Mata Sasa yang sayu mendadak terbelalak kaget. Pemandangan videocallnya yang sebelumnya menampakkan kontol-kontol disunat berukuran standar berganti dengan pemandangan langit dan dan awan sebelum terputus dengan sangat kasar.Apalagi samar-samar Sasa mendengar ada suara Laili disana.
“Laili! Barusan kan suaranya Laili!”
“pret”
Cairan Saasa pun muncrat lagi begitu Sasa mengehmapaskan pahanya yang setengah terangakat karena berusaha menyembunyikan dadanya di antara gundunkan tempiknya. Ikatan Sasa yang terlalu kuat membuat Sasa kesulitan bergerak bahkan bernafas. Untungnya Videocall Sasa yang terputus, membuat Sasa bisa menarik nafas lega. Namun di sisi lain Sasa menjadi panik, gimana jadinya kalo Laili menghadapi cowok-cowok mesum itu... sendirian.
Namun saat Sasa sedang berpikir dan menebak-nebak sebuah suara teriakan membuatnya tambah panik.
“breng***s! Nih rasain pukulan gue biar tau rasa”
“Laili! ” teriak Sasa kaget.
Namun suara Sasa tidak sampai terdengar, teriakan dan legguhannya semalam suntuk membuat suara Sasa yang sebelumnya merdu menjadi serak-serak basah dan kering.
“tolong... siapa aja tolong...”
“uhuk-uhuk...”
“tolong....”
Sasa pun lagi-lagi berontak berusaha melepaskan ikatannya. Sasa bergerak ke kanan dan kekiri membuat dadanya yang berukuran cup C dengan puting besar itu berguncang-guncang melompat-lompat dengan heboh saling menampar-nampar satu sama lain. Kadang toked kanannya dengan kuat menabrak toket kirinya, kadang toket kirinya menabrak dadanya karena sedikit lebih kendor dari dada kanannya. Apapun gerakan toked-toked itu, Sasa yang tadinya khawatir terhadap nasib Laili perlahan mulai disisipi keinginan memuaskan birahinya. Membiarkan cairan kewanitaannya nyemprot kuat-kuat membasahi kasur yang emang lembab itu.
“ah... ah... kok gue... horni?... sialan pasti karena semaleman .... uhh”
“toked gue.... jangan tegang pliss jangan minta di remes...”
Sasa pun mulai mengurangi goyangannya meski sekali-sekali ia tetap tidak tahan dan mulai bergoyang yang kembali membuat dadanya saling menabrak dan menggilas satu sama lain. Namun itu hanya sesekali karena sekarang Sasa lebih fokus ke kakinya yang juga terikat, bahkan lebih kuat dibandingkan dengan tangannya dimana sebuah hape tergencet diantara kedua pahanya mengalirkan setruman-setruman halus ke bibir tempiknya yang sudah banjir.
Ekspresi Sasa pun berubah horni lagi, dengan pura-pura tidak sengaja dan sedih ia berbisik pelan kepada dirinya sendiri membela pemuasan nafsunya membela gerakan naik turunya menggesek hape ke tempiknya yang gundul menggembung seperti bakpau.
“Aduh ini bukan karena horni tapi supaya fokus... ah ... hape di paha gue bikin gatel....”
“äh hape gue berasa anget geli ah... ah gatel... geli ... uee ... ah mau... mhau... keluar... gue mau...”
“Kyaaaaaaa” tiba-tiba teriakan laili terdengar dari arah luar.
“laili? Laili kenapa? Laili lo diapain? ”
“laili! Apa toket lo diremes-remes mereka?”
“nghhh nghhh”
“Laili... lo ga diperkosa kan? Ga disuruh nyepong (BJ) kontol mereka kan?”
“Ah mbak Ussiy... ngapain hape gue taro di situ... ah bikin Sasa ga konsen. Uuuh hape Sasa nyodok-nyodok tempik Sasa... bikin Sasa ... Sasa mau nolongin Laili...”
“ngghh ngghhh ah puasin Sasa ... hape temenin Sasa keluar... puasin ...puasin Sasa”
“kok hape gue lebar banget sih ... ah masuk dong ... sini masuk ke tempik Sasa... sodok-sodok bagian dalam Sasa...”
Tentu aja itu tidak bisa terjadi, namun Sasa yang tempiknya baru di cukur gundul beberapa hari itu lebih sensitif lebih gatel menerima rangsangan dari hape yang ternyata geter lagi di hadapannya.
“ah geter... hape gue geter lagi ah enak... siapa? Siapa yang nelepon?”
“ah gue ga peduli.... nghhh ... nghh nghh”
Sasa pun menggelinjang sampe ngecrot ga sadar hapenya tersambung menampilakn sebuah bayngan gelap di layar lawan bicaranya.
“trek”
Tiba-tiba lagi-lagi hape yang bergetar berasal dari sk*pe itu tersambung gara-gara goncangan Sasa, Duh heboh banget sih Sa goyangnya, ampe nyambung dua kali. Namun Sasa yang ga ngedenger vidoecallnya nyambung akhirnya ga sadar dan terus aja naek turun mengesek hape sambil mengepak-ngepakkan selangkangan memainkan hape malang yang kayanya hampir penyok dijepit paha cewek bertoket besar ini.
“nghhh nghhh ah... terus... ahhh” Sasa menggelinjang dan mendesah merasakan birahinya memuncak dan mengumpul di pahanya. Hapenya yang becek mulai menyetrum-nyetrum pahanya membuat gundukan bibir tanpa bulu Sasa merinding dan semakin becek dan lemah menahan hasratnya untuk ga disodok batang besar. Ia kini merindukan pelecehan Bobby dan teman-temannya yang terkesan merendahkannya. Tanpa sadar itu hanya tinggal menunggu waktu menunggu Sasa menurunkan pahanya dan menunjukan dua toket biadabnya di depan cowok-cowok mupeng di seberang sana.
Sementara itu,
Lima orang cowok terlihat sudah bertelanjang kontol, asyik mengocok pentungan mereka masing-masing di depan seorang cewek yang menangis di atas selembar kain selimut. Terlihat cewek itu memiliki gunung kecil di dadanya yang paling kecil diantara personil-personil Noura lainnya. Meski begitu gunung yang lucu menggemaskan tetap saja mengundang untuk cowok-cowok ini mengoles kontol mereka yang basah pada toket Laili supaya toked kecil itu tetap berkilap dan lengket dan selalu nafsuin untuk dipandang.
“bro udah nyambung belom, ga sabar gue mau liat ekspresinya tuh lonte, ”
“bentar gue cek dulu, lo siap di posisi lagi aje ”
Kemudian cowok itu dengan dengan kontol mengacung tegak berjalan megambil hapenya dan memutar nomor Sasa. Namun di kontaknya hanya tertulis nomor aja, maklum baru minta pas dateng tadi.
“Nih gue telepon ye... liat nih gue telepon!” ucap cowok itu mengayunkan hapenya ke temen-temennya.
“trek!”
“lo liat nih-”
“stop! udah nyambung bro, udah nyambung udah ga usah ngomong lagi.... deketin aja kesini...”
“O-oke... oke gue kesana yak!”
Kemudian cowok dengan hape itu lalu mulai mengarahkan kameranya mendekati cowok-cowok ini yang keliatan sedang berusaha menyiksa Laili dengan ekspresi-ekspresi mesum. Lailinya sih beneran nangis sehingga kelihatan natural, tapi cowok-cowok ini aktingnya kaku banget soalnya takut si bobby yang jadi kameramen marah karena gitu-gitu calon bininya juga sih.
“Sasa!” panggil Bobby
“hahaha lo liat kelakuan temen lo di luaran!”
“lo bedua sama aja! Lonte! pela***! Telanjang sembarangan, bikin konak cowok-cowok polos kaya kita-kita ini.”
“Nih Laili! Kontol gue!” lanjut Bobby mulai mengarahkan kamera hape temennya ke kontolnya.
Terlihatlah kontol gemuk berdiamter 4cm dengan panjang kurang dari seejengkal ngacung tegak di hadapan kamera, kontol standar cowok indonesia sebelum permak dari mak e***. Bobby eh kontol tanpa nama itu lalu dipukul-pukul ke wajah Laili yang membuat sisa-sisa peju di kontol itu muncrat ke wajah Laili yang kelihatan pasrah menerimanya.
“hahaha! Lo liat temen lo udah takluk ama gue!”
“plok-plok-plok”
“Nih puting temen lo gue remes-remes, gue tarik-tarik biar cepet gede. Gimana Sa? Lo panas dingin?”
“nih kalo lo masih ga kepengen liat Laili tempiknya bakal... ”
Namun sebelum Bobby menyelesaikan kalimatnya, bobby tiba-tiba terdiam, Tentunya awalnya dia bermaksud menjamah tempik Laili dan meremas juga mengocoknya kasar sampe calon istrinya kelojotan minta ampun. Tapi kalo inget Laili calon bakal jadi calon bininya...
“nih liat temen lo ngisep kontol gue!”
Bobby segera berdiri lagi dan kali ini segera menempelkan kontolnya di depan wajah Laili yang lagi merem karena lagi siap-siap melemaskan otot gawuknya supaya ga sakit dikocokin Bobby nantinya.
“kok ga berasa ya... apa jari bobby kecil banget?” batin Laili sambil menggeleng-geleng mencoba mengedut-ngedutkan tempik gawuknya berusaha menemukan jemari-jemari Bobby yang seharusnya bersarang di suatu temapt di dalam tubuhnya.
“Ga ada...”
“nggh!” dengus Laili kaget dengan mata terbelalak
Sebuah benda berbentuk silinder tiba-tiba saja menekan hidungnya membuatnya ingin muntah dengan cairan berbau aneh masuk ke lubang hidungnya.
“Apaan nih... kontol?” batin Laili kaget.
Namun Laili ga bisa lama-lama kaget, suara Bobby dengan kasar mengomelinya dan mengancamnya membuat Laili menjadi jiper.
“heh lonte jangan bengong! Ga gue kawinin lo!”
“Bobby! Gue calon bini lo tega banget lo katain gue lonte!” protes laili.
Namun protes itu masih disimpan dihatinya. Karena diam-diam Laili penasaran juga... mungkin dengan kontol Bobby... mencicipnya sedikit sebelum malam pertamanya ga masalah...
“mmmppphh”
“sluppghh slerrrrph slurrpph mmmppph”
“hahaha! lo liat apa gue lakuin ke temen lo Sa! Laili kocokin yang keras bikin Sasa ngiri sama kemesraan mulut lo di depan gue! ”
“aduh!”
Bobby mendadak kaget dan melompat-lompat sambil bekelojot-kelojotan membuat hape yang dipegangnya terjatuh. Hape itu pun nasibnya menjadi sama seperti hape sebelumnya yang dipake nelepon Sasa. Pecah menjadi serpihan-serpihan kecil, membuat semua ekspresi cowok-cowok itu takjub karena ga percaya.
“liat bro Laili ngisepnya kenceng banget!”
"Wih iya bro ampe kelojotan gitu Bobby jadinya."
Namun Bobby yang kontolnya masih nempel di mulut laili punya cerita lain. Cerita penderitaan dan drama anak manusia yang belum pengalaman tapi sok-sok an mengikuti adegan profesional film bokep.
“aduh Laili kontol Aak jangan di kunyah! ”
Namun Bobby hanya bisa membatin. Bobby ga tega juga dia nampar wajah cewek calon bininya itu. Akhirnya Bobby cuma bisa memegangi kepala Laili yang berambut pendek itu dengan kedua tangannya sambil meringis dan menangis.
"Sakit... "