Pagi hari pun tiba aku terbangun dari tidurku rasanya malas sekali untuk bangun, badanku masih lelah sekali sehabis berpergian dengan mas Parno udah gitu kami berhubungan badan di alam terbuka, aku bergegas bangun tiba tiba kepala ku pusing dan terasa mual pada pagi itu, apa mungkin aku terlalu kecapaian atau masuk angin. Aku lalu memeriksakan ke dokter, dan ternyata...
Dokter menyatakan aku hamil 3minggu aku sangat kaget,dan aku harus bagaimana, anak yang aku kandung bukanlah dari suamiku tapi anak mas parno seorang montir selama berhubungan mas parno selalu menumpahkan benih spermanya di dalam rahimku hingga saat ini aku mengandung anaknya.
Aku belum mengasih kabar kepada suamiku serta mas parno,sungguh aku sangat bingung sekali dengan suami.
Setelah memeriksakan aku menelpon mas parno untuk menjemput ku, langit pun sedikit mendung pada saat itu.
Hujan pun turun dengan deras saat di perjalanan. Kupeluk badan mas parno erat-erat untuk menghalau rasa dinginnya udara akibat guyuran hujan dan tiupan angin kencang sepanjang hari.
Mas parno tidak terlalu merasakan guyuran hujan,
karena dia mengenaikan jas hujan
personal yang berbentuk seperti baju
dan celana. Agar cepat sampai ke
tujuan, dia melarikan motornya
kencang sekali. Akibat bermandikan
guyuran hujan dan tiupan angin yang
kencang, tentu saja membuat tubuhku
menggigil kedinginan. Dapat kurasakan
bibirku mulai gemetar, begitu pula
dengan badanku. Setelah satu jam
perjalanan, sampailah kami Di rumahku. Dengan badan dan suara
gemetar, aku meminta pertolongan
Mas parno untuk membantuku turun dari
motornya.mas parno segera
menolongku dan merasa sangat
khawatir karena melihat bibirku sudah
mulai membiru. Dengan perlahan-lahan
dia memapahku memasuki kamarku. Dia memintaku untuk salin
pakaian.aku meminjamkan handuk kecil untuk mengeringkan badannya Dengan
bertelanjang bulat, aku naik ke
tempat tidur untuk menghangatkan
diri. Tapi badanku tetap saja gemetar.
mas parno yang kini tinggal
menggunakan CD saja ikut naik keatas
tempat tidur dan mendekapku.
Katanya untuk menghalau rasa dingin.
Dasar mas parno, dia mendekapku
sambil mulai menggetel putingku.maka
kubiarkan saja dia mempermainkan
putingku bergantian dan memilin-milin. Lama-lama, tangannya
mulai turun keperutku dan membelai-
belai bulu-bulu yang tumbuh didaerah
Memekku. aku menolak perlakuannya
dengan halus, tapi dia tetap saja
melaksanakan niatnya. Malahan kini
aku mulai dapat merasakan tonjolan
kontolnya mengganjal pantatku.Tapi
dengan berbagai bujuk rayu dan
sedikit memaksa, akhirnya aku
menyerah juga. Tangan mas parno
sekarang sudah mulai menjamah
lobang memekku dan mempermainkannya.
Lama-lama aku merasa mulai
terangsang juga. Malahan ternyata
Mas parno sudah melepaskan CD-nya
dan mulai menyodok-nyodokkan
kontolnya kelubangku. Aku
menolak lagi perlakuannya, karena
merasa takut karna aku hamil 3 minggu. Sekali lagi Mas parno membujukku dan memintaku untuk menunggingkan
pantatku. Dapat kurasakan lidahnya
yang hangat mulai menjilati lubangku. Dan sekali-kali lidahnya
berusaha menusuk memekku. Sambil
terus menjilati lubangku, jari
tangannya mulai menusuk memasuki
lubang memekku. Enaknya tentu saja
hanya aku yang dapat merasakan.
Setelah mas parno merasakan sudah
siap, maka dengan perlahan dia mulai
memasukkan kontolnya. Aku sempat
menjerit tertahan, "aahhhh..hmmm" jerit aku, Tapi karena sudah sangat
bernafsu, maka dia tidak
memperdulikan jeritanku. Dan terus
memaksakan kontolnya memasuki
celah lubangku yang rasanya seperti
terkoyak. Gerakan tusuk dan tarik
kontolnya mulai dipercepat. Aku
berusaha melepaskan diri, tapi ternyata
tenaga orang yang lagi dilanda nafsu
berahi itu sangat kuat. Dapat
kurasakan kontolnya semakin
menegang didalam lubangku dan
akhirnya kudengar suara mas parno
mengerang tertahan. Dinding-dinding
didalam memekku kini terasa sangat
basah dan hangat dialiri air mani
Mas parno. Kami berdua ambruk ke
kasur. Dengan kontol mas parno yang
tetap masih menancap didalam
memekku, dia mendekapku sambil mengatur nafas
"Kamu baik baik saja sayang?" mas parno
"Yaa mas,aku baik baik saja tapiiii....." aku
"Tapi apa sayang ? " mas parno
"Aku ingin mengatakan padamu, aku ini hamil 3minggu, kamu akan menjadi ayah dari anak yg aku kandung ini" aku
"Itu berita bagus sekali sayang, akhirnya aku bisa punya anak darimu" mas parno sambil mengecup kening ku
"Tapi aku bingung sayang? Tentang anak ini bagaimana dengan suamiku?" aku
"Tenang aja sayang, bilang aja ini anak suamimu" mas parno
Tak berapa lama mas parno mulai mencium bibirku, dengan perasaan senang dia mencumbuku dengan girang sambil mengelus perutku
"aahh mass aku sayang padamu mass" desahku
"Aku jugaa sayangg" mas parno
Sambil melumatkan bibirku dengan penuh gairah
"Sayanggg aku akan pergi ke kampung ku karna istriku sedang mengandung juga aku juga harus menjaganya" mas parno
"Ahhh mas...,aku kan ingin bersama denganmu selama hamil ini,apa kamu akan kembali lagi?" aku
"Tentu sayangg ku" mas parno sambil mencium bibirku
Hujan pun sedikit reda, mas parno pun berbegas pergi untuk ke kampungnya, aku mengantarkannya sampai ke depan rumah, sebelum membuka pintu kami berciuman lagi.
"Hati hati dirumah sayang,jaga anak kita" mas parno sambil mencium perutku.
-------------------------------------------------------------
Lanjutan...
akhirnya aku mengasih kabar kepada suamiku, suamiku gembira sekali mendengar kabar aku hamil, dia tidak tau bahwa yang anak ku kandung bukan dari dia tapi anak montir perkasa yaitu mas parno.
Hingga berbulan bulan mas parno tidak memberikan kabar hingga kandunganku berusia 5 bulan sudah sangat besar perutku ini. Memang kalau orang hamil ini ada saja permintaan ku, aku memang selama hamil sering merasa kegerahan,ku putuskan aku memasang pendingin ruangan di kamarku agar aku tidak kepanasan.
Aku memanggil tiga tukang untuk memasang pendingin ruangan, Beberapa orang tukang sibuk melakukan perbaikan. Aku tergoda dan timbul nafsu birahi saat ku hamil untuk memperhatikan salah satunya. Namanya ujang. Mungkin sekitar 50 tahunan. Nampak ototnya kasar dan gempal, mukanya penuh kumis dan jambang yang tercukur di pipi dan lehernya.
Aku terkesima. Tukang ini sangat seksi di mataku. Sungguh, Kang ujang, demikian aku memangilnya, sangat menawan syahwat dan birahiku. Pada hari pertama mereka mulai kerja aku sempat 2 kali masturbasi. Aku selalu membayyangkan dengan mas parno, Mengkhayal.. Acchh.. Betapa nikmat kalau aku bisa menjilati tubuh gempal berotot itu.
"Permisi bu, saya mau ukur lubang di dinding untuk pasang kabel," Kang ujanv sambil menggotong tangga lipat masuk ke kamarku. "Silahkan, kang" Aku melihat peluang untuk ngobrol sama ujang. Bau badan penuh keringat langsung menyengat di kamarku. "Dimana mau pasangnya, kang" "Disitu bu, di atas jendela"
Duh nih orang, keringatnya ngocor dari tubuhnya yang bertelanjang dada. Nampak gumpalan-gumpalan tubuhnya semakin nyata dengan adanya keringat itu. Nampak pentilnya sebedar biji jagung hitam keras di tengah bulatan hitam pula. Aku berliur. Lidahku membasahi bibir. Ingin rasanya menjilati asin keringatnya sambil menggigiti pentil itu.
"Perlu dibantu?" pertanyaanku sambil memegangi tangganya. "Terima kasih..ibu gak usah repot-repot ibu kan lagi hamil gak usah bantu saya bu"
Kini wajahku nanar menyaksikan betisnya yang coklat gelap mengkilat oleh basang keringatnya tepat di depan mukaku. Aku sungguh tak mampu menahan diriku. Betis liat penuh urat dan bulu-bulu itu sangat merangsang syahwatku. Kang ujang hanya bercelana kolor seperti pemain bola. Nampak betisnya menopang pahanya yang kekar dan gempal liat pula. Beberapa menit sambil mencoba menangkap bau badannya,
Uch.. Gatelnya..
"Panas ya? Sudah minum belum, kang? Kalau belum boleh aku ambilin, ya..?" aku langsung bergerak mengambil minuman tanpa menungu jawabannya. Kudengar di belakangku dia menyahut, "Nggak usah, bu.." Tetapi aku pura-pura tak dengar. Aku harus aktip menyerang.
Es sirop dengan gelas besar kusodorkan padanya. Dia terima dan langsung di tenggaknya hingga ludas. Nampak jakunnya naik turun saat minumannya mengalir ke tenggorokannya. Lehernya yang menengadahkan kepalanya nampak kekar. Ah, betapa aku bisa menggigiti tuh otot-ototnya.
Saat dia kembalikan padaku gelas kosongnya aku bilang, "Duduk sini dulu, kang. Istirahat sebentar. Nggak usah buru-buru. Kalau nggak selesai hari ini ya, besok nggak apa-apa. Jadinya ada yang nemenin aku di rumah ini" Kang ujang nampak menatap wajahku.Aku duduk di kasurku dan kang ujang di kursi.
Sesaat hendak ngobrol telpon di ruang famili terdengar berdering, aku beranjak keluar untuk mengangkatnya. Ada beberapa menit aku bertelpon dengan suamiku. suamiku tidak.bisa pulang habis mengantarkan anakku kerumah neneknya.
sesat aku balik ke kamar, kang ujang sedang menikmati istirahatnya..
"Ibu sudah berapa bulan bu? " kang ujang
"Sudah 5 bulan kang" aku
"Owhh 5 bulan, semoga anaknya cantik/tampan yaa seperti ibunya" kang ujang mulai merayu
"Kang..duduk disampingku kang" meminta aku, kang ujang pun duduk disampingku
"Ada apa bu? " kang ujang
"Aku ini lgi hamil, aku lagi ngidam kang"aku
"Ibu ngidam apa?" kang ujang
"Hmmmm....aku ingiiinnnn...aku inginnn...menikmati tubuh akang" pinta ku
Tatapan mata Kang ujang nampak menahan nafsunya. Ternyata mukanya dan mukaku telah demikian berdekatan hingga kudengar nafasnya yang cepat dan ngos-ngosan. Aku memandanginya dalam penuh harap. Mataku terasa berkaca-kaca. Kang ujang nampak kagok dan ragu. Dia juga melirik sesaat ke arah selangkanganku,Hidungku yang diterpa bau badannya mendorong mukaku lebih mendekat ke wajahnya. Nampaknya dia hendak beranjak pergi. Namun dia nggak berani bangun karena akan nampak kontolnya yang ngaceng. Aku pikir inilah saatnya agar dia tidak malu-malu. Sambil melemparkan senyuman dari wajahku yang sembab tanganku meraih gundukkan itu dan mengelusinya.
"Aachh.. Bu.. Malu khan 'ntar dilihatin teman-temanku"
Badannya terbongkok untuk menghidari rabaanku. Tetapi tanganku terus mengelusi dan kemudian meremas-remas batang panas dan keras di balik celananya. Uuhh.. Gedenya kontol Kang ujang ini.. Jantungku terus berpacu, mukaku semakin memerah panas karena desakkan libidoku.
"Jangan bu" Dia ragu, namun aku tak mendengarkannya. Remasanku terus kulakukan dengan penuh variasi hingga. "Aacchh.. bu.." dia mulai melenguh. Dan nampaknya menyerah. "Aacchh..." kontolnya terasa di tangan semakin membengkak keras. "Enakk, Kang..?" bisikku.
Dia hanya memandangi wajahku sambil menyeringai dalam nikmat.. Aku semakin bersemangat. Merasa seperti pemangsa yang dapat buruan gede. Semakin kuamati tubuh kekar kasar Kang ujang semakin aku terbakar nafsuku. Aku udah nekad.
Keringat Kang ujang yang nampak mengalir di dada legamnya yang penuh bulu sangat merangsang gelora birahiku. Tanpa kusuruh lagi tangan kiriku menyapa dalam sapuan lembut merabai basah pada dada dan bulu-bulunya itu. lidahku sangat ingin menjilat-jilat keringat dan bulu-bulu itu. Kang ujang nampak pasrah. Nampaknya dia heran akan ulahku. Namun dia menikmatinya.
"Ibu suka?" aku tak perlu menjawab.
Kami kembali saling menatap lama sementara tangan-tanganku terus menggerilya. Kang ujang mengamati wajahku. Aku rasa dia mulai terbirahi akan wajahku yang bersih putih, Tiba-tiba tangan kanannya yang kokoh telah meraih kepalaku dan menariknya hingga mukaku nempel ke dada basah itu.
"Buuu.. Aku jadi nafsu juga. Habis ibu sangat menggairahkan" omongnya.
Begitu mukaku nempel ke dadanya secara otomatis bibirku mencium dan menyedotnya. Keringatnya benar asin. Bibir dan lidahku mengecapinya.
"Duh.... bu. Enak.. Bb.. Bangeett.."
Sambil tangannya yang kena badai nafsu meremas rambutku dan mendorong geser ke bagian dada yang lain. Dan aku sepertinya telah tersihir pukau. Aku ikuti saja. Bahkan dengan rakus. Aku menciumi dan menjilati dada kang ujang. Aku menggigit kecil dan..
"Yaacchh... tt.. Tee.. Erus buu.. Nn, enak bangett.." Suara Kang ujang tengadah, mendesah dan melenguh.
Tangan kiriku bergelayut pada bahunya yang gempal sementara tangan kananku terus bergerak meliar. Merambati turun ke perut, memijat dan mencemoli otot perut dan bulu-bulunya yang semakin turun semakin melebat. Kang ujang tahu apa yang kudambakan. Dia benar-benar pasrah.
Sambil bibir melumati dadanya, tangan-tanganku pelan merosotkan celana itu ke lantai. Aku melirik dari lumatan di dadanya. Yang tinggal hanyalah gundukkan besar dibungkus celana dalam katun coklat. Mungkin sudah dekil. Tetapi tanganku yang tak peduli langsung mengelus, mencemol dan meremas-remas gundukkan besar itu.
Aku terkesima pada hangat dan liatnya gumpalan otot itu. Kontol Kang ujang memang luar biasa besar. Aku tak sabar untuk selekasnya menjamahi. Tetapi Kang ujang justru meraih mukaku, mengamati. Dari bibirnya yang tebal dengan lingkaran kumisnya yang berantakkan dia berucap, "Achh... Buu cantik banget..."
Dan bibir tebal itu langsung memagut bibirku. Aku menyambutnya dengan penuh nafsu. Aku rasakan duri-duri rambut di dagu dan pipinya menusukki pipiku, bibirku. Aku juga terangsang banget dengan bau keringatnya yang merebak dari tubuhnya. Aku pepetkan tubuhku lebih lengket ke tubuhnya. Aku benamkam mukaku ke mukanya, lehernya. Aku berusaha menghirupi bau tubuh itu.
Semuanya itu seperti simponi birahi. Kenikmatan syahwat melanda dari celah tangan-tanganku yang terus meremas dan membetoti kontolnya, dari mukaku yang tenggelam ke lehernya sambil bibir memagut, dari tubuhku yang lengket keringat dengan tubuhnya. Ahh.. Kang ujang.. Kenapa nikmat banget siihh.. Aku melenguh sementara kudengar Kang ujang demikian juga. Kini kami sama-sama telah tenggelam dalam syahwat
Untuk lebih leluasa aku giring bergeser Tepat ditepiannya kudorong tubuhnya hingga terduduk dan kudorong lagi untuk telentang dengan kedua kakinya yang masih menjuntai ke lantai. Aku tubuh kekar itu dan mulutku langsung menjemput mulutnya yang dia sambut pula dengan penuh nafsunya. Dia memeluki tubuhku sambil menggeram-geram lirih melampiaskan desakan birahinya.
Tangan-tanganku tak mau tinggal. Terus meraba-rabai bagian tubuhnya dan merogoh kontolnya di balik celana dalamnya. Genggamanku terasa sangat mantap. Batang gede milik Kang ujang terasa berkedut-kedut dan hangat dalam tanganku. Aku meremas-remas pelan penuh perasaanku.
Akhirnya Kang ujang sendiri yang mencopot celana dalamnya. Dengan sedikit mengangkat bokong kemudian melipat pahanya dia tarik lepas celana dalam dekil itu. Aku terus memagut dagunya, lehernya, dadanya dan terus turun hingga ke otot-otot perutnya. Bulu-bulu yang melebat terhampar dai bagian depan tubuhnya membuat aku sangat keranjingan. Sedotan dan ciuman bertubi tak putus-putus kulepaskan pada tubuh penuh keringat dan bau lelaki itu.
Kang ujang nampak tak mampu menahan kenikmatan yang dia dapatkan. Dia mengaduh-aduh pelahan takut didengar temannya, sambil tangannya mulai mendorong kepalaku agar terus meluncur ke bawah. Aku merasakan dan tahu, dia pengin merasakan betapa mulutku menciumi dan mengulum kontolnya. Acchh.. Kangg.. Jangan khawatir.. Aku siap menjemput batang panasmu..
"Ayoo.. Buuu..uu... saya udah nggak tahan nihh..!," dia mendesis. Tangannya semakin kuat mendorong kepalaku. "Ayyoo.. Buu.. Saya mau keluarr..!"
Wah, gawat. Rupanya desakan syahwat Kang ujang demikian menggebu. Peristiwa pertama bagi dia pasti merupakan sensasi yang hebat. Aku cepat menjemputnya. Sebelum mengulumnya aku ciumi terlebih dahulu jembutnya kemudian batang dan bijih pelernya. Bau kelelakiannya benar-benar menengelamkan aku dalam syahwatku sendiri.
Saat itu kulihat pada lubang kencingnya nampak membasah bening. Precum Kang ujang menunggu jilatan lidahku. Dan tanpa lagi disuruh lidahku sudah menjulur menjemput cairan bening asin itu. Lidahku bermain mengebor lubang kencing Kang ujang. Akibatnya..??
Dia mendesis keras menahan nikmat sambil tangannya dengan pedas meremas kepalaku. Kang ujang tak mampu menahan kenikmatan yang luar biasa saat lidahku menjilat. Pada saat itu juga dari kontolnya menyembur sperma panas. Sperma itu sangat kental dan kenyal. Serasa aku bisa menggigitnya. Mengangguk-angguk sekitar 6 kali lebih kontolnya menyemburkan spermanya ke wajahku.
"Buuuuu.. Maapin saya Buuuh.. Maapin saya yaa buuh.." sepertinya orang menyesal Kang ujang mengeluarkan sperma sambil desahan iba telah berlaku macam begitu padaku. Aku tahu. Peristiwa ini sangat membuatnya 'merasa salah' pada dirinya. Dia pikir telah berlaku 'kurang sopan' padaku.
Namun justru suaranya itu pula yang membuat aku semakin keranjingan. Kujemput kontolnya masuk dalam kulumanku. Kumainkan jilatan-jilatanku pada lehernya, lubang kencingnya, batangnya. Kusedoti spermanya yang tercecer di jembutnya. Juga dari pipi dan daguku. Kumakan semua sperma Kang ujang yang muncrat itu.
"Jj.. Jaangann..Buu...Kotorr..." Kang ujang
"Gpp kang,aku lagi ngidam" aku
Tetapi siapa yang bisa menahan gelora nafsuku pada saat seperti ini. Ciumanku juga melatai selangkangannya kemudian pahanya. Kontolku terasa ingin memuncratkan isinya pula. Aku tidak menunggu apa yang akan dilakukan Kang ujang. Dengan menciumi kemaluan, jembut, selangkangan dan pahanya birahiku memuncak dan meledak.
Spermaku muncrat tumpah di tubuh Kang ujang dan kasurku. Aku berteriak histeris tertahan bak anjing yang meregang nyawanya untuk kemudian jatuh lemas ke kasur di samping tubuh telanjang Kang ujang. Untuk beberapa saat kami saling terdiam.
Sore menjelang pulang kutahan Kang ujang agar menemani aku yang di rumah sendirian. Teman-temannya nggak ada yang curiga. Semula Kang ujang menampakkan keraguannya.
"Saya belum pamit orang rumah, bu" katanya. "N'tar gue bilangin bini lu, jang" sergah temannya membuat Kang ujang terpaksa mengikuti keinginanku.
Aku yakin sesungguhnya dia juga ingin. Mungkin untuk menunjukkan kepada teman-temannya bahwa nggak ada apa-apa di balik permintaanku itu. Begitu teman-temannya meninggalkan halaman rumah segera kututup pintu halaman dan sekaligus kugerendel. Aku rangkul Kang ujang menuju kamar tidurku kembali. Aku ingin puas-puaskan syahwatku bersama tukang AC yang kekar dan gempal ini.
Kenikmatan yang kami awali sejak siang tadi ternyata membakar nafsu syahwat kami menjadi berkobar. Begitu memasuki kamar kami langsung berguling dan saling memagut. Kang ujang tak merasa canggung lagi. Malahan dia yang mulai ngomong,
"Isepan ibu tadi siang bener-bener hebat, ibu. Saya belum pernah merasakan kenikmatan macam itu. Rasanya pengin lagi, nih" "Jangan kewatir Kang, aku juga belum pernah nemu pejuh kentel macam kamu punya. Rasanya macam dawet, bisa di seruput dan di gigit-gigit. Pejuhmu gurih banget Kang. Boleh kasih lagi, dong" "Pokoknya,ibu, apa yang ibu mau saya boleh kasihkan untuk ibu" "Bener, nih..."
Terus terang memang aku yang lebih 'jemput bola' dari pada Kang ujang. Dia akan ngikut saja apa yang kumau. Kami langsung menelanjangi diri masing-masing. Kang ujang rebah telentang di kasurku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa didepanku kini ada tubuh kuli kecoklat hitaman yang gempal, keker, penuh bulu yang siap aku menikmatinya.
Kami masih saling melumat. Tanganku terkadang gemas meremasi bagian daging-daging punggung atau lengan atau paha atau betisnya. Sungguh tampilan Kang ujang benar-benar membakar nafsu libidoku. Rasanya aku mau menelan seluruh tubuhnya. Kalau dibanding ukuran tubuhnya, aku yang 168 cm, 62 kg dibanding dengan Kang ujang yang mungkin 170 cm dengan beratnya yang hampir 80 kg. Sungguh aku sedang berhadapan dengan raksasa berbulu. Kucemoli pahanya. Kang ujang meringis sambil melumat-lumat bibirku. Duh.... Pedihnya bibir ini..
Tiba-tiba dia berhenti. Matanya menutup. Dia mengeluarkan bisikkan serak menahan gelora...
"Terserah ibu, dah.. Saya ngikut..."
Nampaknya dia ingin mengulangi kenikmatan yang dia dapat siang tadi. Aku sangat bernafsu. Kuamati sesaat tubuh raksasa itu sebelum kuangkat kedua lengannya ke atas kepalanya. Kini kusaksikan lembah gempal ketiaknya yang lebat berbulu. Aku mulai melata, menciumi dari tulang iganya naik menuju ke ketiaknya. Aku lakukan dengan sepenuh gairah nafsuku. Dengan penuh merasakan mili demi mili lidahku melata.
Bau tubuh berbulu itu mengiringi dan mendorong rangsangan libidoku tanpa batas. Lidahku terus menjilat untuk menyapu rasa asin dari setiap pori tubuhnya. Kang ujang tak henti-hentinya melenguh, merintih terkadang seperti mengigau karena menanggung nikmat jilatan dan gigitanku.
Setelah sekian jam aku bercumbu dengan kang ujang, kang ujang pun pamit untuk pulang. Hasratku akhirnya tertuntaskan walaupun kontol nya kang ujang belum masuk ke memekku aku takut dengan kandunganku, makanya aku bermain aman saja