BAGIAN 1
PENGGALAN MASA LALU
POV ANDRA
Selasa, 4 Juli 2023
“Pah, inget ga sama mantan Papah yang cantik itu?” Tanya Rani, istriku yang menelepon saat jam makan siang.
“Apaan sih…?” Jawabku sedikit bingung karena tak biasanya istriku tiba-tiba membahas soal seperti begini.
“Ih beneraaan…” Sahut istriku lagi.
“Ngga, ga inget, emang kenapa?” Tanyaku masih tak antusias walaupun sedikit penasaran.
“Emangnya Papah ga inget sama siapa?” Rani balik bertanya seperti yang ingin terus menggodaku.
“Ga tau juga sih, kan ga punya mantan..” Jawabku santai dan tak mau terjebak dengan pertanyaannya.
Walaupun aku memang tak pernah sekalipun punya pacar sebelum menikah, tapi teman-teman SMA-ku mengetahui kalau dulu aku sangat suka pada temanku yang bernama Mona, akhirnya hal tersebut sering menjadi bahan ledekan teman-temanku dan aku yakin Mona pun tahu tentang perasaan sukaku kepadanya itu. Dan dulu pada saat awal-awal kami menikah, aku dan Istriku sempat bertemu dengan teman-teman SMA-ku dan mereka membahas soal ini, sehingga Rani menjadi tahu cerita tersebut. Maka pasti Mona-lah yang pasti dimaksudkan oleh istriku di percakapan telepon di siang ini.
“Ah suka pura-pura… Mona, Paaaah…..” Sebut Istriku pada akhirnya menyebut juga nama itu.
“Oh dia… kan Mamah juga tau kalo dia cuma temen...” Ujarku pura-pura polos.
“Hmmm...” Balas istriku sepertinya memang hanya mau menggodaku karena aku sangat tahu betul kalau istriku bukanlah tipe perempuan pencemburu.
“Emang kenapa sih...?” Tanyaku yang mulai penasaran kenapa tiba-tiba istriku membahas soal dia.
“Tadi aku ketemu sama suaminya…” Jawab Istriku.
“Adrian?! Kok dia bisa ada di Jakarta?” Tanyaku kaget, karena selama ini Mona dan Adrian sudah lost contact sejak mereka pindah ke Surabaya.
“Iya lah, siapa lagi… tadi dia ke kantorku mau buka deposito.. Sekarang lagi ada di Jakarta, katanya sih lagi ngerjain proyek 2-3 bulanan.. cuma Mona-nya sih di Surabaya…” Ujar Rani yang memang bekerja di sebuah Bank KPR di posisi Funding Officer atau pencari nasabah deposito.
“Wuih hebat juga dia mau deposito..” Pujiku, meskipun sebenarnya aku tahu sejak dulu Adrian memang sudah menjadi orang kaya, ayahnya saat aku SMA adalah anggota DPR.
“Kok Mamah masih inget sama dia?” Tanyaku lagi yang tak menyangka kalau istriku masih mengenalinya. Padahal Rani baru bertemu Adrian dua kali, yang pertama saat Adrian dan Mona datang ke pernikahan kami sekitar 5 tahun yang lalu, yang kedua sepertinya masih di tahun yang sama yaitu saat di Bogor menghadiri pernikahan Astrid, sahabat SMA-ku yang lain.
“Ya inget lah, kan waktu itu kita ke Bogor numpang ikut mobilnya..” Balas istriku.
“Oh iya.. iya..” Jawabku sambil mencoba mengingat-ingat lagi.
“Ya udah, Pah aku mau kerja lagi.. tadi aku juga udah ngasih nomor Papah sama Adrian..” Kata istriku seperti buru-buru, sepertinya sudah masuk jam kerja lagi.
“Oooh.. ya udah, I Love You, Mah..” Ujarku.
“I Love You too, Pah…” Balas istriku menutup pembicaraan.
Usai telepon ditutup, aku kembali mengingat masa SMA-ku, khususnya pada saat kelas 3. Saat itu aku memiliki teman dekat bernama Mona, Astrid, dan Alvin. Kemana-mana kami selalu berempat, kedua perempuan yang kusebut pertama itu bisa dibilang ‘kembang sekolah’, sementara aku dan Alvin adalah lelaki tukang bikin onar di sekolah. Ada semacam simbiosis mutualisme, yang perempuan merasa dilindungi olehku dan Alvin, sementara kami yang nakal ini akhirnya berkat Mona dan Astrid menjadi lebih tertib dan tak terlalu urakan lagi.
Menjelang akhir kelas 3, Mona memiliki kekasih bernama Adrian yang saat itu statusnya sudah mahasiswa, usianya mungkin sekitar 3-4 tahun diatas kami. Karena Adrian berpacaran dengan Mona, sehingga mulai saat itu kami sering kumpul bareng yang akhirnya membuat semua menjadi akrab dengan Adrian.
Sebelum ada Adrian, aku memang sudah suka pada Mona… tapi aku tak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya, rasanya Mona terlalu cantik untukku. Setelah ada Adrian, aku semakin hilang harapan untuk mendapatkan Mona. Aku kalah segalanya, dia itu kaya raya, berperawakan atletis dengan memelihara kumis dan jambang, pokoknya penampilannya sangat cowok banget. Bukannya aku takut dengan postur tubuhnya yang tinggi besar, tapi aku lebih sadar diri kalau wajahku biasa-biasa saja… jauh dibandingkan dirinya.
========+++++========
Di hari ini kantorku akan kedatangan boss besar, secara mendadak dia menjadwalkan meeting di sore ini. Sekarang sudah pukul 5 sore, tapi sang boss belum juga kelihatan batang hidungnya… tapi kami sebagai karyawan hanya bisa sabar menunggu, tak berani juga untuk pulang. Saat masih menunggu sang boss, ponselku berdering.
“Bro, tebak ini siapa?” Ujar sang penelepon seolah mengajak bermain tebak-tebakan.
“Tau lah, Adrian!” Jawabku cepat, meskipun aku tak melihat foto profilnya dan belum men-save nomornya, tapi aku yakin dia adalah Adrian sesuai dengan cerita istriku tadi siang.
“Hahaha… kok tau sih?” Tanyanya seperti kehilangan momen ingin memberikan surprise.
“Tadi bini gue cerita… gimana kabarnya bro? maen ngilang aja ga ada kabar…” Ujarku.
“Ada Bro, sehaaat…. cepetan sini pulang, gue udah ada di rumah lo…” Jawab Adrian.
“Hah, di rumah? Kok ga bilang-bilang dulu?” Tanyaku kaget, aku melihat jam dinding menunjukkan pukul 17.15, kemungkinan besar istriku pun pasti belum pulang dari kantornya karena biasanya dia baru pulang sekitar pukul 6 sore, maklum lah jalanan di Jakarta selalu macet saat bubaran kantor.
Rasa kagetku semakin bertambah ketika Adrian meminta izin untuk melakukan panggilan video. Dalam sekejap, wajah Adrian muncul di layar ponselku, dan aku bisa melihat latar belakang ruang tamuku sendiri. Dia sudah masuk? Berarti Istriku sudah pulang, meskipun aku tidak melihat istriku di layar ponsel ini.
“Oh udah masuk ternyata, bini gue mana…?” Tanyaku penasaran dan mulai tak enak perasaan.
“Ada tuh, lagi ke kamar dulu… udah cepetan pulang bro, kerja mulu…” Jawab Adrian setengah memaksa. Adrian terlihat senyum ceria, namun sorot matanya menyimpan sesuatu yang membuat hatiku berdegup lebih cepat.
Aku mencoba untuk menyembunyikan kekhawatiranku, meskipun dalam hati aku merasa tidak nyaman mengetahui dia sedang berduaan bersama istriku. Setiap kata dan senyuman Adrian seolah menancapkan duri-duri ke dalam hatiku. Aku ingat bahwa Adrian pernah mengatakan ‘sesuatu yang mesum’ tentang Rani di masa lalu, dan sekarang aku tidak bisa menyingkirkan rasa khawatir kalau-kalau pikiran mesum Adrian bisa kembali muncul.
“Aku ada meeting dulu, lagian kenapa ga janjian dulu sih…....... Eh bentar Bro, ntar gue telepon lagi…” Ujarku cepat-cepat menutup telepon karena aku lihat Boss besar sudah datang ke kantor dan disambut oleh seluruh karyawan.
Sang Boss ternyata tidak masuk ke ruang rapat, dia masuk dulu ke ruangannya diikuti oleh Kepala Cabang dan beberapa Supervisor. Kesempatan ini kumanfaatkan untuk menelepon istriku. Maksudnya untuk meminta izin kalau sore ini pulang terlambat karena ada meeting dan memintanya untuk menyuruh pulang saja temanku itu. Tapi telepon istriku itu tak juga diangkat, sementara aku sudah melihat seluruh karyawan mulai masuk ke ruang rapat. Akhirnya kuurungkan niatku menelepon istriku, lalu langsung masuk ke ruang rapat.
Saat meeting, perasaanku semakin tak karuan, mungkin akibat akhir-akhir ini aku terlalu banyak nonton film bertema perselingkuhan…. Kehadiran Adrian tiba-tiba membuat perasaan cemburu merayap dalam hatiku.
Sore hari ini pikiranku terlalu kotor membayangkan istri cantik kesayanganku itu sedang berselingkuh dengan Adrian. Penisku mendadak menegang membayangkan tubuh istriku dijamah sahabatku itu atau mereka sedang berciuman dengan penuh gairah… Aaargh!!! keringatku mulai bercucuran meskipun saat ini aku sedang berada di ruangan ber-AC.
Aku semakin gelisah, mengingat Adrian adalah tipe laki-laki yang disukai oleh Rani. Meskipun Rani tak pernah mengatakannya, tapi setidaknya dari beberapa mantannya dulu yang sempat aku tahu, rata-rata memang tipenya mirip-mirip Adrian, berpostur tinggi besar.
Sedangkan apa yang pernah Adrian sampaikan kepadaku tentang Rani, itu terjadi dulu saat kami pergi bersama ke Bogor… Adrian sempat memuji kecantikan Rani. Percakapan kami saat itu aku anggap biasa saja… tapi entah mengapa di sore hari ini membuatku percakapan di masa lalu itu kembali datang dan sangat menyiksaku… aku ingin segera meeting ini berakhir dan beranjak pulang.
“Bini lo cantik banget ya….” Puji Adrian saat melihat Rani di kejauhan saat pesta pernikahan Astrid 5 tahun yang lalu. Saat itu Rani mengenakkan pakaian kebaya modern yang cukup ketat memperlihatkan body-nya yang menggairahkan.
“Iya dong…” Jawabku bangga meskipun aku merasa aneh, mengapa Adrian yang sudah memiliki Mona yang tak kalah cantiknya, tapi masih memuji kecantikan perempuan lain?
Saat itu aku memang baru beberapa bulan menikah, aku sedang bahagia-bahagianya ketika orang-orang memuji kecantikan istriku. Tak terpikirkan sama sekali untuk cemburu di saat itu, meskipun ingin kujawab dengan ‘Bini lo juga cantik banget..’ Tapi rasanya tak etis karena Adrian pasti tahu juga kalau aku pernah menyukai Mona yang sudah jadi istrinya itu.
“Sehari berapa kali, bro?” Tanya Adrian masih dengan tatapan matanya yang tak lepas dari Rani.
“Hah? Apanya nih?” Aku balik bertanya.
“ML nya lah… kan penganten baru..” Jawab Adrian cuek.
“Hehehe….” Aku hanya bisa tertawa. Rasanya risih membicarakan masalah yang bagiku cukup privasi, termasuk dengan Adrian yang dulu saat kami masih sering kumpul-kumpul bersama pun sama sekali tak pernah membahas masalah seks.
“Kalo gue jadi elo, ga bakalan bosen-bosen deh kayanya… enak tuh dibolak-balik… depan belakangnya mantep…” Ujar Adrian dengan ucapan yang semakin liar. Adrian tidak salah, payudara istriku memang cukup lumayan dengan ukuran 34d, bokongnya pun terlihat bulat dan padat… tapi jika dipikir lagi, ukuran payudara Mona pun sepertinya sama besarnya atau bahkan lebih besar, hanya saja bokongnya tak se-sexy Rani.
“Emang lo sama Mona sering gaya macem-macem ya?” Tanyaku polos, jujur saja untuk masalah seks meskipun masih pengantin baru tapi kami melakukannya paling seminggu dua kali, itu pun dengan gaya yang itu-itu saja… missionaris atau sesekali woman on top… ya kami memang cukup konvensional, bahkan untuk blowjob saja istriku tidak mau melakukannya. Aku juga membayangkan ucapan Adrian tentang ‘dibolak-balik’, tak terpikirkan sama sekali bagaimana cara melakukan hal tersebut.
“Ya iya lah…” Jawab Adrian cepat seolah bangga dengan kejantanannya.
Aku saat itu hanya diam, tapi dalam hatiku tersenyum penuh kemenangan. Meskipun kami tak sering melakukan ML, tapi dalam jangka waktu beberapa bulan saja istriku sudah berhasil hamil, kalau tidak salah saat itu Rani sudah positif 1 bulan. Berbeda dengan pasangan Adrian dan Mona, mereka menikah lebih dulu, kurang lebih 2 tahun sebelum kami…. tapi hingga saat itu mereka belum punya anak.
========+++++========