir kuda kami akan melaju ke Kota Raja, namun ternyata tak jauh dari perlintasan perbatasan ada sebuah taman yang indah dan luas. Di tengah taman yang baru kumasuki ini terdapat sebuah kastil megah yang bertengger di atas puncak bukit nan hijau menghadap pemandangan lautan luas.

Di depan mataku kini ada sebuah bangunan besar. Kastil putih megah dengan gerbang besar. Aku dan Daru memasuki kastil dengan santai yang dikawal tiga orang prajurit. Seorang prajurit berjalan di depan sebagai penunjuk arah kemana aku akan menemui Tuan Putri Padmasari yang dikabarkan mempunyai penyakit aneh. Pengaturan yang kulihat sejak aku memasuki kastil sangat mengagumkan. Aku dan Daru terus berjalan menyusuri sebuah lorong panjang dengan cahaya dari kristal-kristal berwarna jingga yang tertanam di sepanjang dinding. Tak lama, aku berada di sebuah pintu besar berukiran bunga yang indah. Namun tiba-tiba saja hidungku mencium bau yang sangat busuk dan tak enak.

β€œDi sinilah Tuan Putri Padmasari berada. Maaf Tuan Tabib kami harus segera pergi. Kamu tak kuat mencium baunya.” Ujar sang prajurit sambil menahan napas lalu terbirit-birit lari menjauh. Salah satu prajurit bahkan mengeluarkan kepalanya ke luar jendela dan muntah.

β€œDaru ... Apakah kamu kuat?” Tanyaku. Daru pun menggelengkan kepala. Tampak anak itu pun sedang menahan mual dan muntahnya. β€œKeluarlah bersama prajurit-prajurit tadi dan tunggu diluar.” Kataku.

Daru pun segera berlari menjauh dan kulihat Daru berbelok ke arah jendela dan memuntahkan isi perutnya di luar jendela kastil. Sangat beralasan karena bau yang tercium sangat menyengat dan sangat tidak enak untuk dicium. Baunya seperti ribuan bangkai manusia yang sudah membusuk. Aku yang sejak tadi sudah mengubah warna energi sihirku tentu saja kuat karena aku sudah memasang sihir pelindung khusus bagi penyihir penyembuhan.

Karena tidak ada siapa-siapa lagi di sini, aku pun memberanikan diri membuka pintu besar berukiran bunga di depanku. Langsung saja radar batin berasa kalau energi negatif langsung menyelimutiku. Luar biasa sihir hitam ini. Seseorang yang mendekati korban akan langsung diserang rasa sakit perut dan mual yang teramat parah. Namun aku yang sudah dilapisi sihir pelindung tidak akan terpengaruh oleh energi negatif semacam ini.

β€œSiapa?” Suara seorang wanita yang begitu mengiba terdengar.

Aku melihat seorang wanita duduk di kursi menghadap jendela besar, dia memunggungiku. β€œSaya tabib yang akan mencoba menyembuhkan tuan putri.” Kataku.

β€œSudah berpuluh tabib yang datang, mereka semua menyerah.” Katanya sangat pesimis.

β€œDunia ini tercipta selalu dua pasangan, ada pria ada wanita, ada siang ada malam, ada sedih ada suka, ada penyakit ada obat. Bagi saya tidak ada satu pun penyakit yang tidak ada obatnya.” Kataku.

Wania itu langsung membalikkan badan beserta kursinya. Mataku agak membulat saat melihat wajahnya dipenuhi belatung yang masih menggeliat. Wanita yang disinyalir bernama Putri Padmasari pun berkata, β€œKalau begitu, buktikan ucapanmu Tuan Tabib.”

Aku pun mendekat kepadanya. Tanpa berlama-lama aku merapal mantera β€˜Kuolema’, mantera penghancur sihir kutukan sambil meletakkan telapak tanganku di atas kepalanya. Tak lama keluar asap hitam dari sekujur tubuh wanita itu. Asap hitam berkumpul di udara membentuk sebuah bola sebesar bola volley. Biasanya aku langsung menghancurkan bola asap hitam tersebut. Namun kali ini, aku menahannya di udara. Lantas aku merapal mantera β€˜Kuolema’ level kedua, yaitu mengikat energi sihir yang ada dalam ruangan. Aku kumpulkan dalam bola asap hitam. Tak ayal, bola asap hitam semakin membesar, sekarang ukurannya dua kali lipat dari sebelumnya. Setelah itu, aku membawa bola asap hitam keluar kamar dan langsung kubawa keluar kastil.

β€œDaru! Hancurkan bola asap hitam itu!” Perintahku pada Daru yang kebetulan berada di halaman kastil.

β€œSiap, pak!” Seru Daru sangat bersemangat.

Tampak keluar bola api yang sama besar dengan bola asap hitam dari tangan Daru. Anak itu kemudian melepaskan bola apinya menghantam bola asap hitam. Suara menggelegar terdengar sangat keras dan bumi agak bergetar. Aku pun tersenyum pada Daru, anak itu sekarang bukan lagi anak sembarangan. Jika saja aku menyuruh salah seorang prajurit belum tentu bisa meledakan bola asap hitam itu dalam satu kali pukulan, bahkan mungkin bisa berkali-kali.

β€œBagus nak ...” Pujiku sambil mengacungkan jempol.

β€œTerima kasih pak.” Jawab Daru sambil cengengesan dengan gaya khasnya.

Aku kembali ke dalam kastil dan terus menuju kamar sang putri. Sesampainya di sana, aku melihat Putri Padmasari sedang menghadapkan dirinya di depan cermin sambil memperhatikan tubuhnya. Pertama kali aku melihatnya tadi, wanita itu mengenakan mantel tebal yang hampir menyelimuti tubuhnya, tetapi kini dia mengenakan gaun malam terusan sepanjang mata kaki. Sial! Gaun terusan yang dipakainya tembus pandang. Tentu saja aku bisa melihat lekuk tubuhnya yang aduhai. Ternyata Putri Padmasari adalah wanita yang cantik jelita dengan tubuh yang seksi, umurnya sekitar 34 tahunan, buah dadanya tidak terlalu besar namun tampak keras tercetak dari balik gaunnya, tubuhnya berlekuk indah, kulitnya halus, putih dan mulus. Pinggulnya berisi dangan lekuk pinggang yang ramping. Bagiku, dia adalah wanita yang lumayan sempurna.

β€œOh ... Terima kasih Tuan Tabib ...” Putri Padmasari membalikkan badan menghadapku sambil tersenyum. Wajahnya berseri penuh senyum bahagia.

β€œSama-sama tuan putri ... Kalau sudah tidak ada lagi masalah, izinkan hamba meneruskan perjalanan.” Kataku sambil menjura hormat.

β€œTunggu Tuan Tabib! Aku belum memberimu upah!” Segera saja Putri Padmasari berlari ke lemarinya dan mengambil satu kantong yang isinya pasti koin emas atau perak.

β€œTuan putri ... Saya menolong tidak menginginkan imbalan. Simpan saja koin-koin itu untuk keperluan yang lebih mendesak.” Aku coba menolaknya sehalus mungkin.

β€œTapi ... Bukankah pekerjaan tabib adalah mencari penghasilan? Ini adalah imbalan dari pekerjaan tuan tabib,” Ucap Putri Padmasari sambil berjalan mendekatiku.

β€œSebenarnya saya bukan seorang tabib. Saya hanya seorang pengelelana. Kemampuan pengobatanku hanyalah sebatas hobi saja.” Kataku.

β€œPengelelana? Boleh saya tahu, siapa nama tuan sebenarnya?” Tanya Putri Padmasari terheran-heran.

β€œNama saya Azka, tuan putri ...” Jawabku.

β€œTuan Tabib Azka dari Kota Graheim ... Dan juga ksatria sihir elemen petir ... Bukankah itu tuan?” Tanya wanita di depanku sambil membelalakan mata. Rona keterkejutan sangat jelas di wajahnya.

β€œBenar ...” Jawabku singkat.

Tidak disangka-sangka Putri Padmasari meraih tanganku lalu menarikku ke sebuah meja berbentuk bundar. Tak lama, wanita itu memintaku untuk duduk di kursi yang ada, setelahnya sang putri duduk di kursi lainnya sangat dekat posisinya dengan tempat dudukku.

β€œTuan Azka ... Aku memang sangat berharap tuan datang. Aku sangat memerlukan bantuan tuan. Di istana sepertinya sudah disusupi musuh. Aku sendiri tak tahu siapa mereka itu dan apa tujuan mereka. Tetapi saya sangat yakin, musuh terselubung ini akan menghancurkan kerajaan suamiku.” Ungkap Putri Padmasari.

β€œMaaf tuan putri ... Maksud suami tuan putri itu adalah tuan raja?” Tanyaku ingin menyamakan persepsi.

β€œBenar Tuan Azka ... Saya ini adalah permaisurinya ...” Jawabnya.

β€œKalau melihat penyakit yang diderita tuan putri tadi ... Itu adalah sihir kutukan milik bangsa Demon. Dan dari informasi-informasi yang saya dapat, banyak kejadian yang melibatkan sihir hitam milik bangsa Demon. Saya malah berpikir, bangsa Demon sedang melakukan pembusukan kepada bangsa manusia dari dalam. Bisa jadi kerajaan suami putri sedang disusupi orang-orang yang bersekongkol dengan bangsa Demon.” Jelasku.

β€œTUAN PUTRI!!!” Tiba-tiba terdengar suara keras sarat dengan kemarahan. Seorang berpakaian kebangsawanan masuk dengan langkah panjang dan cepat menghampiri kami. β€œSEHARUSNYA TUAN PUTRI TIDAK MENERIMA TAMU LAKI-LAKI DI DALAM KAMAR!!!” Suara pria berkumis lebat itu sungguh memekikan telinga.

β€œDAN SEHARUSNYA KAU TIDAK MASUK KE KAMARKU TANPA IZINKU!!!” Balas teriak Puteri Padmasari sambil berdiri dan menunjuk-nunjuk muka si pria berkumis baplang.

β€œKAU KUTANGKAP! KARENA BERANI MENGGODA TUAN PUTRI!” Wajah si pria beralih mengarah padaku.

β€œSaya tidak merasa bersalah. Saya baru saja mengobatinya. Dan saya peringatkan padamu! Jangan pernah coba-coba membuat masalah denganku! Sekarang izinkan saya keluar dan pergi!” Kataku sembari bangkit lalu berlalu melewati si pria berkumis baplang.

β€œPRAJURIT! TANGKAP DIA!” Teriak si pria.

Sedetik kemudian bermunculan tujuh prajurit kerajaan dari luar kamar. Mereka merangsek hendak menangkapku. Dengan gerakan kilat aku menghindar ke samping lalu sekedipan mata aku sudah berada di ambang pintu yang sudah semua prajurit lewati. Sesegera mungkin aku melesat keluar kastil. Sontak jantungku mau copot karena melihat Daru sedang dikerubuti empat prajurit bersenjata pedang. Bola-bola api pun bertebaran menyerbu tubuh anak angkatku. Namun kulihat Daru masih bisa menghalau semua serangan sesekali dia melakukan serangan balasan.

β€œKEPARAT!” Teriakku penuh dengan kemurkaan. Amarahku sudah tak bisa kubendung lagi. Sudah cukup! Mereka boleh menghajarku tetapi tidak dengan anak angkatku.

Aku melesat menghampiri keempat prajurit yang sedang menyerang Daru. Aku keluarkan petir-petir dari telunjuk tanganku yang kutempelkan di kepala keempat prajurit tersebut. Tak ayal, keempatnya kini tidak berkepala lagi dan tubuhnya bertumbangan jatuh ke tanah. Kuakui, puas rasanya melihat darah mengucur deras dari tubuh mereka. Kadang aku sedih, kadang tertawa melihat kematian mereka yang tragis.

β€œBapak ...” Daru berlari lalu memeluk pinggangku.

β€œKamu tidak apa-apa nak?” Tanyaku sangat khawatir.

β€œTidak pak ... Mereka tadi tiba-tiba mau menangkapku pak ... Mereka mau mengikat aku. Aku melawan saja. Itu tadi orang yang mau mengikat Daru.” Ucap Daru sambil menunjuk sosok mayat yang hangus terbakar di ujung kastil.

Saat aku ingin pergi meninggalkan kastil, tiba-tiba aku teringat Putri Padmasari. Instingku mengatakan kalau aku harus menolong wanita itu. Aku lantas menyuruh Daru mengambil kuda-kuda kami dan membawanya ke depan kastil. Daru segera berlari cepat memburu kuda-kuda yang tertambat tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini. Setelah merasa yakin Daru bisa menggapai kuda-kuda itu, baru aku melesat masuk kembali ke dalam kastil. Firasatku seperti mendekati kebenaran. Kulihat tujuh prajurit berdiri berjajar di depan pintu kamar Putri Padmasari. Tampak mereka terkejut dan langsung memasang kuda-kuda dengan sihir mereka. Tanpa ampun lagi, tujuh petir melesat ke arah mereka. Jerit-jerit kematian pun menggema. Ketujuhnya langsung hangus dan tak bernyawa lagi. Satu petir menyusul dan langsung menyambar pintu kamar.

BLAAARR ...

Suara ledakan cukup kuat menghancurkan pintu besar dan tebal itu. Sekejap saja aku sudah berada di dalam kamar. Ternyata si pria berkumis baplang sedang turun tergesa-gesa dari atas ranjang dengan celana yang tertanggal. Sementara Putri Padmasari menangis dengan tubuh telanjang. Sialan! Rupa-rupanya si kumis baplang ini sedang memperkosa Putri Padmasari.

β€œBAJINGAN SEPERTI KAU MEMANG PANTAS MATI!” Teriakku yang diamuk amarah.

Tanpa aba-aba, sihir petirku melesat ke arahnya. Namun sebelumnya, aku memberikan selubung sihir pertahanan pada Putri Padmasari. Ledakan besar pun terjadi meluluh-lantahkan seisi kamar. Debu berterbangan bahkan tembok retak-retak. Ternyata si kumis baplang masih sempat membuat sihir pelindung dan seranganku bisa ditahannya. Namun petir kedua dari jari telunjukku kini lebih besar melesat padanya. Ledakan kedua pun lebih besar lagi. Aku melihat tubuh si kumis baplang sampai terpental keluar melewati tembok yang jebol akibat ledakan tadi. Aku melesat mengejar jatuhnya tubuh si kumis baplang. Akibat debu yang bertebaran, aku tidak melihat ada bola api mengarah padaku. Tentu aku tidak sempat mengelak, bola api tersebut telak menerpa tubuhku. Ledakan berikutnya terjadi, aku terpental ke belakang beberapa meter dan jatuh dengan posisi berlutut.

Debu begitu kelam menghalangi pandangan. Sial! Putri Padmasari bergerak ingin turun dari ranjang. Bila ia menyentuh sihir pertahananku sudah dapat dipastikan dia akan hangus dan mati. Aku lepas sihir pertahananku lalu menyambar tubuh Putri Padmasari sambil menyambar selimut tebal untuk membungkus tubuhnya. Dengan kecepatan kilat aku membawa Putri Padmasari keluar kastil. Aku pun meloncat ke atas punggung Si Black. Seakan mengerti, Si Black langsung berlari keluar dari halaman kastil diikuti Daru dan kudanya. Untung saja, para prajurit penjaga gerbang masuk kastil seperti mendukung kami. Aku dan Daru dibiarkan pergi begitu saja, bahkan gerbang dibiarkan terbuka lebar.

Aku dan Daru memacu kuda dengan kecepatan di atas rata-rata. Kami bergerak ke arah timur sesuai tujuan semula. Sekitar sepuluh menit, kami berhenti. Aku menyuruh Putri Padmasari membungkus tubuhnya dengan selimut dan duduk di belakangku. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke timur. Tentu perjalanan kami kali ini akan mendapat rintangan karena sekarang status kami adalah buronan. Tak ada jalan kembali, aku tetap harus sampai di Kota Lochalsh. Beberapa jam setelah kami terus berkuda, sampailah kami di sebuah kota kecil. Hari yang sudah gelap membuat kami harus beristirahat.

Kami sampai di sebuah penginapan tanpa diketahui keberadaan Putri Padmasari bersamaku. Kami pun menyewa penginapan dengan hanya satu kamar saja, dengan alasan aku mengkhawatirkan keselamatan Daru dan Putri Padmasari. Di penginapan, aku menyuruh seorang pelayan untuk membeli sepuluh setel pakaian wanita ringkas, berupa kaos dan celana panjang yang sesuai dengan ukuran tubuh Putri Padmasari, juga beberapa kerudung dan sapu tangan. Saat Daru mandi duluan, aku pun menghibur Putri Padmasari yang sejak pagi tak pernah mengucapkan satu kata pun. Keadaan Putri Padmasari sangat tidak baik-baik saja, matanya sembab dan air mata yang mengering memenuhi pipinya.

β€œTuan putri ... Berhentilah bersedih. Jalan yang kita lalui dalam menjalani hidup ini terkadang tidak semulus yang kita bayangkan. Manakala apa yang kita cita-citakan dan kita harapkan, tidak berjalan sesuai dengan rencana awal. Stres dan frustasi selalu setia mengiringi kegagalan. Tentu perasaan seperti itu sangat tidak nyaman untuk semua orang. Tetapi, bukan berarti penghalang membuat tuan putri berhenti melangkah. Ubah pola pikir dengan mengganti penyebutan kemalangan menjadi tantangan. Dengan begitu, tuan putri akan lebih tenang dan kuat untuk menghadapinya.” Kataku coba memotivasi wanita yang sedang meratapi kemalangannya.

β€œHiks ... Aku tidak percaya kalau suamiku tega melakukan itu. Setelah membuangku, dia menyuruh panglima untuk membunuhku. Apa salahku? Hiks ...” Ujarnya sangat sendu.

β€œDalam hidup, kadang kita harus menerima bahwa tak semua harapan jadi kenyataan. Dan yang kita butuhkan adalah keberanian untuk merelakan. Dengan hanya bersedih seperti ini, keadaan tidak akan berubah. Lakukan perubahan! Mulailah dari mana tuan putri berada dan gunakan apa yang tuan putri miliki. Kemudian lakukan apa yang tuan putri bisa lakukan.” Kataku.

β€œApa yang bisa aku ubah? Aku tidak punya apa-apa, aku tidak bisa apa-apa. Hiks ...” Ucapnya masih dengan kesenduannya.

β€œJangan menghindari kenyataan, tetapi lompatlah ke dalamnya dan taklukkanlah. Rebut hari ini, raihlah, dan buatlah apa pun yang tuan putri inginkan.” Kataku berusaha memotivasinya.

β€œAku ingin membalas sakit hati ini. Aku ingin membalas pada raja yang tak mengenal sakit hati.” Katanya mulai menggebu-gebu.

β€œRasa Dendan itu bagai belatung menggerogoti. Sesak yang mengimpit dada tak terobati. Jangan berlaku bodoh terjebak dalam kondisi seperti ini. Terlena dalam kegelapan tak bertepi. Menyia-nyiakan hidup yang tepermanai. Menyiksa diri hanya untuk membenci.” Kali ini aku memperingati sang putri.

Putri Padmasari memandangku yang tak bisa kuartikan. Tak lama dia pun berkata, β€œTuan Azka ... Tolong bimbing saya menjadi penyihir yang kuat. Aku ingin memberantas orang-orang yang telah berkhianat dengan tanganku sendiri.”

β€œRasa dendam tuan putri harus dikubur dalam-dalam, karena memelihara dendam akan membuahkan sakit yang mendalam. Bukan hanya sakit fisik, tetapi dendam itu akan menghalangi tuan putri untuk berdamai pada peristiwa di masa lalu. Kalau sudah begitu, tuan putri akan terus terbebani dan tak akan pernah maju. Saya mau membimbing tuan putri menjadi penyihir yang kuat, asalkan motivasi tuan putri harus tuan putri ubah. Tuan putri ingin menjadi penyihir yang kuat harus dengan alasan ingin memberantas kejahatan dan memerangi ketidak-adilan.” Kataku.

Tiba-tiba Putri Padmasari turun dari sisi ranjang dan bersujud di depanku, β€œJadikan saya muridmu, Tuan Azka ... Aku bersumpah aku akan jadi penyihir yang kuat untuk memberantas kejahatan dan memerangi ketidak-adilan.”

β€œEh! Berdiri tuan putri. Ini tidak pantas.” Aku menarik paksa Putri Padmasari berdiri.

Sial! Aku lupa kalau wanita ini hanya mengenakan selimut. Saat aku tarik tubuhnya, selimut tidak ikut tertarik ke atas. Walhasil, kini tubuh polos Putri Padmasari terpampang bebas di depanku. Aku sempat tertegun beberapa saat menikmati keindahan alam yang paling indah sejagat raya. Namun segera saja aku sadar. Aku mengais selimut di bawah kakiku lalu menendangnya ke atas hingga menyelimuti lagi tubuhnya.

β€œMa..maaf ...” Kataku gugup bukan main.

β€œTidak apa-apa guru ...” Jawabnya tanpa ekspresi.

β€œTuan putri ... Saya bukan guru tuan putri. Saya hanya membimbing tuan putri menjadi penyihir.” Kataku sambil merapikan selimut di tubuhnya agar tubuh indahnya tertutup rapat.

β€œMaksudnya?” Tanya Putri Padmasari dengan mata terbuka lebar.

Sebelum aku menjawab, terdengar suara ketukan di pintu. Aku menyuruh Putri Padmasari untuk menyembunyikan wajahnya. Setelah itu, aku membuka pintu dan menerima pakaian baru dari si pelayan yang aku suruh membeli pakaian untuk Putri Padmasari. Aku pun memberi upah lima keping koin perak padanya, lalu menutup kembali pintu kamar.

β€œSekarang tuan putri membersihkan badan dulu. Sebentar lagi makanan akan datang. Nanti saat makan kita lanjutkan lagi obrolan kita.” Kataku sembari menyimpan sepuluh setel pakaian wanita dan kerusung juga beberapa sapu tangan.

Kebetulan Daru keluar dari kamar mandi. Untungnya penginapan ini memiliki kamar mandi di dalam. Putri Padmasari pun lantas masuk kamar mandi dengan membawa satu setel pakaian. Beberapa menit berselang, pesanan makanan pun tiba di kamar. Aku dan Daru menata makanan di atas meja berbentuk bundar. Putri Padmasari pun tak lama selesai membersihkan diri. Ah, ternyata Putri Padmasari berparas cantik rupawan. Kecantikannya bagai menjerat mata dan menawannya, lantas dalam puncak keterpesonaannya seseorang akan pingsan.

β€œIh ... Tuan putri cantik sekali ...” Daru langsung berceloteh khas anak-anaknya.

β€œKamu ini ...” Ujar Putri Padmasari sambil mengulum senyum. Ah, lumayan sekarang. Dia mulai tersenyum. Kemajuan yang sangat berarti.

β€œKamu kok sudah tahu wanita cantik?” Tanyaku pada Daru yang tujuan sebenarnya menggoda Putri Padmasari.

β€œAku kan sudah gede, pak ...” Sahut Daru dengan nada lucu.

β€œHa ha ha ... Berarti kamu laki-laki tulen. Sudah tahu yang cantik-cantik. Jadi menurut kamu Putri Padmasari cantik ya?” Candaku lagi.

β€œIya pak ... Cocok sama bapak ...” Ucap Daru nyeplos begitu saja.

β€œSudah ... Sudah ... Kalian ini ...” Kata Putri Padmasari dengan kuluman senyumnya yang semakin melebar.

β€œNah ... Tuan putri tambah cantik kalau tersenyum.” Kataku.

β€œHe he he ... Bapak genit ihk ...” Ceplos Daru lagi.

β€œKalian berdua genit!” Ucap Putri Padmasari kini mengerucutkan bibirnya.

Aku dan Daru tertawa karena berhasil membuat Putri Padmasari tersenyum bahkan ikut tertawa bersama-sama. Kemudian kami bertiga mulai menyantap makanan dengan lahap, maklum seharian perut tidak terisi oleh apapun. Pelan-pelan aku mulai mengajak Putri Padmasari bicara agak serius tentang kejadian yang wanita cantik itu alami. Putri Padmasari bercerita kalau dirinya sengaja dibuat menderita dengan sihir kejam yang membuatnya berbau bangkai dan tubuhnya dipenuhi belatung oleh sang suami. Sebenarnya Putri Padmasari adalah pemilik tahta Kerajaan Qaarsut yang diwarisi dari ayahnya. Namun, sekarang diambil alih oleh suaminya sendiri yang bernama Raja Jalada.

β€œAku baru mengetahui Jalada itu jahat setelah menggantikan aku sebagai permaisurinya dengan wanita bernama Nindita. Aku sangat yakin kalau Nindita ini mempunyai sihir hitam. Perempuan itu bersekutu dengan bangsa Demon.” Putri Padmasari mengakhiri ceritanya.

β€œDaru paling gak suka sama orang jahat. Daru akan membantu tuan putri memberantas orang-orang jahat.” Lagi-lagi Daru berceloteh lucu yang membuat aku dan Putri Padmasari tertawa.

β€œKalau begitu ... Kamu harus berlatih lebih keras lagi ...” Kataku pada Daru.

β€œBapak melatih Daru yang giat dong ... Bapak selalu nyuruh Daru belajar sendiri ...” Ucap Daru protes.

β€œBapak kan sudah memberitahumu cara mempelajari sihir. Prakteknya ya harus kamu yang rajin.” Kataku.

β€œOh iya ya ...” Daru garuk-garuk kepala tak gatal.

β€œHi hi hi ... Jadi begitu cara Mas Azka melatih Daru?” Tanya Putri Padmasari yang kini memanggilku dengan sebutan β€˜mas’. Ya, itu lebih baik agar tidak terlalu formal.

β€œBenar tuan putri ... Nanti pun saya akan membimbing tuan putri seperti itu. Saya akan memberi tahu konsep sihir yang akan dipelajari tuan putri. Nanti prakteknya saya serahkan sendiri pada tuan putri. Semakin sering latihan, berarti semakin cepat menguasai ilmu sihirnya.” Jelasku.

β€œOh begitu ya? Dulu aku pernah belajar sihir elemen air. Apakah aku meneruskannya saja?” Tanya Putri Padmasari.

β€œYa, lebih baik meneruskan saja agar tidak bersusah-susah lagi merubah warna energi sihir tuan putri.” Kataku.

β€œKalau materinya bagaimana?” Tanya Putri Padmasari.

β€œBesok kita akan sampai di Kota Lochalsh. Kita akan bertemu dengan orang bernama Ragnala. Dia adalah pengurus rumah temanku yang isinya tentang buku sihir. Kita bisa mencari buku-buku sihir elemen air di sana.” Kataku. Sesuai dengan surat Petteri dalam pemburuan magical beast, di Kota Lochalsh aku harus menemui dulu orang kepercayaannya yang bernama Ragnala.

β€œKalau aku, bapak?” Daru menyambar ucapanku.

β€œYa ... Nanti sekaliann dengan sihir elemen api tingkat lanjutan dan tingkat tinggi.” Kataku.

β€œAsik ...” Daru jingkrak-jingkrak kesenangan.

Kami pun melanjutkan makan malam sambil ngobrol ke sana ke mari. Aku bersyukur, sekarang suasana menjadi ceria, terutama Putri Padmasari yang sudah bisa bercanda dan tertawa. Selepas makan malam, aku memilih untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi dan berpakaian bersih, aku keluar kamar mandi. Kulihat Daru dan Putri Padmasari sedang asik ngobrol di tempat tidurnya masing-masing. Memang penginapan ini menyediakan dua tempat tidur yang terpisah. Aku lantas berbaring di sisi Daru lalu memejamkan mata. Tak butuh waktu lama, telingaku mendengar obrolan mereka samar-samar dan akhirnya tertidur tanpa lagi menghiraukan keduanya yang masih melanjutkan obrolan mereka.
Bersambung

Chapter 8 di halaman 59 atau klik di sini.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd