ceritasetengahbaya
Suka Semprot
- Daftar
- 18 Feb 2023
- Post
- 9
- Like diterima
- 116
Kisah
IKATAN CINTA Jamal season 1
Jika ku ingat nama ibu, beliau adalah sosok yang sangat aku kagumi dan contoh teladan bagiku. Seperti matahari yang menyinari bumi dipagi hari, begitu hangatnya perhatianmu pada anakmu. Bagiku ibu adalah pelengkap keindahan duniawi, jujur karena dia satu-satunya orang yang merawatku, menjagaku sampai seperti ini. Tanpanya dunia yang begitu indah ini akan terasa hampa tanpamu ibu.
Sari, dia adalah ibuku satu-satunya orang tuaku berusia 40 tahun seorang single parents. Ibu menurut pandanganku sebagai seorang lelaki, beliau bertubuh mungil mengemaskan payudaranya ukuran 36b atau mungkin lebih karena besarnya dan pinggulnya seperti biola spanyol, Jika ibuku berjalan, kulihat pantatnya sampai bergetar juga payudaranya pun sampai ikut berguncang, padahal beliau pake bh yang seukuran payudaranya, tapi karena besarnya payudara ibu pernah kulihat nampak jika ibu mengenakan baju yang kecil. Siapapun yang melihat pinggul ibuku juga payudaranya saya menjamin langsung ereksi penis bapak-bapak tua maupun anak muda karena pesona ibuku yang kelewat batas auranya.
Sudah lebih 10 tahun ibuku menjanda, banyak bapak bapak tua bahkan bujangan ingin menikahi ibuku. Tapi ibu selalu menolaknya karena ibu selalu teringat mendiang suaminya yang sudah meninggal dunia. Selain itu ibu ingin fokus mengurus aku yang sebenarnya aku sendiri sudah dewasa.
Sungguh alasan yang menurutku aneh, padahal aku sudah berusia 23 tahun tapi perhatian ibu padaku sungguh luar biasa. Pernah aku tanyakan kepada ibu kenapa tak mau menikah lagi? Alasannya ibu takut meninggalkan diriku dan pasti akan ikut suaminya kemana pun suaminya pergi, sedangkan ibu tak mau jauh dariku. Kedua, ibu masih bisa mencari uang dan dia bilang ada aku yang melindungi dirinya. Jadi ibu sama sekali tak ingin menikah lagi apapun yang akan terjadi.
Aku dan ibu tinggal didekat gunung, tempat para pendaki yang ingin menikmati keindahan alam yang luar biasa pesonanya. Ditempat inilah saya bersama ibu hidup dari membuka warung kecil-kecilan. Warung yang terbuat dari papan kayu peninggalan almarhum ayahku dulu, kami teruskan dengan penuh kesabaran. Selama aku ada bersama ibu takkan ada yang berani macam-macam sama ibuku, karena aku sendiri berperawakan tinggi dan kekar seperti binaragawan, mungkin karena aku seorang pekerja keras, senang berolahraga dan pernah belajar ilmu beladiri orang sering mengatakan bahwa aku mirip berry prima muda.
Kehidupan kami sederhana tak bergelimang harta, aku dan ibu hidup dari berjualan makanan dan minuman yang biasa dijual warung-warung kecil. Selain itu diwaktu senggang aku suka pergi ke gunung memasang perangkap burung, ayam hutan, ataupun binatang hutan lainya, lalu aku jual kepasar dengan harga yang lumayan mahal. Uangnya aku belanjakan dipasar untuk memenuhi yang ada di warung, ibuku sangat senang melihat sifatku yang penuh rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
Ibu sebenarnya tak mau jauh dariku, selain khawatir denganku, ibu juga takut ditinggal sendiri diwarung. Hidup 23 tahun bersama ibu berdua bukankah waktu yang sebentar, dengan tubuh ibu yang payudara dan pantatnya yang bahenol ingin rasanya aku dudukan ibu dilahunanku sambil aku masukkan kontolku kedalam lobang pantatnya. Aku selalu berpikiran jorok jika melihat atau berdekatan dengan ibu, ingin sekali kurasakan seluruh tubuhnya kehangatannya, bau vaginanya, rasanya, semuanya ingin aku miliki ibuku seutuhnya. Untuk itulah aku suka cemburu jika ada pria lain yang mencoba mendekati ibuku. Pernah aku ungkapkan kepada ibu rasa cemburuku padanya, tapi ibu meyakinkanku bahwa takkan ada pria lain yang dapat menggantikan posisi almarhum suaminya dihatinya.
Aku pernah merayunya, “lalu apakah aku bisa menggantikan posisi ayah dihati ibu?”
Ibuku berkata, “Jamal, kamu satu-satunya lelaki yang menggantikan tanggung jawab ayahmu, merawat ibu, menjaga ibu, merhatikan ibu dan ibu sangat menyayangimu..”
Aku hanya tersenyum kepada ibuku, lalu aku pegang tangannya dengan penuh rasa hormat aku cium tangannya dengan lembut.
Sebenarnya aku juga ingin bilang kepada ibu tentang perasaanku padanya, tapi hanya bisa didalam hati, “lalu apakah aku boleh menggantikan ayah menikmati tubuh ibu? Tidur dengan ibu, menikmati payudara ibu juga memek Bu?” Tapi aku pendam dalam hati karena aku yakin ibu pasti akan marah kepadaku.
Jujur saja aku sayang sama ibu dari dulu dari kecil tapi semua perasaanku bertambah saat ayah tiada, karena aku bisa menghabiskan waktu dengan ibu.
Ditempat ini aku dikenal berani, karena pernah melawan orang orang yang mengacau ditempat ini. Tapi dengan warga sekitar aku orang yang ramah dan selalu menolong tetangga yang membutuhkan. Tidak pernah sekalipun saya mengganggu warga sekitar dan aku pun diangkat sebagai ketua keamanan di jalur ini pun bukan atas kemauanku sendiri, tapi hasil musyawarah para warga sekitar yang berjualan.
Selama tak menyangkut harga diri keluarga aku dikenal ramah, tapi jika ada yang macam-macam sama ibuku mereka sudah tahu apa ganjarannya. Orang-orang disini respek terhadap masalah tetangganya, tapi bersikap biasa saja jika itu masalah pribadi.
Aku sangat menyayangi ibuku, perasaan ibu pun malah melebihi kasih sayangku karena beliaulah yang mengandung, melahirkanku, menyusuiku dan merawatku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Sering aku tiduran dipangkuannya jika warung sudah tutup sambil tangan ibu mengusap-usap kepalaku mengusap pipiku. Ketika tiduran dilahunannya sambil menghadap perut ibu, sekilas aku mencium wangi sabun yang berasal dari tubuhnya ibuku. Membuat aku betah berlama-lama tiduran dilahunannya. Ibu entah menyadari atau tidak perbuatanku juga sikapku kepadanya, tapi ibu masih mengelus kepalaku dengan penuh perasaan sayang. Ibu tidak menyadari bahwa aku sangat sange kepadanya, ingin sekali aku jilati memeknya, ku hisap klentitnya ku hamili dirinya. Tapi khayalan hanyalah tinggal khayalan semata, takkan mungkin jadi kenyataan. Karena tak mungkin seorang ibu mau disetubuhi oleh anaknya sendiri jika bukan karena memperkosa atau yang oaling bsik saling suka sama suka, dan memang sangat beruntung untuk menyetubuhinya.
Ditempat ini banyak pendaki yang istirahat numpang minum kopi dan nyeduh mie instan. Aku sering membantu ibu melayani para pendaki dan tak jarang kami sering diberi oleh-oleh dari mereka. Aku dan ibu sangat bersyukur, walau hidup serba sederhana tapi kami merasa cukup dengan keadaan hidup yang seperti ini.
Ibu pernah berkata kepadaku disela-sela kesibukan melayani pengunjung, dia duduk di sampingku, “Selama bersama kamu Jamal, ibu merasaan hidup ini begitu bermakna. Kamu satu-satunya orang yang membuat ibu semangat untuk hidup, menikmati kehidupan yang sederhana bersama orang yang disayangi membuat ibu merasa bahagia..” ibu melirikku sambil tersenyum, senyumannya ibu membuatku membalas senyumannya. Tingkah ibu kepadaku selalu membuat kontolku berontak, ingin sekali aku masukkan lidahku kedalam mulutnya juga kontolku kedalam memeknya. Pasti nikmat sekali jika aku sampai bisa menyetubuhinya, menyatukan dua kelamin antara anak dan ibu kandung hingga spermaku membaur dengan cairan didalam tubuhnya, bahkan sampai bisa membuat ibuku mengandung anakku. Sungguh aku mengharapkan ibu menjadi istriku, tak ada wanita lain yang bisa menggantikan pesona ibu didalam hatiku.
Meskipun ibu tak secantik wanita-wanita yang ada dikota, tapi ibu memiliki daya tarik sendri dan begitu juga sensasinya yang membuatku tergila-gila padanya. Menindihnya, menyatukan kelamin, menyatukan mulut, hingga menyatukan spermaku dengan sel telurnya sampai mengandung dan melahirkan bayi dari hubungan anak dan ibu. Sungguh niatku, harapanku ini begitu mulia karena selain melanjutkan keturunan dari ayah, tentunya aku akan menjaga ibuku dan akan selalu bersamanya melindunginya.
Sejujurnya memang aku sangat mencintai ibuku, ingin sekali aku menjadi suaminya, tapi aku tak berani mengungkapkannya. Tak mungkin seorang anak menjadi suami bagi ibunya sendiri, di negara ini, aku paham itu. Tapi parasaan ini tak bisa aku membohongi diriku sendiri untuk memiliki ibu seutuhnya.
Seperti halnya lelaki lain yang tertarik dengan pesona ibu, aku pun malah lebih tersiksa hidup serumah dengan ibu, melihat tubuhnya itu yang membuatku ingin sekali mencicipi tubuhnya meskipun hanya sebentar saja.
Seperti biasa setelah jam 10 malam warung kami tutup, ku lihat ibuku habis mandi dan melewatiku dalam keadaan memakai handuk mau masuk ke kamar. Tubuhnya yang terlihat segar sehabis mandi, rambutnya yang panjang terurai basah, payudaranya yang menyembul keatas juga pantatnya yang bahenol membuatku terpesona melihatnya.
Ketika melewatiku ibu tersenyum kepadaku dan berkata, “Jamal, kamu kok liatin ibu kayak gitu sih.. ibu malu loh diliatin kamu…” kata ibu sambil menyilangkan tangan kanannya menutupi payudaranya yang montok menyembul.
“Wajar dong Bu, Jamal liatin ibu. Abisnya aku mempunyai seorang ibu yang selain cantik dan penyayang, tubuh ibu itu enak dilihatnya Jamal suka. Lelaki mana coba bu yang tak ingin memiliki ibu?, Jamal juga ingin memiliki ibu” Kataku sambil tersenyum.
Ibuku bukannya melangkah kedalam kamar malah melangkah ke arahku dan sekarang tepat di depanku berdiri sosok tubuh ibuku yang berbalut handuk putih. Wangi harum sabun mandi dari tubuhnya, sebenarnya membuatku ingin menerkam ibuku tapi aku tahan sebisa mungkin.
“Jamal, setiap ibu pasti menyayangi anaknya, apalagi kamu putra ibu satu-satunya yang ibu punya, kasih sayang ibu tercurahkan semuanya untuk kamu nak…emang ibu masih seksi ya sayang?” Kata ibu yang kini menurunkan tangannya dan menempatkannya disamping, ibu sepertinya ingin meminta pendapatku tentang tubuhnya itu.
“Tentu Bu, ibu dimata Jamal adalah wanita yang benar-benar sempurna. Kalaulah ibu bukan ibuku tentu ibu akan aku nikahi Bu..” kataku dengan penuh semangat mengatakannya.
Ibu hanya terdiam dan berekspresi cemberut manja seperti gadis korea yang terlihat imut dan menggemaskan. Sikapnya itu membuat kontolku dibalik celanaku ngaceng hebat, jika saja akal sehatku dikalahkan nafsuku sudah pasti aku masukkan seluruh batang kontolku masuk kedalam memeknya yang sedang bersembunyi dibalik handuknya itu.
“Jamal, kamu mah bikin ibu kesel ihh… Masa kalau ibu bukan ibu kamu… Lagian kamu mau emang menikahi wanita tua seperti ibu jika ibu bukan ibu kamu?” Ibu menatapku sehingga aku dengannya saling berpandangan.
“Iya tentu saja Bu, Jamal akan memperistri ibu kalaulah ibu bukan ibu Jamal…. maafkan kata-kata Jamal Bu… itu hanya seandainya saja. Bu, boleh Jamal peluk ibu? Gemes banget lihat ibu pake handuk, ini Jamal memohon sama ibu… Bahagia sekali bila ibu mengijinkannya”
“Tapi ibu belum pake baju Jamal, masa dipeluk pas ibu pake handuk. Malu ahh..” ibu menutupi dadanya dengan tangan yang disilangkan.
“Yaahh katanya sayang… padahal Jamal bukan orang lain lho Bu.. Jamal putra ibu yang ibu sayang kan? Apa ibu takut sama Jamal?” Kata-kataku membuat ibu menghampiriku, posisi handuknya itu sejengkal diatas lutut. Membuatku ingin sekali menyingkapkannya lalu mencium memeknya. Pahanya yang besar putih mulus juga pundak dan lehernya yang putih semakin membuat kontolku tak terkendali, tegang setegang-tegangnya!
“Yaa sudah.. kalo kamu pengen peluk ibu peluk sekarang. Kamu aneh-aneh aja mintanya sayang ibu tegang ini?!”
“Saking sayangnya Jamal sama ibu, membuat Jamal ingin mengungkapkannya dengan cara Jamal sendiri bu.. jadi boleh nih Jamal peluk ibu?”
“Iyaa sayang, ayoo cepetan peluk ibu sebelum ibu berubah pikiran lho..” kata ibu menantang lalu tersenyum.
Aku berdiri lalu ku peluk ibu dari depan sehingga tubuhku merapat dengan ibu, tinggi ibu hanya 163 sedangkan aku 170 membuat aku bisa mencium keningnya dengan lembut. Ketika ku peluk, kepala ibu aku elus-elus lembut sebagai tanda rasa kasih sayangku kepadanya. Wangi shampo urang-aring dan kulit tubuhnya yang terasa segar mengeluarkan semerbak wangi sabun mandi bunga sakura membuat aku sangat bergairah.
Kontolku sepertinya menekan memek ibuku yang sembunyi dibalik handuknya yang tebal, ibuku merasakannya atau tidak, soalnya ibu hanya diam saja yang ku dengar hanya hembusan nafasnya saja yang terasa semakin berat. Tubuhnya yang pertama kali kupeluk terasa dingin karena sehabis mandi, kini suhu tubuhnya terasa hangat kurasakan. Karena merasa nyaman memeluk ibu uang wangi dan hangat, secara reflek aku mencium pundak dan lehernya “Aaahhh…!” Terdengar suara desahan ibuku keluar dari mulutnya. Tak ada larangan dari sikapnya atau melalui mulutnya, yang ada ibu malah diam seakan membiarkanku melakukannya.
Ketika ku ciumi pundak dan lehernya, ibu semakin memelukku erat seakan tak mau dilepaskan. Aroma tubuhnya yang begitu segar semakin menaikkan libido seksualku. Aku berkata lirih kepada ibu sambil menciumi lehernya, “wangi sekali tubuhmu bu… Jamal suka… Ohhh ibuku sayang…” Kutekan punggungnya kearahku sehingga payudaranya yang besar menekan dadaku.
Sebenarnya aku sangat sange sekali, tapi aku tak mau berbuat nekat kepada ibu, aku takut nanti ibu membenciku. Benar saja, ketika kukeluarkan lidahku menjilati lehernya, ibu sedikit menjauh. Untuk saat ini biarlah aku hanya memeluk tubuhnya saja. Setelah ku peluk ibu kucium keningnya, tiba-tiba tubuhnya langsung melemah dan aku mendengar ibu menarik nafas dalam ketika bibirku mendarat di keningnya. Mulut ibu terlihat mengangga sambil memandangku kaku dengan mata yang sayu dan pipinya yang memerah entah karena malu, sange atau gugup, masih menjadi misteri.
Tanganku memegang kedua pundaknya yang terasa lembut di telapak tanganku. aku berkata kepada ibuku, “makasih ya Bu, Jamal tahu ibu sangat menyayangiku. Maaf tadi Jamal cium kening ibu, menjilat leher ibu… Jamal sayang banget sama ibu.”
“Ibu juga sangat menyayangi kamu Jamal, kamu bikin ibu deg-degan tadi ihh.. tapi gpp ibu gak merasa risih kok.. ya sudah ibu mau ke kamar dulu yaa udaranya dingin banget..”
“Gak sekalian Jamal temenin ibu?”
“Nggak ahh.. takut nanti kening ibu dicium lagi.. hihihi…”
Ibu lalu pergi masuk kedalam kamarnya sambil ku perhatikan goyangan pantatnya yang bahenol, awas saja, Nanti pantat itu akan aku siksa dengan kontolku suatu hari nanti. Kontolku sebenarnya tegang banget tadi pas meluk ibu, apalagi ketika aku menciumi pundak dan lehernya disertai jilatan kecil ibu membiarkanku. Tapi untungnya ibu diam saja tak melarangku, ibu pergi dengan pipinya yang memerah sambil meninggalkan senyuman untukku. Mudah-mudahan saja ini pertanda awal aku akan mendapatkan kepercayaan untuk menikmati tubuh ibuku. Ya?! Mudah-mudahan saja. Aku pergi ke WC untuk mengeluarkan hasratku yang terpendam dari tadi, aku temukan CD dan bh bekas ibu palai, akupun mengambilnya dan mencium wangi khasnya yang khas aku kocok kocok kontolku, dan mencium CD bekas pakai ibu itu, setelah beberapa lama sampai menumpahkan lahar panas yang teependam, selesai itu aku kembalikan CD dan bh bekas ibu ke tempat asal aku membersihkan diri, dan pergi untuk tidur.
Paginya aku seperti biasa membuka warung dan ibu menggoreng macam-macam gorengan, adonannya sudah ibu buat setiap sore, sehingga malamnya tinggal istirahat saja. Sikap ibu kepadaku terasa hangat, obrolanku dengannya semakin kemasalah privasi dan perasaan pribadi masing-masing. Aku merasa senang karena ibuku tidak kaku berhadapan denganku, terlihat biasa saja tidak mempermasalahkan kejadian semalam.
Malam kedua, sejak aku memeluknya tadi malam, aku meminta pada ibuku untuk memeluk tubuhnya lagi tentunya sehabis ibu mandi dan hanya memakai handuk. Kali ini pelukanku agak lama sambil mengelus punggungnya. Rambutnya yang basah dan tubuhnya yang wangi sabun membuatku ingin sekali ngajak ibuku bersetubuh, kontolku sudah uring-uringan ingin masuk kedalam tubuh ibuku. Tapi aku sebisa mungkin berusaha mengontrol nafsuku yang membuat dadaku terasa sesak.
Ku cium lagi keningnya ibu, lagi-lagi ibu menarik nafasnya dan kurasakan ada desahan kecil yang keluar dari mulut ibu. Bulu tangannya sampai bergidik ketika aku cium keningnya, tapi ibu tidak berusaha menghindar atau melawan, dirinya hanya diam dengan pipinya yang berubah warna dari putih menjadi agak kemerahan.
Selama seminggu itu aku maraton semakin sering memeluk ibu, dan mencium keningnya, menciumi pundaknya juga lehernya. Sehingga kegiatan rutinku itu kepada ibu menjadi sebuah kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan. Pernah aku sengaja sehari dimalam hari sehabis ibu mandi tidak aku peluk, dan tidak menunggunya ditengah rumah. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka ibu, ku lihat ibu menghampiriku dengan masih memakai handuknya ibu duduk di ranjangku. Aku pun duduk ditengah kasur, karena aku merasa tidak sopan jika ibuku duduk dipinggir ranjang sedangkan aku tiduran.
Baru saja aku duduk, ibuku berkata, “Sehabis ibu mandi… ibu lihat tak ada kamu diruang tengah… Kok tumben kamu tidak nungguin ibu sayang? Gak meluk ibu lagi? Kamu udah bosan sama ibu?” Kata ibu sambil memegang tanganku. Ku rasakan telapak tangannya begitu dingin, mungkin karena ibu baru saja mandi.
“Sebenarnya Jamal ingin selalu memeluk ibu setiap hari, karena rasa sayangku pada ibu… tapi Jamal takut ibu merasa risih dan marah sama Jamal Bu… Alasan lainnya Jamal ingin tahu apakah ibu membutuhkan Jamal atau tidak? Makanya Jamal nungguin ibu disini… Maafkan Jamal yaa Bu?! Jamal sayang ibu..” ku mendekatinya kupegang tangannya lalu aku cium.
“Kamu tega banget sama ibu Jamal, padahal ibu ingin sekali dipeluk kamu. Pas ibu lagi ingin disayang-sayangnya kamu malah ninggalin ibu pergi ke kamar… Ibu udah mandi sampai dua kali disabun agar tubuh ibu wangi dan kamu pun betah berlama-lama memeluk ibu” mata ibu berkaca-kaca seperti meminta belas kasihan, mungkin juga ibu merasa sedikit kecewa karena sudah membersihkan tubuhnya tapi aku tak lagi memeluknya.
“Jadi ibu gak merasa risih dipeluk Jamal Bu? Gak marah?” Kataku mulai tersenyum bahagia.
“Kalo ibu marah, kesal, risih… kamu pasti tahu dong gelagat ibu bagaimana..? Tapi nyatanya ibu diam kan? Tak melarang kamu?” Ibu meyakinkan aku bahwa dirinya sama sekali tidak masalah dipeluk olehku.
Karena merasa mendapat ijin aku pun duduk dipinggir ranjang sama seperti posisi ibuku yang sedang duduk, lalu aku pun memeluk ibu disamping ranjangku, tercium dari tubuhnya harum wangi sabun yang ini pakai membuatku merasa nyaman dan mengundang nafsu birahiku. Hidungku aku tempelkan ke kulit lehernya, lalu aku hirup sekuat-kuatnya sehingga membuat ibuku tegang, terlihat dari urat lehernya yang menegang dengan bulu disekitar lehernya yang ikut berdiri, “seperti biasanya tubuh ibu wangi sabun, Jamal suka wanginya Bu..” kataku berbisik sambil menciumi lehernya sampai ke pundak.
“Aaahhh…Kamu suka wanginya Mmmhhh.. atau tubuh ibu?” Kata ibu diselingi desahan yang sedikit ditahan.
“Tubuh ibu yang Jamal suka Bu, ibu pandai banget merawat tubuh, lembut banget pundak ibu” ku cium dan ku hirup pundaknya dalam-dalam, tubuh ibu bereaksi terhadap kecupanku di pundaknya. Aku lanjut berkata kepada ibu, “Bu, boleh Jamal peluk ibu sambil ibu terlentang dikasur Jamal Bu?” Ku pandang ibuku.
“Itu namanya nindih ibu sayang bukan meluk, meluk kan biasanya berdiri. Emang ada meluk sambil tiduran?” Kata ibu protes.
“jamal gak akan macam-macam kok bu… hanya saja meluk sambil memiringkan badan pegel bu…Itu juga kalo ibu gak keberatan, Jamal gak akan maksa ibu kok..” padahal aku mengharapkan ibu mau.
“Tapi hanya meluk doang kan sayang? Aku ibu kamu lho?!” Ibu menatapku tajam tapi diselingi dengan senyuman.
“Iyaa Bu, Jamal hanya ingin kita saling berpelukan dengan santai, bukankah ibu ingin berlama-lama Jamal peluk?” Kataku mengingatkan kembali ibuku.
Ibuku mengangguk pelan, “iya sayang… Entah mengapa ibu merasa nyaman dipeluk kamu… Apa mungkin karena saking lamanya ibu tak mendapat kehangatan dan kasih sayang seorang lelaki jadi seperti ini?”
“Bu, Jamal ini anak ibu… Didalam diri Jamal ada darah ayah dan ibu. Pasti ibu akan merasakan kenyamanan dan kehangatan karena secara tidak langsung didalam diri Jamal juga ada ayah yang mengalir didalam darah tubuh Jamal… Bu, Jamal takkan menyakiti ibu… Sekarang ibu naik ke kasur ya? Arys akan memeluk ibu..” ibu menelan ludah, tatapannya seakan menatapku dalam sampai kedalam hatiku
Ibu lalu naik ketengah kasurku, lalu menempatkan kepalanya dibantal bekas aku tiduran tadi. Sambil terlentang dengan handuknya yang masih menutupi tubuhnya aku dengan hati-hati naik ketubuh ibu menindihnya. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku, aku menindih tubuh ibuku. Rasanya membuat sekujur tubuhku merasa tegang, apalagi kontolku benar-benar tegang luar biasa tatkala aku menindih ibuku ini. Lalu aku peluk ibuku dan ibu pun memelukku seakan kami seperti bersetubuh dengan gaya misionaris. Kami saling berpandangan meskipun agak kikuk ibu mengusap pipiku dengan penuh rasa kekaguman, “kamu ternyata sudah besar ya sayang… Sudah 23 tahun ibu merawat kamu kini sudah menjadi lelaki dewasa yang ganteng…” Ketika ngomong itu aku malah fokus melihat mulutnya ibu, jantungku terasa berdebar-debar, kontolku menegang hebat dengan kerasnya!
Antara perasaan nafsu dan sayang kepada ibuku, perlahan dalam pikiranku aku merasa mungkin ibuku adalah jodohku. Soalnya aku merasa nyaman dan tenang hatiku ini. Meskipun aku dan ibu saling berpelukan, tapi pantatku menekan dan menggoyang kontolku diatas memeknya. “Bu, ibu gak marah kan aku tindih ibu? Jamal senang meluk ibu seperti ini… Seakan aku dan ibu merasa sangat dekat”
“Ibu juga merasakan apa yang kamu rasakan sayang.. Jamal..?”
“Iyaa Bu.. ada apa?”
“Meskipun kamu meluk ibu dalam keadaan seperti ini, ingat! Jangan setubuhi ibu… Ibu takut dosa sayang…”
“Sebenarnya Jamal ingin menyetubuhi ibu… Tapi ibu tenang saja Jamal tak ingin mengecewakan ibu… Karena Jamal sangat menyayangi ibu..” akh! Sial. Padahal aku ingin menyetubuhinya, tapi ibu keburu sadar akan kelanjutannya.
“Syukurlah, ibu tenang sekarang…”
“Selain tidak menyetubuhi ibu apa Jamal boleh melakukan yang lain terhadap ibu?”
Ibuku terdiam sejenak, matanya menatapku seakan meminta keyakinan bahwa aku takkan menjurus untuk menyetubuhinya. Tapi akhirnya ibu mengangguk dan berkata, “iyaa boleh… Tapi kalau ibu bilang jangan…. Jangan kamu teruskan yaa?”
“Baik Bu.. ibu pegang janji Jamal..” aku dan ibu saling membalas senyuman pertanda menyetujui kesepakatan yang sudah disepakati bersama.
Aku yang menindih ibu disertai tanganku yang memeluknya membuat payudaranya yang besar menekan dadaku. Kucium keningnya sambil aku tekan-tekan kontolku dibalik celanaku yang tak memakai celana dalam, Aaahhhh… Terdengar suara desahan ibu keluar dari mulutnya. Aku seperti sedang memacu kontolku menekan memek ibu sehingga membuat mulut ibu menganga, terlihat olehku air liurnya yang membalut lidahnya sudah mengental. Ternyata tindakanku ini telah membangkitkan birahi ibuku yang terpendam bertahun-tahun.
Karena saking nafsunya sama ibuku, aku berusaha memberanikan diri untuk mencium bibirnya, awalnya ibu merapatkan bibirnya. Tapi aku melalui isyarat mataku ku pandangi mata ibu, rupanya ibu menangkap isyaratku. Lama-lama mulut ibu terbuka juga lalu membalas ciumanku. Kedua kaki ibu secara reflek merangkul pantatku dan pastinya vagina ibu menghadap keatas merekah seperti bunga karnivora yang siap menerkam mangsanya. kontolku masih tegang dibalik celana kolorku, tapi hangatnya vagina ibuku tetap kurasakan kehangatannya. Sensasinya begitu luar biasa sampai-sampai ibuku sendiri menekan-nekan pantatku agar kontolku menekan memeknya. Padahal ibu dan aku sudah sepakat untuk tidak bersetubuh secara total, tapi apalah mau dikata ibuku seakan melupakannya. Aku tahu kami berdua sama-sama sudah tidak sabar ingin memasuki dan dimasuki oleh alat kelamin, tapi aku berusaha untuk tidak membuat ibu menyesal. Karena aku tahu ibuku sedang diselimuti nafsu birahinya, akal sehatnya kalah oleh nafsunya sendiri. Aku pun sama sedang sangat bernafsu sama ibuku sendiri, bisa saja aku keluarkan rudalku lalu ku gesek-gesek dibelahan memeknya. Tapi yang sedang aku tindih ini adalah ibu kandungku, suatu saat nanti aku akan memperistrinya dan jangan ada rasa penyesalan dihati ibuku karena aku sudah terlanjur menghamilinya. Suatu hari nanti aku yakin ibuku mau aku hamili jika sudah kudapatkan cintanya.
Aku dan ibuku saling membalas ciuman, lidahku dengan lidahnya saling beradu mesra, ibuku sepertinya mempercayaiku soalnya aku sama sekali tidak mengeluarkan rudalku untuk menembus memeknya.
Yang aku pikirkan benar saja terbukti, ibuku berkata kepadaku tatkala ciumanku dimulutnya ku hentikan.
“Sayang… Ibu kagum sama kamu… Padahal ibu ingin sekali kamu menyetubuhi ibu tapi kamu tetap bertahan menghormati ibu… “
“Ibu tenang saja, Jamal akan selalu menjaga kontol Jamal untuk tidak menembus memek ibu.. Jamal sudah berjanji sama ibu..”
Tiba-tiba ibuku menciumiku lagi dan aku membalas ciuman ibu. Semakin lama semakin panas penuh gairah, kami berdua sampai berkeringat banyak. Aaahhhh…. Eeemmmmhhhhh…. Eeeemmmmhhh… Arrrryyaaaa… Ooohhhh….. Ibuku menekan-nekan pantatku kuat-kuat sampai kontolku merasa ada sesuatu yang basah yang berasal dari memek ibuku. “Sayang… Ibu kelluar barusan sayang… Enak banget…! Baru kali ini ibu merasakan kenikmatan yang luar biasa ini… Padahal hanya digesek doang tapi sungguh enak sekali sayang…”
“Aku ikut senang ibu mencapai orgasme… Tapi Jamal belum keluar Bu..”
“Gimana kalau ibu kocokin penis kamu sayang, ibu merasa gak enak jika ibu sudah mencapai orgasme tapi kamu belum keluar..”
“Boleh Bu, apa ibu gak merasa jijik megang kontol Jamal Bu? Soalnya ibu kan belum pernah megang kontol Jamal?
“Kita lihat saja nanti, apakah ibu berani atau tidak ngocokin punya kamu…” Ibu seakan menantang balik perkataanku tadi. Lalu aku pun turun dari atas tubuh ibu sehingga aku sekarang berada disampingnya. Handuk ibu sedikit tersingkap keatas dan terbuka, terlihat sekilas memek ibuku yang sepertinya sangat tembem dan tebal dari atas. Tapi dengan penuh rasa hormat terhadap ibuku, aku gunakan tangan kiriku membenarkan handuknya yang tersingkap itu sehingga menutupi bagian sensitif ibuku.
Melihat tindakanku itu, ibuku berkata sambil berpandangan, “sayang… Ibu siap memberikan kehormatan ibu sama kamu… Melihat sikapmu barusan tolong berjuanglah untuk meyakinkan ibu… Agar ibu yakin kamulah satu-satunya lelaki yang pantas untuk mendapatkan ibu…”
“Baik Bu, Jamal akan berusaha untuk mendapatkan hati ibu… Jamal akan bersabar menunggu ibu memberikan cinta ibu pada Jamal bu”
“Ibu berharap kamu kuat menunggunya, karena hati ibu masih selalu untuk almarhum ayahmu.. ya sudah buka celana kamu duduk dipinggir ranjang biar ibu yang jongkok” ibu pun bangkit berdiri dan dibekas pantat ibu yang tiduran tadi ada lendir putih dikasur, mungkin cairan orgasmenya. Ibuku menyadari hal itu, dengan malu-malu ibu berkata lagi, “ehh.. ini cairan ibu ya sayang? Maafin ibu yaa.. kasur kamu jadi basah…”
“Gpp kok Bu, lendir ibu lebih berharga bagi Jamal daripada spreinya…” Aku tersenyum kepada ibuku agar ibuku tak malu.
Kini ibuku jongkok didepanku lalu aku keluarkan kontolku dari persembunyiannya, melihat kontolku yang begitu besar membuat mata ibu terbelalak melihatnya.
“Astagaaaa Jamal!
gede banget kontol kamu sayang…” kata ibu kaget
Kontolku berukuran 20cm Diameter 2,5 cm, dan sekitaran kontolku ditumbuhi bulu jembut hitam tebal, karena aku belum pernah mencukurnya.
Di genggamnya kontolku lalu digoyang-goyangnya seperti mau mencabut kayu yang menancap ditanah.
“Gmana ibu suka gak?
“I..iya ibu suka sekali sayang… Ini lebih besar dari kepunyaan ayah kamu sayang… Wahh! Sedang mimpikah ibu sayang?”
“Tidak bu.. ini nyata, ibu sedang memegang kontol Jamal. Dikulum dong Bu..” meskipun agak ragu dan takut di kulumnya kontolku oleh ibuku. “Aaahhhh… Uuuggghhh…. Buu.. enakkk banggettt buuu…!” Ibu menjilati dan menyedot kontolku kuat sekali seakan mau cobot kontolku ini.
“Enak banget Buu Uugghhh… Baru kali ini kontol Jamal disedot ibu…. Ibu gak jijik?” Ibu melepaskan kulumannya tapi masih digenggam kontolku.
“Kamu putra ibu nak, lahir dari rahim ibu. Mana mungkin ibu jijik… tapi ibu harap kamu kurangin merokok kalau bisa jangan merokok lagi ya aromanya jadi bau rokok” Ibu lalu melanjutkannya lagi menaik turunkan kepalanya, aku pun memegang kedua pundak ibu sambil memijitinya.
"Jamal akam berhenti merokok Bu, asal punya Jamal dirokok sama ibu ya hehe" kataku
Ibu mengangguk dan tersenyum...
20 menit kemudian aku merasa ada suatu tekanan yang kuat dari dalam tubuhku yang ingin keluar, rasa itu berkumpul dipangkal kontolku seakan mau lepas dari dalam tubuhku.
“Bu aku mau keluar… Ahhh…. ” Kontolku semakin membesar dimulut ibu, sebentar lagi aku akan ejakulasi tapi ibu tidak melepaskan kulumannya. Akhirnya aku tak bisa menahan lagi, semburan demi semburan begitu kuat memancar dari ujung kontolku muncrat dimulut ibu.
Ibuku diam sambil membiarkan kontolku menyemburkan isinya, “Aaahhhh…. Aaaahhhh … Ibuuu… Maaafff enakk banget buuu…. Aaaahhh….!” Aku meracau karena saking nikmatnya di sedot ibu, ibu lalu melepaskan kontolku dari mulutnya, ku lihat mulut ibu penuh dengan spermaku sampai meluber ke dagunya menetes ke lantai. Aku pun jongkok lalu membersihkan mulut ibu dengan ciumanku, spermaku aku telan kembali olehku dimulut ibu, kami pun saling berciuman dan ku lihat ibu pun menelan spermaku. Kami saling berpandangan lama sambil melihat kecantikan ibuku. Rasa-rasanya aku sangat mencintai ibuku sendiri, bagaimana tidak?! Dia menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun, aku yakin ibuku adalah jodohku. Aku akan berjuang untuk mendapatkan hati ibuku, apapun yang terjadi aku akan melindungi ibuku dari pria lain yang mau merebut perhatian ibu.
“Maafkan Jamal Bu, Jamal sudah berbuat tak senonoh kepada ibu.”
Ibu berkata, ” gpp sayang, kamu jangan minta maaf… karena itu inisiatif ibu sendiri dan ibu tak merasa direndahkan dihinakan atau dilecehkan. Sebagai ibu kamu, ibu tahu ini sudah diluar kewajaran sangat tabu dan terlarang. Sayang, jangan bilang siapa-siapa tentang kejadian ini pada siapapun ya?! Apalagi sama temanmu”
“Baik Bu, akan Jamal jaga rahasia ini demi ibu.. “
“Sudah, ibu mau ke kamar dulu, mau pake baju..”
Sebelum ibu meninggalkan kamarku, aku berkata ke ibu, “ibu.. makasih yaa…aku janji akan kurangin merokok dan coba berhenti merokok untuk ibu” Ibuku menoleh kepadaku lalu tersenyum manis, “iyaa sayang,udah, segera tidur yaa… Ingat! Besok pagi dicuci itunya ya?!” Aku mengangguk ke ibuku sambil tersenyum karena aku tahu maksudnya.
Setelah ibuku pergi, lalu menutup pintu kamarku, akupun rebahan dikasurku. Sambil menatap langit-langit kamar tidur kugenggam kontolku, malam ini sungguh aku seperti mimpi saja menindih dan menciumi ibuku sendiri dalam keadaan ibu setengah bugil. Bisa saja tadi aku menyetubuhi ibuku, tapi jika birahi ibuku sudah hilang, pasti ibu akan menyesal telah aku setubuhi.
IKATAN CINTA Jamal season 1
Jika ku ingat nama ibu, beliau adalah sosok yang sangat aku kagumi dan contoh teladan bagiku. Seperti matahari yang menyinari bumi dipagi hari, begitu hangatnya perhatianmu pada anakmu. Bagiku ibu adalah pelengkap keindahan duniawi, jujur karena dia satu-satunya orang yang merawatku, menjagaku sampai seperti ini. Tanpanya dunia yang begitu indah ini akan terasa hampa tanpamu ibu.
Sari, dia adalah ibuku satu-satunya orang tuaku berusia 40 tahun seorang single parents. Ibu menurut pandanganku sebagai seorang lelaki, beliau bertubuh mungil mengemaskan payudaranya ukuran 36b atau mungkin lebih karena besarnya dan pinggulnya seperti biola spanyol, Jika ibuku berjalan, kulihat pantatnya sampai bergetar juga payudaranya pun sampai ikut berguncang, padahal beliau pake bh yang seukuran payudaranya, tapi karena besarnya payudara ibu pernah kulihat nampak jika ibu mengenakan baju yang kecil. Siapapun yang melihat pinggul ibuku juga payudaranya saya menjamin langsung ereksi penis bapak-bapak tua maupun anak muda karena pesona ibuku yang kelewat batas auranya.
Sudah lebih 10 tahun ibuku menjanda, banyak bapak bapak tua bahkan bujangan ingin menikahi ibuku. Tapi ibu selalu menolaknya karena ibu selalu teringat mendiang suaminya yang sudah meninggal dunia. Selain itu ibu ingin fokus mengurus aku yang sebenarnya aku sendiri sudah dewasa.
Sungguh alasan yang menurutku aneh, padahal aku sudah berusia 23 tahun tapi perhatian ibu padaku sungguh luar biasa. Pernah aku tanyakan kepada ibu kenapa tak mau menikah lagi? Alasannya ibu takut meninggalkan diriku dan pasti akan ikut suaminya kemana pun suaminya pergi, sedangkan ibu tak mau jauh dariku. Kedua, ibu masih bisa mencari uang dan dia bilang ada aku yang melindungi dirinya. Jadi ibu sama sekali tak ingin menikah lagi apapun yang akan terjadi.
Aku dan ibu tinggal didekat gunung, tempat para pendaki yang ingin menikmati keindahan alam yang luar biasa pesonanya. Ditempat inilah saya bersama ibu hidup dari membuka warung kecil-kecilan. Warung yang terbuat dari papan kayu peninggalan almarhum ayahku dulu, kami teruskan dengan penuh kesabaran. Selama aku ada bersama ibu takkan ada yang berani macam-macam sama ibuku, karena aku sendiri berperawakan tinggi dan kekar seperti binaragawan, mungkin karena aku seorang pekerja keras, senang berolahraga dan pernah belajar ilmu beladiri orang sering mengatakan bahwa aku mirip berry prima muda.
Kehidupan kami sederhana tak bergelimang harta, aku dan ibu hidup dari berjualan makanan dan minuman yang biasa dijual warung-warung kecil. Selain itu diwaktu senggang aku suka pergi ke gunung memasang perangkap burung, ayam hutan, ataupun binatang hutan lainya, lalu aku jual kepasar dengan harga yang lumayan mahal. Uangnya aku belanjakan dipasar untuk memenuhi yang ada di warung, ibuku sangat senang melihat sifatku yang penuh rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
Ibu sebenarnya tak mau jauh dariku, selain khawatir denganku, ibu juga takut ditinggal sendiri diwarung. Hidup 23 tahun bersama ibu berdua bukankah waktu yang sebentar, dengan tubuh ibu yang payudara dan pantatnya yang bahenol ingin rasanya aku dudukan ibu dilahunanku sambil aku masukkan kontolku kedalam lobang pantatnya. Aku selalu berpikiran jorok jika melihat atau berdekatan dengan ibu, ingin sekali kurasakan seluruh tubuhnya kehangatannya, bau vaginanya, rasanya, semuanya ingin aku miliki ibuku seutuhnya. Untuk itulah aku suka cemburu jika ada pria lain yang mencoba mendekati ibuku. Pernah aku ungkapkan kepada ibu rasa cemburuku padanya, tapi ibu meyakinkanku bahwa takkan ada pria lain yang dapat menggantikan posisi almarhum suaminya dihatinya.
Aku pernah merayunya, “lalu apakah aku bisa menggantikan posisi ayah dihati ibu?”
Ibuku berkata, “Jamal, kamu satu-satunya lelaki yang menggantikan tanggung jawab ayahmu, merawat ibu, menjaga ibu, merhatikan ibu dan ibu sangat menyayangimu..”
Aku hanya tersenyum kepada ibuku, lalu aku pegang tangannya dengan penuh rasa hormat aku cium tangannya dengan lembut.
Sebenarnya aku juga ingin bilang kepada ibu tentang perasaanku padanya, tapi hanya bisa didalam hati, “lalu apakah aku boleh menggantikan ayah menikmati tubuh ibu? Tidur dengan ibu, menikmati payudara ibu juga memek Bu?” Tapi aku pendam dalam hati karena aku yakin ibu pasti akan marah kepadaku.
Jujur saja aku sayang sama ibu dari dulu dari kecil tapi semua perasaanku bertambah saat ayah tiada, karena aku bisa menghabiskan waktu dengan ibu.
Ditempat ini aku dikenal berani, karena pernah melawan orang orang yang mengacau ditempat ini. Tapi dengan warga sekitar aku orang yang ramah dan selalu menolong tetangga yang membutuhkan. Tidak pernah sekalipun saya mengganggu warga sekitar dan aku pun diangkat sebagai ketua keamanan di jalur ini pun bukan atas kemauanku sendiri, tapi hasil musyawarah para warga sekitar yang berjualan.
Selama tak menyangkut harga diri keluarga aku dikenal ramah, tapi jika ada yang macam-macam sama ibuku mereka sudah tahu apa ganjarannya. Orang-orang disini respek terhadap masalah tetangganya, tapi bersikap biasa saja jika itu masalah pribadi.
Aku sangat menyayangi ibuku, perasaan ibu pun malah melebihi kasih sayangku karena beliaulah yang mengandung, melahirkanku, menyusuiku dan merawatku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Sering aku tiduran dipangkuannya jika warung sudah tutup sambil tangan ibu mengusap-usap kepalaku mengusap pipiku. Ketika tiduran dilahunannya sambil menghadap perut ibu, sekilas aku mencium wangi sabun yang berasal dari tubuhnya ibuku. Membuat aku betah berlama-lama tiduran dilahunannya. Ibu entah menyadari atau tidak perbuatanku juga sikapku kepadanya, tapi ibu masih mengelus kepalaku dengan penuh perasaan sayang. Ibu tidak menyadari bahwa aku sangat sange kepadanya, ingin sekali aku jilati memeknya, ku hisap klentitnya ku hamili dirinya. Tapi khayalan hanyalah tinggal khayalan semata, takkan mungkin jadi kenyataan. Karena tak mungkin seorang ibu mau disetubuhi oleh anaknya sendiri jika bukan karena memperkosa atau yang oaling bsik saling suka sama suka, dan memang sangat beruntung untuk menyetubuhinya.
Ditempat ini banyak pendaki yang istirahat numpang minum kopi dan nyeduh mie instan. Aku sering membantu ibu melayani para pendaki dan tak jarang kami sering diberi oleh-oleh dari mereka. Aku dan ibu sangat bersyukur, walau hidup serba sederhana tapi kami merasa cukup dengan keadaan hidup yang seperti ini.
Ibu pernah berkata kepadaku disela-sela kesibukan melayani pengunjung, dia duduk di sampingku, “Selama bersama kamu Jamal, ibu merasaan hidup ini begitu bermakna. Kamu satu-satunya orang yang membuat ibu semangat untuk hidup, menikmati kehidupan yang sederhana bersama orang yang disayangi membuat ibu merasa bahagia..” ibu melirikku sambil tersenyum, senyumannya ibu membuatku membalas senyumannya. Tingkah ibu kepadaku selalu membuat kontolku berontak, ingin sekali aku masukkan lidahku kedalam mulutnya juga kontolku kedalam memeknya. Pasti nikmat sekali jika aku sampai bisa menyetubuhinya, menyatukan dua kelamin antara anak dan ibu kandung hingga spermaku membaur dengan cairan didalam tubuhnya, bahkan sampai bisa membuat ibuku mengandung anakku. Sungguh aku mengharapkan ibu menjadi istriku, tak ada wanita lain yang bisa menggantikan pesona ibu didalam hatiku.
Meskipun ibu tak secantik wanita-wanita yang ada dikota, tapi ibu memiliki daya tarik sendri dan begitu juga sensasinya yang membuatku tergila-gila padanya. Menindihnya, menyatukan kelamin, menyatukan mulut, hingga menyatukan spermaku dengan sel telurnya sampai mengandung dan melahirkan bayi dari hubungan anak dan ibu. Sungguh niatku, harapanku ini begitu mulia karena selain melanjutkan keturunan dari ayah, tentunya aku akan menjaga ibuku dan akan selalu bersamanya melindunginya.
Sejujurnya memang aku sangat mencintai ibuku, ingin sekali aku menjadi suaminya, tapi aku tak berani mengungkapkannya. Tak mungkin seorang anak menjadi suami bagi ibunya sendiri, di negara ini, aku paham itu. Tapi parasaan ini tak bisa aku membohongi diriku sendiri untuk memiliki ibu seutuhnya.
Seperti halnya lelaki lain yang tertarik dengan pesona ibu, aku pun malah lebih tersiksa hidup serumah dengan ibu, melihat tubuhnya itu yang membuatku ingin sekali mencicipi tubuhnya meskipun hanya sebentar saja.
Seperti biasa setelah jam 10 malam warung kami tutup, ku lihat ibuku habis mandi dan melewatiku dalam keadaan memakai handuk mau masuk ke kamar. Tubuhnya yang terlihat segar sehabis mandi, rambutnya yang panjang terurai basah, payudaranya yang menyembul keatas juga pantatnya yang bahenol membuatku terpesona melihatnya.
Ketika melewatiku ibu tersenyum kepadaku dan berkata, “Jamal, kamu kok liatin ibu kayak gitu sih.. ibu malu loh diliatin kamu…” kata ibu sambil menyilangkan tangan kanannya menutupi payudaranya yang montok menyembul.
“Wajar dong Bu, Jamal liatin ibu. Abisnya aku mempunyai seorang ibu yang selain cantik dan penyayang, tubuh ibu itu enak dilihatnya Jamal suka. Lelaki mana coba bu yang tak ingin memiliki ibu?, Jamal juga ingin memiliki ibu” Kataku sambil tersenyum.
Ibuku bukannya melangkah kedalam kamar malah melangkah ke arahku dan sekarang tepat di depanku berdiri sosok tubuh ibuku yang berbalut handuk putih. Wangi harum sabun mandi dari tubuhnya, sebenarnya membuatku ingin menerkam ibuku tapi aku tahan sebisa mungkin.
“Jamal, setiap ibu pasti menyayangi anaknya, apalagi kamu putra ibu satu-satunya yang ibu punya, kasih sayang ibu tercurahkan semuanya untuk kamu nak…emang ibu masih seksi ya sayang?” Kata ibu yang kini menurunkan tangannya dan menempatkannya disamping, ibu sepertinya ingin meminta pendapatku tentang tubuhnya itu.
“Tentu Bu, ibu dimata Jamal adalah wanita yang benar-benar sempurna. Kalaulah ibu bukan ibuku tentu ibu akan aku nikahi Bu..” kataku dengan penuh semangat mengatakannya.
Ibu hanya terdiam dan berekspresi cemberut manja seperti gadis korea yang terlihat imut dan menggemaskan. Sikapnya itu membuat kontolku dibalik celanaku ngaceng hebat, jika saja akal sehatku dikalahkan nafsuku sudah pasti aku masukkan seluruh batang kontolku masuk kedalam memeknya yang sedang bersembunyi dibalik handuknya itu.
“Jamal, kamu mah bikin ibu kesel ihh… Masa kalau ibu bukan ibu kamu… Lagian kamu mau emang menikahi wanita tua seperti ibu jika ibu bukan ibu kamu?” Ibu menatapku sehingga aku dengannya saling berpandangan.
“Iya tentu saja Bu, Jamal akan memperistri ibu kalaulah ibu bukan ibu Jamal…. maafkan kata-kata Jamal Bu… itu hanya seandainya saja. Bu, boleh Jamal peluk ibu? Gemes banget lihat ibu pake handuk, ini Jamal memohon sama ibu… Bahagia sekali bila ibu mengijinkannya”
“Tapi ibu belum pake baju Jamal, masa dipeluk pas ibu pake handuk. Malu ahh..” ibu menutupi dadanya dengan tangan yang disilangkan.
“Yaahh katanya sayang… padahal Jamal bukan orang lain lho Bu.. Jamal putra ibu yang ibu sayang kan? Apa ibu takut sama Jamal?” Kata-kataku membuat ibu menghampiriku, posisi handuknya itu sejengkal diatas lutut. Membuatku ingin sekali menyingkapkannya lalu mencium memeknya. Pahanya yang besar putih mulus juga pundak dan lehernya yang putih semakin membuat kontolku tak terkendali, tegang setegang-tegangnya!
“Yaa sudah.. kalo kamu pengen peluk ibu peluk sekarang. Kamu aneh-aneh aja mintanya sayang ibu tegang ini?!”
“Saking sayangnya Jamal sama ibu, membuat Jamal ingin mengungkapkannya dengan cara Jamal sendiri bu.. jadi boleh nih Jamal peluk ibu?”
“Iyaa sayang, ayoo cepetan peluk ibu sebelum ibu berubah pikiran lho..” kata ibu menantang lalu tersenyum.
Aku berdiri lalu ku peluk ibu dari depan sehingga tubuhku merapat dengan ibu, tinggi ibu hanya 163 sedangkan aku 170 membuat aku bisa mencium keningnya dengan lembut. Ketika ku peluk, kepala ibu aku elus-elus lembut sebagai tanda rasa kasih sayangku kepadanya. Wangi shampo urang-aring dan kulit tubuhnya yang terasa segar mengeluarkan semerbak wangi sabun mandi bunga sakura membuat aku sangat bergairah.
Kontolku sepertinya menekan memek ibuku yang sembunyi dibalik handuknya yang tebal, ibuku merasakannya atau tidak, soalnya ibu hanya diam saja yang ku dengar hanya hembusan nafasnya saja yang terasa semakin berat. Tubuhnya yang pertama kali kupeluk terasa dingin karena sehabis mandi, kini suhu tubuhnya terasa hangat kurasakan. Karena merasa nyaman memeluk ibu uang wangi dan hangat, secara reflek aku mencium pundak dan lehernya “Aaahhh…!” Terdengar suara desahan ibuku keluar dari mulutnya. Tak ada larangan dari sikapnya atau melalui mulutnya, yang ada ibu malah diam seakan membiarkanku melakukannya.
Ketika ku ciumi pundak dan lehernya, ibu semakin memelukku erat seakan tak mau dilepaskan. Aroma tubuhnya yang begitu segar semakin menaikkan libido seksualku. Aku berkata lirih kepada ibu sambil menciumi lehernya, “wangi sekali tubuhmu bu… Jamal suka… Ohhh ibuku sayang…” Kutekan punggungnya kearahku sehingga payudaranya yang besar menekan dadaku.
Sebenarnya aku sangat sange sekali, tapi aku tak mau berbuat nekat kepada ibu, aku takut nanti ibu membenciku. Benar saja, ketika kukeluarkan lidahku menjilati lehernya, ibu sedikit menjauh. Untuk saat ini biarlah aku hanya memeluk tubuhnya saja. Setelah ku peluk ibu kucium keningnya, tiba-tiba tubuhnya langsung melemah dan aku mendengar ibu menarik nafas dalam ketika bibirku mendarat di keningnya. Mulut ibu terlihat mengangga sambil memandangku kaku dengan mata yang sayu dan pipinya yang memerah entah karena malu, sange atau gugup, masih menjadi misteri.
Tanganku memegang kedua pundaknya yang terasa lembut di telapak tanganku. aku berkata kepada ibuku, “makasih ya Bu, Jamal tahu ibu sangat menyayangiku. Maaf tadi Jamal cium kening ibu, menjilat leher ibu… Jamal sayang banget sama ibu.”
“Ibu juga sangat menyayangi kamu Jamal, kamu bikin ibu deg-degan tadi ihh.. tapi gpp ibu gak merasa risih kok.. ya sudah ibu mau ke kamar dulu yaa udaranya dingin banget..”
“Gak sekalian Jamal temenin ibu?”
“Nggak ahh.. takut nanti kening ibu dicium lagi.. hihihi…”
Ibu lalu pergi masuk kedalam kamarnya sambil ku perhatikan goyangan pantatnya yang bahenol, awas saja, Nanti pantat itu akan aku siksa dengan kontolku suatu hari nanti. Kontolku sebenarnya tegang banget tadi pas meluk ibu, apalagi ketika aku menciumi pundak dan lehernya disertai jilatan kecil ibu membiarkanku. Tapi untungnya ibu diam saja tak melarangku, ibu pergi dengan pipinya yang memerah sambil meninggalkan senyuman untukku. Mudah-mudahan saja ini pertanda awal aku akan mendapatkan kepercayaan untuk menikmati tubuh ibuku. Ya?! Mudah-mudahan saja. Aku pergi ke WC untuk mengeluarkan hasratku yang terpendam dari tadi, aku temukan CD dan bh bekas ibu palai, akupun mengambilnya dan mencium wangi khasnya yang khas aku kocok kocok kontolku, dan mencium CD bekas pakai ibu itu, setelah beberapa lama sampai menumpahkan lahar panas yang teependam, selesai itu aku kembalikan CD dan bh bekas ibu ke tempat asal aku membersihkan diri, dan pergi untuk tidur.
Paginya aku seperti biasa membuka warung dan ibu menggoreng macam-macam gorengan, adonannya sudah ibu buat setiap sore, sehingga malamnya tinggal istirahat saja. Sikap ibu kepadaku terasa hangat, obrolanku dengannya semakin kemasalah privasi dan perasaan pribadi masing-masing. Aku merasa senang karena ibuku tidak kaku berhadapan denganku, terlihat biasa saja tidak mempermasalahkan kejadian semalam.
Malam kedua, sejak aku memeluknya tadi malam, aku meminta pada ibuku untuk memeluk tubuhnya lagi tentunya sehabis ibu mandi dan hanya memakai handuk. Kali ini pelukanku agak lama sambil mengelus punggungnya. Rambutnya yang basah dan tubuhnya yang wangi sabun membuatku ingin sekali ngajak ibuku bersetubuh, kontolku sudah uring-uringan ingin masuk kedalam tubuh ibuku. Tapi aku sebisa mungkin berusaha mengontrol nafsuku yang membuat dadaku terasa sesak.
Ku cium lagi keningnya ibu, lagi-lagi ibu menarik nafasnya dan kurasakan ada desahan kecil yang keluar dari mulut ibu. Bulu tangannya sampai bergidik ketika aku cium keningnya, tapi ibu tidak berusaha menghindar atau melawan, dirinya hanya diam dengan pipinya yang berubah warna dari putih menjadi agak kemerahan.
Selama seminggu itu aku maraton semakin sering memeluk ibu, dan mencium keningnya, menciumi pundaknya juga lehernya. Sehingga kegiatan rutinku itu kepada ibu menjadi sebuah kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan. Pernah aku sengaja sehari dimalam hari sehabis ibu mandi tidak aku peluk, dan tidak menunggunya ditengah rumah. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka ibu, ku lihat ibu menghampiriku dengan masih memakai handuknya ibu duduk di ranjangku. Aku pun duduk ditengah kasur, karena aku merasa tidak sopan jika ibuku duduk dipinggir ranjang sedangkan aku tiduran.
Baru saja aku duduk, ibuku berkata, “Sehabis ibu mandi… ibu lihat tak ada kamu diruang tengah… Kok tumben kamu tidak nungguin ibu sayang? Gak meluk ibu lagi? Kamu udah bosan sama ibu?” Kata ibu sambil memegang tanganku. Ku rasakan telapak tangannya begitu dingin, mungkin karena ibu baru saja mandi.
“Sebenarnya Jamal ingin selalu memeluk ibu setiap hari, karena rasa sayangku pada ibu… tapi Jamal takut ibu merasa risih dan marah sama Jamal Bu… Alasan lainnya Jamal ingin tahu apakah ibu membutuhkan Jamal atau tidak? Makanya Jamal nungguin ibu disini… Maafkan Jamal yaa Bu?! Jamal sayang ibu..” ku mendekatinya kupegang tangannya lalu aku cium.
“Kamu tega banget sama ibu Jamal, padahal ibu ingin sekali dipeluk kamu. Pas ibu lagi ingin disayang-sayangnya kamu malah ninggalin ibu pergi ke kamar… Ibu udah mandi sampai dua kali disabun agar tubuh ibu wangi dan kamu pun betah berlama-lama memeluk ibu” mata ibu berkaca-kaca seperti meminta belas kasihan, mungkin juga ibu merasa sedikit kecewa karena sudah membersihkan tubuhnya tapi aku tak lagi memeluknya.
“Jadi ibu gak merasa risih dipeluk Jamal Bu? Gak marah?” Kataku mulai tersenyum bahagia.
“Kalo ibu marah, kesal, risih… kamu pasti tahu dong gelagat ibu bagaimana..? Tapi nyatanya ibu diam kan? Tak melarang kamu?” Ibu meyakinkan aku bahwa dirinya sama sekali tidak masalah dipeluk olehku.
Karena merasa mendapat ijin aku pun duduk dipinggir ranjang sama seperti posisi ibuku yang sedang duduk, lalu aku pun memeluk ibu disamping ranjangku, tercium dari tubuhnya harum wangi sabun yang ini pakai membuatku merasa nyaman dan mengundang nafsu birahiku. Hidungku aku tempelkan ke kulit lehernya, lalu aku hirup sekuat-kuatnya sehingga membuat ibuku tegang, terlihat dari urat lehernya yang menegang dengan bulu disekitar lehernya yang ikut berdiri, “seperti biasanya tubuh ibu wangi sabun, Jamal suka wanginya Bu..” kataku berbisik sambil menciumi lehernya sampai ke pundak.
“Aaahhh…Kamu suka wanginya Mmmhhh.. atau tubuh ibu?” Kata ibu diselingi desahan yang sedikit ditahan.
“Tubuh ibu yang Jamal suka Bu, ibu pandai banget merawat tubuh, lembut banget pundak ibu” ku cium dan ku hirup pundaknya dalam-dalam, tubuh ibu bereaksi terhadap kecupanku di pundaknya. Aku lanjut berkata kepada ibu, “Bu, boleh Jamal peluk ibu sambil ibu terlentang dikasur Jamal Bu?” Ku pandang ibuku.
“Itu namanya nindih ibu sayang bukan meluk, meluk kan biasanya berdiri. Emang ada meluk sambil tiduran?” Kata ibu protes.
“jamal gak akan macam-macam kok bu… hanya saja meluk sambil memiringkan badan pegel bu…Itu juga kalo ibu gak keberatan, Jamal gak akan maksa ibu kok..” padahal aku mengharapkan ibu mau.
“Tapi hanya meluk doang kan sayang? Aku ibu kamu lho?!” Ibu menatapku tajam tapi diselingi dengan senyuman.
“Iyaa Bu, Jamal hanya ingin kita saling berpelukan dengan santai, bukankah ibu ingin berlama-lama Jamal peluk?” Kataku mengingatkan kembali ibuku.
Ibuku mengangguk pelan, “iya sayang… Entah mengapa ibu merasa nyaman dipeluk kamu… Apa mungkin karena saking lamanya ibu tak mendapat kehangatan dan kasih sayang seorang lelaki jadi seperti ini?”
“Bu, Jamal ini anak ibu… Didalam diri Jamal ada darah ayah dan ibu. Pasti ibu akan merasakan kenyamanan dan kehangatan karena secara tidak langsung didalam diri Jamal juga ada ayah yang mengalir didalam darah tubuh Jamal… Bu, Jamal takkan menyakiti ibu… Sekarang ibu naik ke kasur ya? Arys akan memeluk ibu..” ibu menelan ludah, tatapannya seakan menatapku dalam sampai kedalam hatiku
Ibu lalu naik ketengah kasurku, lalu menempatkan kepalanya dibantal bekas aku tiduran tadi. Sambil terlentang dengan handuknya yang masih menutupi tubuhnya aku dengan hati-hati naik ketubuh ibu menindihnya. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku, aku menindih tubuh ibuku. Rasanya membuat sekujur tubuhku merasa tegang, apalagi kontolku benar-benar tegang luar biasa tatkala aku menindih ibuku ini. Lalu aku peluk ibuku dan ibu pun memelukku seakan kami seperti bersetubuh dengan gaya misionaris. Kami saling berpandangan meskipun agak kikuk ibu mengusap pipiku dengan penuh rasa kekaguman, “kamu ternyata sudah besar ya sayang… Sudah 23 tahun ibu merawat kamu kini sudah menjadi lelaki dewasa yang ganteng…” Ketika ngomong itu aku malah fokus melihat mulutnya ibu, jantungku terasa berdebar-debar, kontolku menegang hebat dengan kerasnya!
Antara perasaan nafsu dan sayang kepada ibuku, perlahan dalam pikiranku aku merasa mungkin ibuku adalah jodohku. Soalnya aku merasa nyaman dan tenang hatiku ini. Meskipun aku dan ibu saling berpelukan, tapi pantatku menekan dan menggoyang kontolku diatas memeknya. “Bu, ibu gak marah kan aku tindih ibu? Jamal senang meluk ibu seperti ini… Seakan aku dan ibu merasa sangat dekat”
“Ibu juga merasakan apa yang kamu rasakan sayang.. Jamal..?”
“Iyaa Bu.. ada apa?”
“Meskipun kamu meluk ibu dalam keadaan seperti ini, ingat! Jangan setubuhi ibu… Ibu takut dosa sayang…”
“Sebenarnya Jamal ingin menyetubuhi ibu… Tapi ibu tenang saja Jamal tak ingin mengecewakan ibu… Karena Jamal sangat menyayangi ibu..” akh! Sial. Padahal aku ingin menyetubuhinya, tapi ibu keburu sadar akan kelanjutannya.
“Syukurlah, ibu tenang sekarang…”
“Selain tidak menyetubuhi ibu apa Jamal boleh melakukan yang lain terhadap ibu?”
Ibuku terdiam sejenak, matanya menatapku seakan meminta keyakinan bahwa aku takkan menjurus untuk menyetubuhinya. Tapi akhirnya ibu mengangguk dan berkata, “iyaa boleh… Tapi kalau ibu bilang jangan…. Jangan kamu teruskan yaa?”
“Baik Bu.. ibu pegang janji Jamal..” aku dan ibu saling membalas senyuman pertanda menyetujui kesepakatan yang sudah disepakati bersama.
Aku yang menindih ibu disertai tanganku yang memeluknya membuat payudaranya yang besar menekan dadaku. Kucium keningnya sambil aku tekan-tekan kontolku dibalik celanaku yang tak memakai celana dalam, Aaahhhh… Terdengar suara desahan ibu keluar dari mulutnya. Aku seperti sedang memacu kontolku menekan memek ibu sehingga membuat mulut ibu menganga, terlihat olehku air liurnya yang membalut lidahnya sudah mengental. Ternyata tindakanku ini telah membangkitkan birahi ibuku yang terpendam bertahun-tahun.
Karena saking nafsunya sama ibuku, aku berusaha memberanikan diri untuk mencium bibirnya, awalnya ibu merapatkan bibirnya. Tapi aku melalui isyarat mataku ku pandangi mata ibu, rupanya ibu menangkap isyaratku. Lama-lama mulut ibu terbuka juga lalu membalas ciumanku. Kedua kaki ibu secara reflek merangkul pantatku dan pastinya vagina ibu menghadap keatas merekah seperti bunga karnivora yang siap menerkam mangsanya. kontolku masih tegang dibalik celana kolorku, tapi hangatnya vagina ibuku tetap kurasakan kehangatannya. Sensasinya begitu luar biasa sampai-sampai ibuku sendiri menekan-nekan pantatku agar kontolku menekan memeknya. Padahal ibu dan aku sudah sepakat untuk tidak bersetubuh secara total, tapi apalah mau dikata ibuku seakan melupakannya. Aku tahu kami berdua sama-sama sudah tidak sabar ingin memasuki dan dimasuki oleh alat kelamin, tapi aku berusaha untuk tidak membuat ibu menyesal. Karena aku tahu ibuku sedang diselimuti nafsu birahinya, akal sehatnya kalah oleh nafsunya sendiri. Aku pun sama sedang sangat bernafsu sama ibuku sendiri, bisa saja aku keluarkan rudalku lalu ku gesek-gesek dibelahan memeknya. Tapi yang sedang aku tindih ini adalah ibu kandungku, suatu saat nanti aku akan memperistrinya dan jangan ada rasa penyesalan dihati ibuku karena aku sudah terlanjur menghamilinya. Suatu hari nanti aku yakin ibuku mau aku hamili jika sudah kudapatkan cintanya.
Aku dan ibuku saling membalas ciuman, lidahku dengan lidahnya saling beradu mesra, ibuku sepertinya mempercayaiku soalnya aku sama sekali tidak mengeluarkan rudalku untuk menembus memeknya.
Yang aku pikirkan benar saja terbukti, ibuku berkata kepadaku tatkala ciumanku dimulutnya ku hentikan.
“Sayang… Ibu kagum sama kamu… Padahal ibu ingin sekali kamu menyetubuhi ibu tapi kamu tetap bertahan menghormati ibu… “
“Ibu tenang saja, Jamal akan selalu menjaga kontol Jamal untuk tidak menembus memek ibu.. Jamal sudah berjanji sama ibu..”
Tiba-tiba ibuku menciumiku lagi dan aku membalas ciuman ibu. Semakin lama semakin panas penuh gairah, kami berdua sampai berkeringat banyak. Aaahhhh…. Eeemmmmhhhhh…. Eeeemmmmhhh… Arrrryyaaaa… Ooohhhh….. Ibuku menekan-nekan pantatku kuat-kuat sampai kontolku merasa ada sesuatu yang basah yang berasal dari memek ibuku. “Sayang… Ibu kelluar barusan sayang… Enak banget…! Baru kali ini ibu merasakan kenikmatan yang luar biasa ini… Padahal hanya digesek doang tapi sungguh enak sekali sayang…”
“Aku ikut senang ibu mencapai orgasme… Tapi Jamal belum keluar Bu..”
“Gimana kalau ibu kocokin penis kamu sayang, ibu merasa gak enak jika ibu sudah mencapai orgasme tapi kamu belum keluar..”
“Boleh Bu, apa ibu gak merasa jijik megang kontol Jamal Bu? Soalnya ibu kan belum pernah megang kontol Jamal?
“Kita lihat saja nanti, apakah ibu berani atau tidak ngocokin punya kamu…” Ibu seakan menantang balik perkataanku tadi. Lalu aku pun turun dari atas tubuh ibu sehingga aku sekarang berada disampingnya. Handuk ibu sedikit tersingkap keatas dan terbuka, terlihat sekilas memek ibuku yang sepertinya sangat tembem dan tebal dari atas. Tapi dengan penuh rasa hormat terhadap ibuku, aku gunakan tangan kiriku membenarkan handuknya yang tersingkap itu sehingga menutupi bagian sensitif ibuku.
Melihat tindakanku itu, ibuku berkata sambil berpandangan, “sayang… Ibu siap memberikan kehormatan ibu sama kamu… Melihat sikapmu barusan tolong berjuanglah untuk meyakinkan ibu… Agar ibu yakin kamulah satu-satunya lelaki yang pantas untuk mendapatkan ibu…”
“Baik Bu, Jamal akan berusaha untuk mendapatkan hati ibu… Jamal akan bersabar menunggu ibu memberikan cinta ibu pada Jamal bu”
“Ibu berharap kamu kuat menunggunya, karena hati ibu masih selalu untuk almarhum ayahmu.. ya sudah buka celana kamu duduk dipinggir ranjang biar ibu yang jongkok” ibu pun bangkit berdiri dan dibekas pantat ibu yang tiduran tadi ada lendir putih dikasur, mungkin cairan orgasmenya. Ibuku menyadari hal itu, dengan malu-malu ibu berkata lagi, “ehh.. ini cairan ibu ya sayang? Maafin ibu yaa.. kasur kamu jadi basah…”
“Gpp kok Bu, lendir ibu lebih berharga bagi Jamal daripada spreinya…” Aku tersenyum kepada ibuku agar ibuku tak malu.
Kini ibuku jongkok didepanku lalu aku keluarkan kontolku dari persembunyiannya, melihat kontolku yang begitu besar membuat mata ibu terbelalak melihatnya.
“Astagaaaa Jamal!

Kontolku berukuran 20cm Diameter 2,5 cm, dan sekitaran kontolku ditumbuhi bulu jembut hitam tebal, karena aku belum pernah mencukurnya.
Di genggamnya kontolku lalu digoyang-goyangnya seperti mau mencabut kayu yang menancap ditanah.
“Gmana ibu suka gak?
“I..iya ibu suka sekali sayang… Ini lebih besar dari kepunyaan ayah kamu sayang… Wahh! Sedang mimpikah ibu sayang?”
“Tidak bu.. ini nyata, ibu sedang memegang kontol Jamal. Dikulum dong Bu..” meskipun agak ragu dan takut di kulumnya kontolku oleh ibuku. “Aaahhhh… Uuuggghhh…. Buu.. enakkk banggettt buuu…!” Ibu menjilati dan menyedot kontolku kuat sekali seakan mau cobot kontolku ini.
“Enak banget Buu Uugghhh… Baru kali ini kontol Jamal disedot ibu…. Ibu gak jijik?” Ibu melepaskan kulumannya tapi masih digenggam kontolku.
“Kamu putra ibu nak, lahir dari rahim ibu. Mana mungkin ibu jijik… tapi ibu harap kamu kurangin merokok kalau bisa jangan merokok lagi ya aromanya jadi bau rokok” Ibu lalu melanjutkannya lagi menaik turunkan kepalanya, aku pun memegang kedua pundak ibu sambil memijitinya.
"Jamal akam berhenti merokok Bu, asal punya Jamal dirokok sama ibu ya hehe" kataku
Ibu mengangguk dan tersenyum...
20 menit kemudian aku merasa ada suatu tekanan yang kuat dari dalam tubuhku yang ingin keluar, rasa itu berkumpul dipangkal kontolku seakan mau lepas dari dalam tubuhku.
“Bu aku mau keluar… Ahhh…. ” Kontolku semakin membesar dimulut ibu, sebentar lagi aku akan ejakulasi tapi ibu tidak melepaskan kulumannya. Akhirnya aku tak bisa menahan lagi, semburan demi semburan begitu kuat memancar dari ujung kontolku muncrat dimulut ibu.
Ibuku diam sambil membiarkan kontolku menyemburkan isinya, “Aaahhhh…. Aaaahhhh … Ibuuu… Maaafff enakk banget buuu…. Aaaahhh….!” Aku meracau karena saking nikmatnya di sedot ibu, ibu lalu melepaskan kontolku dari mulutnya, ku lihat mulut ibu penuh dengan spermaku sampai meluber ke dagunya menetes ke lantai. Aku pun jongkok lalu membersihkan mulut ibu dengan ciumanku, spermaku aku telan kembali olehku dimulut ibu, kami pun saling berciuman dan ku lihat ibu pun menelan spermaku. Kami saling berpandangan lama sambil melihat kecantikan ibuku. Rasa-rasanya aku sangat mencintai ibuku sendiri, bagaimana tidak?! Dia menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun, aku yakin ibuku adalah jodohku. Aku akan berjuang untuk mendapatkan hati ibuku, apapun yang terjadi aku akan melindungi ibuku dari pria lain yang mau merebut perhatian ibu.
“Maafkan Jamal Bu, Jamal sudah berbuat tak senonoh kepada ibu.”
Ibu berkata, ” gpp sayang, kamu jangan minta maaf… karena itu inisiatif ibu sendiri dan ibu tak merasa direndahkan dihinakan atau dilecehkan. Sebagai ibu kamu, ibu tahu ini sudah diluar kewajaran sangat tabu dan terlarang. Sayang, jangan bilang siapa-siapa tentang kejadian ini pada siapapun ya?! Apalagi sama temanmu”
“Baik Bu, akan Jamal jaga rahasia ini demi ibu.. “
“Sudah, ibu mau ke kamar dulu, mau pake baju..”
Sebelum ibu meninggalkan kamarku, aku berkata ke ibu, “ibu.. makasih yaa…aku janji akan kurangin merokok dan coba berhenti merokok untuk ibu” Ibuku menoleh kepadaku lalu tersenyum manis, “iyaa sayang,udah, segera tidur yaa… Ingat! Besok pagi dicuci itunya ya?!” Aku mengangguk ke ibuku sambil tersenyum karena aku tahu maksudnya.
Setelah ibuku pergi, lalu menutup pintu kamarku, akupun rebahan dikasurku. Sambil menatap langit-langit kamar tidur kugenggam kontolku, malam ini sungguh aku seperti mimpi saja menindih dan menciumi ibuku sendiri dalam keadaan ibu setengah bugil. Bisa saja tadi aku menyetubuhi ibuku, tapi jika birahi ibuku sudah hilang, pasti ibu akan menyesal telah aku setubuhi.