Disclaimer
Cerita ini hanyalah karangan / fiktif
Update : page 3
Update : page 6
Update : page 9
Update : page 14
Update : page 18
Kalo rame akan di update lagi ya suhu suhu sekalian
Di rumah kontrakan
Perkenalkan namaku jaka, umur 16 tahun, postur tubuh kurus kecil, tak jarang teman teman di sekolah memanggilku dengan sebutan cungkring.
Tahun lalu Ibu dan ayah bercerai, aku tinggal berdua di sebuah kontrakan kecil bersama ibu. Minggu depan umurnya genap 40 tahun, tapi tubuh ibu masih terlihat kencang dan mulus, bodinya montok dengan payudara besar menggantung di dadanya. Tapi meskipun demikian ia adalah seorang ibu yang baik hati dan penyayang, terkadang aku suka horni melihat ibu di rumah dengan pakaian yang seadanya, tetapi ketika mengingat ia adalah ibuku, selalu muncul rasa bersalah ketika aku memikirkan hal tersebut.
Pernah suatu hari paha ku sakit karena jatuh saat main futsal, ibu sangat cemas dan mengkhawatirkan anaknya satu2nya ini, ia menawarkan ku untuk dipijatnya. Awalnya ku tolak tapi beliau bersikeras untuk memijat pahaku.
“Kamu harus nurut sama ibu nak, ibu gamau kamu kenapa2” ucap ibu
sambil tangannya mengurut pahaku, dengan posisi berhadapan dan tubuh ibu sedikit membungkuk, aku bisa melihat bongkahan payudaranya yang masih kencang dari celah kerah bajunya.
“Iyah bu”
Seketika tanpa sadar aku menelan ludah melihat bongkahan lembut yang menggantung dan terlihat urat2 halus di sekelilingnya, namun sayang pentilnya tidak bisa terlihat. ibu menatapku aku langsung buang muka karena takut ketauan sedang menatap ke arah dadanya.
20 menit berselang ibu telah selesai memijat pahaku. Hp nya berdering dia mengangkat telepon tersebut rupanya nenek menelepon untuk menyuruh ibu datang ke rumah untuk membantunya mempersiapkan acara arisan di rumahnya. Oh iya kontrakan ini dan rumah nenek jaraknya tidak begitu jauh, ibu sengaja mencari kontrakan dekat orangtuanya agar gampang sewaktu-waktu bila ada perlu. Nenek dan kakek sudah menawarkan untuk tinggal bersana mereka pasca ibu berpisah dengan ayah, tetapi ibu tidak enak hati dan ingin mencoba hidup mandiri ditambah malas dengan gunjingan tetangga disana.
“Nak, besok ibu ke rumah nenek ya untuk bantu bantu mau arisan, nanti pulang sekolah jangan main sampe malam, ibu sudah siapkan makanan”
“Baik bu”
Ibu memutar badannya dan berjalan. Ke arah dapur. Terlihat dari belakang bongkahan pantatnya berayun ketika berjalan dibalik daster. Aku yang sudah tidak kuat langsung pergi ke kamar dan mengocok kontolku sambil membayangkan ibu. Dan mencium bantal yang sudah ku semprot dengan parfum yg biasa ibu gunakan. Wanginya seperti aku sedang berada didekatnya.
Di rumah nenek
Nenek Ida adalah nenek yang baik dan penyabar sama seperti anaknya ibuku. Dia mempunyai 2 anak yang pertama anak laki yakni pamanku yang tinggal di luar kota dan kedua adalah ibuku. Dirumahnya tak jarang dijadikan untuk tempat berkumpul/acara seperti hari ini ada acara arisan. Tampak ia sedang menyiapkan cemilan2 di piring sambil menunggu anaknya Nisa (ibuku) mengambil piring yang kurang di dapur.
Tapi 15 menit berselang tak nampk anaknya kembali, padahal jarak dapur tak begitu jauh dari ruang tamu, akhirnya nenek mencoba mencari anaknya di dapur, beberapa langkah sampai ke dapur ia mendengar suara lenguhan dan suara seperti dua bibir bergumul “cpokk cpokk cpookk”
Karena penasaran ia langsung menuju dapur, tapi tak sengaja ia menendang kardus yang ada di bawah berisi air minum kemasan sampai salah satu kemasan gelas air minum itu menggelinding dan di ambil oleh Ibu Nisa.
“Kamu dari mana aja sih kok ambil piting lama banget” hardik nenek
“Ini tadi bapak minta tolong untuk dibuatkan kopi ma” ucap ibu sambil membetulkan rok nya yg sedikit tersingkap.
Ibu menggunakan dress selutut pada hari itu. Tak berselang kakek keluar dari dapur sambil memegang secangkir kopi, ia menggunakan kaos oblong dan sarung.
“Kenapa sih ribut ribut, tadi aku suruh nisa buat kopi” sambil berlalu jalan ke arah teras depan.
Bersambung…
Cerita ini hanyalah karangan / fiktif
Update : page 3
Update : page 6
Update : page 9
Update : page 14
Update : page 18
Kalo rame akan di update lagi ya suhu suhu sekalian

Ibuku dan Ayahnya
(Season 1)
Part 1
“Arisan”
(Season 1)
Part 1
“Arisan”
Di rumah kontrakan
Perkenalkan namaku jaka, umur 16 tahun, postur tubuh kurus kecil, tak jarang teman teman di sekolah memanggilku dengan sebutan cungkring.
Tahun lalu Ibu dan ayah bercerai, aku tinggal berdua di sebuah kontrakan kecil bersama ibu. Minggu depan umurnya genap 40 tahun, tapi tubuh ibu masih terlihat kencang dan mulus, bodinya montok dengan payudara besar menggantung di dadanya. Tapi meskipun demikian ia adalah seorang ibu yang baik hati dan penyayang, terkadang aku suka horni melihat ibu di rumah dengan pakaian yang seadanya, tetapi ketika mengingat ia adalah ibuku, selalu muncul rasa bersalah ketika aku memikirkan hal tersebut.
Pernah suatu hari paha ku sakit karena jatuh saat main futsal, ibu sangat cemas dan mengkhawatirkan anaknya satu2nya ini, ia menawarkan ku untuk dipijatnya. Awalnya ku tolak tapi beliau bersikeras untuk memijat pahaku.
“Kamu harus nurut sama ibu nak, ibu gamau kamu kenapa2” ucap ibu
sambil tangannya mengurut pahaku, dengan posisi berhadapan dan tubuh ibu sedikit membungkuk, aku bisa melihat bongkahan payudaranya yang masih kencang dari celah kerah bajunya.
“Iyah bu”
Seketika tanpa sadar aku menelan ludah melihat bongkahan lembut yang menggantung dan terlihat urat2 halus di sekelilingnya, namun sayang pentilnya tidak bisa terlihat. ibu menatapku aku langsung buang muka karena takut ketauan sedang menatap ke arah dadanya.
20 menit berselang ibu telah selesai memijat pahaku. Hp nya berdering dia mengangkat telepon tersebut rupanya nenek menelepon untuk menyuruh ibu datang ke rumah untuk membantunya mempersiapkan acara arisan di rumahnya. Oh iya kontrakan ini dan rumah nenek jaraknya tidak begitu jauh, ibu sengaja mencari kontrakan dekat orangtuanya agar gampang sewaktu-waktu bila ada perlu. Nenek dan kakek sudah menawarkan untuk tinggal bersana mereka pasca ibu berpisah dengan ayah, tetapi ibu tidak enak hati dan ingin mencoba hidup mandiri ditambah malas dengan gunjingan tetangga disana.
“Nak, besok ibu ke rumah nenek ya untuk bantu bantu mau arisan, nanti pulang sekolah jangan main sampe malam, ibu sudah siapkan makanan”
“Baik bu”
Ibu memutar badannya dan berjalan. Ke arah dapur. Terlihat dari belakang bongkahan pantatnya berayun ketika berjalan dibalik daster. Aku yang sudah tidak kuat langsung pergi ke kamar dan mengocok kontolku sambil membayangkan ibu. Dan mencium bantal yang sudah ku semprot dengan parfum yg biasa ibu gunakan. Wanginya seperti aku sedang berada didekatnya.
Di rumah nenek
Nenek Ida adalah nenek yang baik dan penyabar sama seperti anaknya ibuku. Dia mempunyai 2 anak yang pertama anak laki yakni pamanku yang tinggal di luar kota dan kedua adalah ibuku. Dirumahnya tak jarang dijadikan untuk tempat berkumpul/acara seperti hari ini ada acara arisan. Tampak ia sedang menyiapkan cemilan2 di piring sambil menunggu anaknya Nisa (ibuku) mengambil piring yang kurang di dapur.
Tapi 15 menit berselang tak nampk anaknya kembali, padahal jarak dapur tak begitu jauh dari ruang tamu, akhirnya nenek mencoba mencari anaknya di dapur, beberapa langkah sampai ke dapur ia mendengar suara lenguhan dan suara seperti dua bibir bergumul “cpokk cpokk cpookk”
Karena penasaran ia langsung menuju dapur, tapi tak sengaja ia menendang kardus yang ada di bawah berisi air minum kemasan sampai salah satu kemasan gelas air minum itu menggelinding dan di ambil oleh Ibu Nisa.
“Kamu dari mana aja sih kok ambil piting lama banget” hardik nenek
“Ini tadi bapak minta tolong untuk dibuatkan kopi ma” ucap ibu sambil membetulkan rok nya yg sedikit tersingkap.
Ibu menggunakan dress selutut pada hari itu. Tak berselang kakek keluar dari dapur sambil memegang secangkir kopi, ia menggunakan kaos oblong dan sarung.
“Kenapa sih ribut ribut, tadi aku suruh nisa buat kopi” sambil berlalu jalan ke arah teras depan.
Bersambung…
Terakhir diubah: