Stephanie Series: 022 Jadi Saksi (Part 3)
Mulutstrasi:

Stephanie

Mobil Eksekusi

Kamar Hotel
Meluncurlah kami ke salah satu hotel di bilangan Dago. Sebut saja inter belakangnya continental. Berhubung pengemudi yang membawakannya kali ini bukan aku, rasanya dibawa Stephanie cukup membuat jantung setengah copot. Wanita, posisi panik, membawa mobil MINI Cooper S Countryman bertenaga hampir 200 hp, dengan banyak notif sensor muncul karena antara terlalu dekat dengan objek mobil/motor di depan, atau sudah bahaya. Well, istilah kata kaki kanan tidak sekolah benar adanya kali ini.
Sesampainya di hotel, aku minta Stephanie mencari parkiran basement, Posisi kami tidak dalam kondisi aman untuk berada di lobby langsung drop off, setidaknya untuk dia. Sedangkan aku masih bisa lah sekedar melenggang ke Lobby hotel modal celana pendek dan kaos, palingan diomelin sama satpam kalo dress nya tidak sopan pikirku.
Semua proses check in dilayani dengan cepat, karena aku sudah book lebih dahulu. Akupun ke parkiran kembali, dan memastikan kami berdua bisa ke kamar hotel dalam kondisi agak lebih proper untuk Stephanie. Setidaknya kini ia sudah mengenakan celana jeans pendek dan kemejanya di pakai agak proper. Aman!
Masuk ke dalam kamar, welcome presentation dari hotel ini cukup membuat kami yang tadinya kondisi jantung antara senen-kamis, idup ato mati, jadi lebih chill. Memang ya kabur dikejer orang itu bikin semaput. Ada-ada aja weekend ku dengan kehadiran Stephanie.
Stephanie: Kak, i’m terribly sorry. Aku gak tau malah begini. Tau gitu aku langsung balik ke Jakarta aja..
Iqbal : Shit happen. Seenggaknya kamu tau dia gak layak kamu perjuangin. Sini2 (kali ini giliran aku peluk dia karena posisinya air mata sudah mengalir dari wajahnya yang syahdu)
S: Aku gak bisa kak kalo gini. Takut aku..
I: Sekarang kamu aman di bandung, seenggaknya sampe besok hp kamu di service. Kemudian pas di Jakarta, kamu block akses komunikasi aja ke dia.
S: Bener. Ah brengsek itu laki, pengen aku gampar rasanya…
I: Udah stay calm ya.. kita udah aman.
S: Iya kak, thanks…
Kubawa Stephanie pun ke dalam kasur tidur di hotel ini. Kaca kami sengaja buka gordennya, agar langit Bandung di malam hari terlihat jelas.. AC pun kami tak gunakan, karena jujur Bandung saat itu sudah dingin dan ruangan kami tak kalah dinginnya. Hanya pelukan kami dalam kondisi masih berbusana ini, yang menjadi penghangat di malam itu. Dan tak lupa, TV Smart di hotel pun ku setting connect dengan spotify ku, karena balik lagi, harus ada lagu dan musik untuk menjaga mood atau membuat aku bisa dalam kondisi yang aku mau.
S: lagu apalagi ini? kayaknya hidup kamu kudu selalu ada musik ya?
I: hehehe, ini aku punya playlist sendiri buat emang kalo mau tidur. Patokannya kalo di jakarta dengerin radio xxx (sebutannya Br**a)
S: Lawas banget masih dengerin radio, spotify juga isinya lagu yang aku gak tau…
I: Tapi enak kan?
S: Jujur, pinter kamu milihnya hehehe.
I: Let’s get sleep, besok aku bakal balik ke jakarta siang, kita bareng aja aku anter ke kosan kamu.
S: hmmmm (Peluk stephanie pun makin erat terasa di tubuhku)
Memang aku merasakan kalau baiknya hubungan sesaat aku dan Stephanie ini tidak sekedar hanya sex. Ingat dia baru patah hati. Diselingkuhi pria yang ternyata juga "freak" sampai hack hp-nya. Being nice is the least I can do. Itu pikirku. Lupa sudah tugas riset test drive yang seharusnya kulakukan di mobil ini, tapi masih ada waktu 3 minggu lagi bersamanya, bisa diatur lah.
Akupun mulai merasakan kantuk yang menandakan waktunya tidur. Rasanya energiku habis. Lampu ku sengajakan tidak gelap total, karena aku bukan tipikal suka tidur dengan lampu gelap. Dan kapan lagi aku bisa melihat gadis oriental kuliahan yang memikat mata kini tidur terlelap di sampingku. Cara terbaik menyelesaikan satnite aku.
Entah aku yang terlalu lelah, atau memang situasinya se nyaman itu. Tidurku rasanya memalukan, mengorok kencang (katanya sampai bikin Stephanie sempat terbangun). Namun entah kenapa, kurasakan di satu waktu, degup jantung berdetak cepat dan terasa ada aliran tenaga yang cukup kencang berfokus ke satu area: Kontolku.
I: ahhhh… Stepphhh, aahhh (mataku masih dalam kriyep2, tapi kulihat tubuh stephanie kini berada tepat depan kontolku dan sedang menjilati dari ujung pangkal sampai ke batang kontol secara lembut)
S: Eh… bangun beneran, aku kira kontolnya doang… (dan kemudian disinilah ia terapkan teknik deepthroat, sontak nyawaku 100% dan fokusku kembali ke tubuhnya yang sudah siap kujamahi)
I: kamu tuh… aahhhh gilaaa.. (sedotannya semakin menyentrum impuls impuls di dan seluruh syaraf.. tak bisa aku begini.)
S; Please yah, aku mau kali ini pakai permainan aku.
Kubiarkan Stephanie pimpin permainan ini. Sorot parasnya yang syahdu kini semakin terlihat sensual, seakan kontolku adalah kunci kenikmatan yang ia butuhkan saat ini. Dalam posisi blowjob ini, baru kusadari, ia sudah telanjang menyisakan kemeja putih yang seakan menjadi “jubah” nya.
Perlahan tapi pasti, kecupan dan isapan pada kontolku kini bergerak menuju bagian atas. Perut, dada, leher, bibir, sampai kening ku tak lewat Stephanie kecup penuh mesra. Barulah saat ia berdiri, dengan posisi mataku tepat di liang surgawinya, ia jambak kepalaku sampai posisi mengedengah ke atas. Aku tau maksudnya apa..
S: Lakuin kaya tadi yah plea….shhhh ahhh (saat ini bibir dan lidahku sudah tepat mendarat mencicipi memeknya yang sudah dalam posisi basah)
Kubiarkan jambakan pada rambutku semakin mengencang, tanda permainanku sudah mulai membuatnya panas. Tadinya tanganku semula meremas kedua bongkahan pantatnya, kini sudah mulai mengarah ke memeknya. Kubiarkan 2 jari masuk secara perlahan, sedangkan aku fokus pada gundukan tipis di atas memeknya, serta titik-titik samping memek yang diyakini membuat cewek bisa mabuk kepayang.
S: Stoopppp ahhhh Stooppp… Jangan bikin akuuu.. Aaaarrghhhhh hah hah hah.. (iya, dia baru saja orgasme dan membuat mulutku banjir cairan surgawinya. Ini sensasi berbeda dari sebelumnya)
I: Enak?
S: Belum! Now enjoy thiss! Ahhh yessshhh (Langsung ia masukkan kontolku ke dalam memeknya dalam posisi WOT namun aku berhadapan dengan wajahnya)
Hentakan WOT yang dilakukan Stephanie memang makin menggila. Diiringi lagu Style - Taylor Swift, ritme gerakan pelan namun sesekali hentakan kuat, menjadi strategi permainan Stephanie kali ini. Agak aneh rasanya ku nikmati tubuhnya tapi ada lagu Taylor Swift, tapi persetan. Goyangan Stephanie gak ada lawan!
S: Kamuhhhh sukaaaa?
I: Best WOT iivvveeee eveeerrr haddddd Steph.
S: Kakkkkk…… (tubuhku kini dibanting ke kasur, dan aku dibuat terkesima akan liukan sensual tersinkron yang menjalar dari wajah, toket, sampai ke pinggul dan memeknya).
I: Kamu kuattt goyangggg giniii? Argghhh (ketika itu hentakannya cukup kencang, mencampurkan sensasi sakit tapi enak secara bersamaan)
S: Dogggg… Doggy akuuhhh ya pleasseeee….
Kini posisi berganti doggy, tapi sengaja aku arahkan tubuhnya merapat ke mini bed yang menempel dengan kaca hotel yang menampilkan langit Bandung yang semakin bercahaya oleh bintang di langit dan lampu-lampu temaram dataran Bandung. Kugoyangkan tubuhnya hingga ada di momen baik wajah dan toketnya menempel pada kaca di hotel itu. Dengan kondisi lampu hotel yang tidak sepenuhnya mati, mungkin saja orang bisa melihat dari luar. Dan…
S: Fuck. Stop! (Stephanie pun langsung menunduk dan mendorongku mundur)
I: Kenapa? Ada yang liat? (Kaget rasanya didorong begitu)
S: Kayaknya. Aku kaget aja sumpah.. (tapi tangannya seakan mencari kontolku, dan benar saja ia arahkan kembali ke memeknya. Sehingga kini gayanya missionaris)
I: Okayyyyy.. lanjut ya.
Mampus. Andai terlihat pun, semoga tidak sampai membuat telepon kamar hotel berdering.
Ah, lanjut… Sang bidadari di depan mataku kini harus kubuat tamat dalam kenikmatan. Genjotanku secara tak sadar mulai tak terkontrol. Permainan lidah dan bibir kami semakin panas. Dan mulai kurasakan kedutan kedutan yang mulai terasa keras, seakan menandakan ini waktunya “keluar”
I: Steppphhh Akuu gakkk kuattt..
S; Kencengggiinnn kak…
I: Aku gak kuat.. Arrghhh Argghh Argghhhh (ya, aku keluar duluan kali ini, dengan posisi masih menggenjot memeknya secara intens)
S: Bentar lagi kaaakkk. Please Teruusss.. Shiiitttt I’m comiiiinggg tooo (tepat saat kurasakan aku sudah tidak keluar, giliran stephanie keluar dan benar-benar terasa banjir di memeknya)
Baru sejenak kami bernafas dan saling tatap penuh kepuasan birahi, telepon hotel berbunyi. Semoga saja bukan complain.
Cukup cepat Stephanie beranjak dari mini bed itu untuk meraih telepon. Ternyata, Stephanie baru saja pesan makanan di ojek online dan baru sampai makanannya.
S: hehehe, orderan makanan kita nyampe. Untung bukan komplen kita ngewe depan kaca ya. Bandel sih (sembari dicubit dadaku)…
I: Awww. Ya anggep aja bagi rezeki sama yang liat, kaget sumpah tadi pas kamu dorong.
S: Lagian! Udah ah, rapih2 kita, aku minta diantar soalnya ke kamar.
Baru Stephanie ngomong begitu, sekitar 2 menit sudah ada kring-kring dari bell di kamar kami. Untung aku ngumpet ke kamar mandi, membersihkan sisa-sisa kenikmatan ku dan dia. Stephanie cuma menggunakan bathrobe dan mengurus makanan di depan. Seusai kami mandi dan bersih-bersih, makan “kemalaman” menjadi hal terakhir yang kami lakukan di hotel malam itu. Jujur sepertinya energi kami sudah pol habis. Jangan paksakan sesuatu yang sudah di ambang batas.
S: Kalo aku single, kamu mau sama aku?
I: Hah? (tersedak sesaat). Kamu mau jawaban jujur apa diplomatis?
S: Terserah. Tapi aku rasanya udah tau jawabannya..
I: Kecepetan kalo dalam semalam kita langsung menjalin status, belum kita beda agama loh. Apa kita gak jadi friends with benefit aja? Still friend, but have sex.
S: Yakin kamu relain aku buat cowok lain?
I: Kalo itu terbaik buat kamu, gass. Tapi jangan khawatir aku tetap ada disini. Minimal jadi shadow ato bantalan kalo ada apa2.
S: I’ll consider it. But I'm lucky to have you tonite kak Iqbalku...
Kami pun kembali tertidur, terlelap hingga pagi datang. Agak sial karena kami bangun jam 8:30, yang berarti area breakfast sudah penuh. Tapi ya gas terus lah, buffet disini gak boleh dilewatkan.
Setelah breakfast kelar, ku kontak penjaga rumah untuk mengupdate situasi apa heboh-heboh terjadi semalam ketika “mantan” Stephanie datang. So far, terkendali katanya. Ada tetangga dan satpam juga yang tau-tau ngerubungin karena bikin rame malam-malam. HP-nya pun masih ditangan satpamku, dan aku minta segera bawa ke BEC, diperbaiki secara cepat dan pastikan saat recovery datanya masih ada semua. Setahuku pengerjaan software tidak lebih dari 2-3 jam. Minimal keluar hotel kita ke BEC sebelum balik ke Jakarta.
Memasuki kamar hotel, Stephanie meminta waktu untuk tidur lagi. Yahhh, padahal baru saja ingin ku sergap wanita cantik ini, mumpung morning sex kan. Tapi okelah, tugasku memastikan ia terbangun jam 11 siang.
Tepat jam 11 ku bangunkan Stephanie, kami pun memilih mandi bersama sebelum check out. Tapi dasar kontolku tak tau waktu, kami mandi saja ia sudah kembali tegak melawan gravitasi ingin segera kembali menggoyang memeknya…
Ah, persetan. Sange ku sudah diubun-ubun. Tepat saat Stephanie hanya mengenakan handuk seusai dari bathtub, aku goda tubuhnya dengan segera mencari kedua toketnya yang sejujurnya tak muat kugenggam saking besarnya..
S: Udah minum susu di buffet, ehhhh dia nyusu juga disini….
I: Enaaakk abis mandi juga, masih segerrr
S: Mau coba sesuatu gak? duduk disitu..
Oke, aku duduk di kursi kecil. Di depanku, terlihat Stephanie yang membasahkan tubuhnya sejenak dan menaruh entah cairan apa, sepertinya antara body lotion or sabun or apapun itu, ke dalam belahan toketnya yang indah..
S: Cobain ya.. Muah
(kiss manis ia daratkan pada pala kontolku, sebelum kemudian giliran toketnya memberikan “pijatan” pada khas titfuck)
I: Aduhhhh Ahhhh Fuckkkk
S; Seneng banget kak mukanya. Enak dipijet gini?
I: Hahhh Hahh Hahh.. Ampuunnn Stephh
S: Enakan di mainin tangan? Pake lidah? Ato pijet begini…
(3 hal itu ia praktekan bergantian, seakan menyuruhku memilih mana terbaik membuatku crot keluar)
I: Semua samaaahh… Ini kaloo keluarrr aku kemana? Hahh hahh hahhh…
S: Udah mau ya? Dikit lagi yah tahan kak..
Oh benar-benar sensasi diubun-ubun. Pala kontolku dijilatnya lemah lembut, tangan kanannya intens mengocok kontolku, dan tangan kirinya memijat kedua peler di bawah itu. I'm feeling it coming..
Tanpa aba-aba kontolku memuncratkan sperma cukup kencang, meski sepertinya secara load sudah tidak sebanyak kemarin. Dengan sigap, mulut Stephanie menerima hujanan sperma yang mengalir pada mulutnya. Lagi-lagi, habis dalam mulutnya secara tak tersisa.
S: Kalo cuma buat nelen kamu, aku kuat berkali2. Masih enak, gak kaya cum-nya perokok ato yang biasa mabok.
I: Siappp Steph… Semoga masih ada tersisa..
Beres mandi, kami pun check out dan meluncur ke BEC sebelum menuju ke Jakarta. Mungkin ini benar rasanya tahta tertinggi yang ada di hidupnya Stephanie. Romantic. Sudah lama rasanya ku tak rasakan sensasi ini. Tapi, tak yakin rasanya aku mencoba ke ranah yang bikin hidup aku sempat berantakan selama 2 tahun di 2016-2018.
S: Kak, diem aja di jalan. Gak nyaman?
I: Aku konsen di jalan, plus disenderin kamu beda banget rasanya.
S; Makanya, yakin aku mau dikasih ke cowok lain? Muah! (meluncurlah pipi genit yang bikin jantung deg-deg an).
Sampai di BEC, kami ketemu dengan penjaga di rumah yang standby menunggu perbaikan software dan system di HP Stephanie. So far teknisinya menjamin data bisa di recover kembali, tinggal cek nanti. Proses pun berlalu setelah lunch bersama, dan kamipun lanjut ke Jakarta. Sempat kami arahkan mobil melipir di rest area, untuk isi bensin, beli stok makanan, dan yah standar ke rest area lah ya. Sampai…
S: Aku boleh gak nyetir gantiin kamu sampai jakarta? Cape banget loh kamu..
I: Yakin? (lebih ke takut sih karena gaya nyetirnya sih)
S: Atau.. (Stephanie melirik kanan kiri parkiran rest area). Aku turun ke bawah nih…
I: Ehhh gak pake aba2.. auuhhhh (Cepat rasanya kontolku kini keluar dari sarangnya, dan sudah lahap disantap oleh nya)
S: Kali ini aku minta cepet keluarin ya, gak aman nih..
Waduh! Di BJ dengan “ancaman” seperti itu, belum dengan situasi yang bikin deg-deg serrr. Ampun. Untung BJ yang dilakukan Stephanie tak terkontrol, ya sekalian pertahananku lepas sekalian.
Sambil ku remas-remas toket menggemaskan di balik bra-nya (kali ini dia menggunakan tank top sehingga lebih mudah ku akses toketnya), isapan dan gerak BJ nya semakin liar.. Baru saat tanganku ingin mencoba meraih memeknya, Stephanie mengunci tanganku untuk hanya bermain di toketnya. Wah rasanya itu toket makin keras saja, mungkin “sebel” sudah disiksa berkali-kali olehku.
I: Stephh.. Stopp.. Akk Ahkkk Ahkkkkk (ya lagi-lagi keluar di mulut, ditelan dan dibersihkan kontolku secara telaten olehnya)
S: Yah udah stok sisa nih, hahaha. Udah ya kakak Iqbal yang gemes, jangan minta lagi, udah abis tuh stoknya.
I: Aku apa kamu nih yang minta?
S: hehehe, aku yang pengen si. Let’s go!
Singkat cerita, kuantarkan Stephanie sampai ke depan kosannya. Sampai tahun 2020, praktis aku berfungsi sebagai “FWB” nya. Hadir saat dia dan atau aku lagi sange, membantu Stephanie dalam studi sampai lulus kuliah, serta menjadi salah satu “mata-mata” terhadap pria-pria yang mendekatinya. Even cerita saat dia habis ML dengan pria manapun turut menjadi cerita “ranjang” kami. Tiada kecemburuan. Hanya gelora nafsu adam dan hawa. Sedikit rasa sayang juga, tapi tak sampai ingin memiliki.
Sampai di akhir tahun 2021, Stephanie memilih menikah dengan pria pilihan keluarganya. Seagama, Chindo Bandung, Ekonomi jauh diatas aku (new rich kids di PIK, maklum), dan secara penampilan juga cukup atletis dan manly (apa jangan-jangan dia ???).
Setelah menikah, 3 bulan berikutnya Stephanie bersama suami memilih pindah ke Chicago, USA. Ceritanya urusan bisnis. Dan disinilah perpisahan kami pun terjadi.
***
Januari 2023, hidupku menjadi fluktuatif. Aku masih dalam tahap membangun bisnis startup yang menuju titik sustainable. Ada masa aku sampai bekerja 2 job (nanti akan ada di cerita ini, masih dalam tema berkendara), sampai aku harus kehilangan calon istri karena satu dan lain hal. Banyak drama lah
Telepon WA masuk, nomor US. Siapa ini?
S: Iqbal,... ini aku Stephanie.
I: Hey, apa kabar? Bisa yah udah di US ngilang gak ngasih kabar.
S: Aku di Jakarta. Bisa kita ketemu? Aku butuh ketemu kamu segera.
I: Okay.. Baik-baik aja kan semuanya?
S: Just.. Come here. I’ll share the loc to your whatsapp. (okay disini suaranya sudah tak terkontrol)
I: Brangkat!
(Bersambung)
Note penulis: FYI ceritanya karakter Iqbal dan Stephanie sebentar lagi bakal ane closing di episode berikutnya. Tapi tenang, bakal ada perjalanan Iqbal berikutnya yang semoga makin menarik ya. Mohon bersabar 