Part 5
Sudah satu minggu lebih ia tak bertemu andri, dan beranggapan kalau andri tak menggagunya setelah kejadian itu. Walau sedikit terlintas untuk menjaga jarak dengan cia.
“kempesssssssss” gerutunya melihat dua ban sepedanya, terlintas kembali kalau yang melakukannya tak lain adalah andri. Dan bisa saja dugaannya benar.
Ray pun terpaksa mendorong sepedanya menuju keluar kampus, terdengar beberapa suara motor mengahampirinya dan tepat satu motor di depan menghandangnya.
“
wahhh, andri kayaknya nih” hela nafas ray pasrah apa yang bakal terjadi, dan benar itu andri ia langsung membuka helm, andri pun turun.
“ndrrii stoop!!”. cia yang mencoba mengehentikan langkah andri mendekati ray. Wajah cia terlihat sangat kesal dan berbeda dari sebelumnya, cia pun mencoba melerainya dan terus menarik-narik lengan bajunya.
“kalau kelakuan kamu kayak gini, aku gak mau bareng lagi sama kamuuu!! “ ancam cia, andri pun melepaskan gengaman di kerah ray.
“cih, orang kayak gini kamu belain? Gak pantes tau gak?, gak selevel sama kita” bentaknya sambil mengarah ke wajah ray.
“Jijik liat dia deket sama kamu cia, dia kayak benalu sama kamuu.” lanjutnya lagi sambil melirik ray yang terlihat tak berani melihat wajahnya.
“andriiii, please stoppp,!!! “ bentak cia yang menarik lengan bajunya agar melihat ke arahnya.
“kenapa? Emang kenyataankan dia deket sama kamu paling minta gratisan. Aku tau kamu deket sama siapa aja, tapi jangan sama dia.” Jari telunjuknya menunjuk-nunjuk tangannya ke wajah ray yang terdiam mendengar ucapannya.
“aku bilang udah, ya udah., atau aku balik naik taksi,!!! “ ancamnya lagi. sambil menjauhi andri,
“ya ya, okeeee, dan lo..” ancaman cia pun berhasil, andri tak melanjutkan ucapannya langsung menyusul cia sambil sesekali menatapnya kesal. Dan beberapa temannya pun menatap sinis kearah ray.
Helaan nafas lega sambil matanya menatap kearah cia yang juga menatapnya walau sebentar, cia memberikan senyuman kecil seolah ingin memberitahukan ray agar ia tidak apa-apa.
“haaaa” helaan nafasnya lagi ray sambil kembali mendorong sepedanya. Apa yang harus ia lakukan, mungkin ray sudah terlalu jauh melangkah masuk kehidupan cia secara tak langsung.
Sesampainya kembali terdengar bunyi notif, dan ternyata dari cia.“sorry ya ray, si andri sampai segitunya sama kamu” terbaca,
“gpp kok, justru aku terima kasih sama kamu, dan seharusnya kamu gak belain aku tadi, ” terkirim, terbaca.
“Isshh sebel ah ngomong gitu, kamu tuh temen aku dan bukan teman andri. Lagian gak ada hubungan sama andri, wajar kok aku belain!.” terkirim, terbaca, ray beberapa kali menghela nafasnya sebelum membalasa chat cia.
“hehe sorry, tapi terima kasih banyak.” terkirim, dan lagi cia tak membaca chatnya di tengah-tengah pembahasan mereka. Suasana hatinya benar-benar kacau hari ini, pikiran semakin liar takut andri melakukan hal yang lebih parah dari ini.
***
“bukkkkk” pukulan tepat kepalanya beberapa kali dengan bantal guling, kak rani berusaha membangunkannya dengan susah payah.
“bangunnn, anterin kakak ke pasar!!” ucap kak rani terus memukul kepala ray dengan bantal guling sampai terbangun.
“huaaammm, masih ngantukkkk kak” gerutu ray mengubah posisi semakin memojok ke tembok.
“ih, bantuin aja gitu, si mama lagi agak enak badan dan papa temenin mama, ayolaahhhhhh “ kak rani memelas dengan menarik-menarik lengan baju ray.
“serius mama gak enak badan?” mendengar ucapan kak rani, ray langsung membuka matanya lebar-lebar dan membalikan badannya.
“iah, panas badannya dari pulang ke rumah” ray pun langsung berjalan ke kamar mamanya untuk melihat keadaanya.. Ia pun membuka dikit demi sedikit agar mereka tak terbangun.
“mama baru tidur, “ ucap papa dari belakang membuatnya terkejut dan langsung menutup pintunya lagi.
“sakit apa pa?” tanya ray yang begitu kwahtir, karena tak biasanya mama jatuh sakit seperti ini.
“kecapean sama masuk angin, dah kamu jangan kwahtir oke, biarin mama istirahat” ucap papa pelan.
“kalau gitu, ray ikut kak rani kepasar, “
“kamu mau?? “ anggukan pelan ray. Papa pun memberi barang yang akan di beli hari ini, matanya tertuju ke bahan seperti ikan, ayam, udang, cumi. Di tambah ray tak bisa memilih antar bagus atau tidaknya.
“kak rani tau kok cari ikan, udang, ayam, cumi segar kayak gimana, jadinya kamu bantuin bawa aja ya.” Anggunakannya lagi, seolah papanya mengerti apa yang ray pikirkan. Papa pun masuk sambil membawa baskom berisi air hangat ke dalam kamar.
Udara masih terasa sangat dingin, jam masih menunjukan 4.30 pagi. Dengan jaket cukup tebal ray mengeluarkan motor yang biasa di bawa papa. Tak lama kak rani keluar membawa keranjang yang biasa membawa bahan makanan dari pasar.
“bearti setiap jam segini papa sama mama selalu berangkat kepasar ya kak” ucap ray membuka pembicaraan agar udara tak terlalu terasa dingin.
“emberrrrr,” jawab kak rani mengigil kedinginan, jarak kepasar lumayan jauh dan melewati perumahan Oscar, jalanan yang sangat sepi membuatnya terbayang perjuangan mama dan papa nya setiap hari seperti ini.
“oii belokk” tepuk kak rani membubarkan sedikit lamunan ray yang membuatnya terfokus ke jalan.
“kelewatt ya” ray pun memutar balik, dan sampailah di tempat yang pertama kali ray kunjungi. Ramai kesan pertama hari ini, karena lebih ramai dari pada malam atau sore hari.
“ayooo, nanti keabisan ikan segarnya,” langkah pun menusuluri ke dalam pasar. Telihat beberapa pedang baru menurunkan sayuran, ikan, ayam yang baru saja sampai. Kak rani pun segera memilih ikan yang masih segar.
“yakin tuh masih seger?” tanya ray yang tak tahu yang di lakukan kak rani saat mengorek-ngorek ingsan ikan,
“ya dong, nih liat mata sama ingsangnya masih kemerahan.” Jelasnya sambil menunjukannya sedikit, dan kembali memilih ikan.
“kalau kepiting yang penting masih idup, soalnya kalau mati cepet busuk” jelasnya menunjukan satu persatu.
“terus cara tau masih hidup apa ngak?” Tanyanya lagi.
“pegang aja matanya, kalau gak gerak bearti mati” di tunjukan kembali sambil memegang mata kepiting, dan benar saja ada gerakan di matanya, karena hampir semua kepiring terikat dengan capitnya.
“padahal jarang kepasar tapi tau aja” celetuk ray saat mereka berjalan mencari bahan selanjutnya yaitu sayuran.
“preet, dari masih SMA kali ikut si papa milih, lo yang kagak tau, taunya molor doang”
“ia deh yang jago soal ginian” jawab ray dengan nada meledek, mengitu dari belakang kak rani.
Kini keranjang sudah terisi dan beberapa kantong plastik memenuhi tangannya, kak rani berjalan tanpa beban karena membawa barang yang sangat ringan,
“balik dong kak, ada kelas pagi nih” ucap ray saat kak rani sedang asik mencari bumbu pendukung lainnya.
“iaaa, udah selesai kok,” ia pun memberikannya satu kantong plastik lagi ke ray yang sedang duduk. Helaan nafas panjangnya, tak menyangka bahan yang di beli sangat banyak.
Satu persatu barang di masukan ke keranjang, “taruh di depan sayurannya, gimana duduknya kalau di belakang semua” kak rani langsung memindahkan satu karung berisi bermacam sayuran,
“busett dahh” sepeda motor hampir oleng karena baru pertama kali ini mengendarai motor dengan penuh belanjaan,
“bisa gak?”
“bisa kok, “ motor pun berjalan sangat perlahan karena ray mencoba menyeimbangkannya, setelah berhasil ia menambah kecepatannya.
Langit yang menghitam kini mulai membiru saat sampai di rumah, dan tak di sangka papa sudah menunggu di depan rumah untuk membantu menurunkan barang bawaan.
“di makan di buburnya dulu sana” pinta papa sambil membawa satu karung sayuran ke dapur.
“gimana pa, mama masih demam?” tanya ray yang langsung menyeruput buburnya perlahan.
“udah gak demam, efek kecapean aja, dah lanjutin makannya” senyumnya lega, tangannya mengusap lembut rambutnya dan melangkah pergi ke dalam dapur.
***
Dengan mata yang masih mengantuk ia segera bergegas ke kampus, sedangkan kak rani melanjutkan tidurnya.
Sambil berjalan menuntun sepedanya menuju parkiran, terlihat andri dan teman-temannya baru saja sampai dan melihat kearahnya.
“
cari tempat lain, dimana yaa” ray kembali memutar arah agar tak berpapasan dengan andri dan akhirnya ia pun menaruh sepedanya di belakang pos satpam lagi.
ray merasa dirinya menjadi pembicaraan andri dan teman-temannya karena arah mereka mengikuti arah ray melangkah. Tapi taka pa, daripada ia melakukan hal yang membuatnya dalam masalah.
Mata ray terpejam sesaat karena udara ac yang membuatnya tak tahan untuk memejamkan matanya sambil bersandar di tembok dengan kepala mendongak keatas.
“brakk “ pukulan buku tepat di wajahnya, membuat ray langsung terkejut dan langsung mengambil sikap duduk sempurna.
“wkwkwkwkw” tawa edo melihat tingkah ray,
“ahhh rese lo, gue kira ada dosenn” kepala ray kembali bersandar di tembok.
“hahahaaaa, kaget ya?” tanya sambil terus tertawa.
“kgak, tuhh” ray kembali mencoba memejamkan matanya. Tak lama cia pun masuk dan mengarah ke bangku ray.
“eh ada si cia tuh,” bisik edo,
“gue mau pejamin mata 15 menit aja doooooo, stop kerjain gue yah” ucapnya dengan mata terus terpejam.
“ouh gitu, oke” ucap cia yang masih berdiri, mata ray langsung terbuka lebar dan langsung menoleh kearah tersebut.
“kenapa lo gak bilang do ada cia” bisiknya ke edo dan langsung rasa kantuknya terasa hilang begitu saja saat berhadap dengan cia,
“ganggu ya” ucapnya lagi.
“ah,? Ngak ngak, hehe, ada apa emangnya?”
“uhm, kamu ada yang temen yang bisa benerin mobil mogok gak?” tanyanya sambil amtanya melirik kearah edo dan dirinya.
“wahh kurang tau deh, mobil kamu mogok?” tanya ray penasaran.
“bukan, mobil shanty mogok, dia minta tolong ke aku, tapi aku gak punya kenalan, makanya aku kesini tanya kamu” jawabnya sambil tertawa kecil.
“mogok dimana?” edo langsung memotong pembicaraannya.
“gak jauh kok dari kampus arah belokan kearah kampus” jawab cia.
“oke, gue bisa, ayo kesana” Edo dengan semangat langsung langsung berdiri. Ray dan cia hanya bisa menatap tingkah edo tanpa berkedip.
“tapi bentar lagi masuk”
“bodo,lo gak ikut gpp, ayo cia kita kesana, kasian tuh shanty sendirian lagi” ucap edo lanngsung menarik tangan cia keluar kelas.
“edooooo, edooo” tarikan nafas panjangnya sambil tertawa kecil, melihat tingkahnya. Mungkin itu kesempatan buat edo pendekatan dengan shanty.
“edo, aku gak jadi ikut yah, ada kelas, lewat chat aja yah kalau belum ketemu” cia berhenti saat mereka sudah di loby kampus.
“gue juga, 10 menit lagi masuk,” lanjur ray“
“kompak ye kalian berdua, gpp dahhh. Berang-berang bawa tongkat, berangkatttttt” edo langsung setengah berlari menuju keluar kampus.
“edo, edo. Siapa tau si shanty abis lo bantuin gak semakin galak sama lo” gumam ray sambil tertawa kecil.
“edo suka sama shanty?” tanya cia yang ternyata masih di sampingnya.
“sssttttt, hehe” tawa ray sambil mengisyaratkan untuk tak memberitahu siapa-siapa.
“ooohh ya ya aku ngerti, hahaha.” senyum cekikikan cia mengehetahui sahabatnya itu ada yang suka.
“eh aku duluan ke kelas, byeee”
“oke sama, bye” langkah pelan sambil menerka-nerka apa yang bakal terjadi edo dan shanty disana. Mungkin berantem seperti anjing dan kucing, atau menganggap edo sebagai super hero dadakan.
***
Sudah jam 12 lewat tak ada kabar dari edo sama sekali, ray penasaran kemana mereka pergi. Ia pun memutuskan untuk ke warung samping kampus karena makanan lebih murah di banding di kantin kampus.
Tak lama bunyi notif di ponselnya yang ternyata dari cia,
“ray, kamu dimana ?” terbaca.
“warung samping kampus, keluar gerbang kampus belok kanan, gak jauh deh. Kenapa emang???” balasnya panjang, terkirim, terbaca.
“bsia ttip air mnireal gak??” terkirim, terbaca. Chat cia kali ini tak bearturan membuat ray menerka apa yang terjadi.
“okeh, kamu dimana?” terkirim, dan tak terbaca, ray pun mengehentikan makannya. Ia langsung bangun membeli air mineral,
“
kamu dimana cia?” gumamnya kecil sambil terus melihat layar ponselnya, ray pun segera mencarinya ke kelas falkutas ekonomi,
“
aihh, kenapa gue jadi kwahtir” gumamnya lagi saat tak meliahat cia di dalam kelasnya, langkahnya pun terhenti untuk mengingat kembali tempat mana yang pernah cia datangi.
“
siapa tau disana” ia pun langsung menuju lorong mengarah ke gedung tempat cia latihan vocal.
Feelingnya mengatakan cia ada disini, ia pun mencoba melihat satu persatu mahasiswa yang cukup banyak duduk di lorong ini.
“CIAAA” panggil ray saat melihatnya duduk berselonjor dengan besandar di salah satu tiang, kepala mendongak keatas seolah sedang menarik nafas dalam-dalam.
“ciaaa, lo gpp, nih minumnya” sadar ray ada di dekatnya mata cia pun terbuka dan meminumnya dikit demi sedikit.
“kamu kenapa?”
“sedikit sesak aja, tapi udah mendingan kok” ucap pelan, ray bisa melihat cia mencoba menarik nafas dalam-dalam.
“ke dokter aja, lagian rumah sakitnya gak jauh dari nih kampus” secara tak langsung membuat ray menjadi panik melihat cia tersiksa seperti ini dan berbeda jauh dari cia sebelumnya. Ia hanya menggelengkan kepalanya.
“gpp kok, istirahat bentar aja nanti juga ilang” senyumnya
“okeh, kalau lo gak kuat bilang.” anggukan pelan sambil memejamkan mata kembali.
“tunggu bentar yah, aku mau beli sesuatu” di tepuknya pelan pundak cia, ia pun membuka matanya sedikit melihat ray berlari kencang dan kembali menutup matanya lagi.
Ray berlari menuju depan kampus,” perasaan tadi ada yang dagang” gumamnya dengan terengah-engah dan kembali menulusuri samping kampusnya.
“ha… ha,… ha…” nafas leganya melihat tukang wedang jahenya masih ada, kali ini ray merasakan rasa mual yang tak tertahan karena makanan yang di dalam perut segera keluar kembali dan kembali menahannya.
Dengah langkah pelan di tambah rasa mual yang tak kunjung reda, “
gak kuat” ucapnya berlari kecil menuju saluran air di depan kampusnya, dan memuntahkan apa yang ia makan tadi.
***
Ray langsung berlari kecil karena ia sudah tak sanggup berlari kencang lagi. nafasnya tersengal saat hampir sampai di lorong. Dan menarik nafasnya dalam-dalam seolah ray berjalan biasa.
“cia, nih minum dulu” ucap ray pelan sambil menepuk bahunya pelan. Matanya pun terbuka.
“apa ini?”
“wedang jahe, minum dulu, kata mama aku wedang jahe lumayan buat redain sesak nafas” senyum ray langsung memberikannya. Cia pun mengambilnya dan langsung meminumnya perlahan,
“gak enak yah?” tanya ray karena cia hanya menyedotnya sedikit dan mengerutkan dahinya.
“gak kok, hehe soalnya baru kali ini minum “ senyumnya langsung kembali menyedotnya, wajahnya meringis saat meninumnya.
“dikit dikit aja, “ tawa kecil ray melihat wajah cia seperti itu.
“haaaaaaaa” helaaan nafas panjang cia, ray pun mengambil dan mengikat sisa wedang jahe di tangan cia yang sedang terpejam kembali. Nafasnya terdengar tak terlalu berat seperti yang tadi.
Ray kembali tersenyum sendiri melihat wajah cia yang terpejam, tapi itu tak berlangsung lama, dari kejauhan ia melihat andri seperti mencari sesuatau dan pasti mencari cia. Ia pun segera pergi diam-diam untuk menghindari masalah dengan andri. Dan memilih untuk pulang.
Malam ini juga ray pulang lebih awal menemani mama yang sudah lebih baik, kak rani dan papanya yang bertugas malam. Sesekali ray melihat ke ponselnya menunggu balasan chat dari cia.
***
Ray menuntun sepedanya untuk parkir di belakang pos satpam lagi, dari kejauhan terlihat edo turun dari mobilnya, tapi ia tak sendiri melainkan bersama shanty.
“oiii doo” teriak ray sambil melambaikan tangan, edo dan shanty sempat terdiam seperti terpegok.
“gue duluan ya ke kelas” shanty langsung melangkah pergi. Meninggalakan edo dan ray.
“asikk dahh, “ ledek ray sambil memainkan alisnya.
“asik apaan?? “ edo terlihat salah tingkah saat ray membahasnya..
“hahaaha, dah ah ke kelas… “ ray langsung menepuk pundak edo, ia tak berniat menanyakan tentang edo dan shanty saat kemarin. dan di pikirannya sekarang adalah cia. Karena tak ada kabar sejak itu sampai sekarang.
“gue duduk di depan ahh” ucap ray langsung menuju tempat shanty karena tempat duduk satunya kosong. Dan ingin berniat menanyakan keadaan cia. pasti shanty secara tak langsung tau kondisinya.
“ngapain lo” dengan tatapan tajam mengarah langsung ke arahnya, saat pantat ray belum sampai menempel di bangkunya.
“mau catetlah, gak keliatan di belakang” jawabnya langsung melanjutkan menulisnya.
“lo ada kabar cia gak hari ini?” ucapnya ray di sela-sela mencacat.
“kenapa emang?” jawabnya sambil terus mencatat.
“kemarin dada nya sesak, gue pengen tau aja udah baikan apa belum”
“ha ?? lo tau cia sakit?” ucapnya agak terkejut. Anggukan pelan ray tanpa menoleh kearah shanty yang agak terkejut.
“cia cerita semua kalau dia sakit??” tanya lagi
“iah, bilang kemarin dadanya sesak aja, jadi lo tau kabarnya?” shanty melepas nafasnya panjang seperti terasa lega mendengar ucapan ray.
“uhm, iah dia gak masuk sekarang tapi udah baikan kok. dia bilang sesak gitu, tapi itu karena… cia banyak pikiran gitu jadinya emosinya naik turun” jawab shanty sedikit menahan kata-katanya seperti ada sesuatu yang di sembunyikan darinya.
“ouh, baguslah udah baikan, dah gue balik lagi” ray langsung menutup bukunya.
“dih, tuh beneran ada maunya duduk disini. Preet” gerutu shanty meliriknya tajam.
“hahaa,,” tawa kecil ray tak menanggapi serius ekpresi wajahnya yang terlihat sebal.
Ray terlihat duduk sambil menatap layar ponselnya karena ia merasa mungkin ini ada hubungannya dengan andri. “
aah ada andri pasti si cia baik-baik aja” gumamnya berusaha tak memikirkan kedaan cia.
Dari jauh ter;ihat edo dan shanty terlihat berbicara di depan mobilnya langsung melangkah pergi meninggalkan edo.
“napa lo?” tanya ray penasaran.
“ha?”
“gak, gpp. Itu si shanty gak mau di ajak pulang bareng” ucapnya sambil menutup pintu mobilnya.
“ouh, tabah ya nak. Haahaa, “ kepala ray sesekali melirik kearah lain, ia ingin melihat motor atau mobil andri berada disini.
“yang ada lo tuhh… cariin cia sama andri?” celetuk edo langsung masuk ke dalam mobilnya.
“jangan mikirin cia terus, pasti doi baik-baik aja kok, gue balik dulu rayyy oke” pamit edo melambaikan tangannya dari dalam mobil.
“oke hati-hati do..” benar hari ini tak tampak andri di kampus, mungkin ia menemani cia seharian. Entah kenapa ada rasa cemburu sambil membayangkan ia berada di posisi andri karena ingin tahu keadaannya langsung.
Bersambung....